Está en la página 1de 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Masa remaja
berhubungan dengan pubertas yang ditandai dengan munculnya karakteristik primer dan
sekunder. Karakteristik primer adalah munculnya pertumbuhan yang berkaitan dengan organ
reproduksi, sedangkan karakteristik sekunder berkaitan dengan hormone (Nancy, 2002).
Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda
keremajaan secara biologi yaitu mulainya mengalami Menstruasi. Menstruasi adalah
perdarahan secara priodik atau pada waktu tertentu dan siklik dimana terjadi secara berulang-
ulang dari uterus seorang wanita yang disertai dengan peluruhan jaringan tubuh dari lapisan
endometrium uterus (Hendrik, 2006). Menurut Bobak (2004) lamanya menstruasi biasanya
terjadi antara 3-6 dengan jumlah darah yang hilang rata-rata dengan rentang 20-80 ml namun
hal ini sangat bervariasi.
Setiap wanita memiliki pengalaman yang berbeda-beda, sebagian wanita
mendapatkan menstruasi tampa keluhan, namun tidak sedikit wanita mendapatkan menstruasi
disertai dengan keluhan berupa dismenore yang mengakibatkan ketidaknyamanan serta
dampak terhadap gangguan aktivitas (Widjanarko, 2006).
Dismenore terjadi karena peningkatan prostaglandin (PG)F2 yang merupakan
suatu siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada
miometrium sehingga terjadi penurunan aliran darah dan oksigen ke uterus dan akan
mengakibatkan iskemia sehingga muncul respon dari noriseptor karena ada stimulus yang
membahayakan dan memulai transmisi neural dengan melepaskan substansi yang
menghasilkan dismenore (Hillard, 2006).
Studi epidemiologi di Swedia melaporkan angka prevalensi dismenore sebesar
80% remaja usia 19-21 tahun, 15% membatasi aktivitas harian ketika menstruasi dan
membutuhkan obat-obatan penangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti atau masuk sekolah dan
hampir 40% memerlukan pengobatan medis. Penelitian yang dilakukan di tiga Sekolah
Menengah Atas di Kecamatan Banko Kabupaten Rokan Hilir didapatkan hasil 95% remaja
yang mengalami dismenore primer dimana 28% disemenore ringan, 44% dismenore sedang,
dan 18% dismenore berat (Putri, 2012).

1
Saat ini berbagai macam cara pengobatan baik itu farmakologi maupun
nonfarmakologi yang telah diteliti untuk mengatasi dismenore, pengobatan farmakologi yang
sering digunakan adalah golongan NSAIDs (Nonsteroidal Anti- Inflamatori Drugs) seperti
asam mefenamat, ibuprofen, natrium niklofenat dan nefroxen (Jones & Darek, 2001).
Pengobatan nonfarmakologi dapat dilakukan berbagai cara seperti kompres hangat, massage,
latihan fisik, dan terapi relaksasi seperti terapi akupunktur dan terapi akupresur (Bobak,
2004).

B. Rumusan Masalah
dari latar belakang di atas dapat kami simpulkan beberapa rumusan masalah yaitu :
1.Apa itu dismenore ?
2. Bagaimana terapi akupresure itu ?
3.bagaimana terapi akupresure menyembuhkan dismenore?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah membahas tentang Terapi Komplementer Akupresur dalam Mengatasi
Desminorhea mahasiswa mampu memahami Konsep Umum Terapi Komplementer
Akupresur dalam Mengatasi Desminorhea.
2. Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang Terapi Komplementer Akupresur dalam Mengatasi Desminorhea
mahasiswa mampu :
a. Memahami dan menjelaskan konsep umum Terapi Akupresur

b. Memahami terapi akupresure dalam mengatasi desminorhea

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dismenore
1. Pengertian
Dismenore (dysmenorrheu) berasal dari bahasa yunani. Kata dys yang berarti sulit,
nyeri, abnormal : meno yang berarti bulan ; dan rrhea yang berarti aliran. Dismenore adalah
kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menntruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan
memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun
pinggul.
Menurut kamus kesehatan, dismenore adalah nyeri mentruasi yang mungkin disertai
kram perut, kejang (spasme), dan nyeri punggung.

2. Klasifikasi Dismenore
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan atau
penyebab yang sapat diamati, berikut adalah klasifikasi dismenore :
a. Dismenore berdasarkan jenis nyeri
1) Dismenore spasmodik
Dismenore spamosdik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan terjadi
sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spasmodic dapat dialami oleh
wanita muda maupun wanita berusai 40 tahun ke atas. Sebagian wanita yang
mengalami dismenore spasmodik tidak dapat melakukan aktivitas. Adapun tanda
dismenore spamodik antara lain pingsan, mual, muntah.
Dismenore spamosdik dapat diobati atau di kurangi dengan melahirkan bayi pertama,
walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.
2) Dismenore Kongestif
Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid dating. Gejala yang
ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid
dating, tidak terlalu menimbulkan nyeri, bahkan setelah hari pertama haid. Penderita
dismenore kongestif akan merasa lebih baik di bandingkan dengan dismenore
spasmodik. Adapun gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif antara lain :
Pegal (pegal pada paha), sakit pada payudara, lelah, mudah tersinggung, mehilangan
keseimbangan, gangguan tidur.

3
b. Dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab
1) Dismenore Primer
Dismenore primer biasanya dimulai dalam 6 hingga 12 bulan setelah menarche
(pertama kali menstruasi). Saat menstruasi, pelepasan sel-sel endometrium akan
diikuti dengan dikeluarkannya prostaglandin yang akan menyebabkan timbulnya
iskemia, kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Ternyata dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa wanita dengan dismenorhea berat, terjadi peningkatan
prostaglandin pada darah menstruasinya.
Keadaan di bawah ini akan meningkatkan risiko mengalami dismenorhea primer
yaitu:
Wanita yang merokok
Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alcohol akan
memperpanjang nyeri pada saat menstruasi
Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas
Wanita yang tidak memiliki anak
Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12 tahun)
Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga
2) Dismenore Sekunder
Dismenorhea sekunder bisa terjadi kapanpun setelah menarche, tetapi paling sering
ketika wanita berumur 20an atau 30an tahun, setelah beberapa tahun mengalami siklus
normal tanpa rasa nyeri. Peningkatan prostaglandin juga ikut berperan di sini, akan tetapi
disertai adanya kelainan atau penyakit pada pelvic (panggul). Penyebab tersering adalah
endometriosis, leiomioma, adenomiosis, polip endometrial, chronic pelvic inflammatory
disease (PID), dan pemakaian IUD.

3. Etiologi Dismenore
Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak
penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya.
a. Etiologi atau penyebab dari dismenore primer
1) Faktor Psikologis
Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai
ambang nyeri yang rendah, sehingga sangat sedikit rasa nyeri dapat merasakan
kesakitan.

4
2) Factor Endokrin
Pada umumnya hal ini di hubungkan dengan kontraksi usus yang tidak baik.
Hal ini sangat erat kaintannya dengan pengeruh hormonal. Peningkatan
produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang
tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
b. Etiologi Dismenore Sekunder
Dalam dismenore sekunder, etiologi yang mungkn terjadi adalah :
1) Factor Konstitusi Seperti Anemia
Pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan penderahan, tumor
atau fibroid.
2) Anomali Uterus congenital
Anomali Uterus kongenital,Seperti rahim yang terbalik, peradangan selaput
lender rahim.
3) Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium
diluar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian
dalam rahim. Saat siklus metruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah
sebagai lapisan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka
lapisan ini akan terlepas dan di keluarkan sebagai mentruasi.

4. Tanda dan Gejala Dismenore


Dismenore dapat di tandai dengan gajala nyeri pada perut bagian bawah, nyeri yang
dirasakan sebagai kram yang timbul hilang atau sebagai nyeru tumpul yang terus
menerus ada. Nyeri mulai timbul sesaat sesudah atau selama haid, mencapai
puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga
sering disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih,
dan kadang sampai menjadi muntah.

5. Diagnosis Dismenore
Diagnosis dimulai dengan evaluasi ginekologis melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik termasuk pemeriksaan rongga panggul. Diagnosis dismenorhea hanya bisa
dipastikan saat dokter telah mengeliminasi kelainan menstruasi yang lain atau kondisi
medis lain dengan gejala yang sama atau pengobatan yang mungkin bisa
menyebabkan kondisi seperti itu. Sebagai tambahan, prosedur diagnostik untuk
5
dismenorhea termasuk di dalamnya antara lain dengan USG, MRI, laparoskopi dan
histeroskopi.
Dismenorhea primer dengan sekunder dapat dibedakan melalui anamnesis, termasuk
di dalamnya usia pada saat menarche, perdarahan abnormal dari vagina atau cairan
abnormal dari vagina, dispareunia (nyeri saat hubungan seksual) dan riwayat obstetri.

6. Cara Mengatasi Dismenore


Cara untuk mengatasi dismenore dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat anti
peradangan non steroid ( ibuprofen, naprokseen, asam mefenamat). Obat ini akan
efektif jika diminum 2 hari sebelum mentruasi dan dilanjutkan sampai 1-2 hari ketika
mentruasi.
Selain dengan obat-obatan, dismenore juga dapat diatasi dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Istirahat cukup
b. Olah raga teratur (terutama jalan)
c. Pemijatan (akupresur)
d. Mengalami orgasme (bagi yang telah menikah)
e. Kompres hangat diarea sekitar perut
f. Banyak mengkonsumsi air putih, hindari konsumsi garam berlebihan serta kafein untuk
mencegah pembengkakan dan retensi cairan
g. Makan makanan kaya zat besi, kalsium, vitamin B kompleks seperti susu, sayuran hijau
h. Tinggikan posisi pinggul melebihi bahu ketika tidur telentang untuk membantu
meredakan dismenore.

2.2 Akupresur
1. Pengertian
Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijit, mengurut
bagian dari tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau Ci.Akupresur juga disebut
akupuntur tanpa jarum, atau pijat akupuntur, sebab teori akupunturlah yang menjadi dasar
praktik akupresur. Akupuntur menggunakan jarum sebagai alat bantu praktik, sedangkan
akupresur menggunakan jari, tangan, bagian tubuh lainnya atau alat tumpul sebagai pengganti
jarum (Sukanta, 2003).
Pada dasarnya Akurpresur berarti teknik pijat yang dilakukan pada titik-titik tertentu
ditubuh, untuk menstimulasi titik-titik energi. Titik-titik tersebut adalah titik-titik akupuntur.
6
Tujuannya adalah agar seluruh organ tubuh memperoleh chi yang cukup sehingga terjadi
keseimbangan chi tubuh. chi adalah enegri yang mengalir melalui jaringan di berbagai
meridian tubuh dan cabang-cabangnya. Cara meningkatkan atau membangunkan energi
tubuh tersebut pada Akupuntur dilakukan dengan menusukkan jarum-jarum Akupuntur pada
titik-titik tertentu yang berkaitan dengan keluhan pasien, sedangkan akurpresur melakukan
hal yang sama dengan tekanan jari-jari tangan dan pemijatan (Hadibroto,2006).
Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan
perkembangan ilmu akupuntur karena tekhnik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu
akupuntur. Tekhnik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi
dilakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur.

2. Sejarah Akupresur
Pada mulanya pijat diguakan untuk mengatasi keluhan nyeri pada bagian tertentu
tubuh sebagai bagian dari reflex alami manusia. Misalnya pada sakit kepala, orang cenderung
memijat atau menyentuh bagian kepala dan tanpa disadari orang tersebut sudah melakukan
terapi pijat pada bagian yang sakit.
Pada awalnya, terapi pijat dilakukan tanpa memperhitungkan baik anatomi atau
struktur otot orang yang dipijat maupun konsep aliran energi yin dan yang.Sejalan dengan
waktu dan bertambahnya pengalaman, terapi pijat kemudian berkembang dalam dua arah
yaitu pijat masase yang termasuk dalam disiplin ilmu fisioterapi dan akupresur yang termasuk
dalam pengobatan alternative atau komplementer.Fisioterapi berpedoman pada struktur
anatomi otot dan saraf bagian yang dipijat, sedangkan akupresur berbasis
pengetahuanoriental tentang aliran energy yin dan yang.Selain digunakan untuk dasar terapi
akupresur, konsep yin-yang digunakan sebagai landasan bagi pengobatan akupuntur dan
terapi oriental lainnya termasuk gizi makrobiotik.
Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan
perkembangan ilmu akupuntur karena tekhnik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu
akupuntur. Tekhnik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi
dilakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur.
Perkembangan akupresur di Indonesia mulai terjadi sejak kedatangan imigran cina ke
Indonesia.Para pengobat dari cina ini berbur dengan penduduk local dan menerapkan ilmu
pengobatannya bersama cara-cara local seperti mengurut, mengerok, dan minum ramuan
jamu local.Dengan demikian, sekalipun akupresur berasal dari cina, ternyata metode
pengobatan komplementer yang murah dan memberikan rasa nyamanini dapat dipadu dengan
7
cara-cara pengobatan local terutama di pulau jawa.Pengobatan komplementer yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan dan memberikan kenyamanan dapat berjalan berdampingan
dengan pengobatan barat yang lebih menguntungkan tindakan mengatasi penyebab dan/atau
menghilangkan gejala. Jika pengobatan barat berbasis bukti lewat penelitian ilmiah maka
pengobatan oriental termasuk pengobatan local berbasis empiris yang dibuktikan oleh
kemampuannya bertahan selama berates tahun. Saat ini, semua tumbuhan herbal yang
diguakan sebagai pengobatan juga telah diteliti khasiatnya oleh fakultas farmasi di
Indonesia.Sementara di tempat asalnya, penelitian telah banyak dilakukan terhadap
pengobatan komplementer seperti akupresur dan herbal sehingga keberadaan kedua jenis
terapi ini sekarang sudah di akui oleh departemen kesehatan setempat.Pendidikan seperti
akupunktur medic dan herbal medic juga sudah mulai banyak diselenggarakan oleh lembaga-
lembaga baik milik pemerintah maupun milik swasta yang diakui oleh pemerintah.

3. Klasifikasi Akurpresur
Akurpresur berkembang dari naluri manusia untuk memegang, menekan, atau
memijat-mijat bagian tubuh ketika terluka atau cedera. Para pendeta Tao dari zaman China
Kuno memformulasikan pengematan mereka akan naluri pengobatan sendiri (self jealing) ini
menjadi suatu sistem yang dinamakan Tao Yin (Tao berarti jalan, sedang Yin berarti
keluhan-keluhan yang spesifik sekaligus suatu sistem untuk memelihara kesehatan secara
umum. Tao-Yin berkembang menjadi Do-in, seni mempertahankan keremajaan melalui
pemijatan diri sendiri. Selanjutnya, tabib-tabib China menambahkan serangkaian sistem
diagnosis dan penanganan penyakit untuk merangkai suatu pendekatan medis yang lebih
lengkap.
Akurperesur kini mewakili serangkaian teknik pijat, yang menggunakan tekanan
secara manual untuk menstimulasi titik-titik energi ditubuh. Sang terapis melakukan tekanan
dalam bobot ringan sampai sedang dengan jari-jari tangannya, dan kadang-kadang juga
dengan siku, lutut, atau kaki ke titik-titik yang sama yang digunakan dalam Akupuntur.
Banyak ragam Akurpresur telah berkembang seiring dengan waktu.
a. Shiatsu
Secara harfiah kata shiat-su berarti jari (shi) dan tekanan (atsu), serangkaian
penekanan menggunakan jari secara berirama, keseluruh bagian tubuh sepanjang meridian
energi. Terapi ini juga termasuk peregangan dan tepukan. Titik-titik tekan hanya disentuh
antara 3-5 detik. Penanganan ini bisa merangsang sekaligus menenangkan. Shiatsu adalah
versi Jepang dari Akurpresur, dan kini menjadi semakin populer di dunia barat.
8
b. Jin Shin
Suatu pola penekanan yang lembut dan berkepanjangan pada titik-titik Akupuntur
yang penting pada meridian dan jalur-jalur yang terpilih, setiap titik ditekan selama 1-5
menit. Terapi ini dilakukan dalam keadaan meditatif untuk menyeimbangkan chi, sang energi
vital.
c. Do-in
Suatu bentuk pemijatan terhadap diri sendiri pada otot dan titik-titik meridian. Do-in
juga mencakup gerakan, peregangan, dan latihan pernafasan.
d. Tui-Na
Ini adalah versi China untuk pijat yang merangsang titik-titik akurpresur dengan
menggunakan berbagai ragam gerakan tangan.

4. Manfaat Akupresur
Sejarah membuktikan bahwa akupresur bermanfaat untuk :
a. Pencegahan penyakit
Akupresur dipraktikkan secara teratur pada saat-saat tertentu menurut aturan yang
sudah ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya adalah mencegah masuknya sumber
penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh
b. Penyembuhan penyakit
Akupresur dapat digunakan menyembuhkan keluhan sakit, dan dipraktikkan ketika
dalam keadaan sakit
c. Rehabilitasi
Akupresur dipraktik untuk meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit
d. Promotif
Akupresur dipraktikkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh walaupun tidak sedang
sakit

5. Tekhnik Pemijatan dengan Akurpresur


a. Cara pemijatan
Setelah terapis mendiagnosa penyebab penyakit dan menggolongkan
syndrome menjadi delapan diagnose kemudian baru dapat ditentukan arah pemijatan
yang akan dilakukan. Arah pemijatan disesuaikan dengan sifat penyakit yang diderita.
Sifat penyakit yang, se, panas, luar maka pemijatan pada titik akupunktur yang
dilakukan adalah berlawanan jarum jam sebanyak 60 putaran atau dengan istilah
9
sedate.sedangkan, sifat penyakit yin, si, dingin, dalam maka pemijatan yang dilakukan
adalah searah jarum jam sebanyak 30 putaran.
Dalam pemijatan, sebaiknya jangan terlalu keras dan membuat pasien
kesakitan.Pemijatan yang benar harus dapat menciptakan sensasi rasa (nyaman, pegal,
panas, gatal, perih, kesemutan, dan lain sebagainya).Apabila sensasi rasa dapat
tercapai maka di samping sirkulasi chi (energy) dan xue (darah) lancer, juga dapat
merangsang keluarnya hormonendomofrin (hormone sejenis morfin yang dihasilkan
dari dalam tubuh untuk memberikan rasa tenang).
b. Ukuran
Didalam makalah ini, Pembaca akan menemukan istilah cun. Cun adalah
satuan hitung untuk panjang atau lebarjarak antara titik akupunktur dengan titik
acuannya yang digunakan dalam penentuan titik terapi akupunktur atau ilmu pijat
turunannya.Berbeda dengan centimeter, cun lebih fleksibel karena digunakan adalah
tangan pasien sendiri.
c. Cara kerja akurpresur
Sasaran Akurpresur adalah merangsang kemampuan tubuh dalam
menyembuhkan diri sendiri. Sang terapis akan memegang atau menekan berbagai titik
pada tubuh atau sistem otot untuk merangsang energi dari tubuh sendiri. Rangsangan
tersebut menyingkirkan sumbatan energi dan rasa lelah.
Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh
ketegangan otot atau hambatan yang lain, maka energi tubuh akan menjadi seimbang.
Keseimbangan membawa kesehatan yang baik dan perasaan sejahtera. Jika salah satu
dari jalurnya terhambat/tersumbat, maka perlu aplikasi dengan tekanan yang tepat
menggunakan jari untuk mengendurkan ketegangan otot, membuat sirkulasi darah
lancar, dan menstimulasi atau menyeimbangkan aliran energi.

6. Indikasi dan Kontraindikasi Akupresur


a. Indikasi
Beberapa accupoint untuk mengatasi beberapa kondisi nyeri seperti : Sakit kepala tipe
tegang , migren, sakit gigi, nyeri sendi, depresi dan kecemasan, nyeri tulang belakang.

b. Sakit kepala tipe tegang dan migren


Beberapa titik yang digunakan untuk mengurangi nyeri kepala adalah:

10
1) Titik yang terletak di puncak kepala ; pertemuan antara garis yang menghubungkan
kedua telinga dan garis yang ditarik dari bagian tengah hidung (titik 1 a). Efek: mengurangi
rasa tegang di kepala.
2) Titik yang terletak di bagian dalam alis mata, di atas sudut mata bagian dalam (titik 2 a).
Efek: mengurangi rasa tegang di dahi dan nyeri sekitar mata.
3) Titik yang terletak di sudut mata bagian luar (titik 2 b). Efek: mengurangi nyeri kepala,
migren dan mata pedih.
4) Titik yang terletak di dahi sekitar 1 ibu jari di atas bagian tengah alis (titik 2 c). Efek:
menghilangkan nyeri kepala bagian depan dan penglihatan kabur.
5) Titik yang terletak di bagian belakang kepala, pada perbatasan lekukan antara bagian
dasar tengkorak dengan otot leher (titik 3 a). Efek : mengurangi nyeri kepala dan leher yang
kaku.
6) Titik yang terletak di tengah segitiga yang dibentuk oleh tulang ibu jari dan jari telunjuk (
titik 4 a ). Efek : mengurangi nyeri kepala dan mata pedih.
7) Titik yang terletak di belakang pergelangan kaki ( titik 5 a ) . Efek : mengurangi nyeri
kepala dan leher kaku.
8) Titik yang terletak di tengah, 1 jari di atas batas rambut (titik 1 b). Efek : mengurangi
nyeri kepala bagian depan dan mata pedih.
9) Titik yang terletak di tengah antara dua alis (titik 1 c). Efek: mengurangi nyeri kepala
bagian depan dan nyeri kepala akibat hidung tersumbat.
10) Titik yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut (titik 6 a) . Efek: merupakan titik
penguat sistem pencernaan dan mengurangi nyeri kepala akibat ketidakseimbangan sistem
pencernaan, intoleransi makanan, dan kelelahan.
11) Titik yang terletak 1 ibu jari dari ujung alis mata dan sudut luar mata (titik 1 d) . Efek:
mengurangi nyeri akibat migren dan nyeri mata.
12) Titik yang terletak 2 jari di atas telinga (titik 1 e). Efek: mengurangi nyeri kepala migren.
13) Titik yang terletak di bagian luar dari lengan anda. 3 jari dari pergelangan tangan , di
lekukan antara dua tulang. (titik 7 a). Efek: mengurangi nyeri akibat migren dan nyeri di pipi.
14) Titik yang terletak di atas telapak kaki, 2 jari di atas sendi jari kaki, antara jari ke 4 dan 5.
(titik 6 b). Efek: mengurangi nyeri migren, penglihatan kabur dan nyeri mata.

11
c. Sakit gigi
Pada penekanan daerah muka dilakukan pada sisi yang tidak sakit.
1) Titik yang terletak di depan sudut tulang rahang (titik 1 f). Efek: mengurangi nyeri gigi
dan pembengkakan di muka.
2) Titik yang terletak pada tulang pipi. Di depan lubang telinga (titik 1 g). Efek: mengurangi
nyeri gigi, nyeri pada wajah.
3) Titik yang terletak di depan siku tangan, pada saat siku ini ditekuk (titik 8 a). Efek:
mengurangi nyeri gigi dan nyeri yang ada di mulut.

d. Kesehatan sendi
Beberapa acupoints dapat membantu menyehatkan sendi dan memperkuat sendi di seluruh
tubuh. Beberapa acupoints juga membantu menguatkan otot yang menunjang sendi.
1) Titik yang terletak di belakang leher, sejajar dengan pundak, 2 jari di samping tulang
belakang. (titik 3 b). Efek: merupakan titik yang sangat berpengaruh pada kesehatan sendi di
seluruh tubuh, meningkatkan kekuatan tubuh, tulang dan sendi yang sehat.
2) Titik yang terletak di bagian belakang lutut. 4 jari di atas tulang kaki (titik 9a). Efek:
menguatkan tulang di seluruh tubuh, khususnya tulang dan sendi lutut.
3) Titik yang terletak di bagian luar dari kaki, di atas permukaan pertemuan antara 2 tulang
(titik 6 c). Efek: menguatkan tendon dan otot pada seluruh tubuh, terutama : sendi kaki dan
menguatkan otot kaki.
4) Titik yang terletak di titik tertinggi dari pundak (titik 3c) . Efek: mengurangi kekakuan
dan nyeri di daerah leher dan pundak

e. Siku tangan
1) Titik 8 a. Efek : Menguatkan siku tangan
2) Titik yang terletak di bagian luar dari tangan, 3 jari di atas pergelangan tangan, di antara
kedua tulang (titik 7 a). Efek: meningkatkan mobilitas dari siku dan mengurangi nyeri di siku,
lengan dan jari tangan.

f. Pergelangan tangan dan tangan


1) Titik 7 a.
2) Titik yang terletak antara tendon di sisi dalam tangan, 3 jari di atas pergelangan tangan
(titik 10 a). Mengurangi nyeri di siku , pergelangan tangan dan merilekskan otot di lengan
bawah.
12
3) Titik yang terletak di permukaan luar pergelangan tangan. Pada lekukan antar tulang, jika
pergelangan tangan dilekukkan ke arah atas , sejajar dengan jari manis (titik 7 b) . Efek:
mengurangi nyeri di pergelangan tangan, telapak tangan dan jari-jari.

g. Kesehatan tulang belakang


Untuk menyehatkan tulang belakang dapat dilakukan penekanan titik-titik untuk
kesehatan sendi. Ditambah dengan beberapa titik berikut :
1) Titik yang terletak di puncak dari pundak, perbatasan dengan leher (titik 3c). Efek:
mengurangi nyeri di daerah pundak dan punggung atas.
2) Titik yang terletak di dekat lipatan siku , pada saat siku dibengkokkan (titik 8) Efek:
menghilangkan nyeri dan kekakuan pada tubuh bagian atas.
3) Titik- titik yang terletak di bagian belakang tubuh (titik 11 a). Untuk penekanan titik-
titik daerah ini dapat menggunakan 2 buah bola tenis yang dimasukkan dalam kaus kaki dan
diletakkan dibelang punggung .Efek : mengurangi nyeri pinggang bawah.
4) Titik yang terletak di bagian belakang lutut , diantara tendon (titik 9a ). Efek:
menghilangkan nyeri di daerah kaki dan tulang belakang.
5) Titik yang terletak di bagian belakang pergelangan kaki (titik 5a). Efek: mengurangi
nyeri di tulang belakang dan kaki

h. Kesehatan Sendi pinggul


1) Titik yang terletak di bagian pinggul anda (titik 11b). Efek: meningkatkan mobilitas dan
mengurangi nyeri.

i. Kesehatan Sendi lutut


1) Titik yang terletak di bawah lutut , pada lekukan tulang (knee acupoint). Efek :
mengurangi nyeri dan kekakuan di lutut.
2) Titik yang terletak di belakang pergelangan kaki (titik 5a).Efek: mengurangi nyeri di
lutut dan tungkai bawah.

j. Kesehatan pergelangan kaki


1) Titik yang terletak di belakang pergelangan kaki (titik 5a). Efek : mengurangi nyeri dan
menguatkan pergelangan kaki.
2) Titik yang terletak pada bagian luar dari pergelangan kaki dan di bagian luar dari tendon
(titik 6c). Efek: mengurangi nyeri dan pembengkakan di pergelangan kaki.
13
k. Kesehatan telapak kaki
1) Titik yang terletak di dasar telapak kaki, pada bagian lekukan dekat dengan tonjolan
telapak kaki (titik 12 a). Efek: megurangi nyeri pada telapak kaki.
2) Titik-titik untuk kesehatan pergelangan kaki (titik 6b, 6c).

l. Acupoint untuk membantu anda lebih rileks


Beberapa acupoint di bagian tubuh dapat membuat anda lebih rileks. Beberapa titik tersebut
adalah :
1) Titik 1a . Efek: meningkatkan konsentrasi dan menyeimbangkan pikiran anda.
2) Titik 4a . Efek: mengurangi kecemasan. Catatan : jangan menekan titik ini terlalu keras
pada wanita hamil.

3) Titik yang terletak di dekat pergelangan tangan sejajar dengan jari ke 5 (titik 10 b). Efek:
membuat rileks tubuh anda. Merupakan titik kunci untuk mengurangi segala kecemasan dan
gangguan tidur.

4) Titik yang terletak di antara tendon , tiga jari di atas pergelangan tangan ( gambar 10a ).
Efek: mengurangi kecemasan dan membuat rileks tubuh anda.

m. Kontraindikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan akupresur
a. Kebersihan terapis
Mencuci tangan dengan airyang mengalir dan menggunakan sabun antiseptic sebelum
melakukan dan setelah melakukan terapi sangatlah penting.Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah penularan penyakit antara terapis dengan pasien.
b. Bagian-bagian yang tidak dapat dipijat
Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit terkelupas, tepat pada bagian tulang yang
patah, dan tepat bagian yang bengkak.
c. Pasien dalam kondisi gawat
Penyakit-penyakit yang tidak boleh dipijat adalah tiga penyakit yang dapat menyebabkan
kematian tiba-tiba, yaitu ketika terjadi serangan jantung, gagal napas oleh paru-paru, dan
penyakit pada saraf otak (misalnya stroke, pecah pembuluh darah, dan cidera otak).Apabila
terapis menemukan gejala-gejala diatas segera rujuk ke rumah sakit karena penanganan yang
keliru dapat menyebabkan pasien terlambat mendapatkan pengobatan yang lebih baik.

14
2.3 trend dan issue Akupresur dalam Mengurangi Desminore
Dismenore adalah menstruasi yang disertai nyeri dan merupakan masalah
ginekologi yang sering dikeluhkan oleh 40- 80% wanita muda (Hegner, 2003; Benson &
Pernoll, 2009). Nyeri intermitten yang menyertai pengeluaran darah haid nyeri saat haid yang
terasa di perut bagian bawah dan muncul sebelum, selama, atau setelah menstruasi (Badziad,
2003). Dismenore terjadi karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin berlebihan, prostaglandin (PGF-2) yang menyebabkan hipertonus dan
vasokontriksi pada miometrium sehingga mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium,
perdarahan, dan nyeri (Morgan & Hamilton, 2003; Wiknjosastro, 2007; Hillard, 2006).
Berdasarkan penyebabnya, nyeri menstruasi dibedakan menjadi dua, yaitu nyeri
menstruasi primer dan sekunder (Lie, 2004). Dismenore primer, yaitu menstruasi yang
disertai rasa sakit yang dialami dalam masa tiga tahun sejak awal menstruasi dan tidak ada
penyakit tertentu yang menjadi penyebabnya, sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri
yang disebabkan oleh gejala penyakit ginekologi seperti endometriosis atau fibroid (Owen,
2005). Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam sebelum menstruasi dan mereda setelah timbul
menstruasi. Nyeri bersifat konstan, biasanya pada pelvis atau punggung bawah (sakrum) dan
dapat menyebar keselangkangan atau tungkai bawah (Benson & Pernoll, 2009).
Dismenore juga kerap disertai dengan mual, muntah, sakit kepala, pingsan dan
nyeri tungkai (Morgan & Hamilton, 2003). Prevalensi dismenore di dunia sangat besar,
yaitu rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalaminya. Presentasi
dismenore di USA sekitar 90%, Swedia 72% (Lie, 2004). Persentase dismenore Indonesia
sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,88% dismenore primer dan 9,36% dismenore skunder
(Santoso, 2008). Ada beberapa cara untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul akibat
dismenore yaitu dengan terapi medis dan non medis. Obat medis yang sering digunakan
berupa analgesik dan anti inflamasi seperti asam mefenamat, ibuprofen dan antagonis
kalsium, seperti verapamil dan nifedipin yang dapat menurunkan aktivitas dan kontraktilitas
uterus (Morgan & Hamilton, 2003). Selain itu nyeri dapat ditangani dengan terapi non
medis yang aman dilakukan dengan exercise, mandi air hangat atau sauna, memakai buli-buli
panas, meditasi, serta dapat juga dengan pemberian suplemen, pengobatan herbal ala jepang,
terapi horizon, terapi bedah, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TRANS)
akupuntur, dan akupresur (Morgan & Hamilton, 2003; Potter & Perry, 2005). Akupresur
adalah pengobatan cina yang sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu dan dengan memberikan
tekanan atau pemijatan dan menstimulasi titik-titik tertentu dalam tubuh. Pada dasarnya terapi
15
akupresur merupakan pengembangan dari teknik akupuntur, tetapimedia yang digunakan
bukan jarum, tetapi jari tangan atau benda tumpul (Ali, 2005). Tujuannya untuk merangsang
kemampuan alami menyembuhkan diri sendiri dengan cara mengembalikan keseimbangan
energi positif tubuh (Fengge, 2012). Salah satu efek penekanan titik akupresure dapat
meningkatkan kadar endorfin yang berguna sebagai pereda nyeri yang diproduksi tubuh
dalam darah dan opioid peptida endogeneus di dalam susunan syaraf pusat. Jaringan syaraf
akan memberi stimulus pada sistem endokrin untuk melepaskan endorfin sesuai kebutuhan
tubuh dan diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri saat menstruasi (Widyaningrum, 2013).
Akupresur dapat dilakukan dengan penekanan pada satu titik (tunggal) maupun gabungan
atau kombinasi yang terbukti dapat digunakan untuk menangani dismenore. penelitian terkait
penekanan titik tunggal yaitu penelitian yang telah dilakukan Hasanah (2010) dengan
menggunakan titik Taichong (LR3), dari hasil penelitian ini didapat bahwa terjadi penurunan
intensitas nyeri sebesar 1,03 poin setelah diberi terapi akupresur. Selain itu beberapa titik
yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore antara lain Titik SP6 (Chen & Chen,
2004), titik Hoku/He-qu (LI4) (Mahoney, 1993), titik gabungan antara Taichong (LR3) dan
Neiguan (PC6) terkait penelitian yang dilakukan oleh (Julianti, 2011) dimana pada kedua titik
secara signifikan dapat menurunkan rata-rata intensitas nyeri sebesar 1,76 poin.
hasil penelitian dari trend akupresure dalam pengobatan dismenore
Hasil survey dan wawancara yang dilakuan peneliti pada tahun 2012 diSMAN 5 dan
MA AL-HUDA Bengkalis didapatkan hasil 97 orang (88 %) dari 110 orang siswa putri yang
berumur 16-18 tahun mengalami masalah dismenore, rata-rata nyeri yang dialami remaja
putri tersebut adalah nyeri dibagian perut dan punggung bawah, lebih cenderung malas-
malasan dan memilih istirahat ketika nyeri yang dirasakan begitu berat, sehingga
mengharuskan mereka untuk mengkonsumsi obat-obatan sebagai penghilang nyeri seperti
feminax dankiranti. Hasil wawancara kepada susantisalah satu guru di SMAN 5 Bengkalis
mengatakan sekitar 9-10 orang tiap bulan yang berhalangan hadir karena dismenore dan ada
juga yang izin pulang akibat dismenore. Sampai saat ini penggunaan akupresur dalam
meminimalisir dismenore serta prospeknya dalam pengobatan masih belum banyak diketahui.
Masih ada banyak titik akupresur yang bisa menurunkan dismenore, oleh karena itu peneliti
terdorong untuk meneliti lebih lanjut tentang efektifitas terapi akupresur terhadap dismenore
pada remaja perempuan di SMAN 5 dan MA AL-HUDA Bengkalis. dilihat sebagian besar
responden yang mengalami dismenore primer pada kelompok eksperimen berumur 17 tahun
yaitu sebanyak 32 orang (40 %), sedangkan pada kelompok kontrol berumur 16 tahun yaitu
sebanyak 17 orang (42.5%).
Jarak Menarche dengan dismenore yang sering terjadi pada kelompok eksperimen
yaitu setelah 2 tahun menarche sebesar 30 orang(35.0 %), sedangkan pada kelompok kontrol
yaitu setelah 2 tahun menarche sebesar 16 orang (40.5%).Penelitian lain yang mendukung
penelitian tentang efek terapi akupresur terhadap dismenore adalah penelitian yang dilakukan
oleh Dessy, Isti, Fitri, Kholista,Silmi dan Nindia (2012). Penelitian tersebut dilakukan pada
50 responden yangmengalami dismenore dengan melakukan penekanan pada titik SP6
(sanyinjio) danSP8 (diji) yang dilakukan sekali selama 3 hari pertama periode menstruasi.

16
Hasilmenunjukkan bahwa tingkat keparahan hingga 2 jam setelah pengobatan (P value
=0.001). Temuan penelitian lain yang mendukung penelitian tentang efek terapi akupresur
terhadap dismenore adalah penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2010). Penelitian
tersebut dilakukan pada 54 responden yang mengalami dismenore primer dengan melakukan
penekanan pada titik LR3 (taichong) pada fase lutheal. Hasil akhir menunjukkan bahwa
responden mengalami penurunan intensitas nyeri yang signifikan dibandingkan dengan
kelompok yang tidak dilakukan terapi akupresur, dengan kata lain secara signifikan bahwa
akupresur dapat menurunkan rata-rata intensitas nyeri sebesar 1.037 poin (p value= 0,001).
Pada penelitian diatas, terdapat perbedaan penurunan intensitas nyeri setelah
dilakukan terapi akupresur dimana penelitian Sriwahyuni, Handayani dan Irawati (2011)
penurunan terjadi sebesar 1.857, dikarenakan responden yang sedikit dibandingkan dengan
penelitian ini yang hanya terjadi penurunan sebesar 1,76 dikarenakan penelitian memiliki
responden yang lebih banyak dari responden yang diteliti oleh Sriwahyuni, Handayani dan
Irawati. Menurut Smelzer dan Bare (2002) nyeri menstruasi diakibatkan adanya pelepasan
PGF2 yang berlebihan sehingga meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus
yang menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram
abdomen bawah yang bersifat siklik (seperti pukulan yang berulang-ulang). Berdasarkan
penelitian ini dan penelitian yang diatas bahwa terapi akupresur dapat menurukan intensitas
dismenore. Penelitian inidilakukan penekanan pada titik Hoku/he-qu (L14) dan pada titik
Neiguan (PC6). Penekanan pada titik Hoku/he-qu (L14) dapat memberikan asupan energi
pada organ reproduksi dan meredakan nyeri secara umum (Widyaningrum, 2013). Penekanan
pada titik Neiguan (PC6) mengurangi kecemasan dan membuat rileks tubuh. Dengan
demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi akupresur efektif terhadap
penurunan dismenore pada remaja putri. Terapi akupresur secara empiris terbukti dapat
membantu meningkatkan hormon endorpin pada otakyang secara alami dapat membantu
menawarkan rasa sakit saat menstruasi(Hartono, 2012).

Isu terapi komplementer untuk pengobatan desminore


Awal terapi akupresure masuk menjadi terapi komplementer yang secara fakta banyak
menyembuhkan penyakit banyak isu-isu yang belum jelas beredar seperti akupressure bisa
menyebabkan efek samping yang fatal, akupresure ini di lakuka pada orang yang belum ahli,
dan para siswi yang di mana sebagai subyek penelitian itu menjawab bahwa akupresure
terapi yang belum pasti dan tidak mungkin bisa menyembuhkan penyakit hanya dengan
menyentuh salah satu bagian tubuh sehingga mahasiswi yang melakukan penelitian pun
menjelaskan kepada siswi tentang akupresure tersebut dan cara pengobatan dan di denpasar
juga sudah ada tempat klinik untuk akupresure di mana masyarakat di bali khususnya di
denpasar mulai percaya dengan terapi ini karena banyak hasil yang memuaskan setelah
melakukan terapi ini.

17
Isu legal komplementer dalam kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dasar bagi setiap umat manusia
di bumi ini. Masalah kesehatan menjadi problema yang krusial bagi setiap kalangan. Betapa
tidak, dalam melakukan aktivitas setiap orang memerlukan kesehatan jasmani maupun
rohani. Maka dari itu, produktivitas dan kreativitas tenaga kesehatan perlu ditingkatkan demi
menunjang kualitas pelayanan kesehatan.
Dengan seiring bertambahnya sumber daya manusia dan tingginya tingkat kebutuhan
ekonomi di era globalisasi sekarang ini, banyak jenis pengobatan maupun terapi yang
bermunculan. Masyarakat mulai melirik teknik pengobatan yang dapat menjamin namun
tetap terjangkau. Satu dari sekian teknik pengobatan yang kini marak diperbincangkan yaitu
pengobatan komplementer.
Terapi komplementer menjadi pilihan yang banyak diminati oleh mereka yang
terkendala biaya pada pengobatan kovensional atau medis. Selain faktor ekonomi, beberapa
faktor yang mendorong masyarakat untuk lebih memilih pengobatan komplementer adalah
faktor sosial, kepercayaan, budaya, psikologis, kejenuhan terhadap pelayanan
medis/pengobatan konvensional, manfaat dan keberhasilan, pengetahuan, serta persepsi
tentang sakit dan penyakit.
Bagi masyarakat awam, istilah komplementer tidak akan terkesan familier, tetapi
pilihan pengobatan alternatif seperti akupuntur, hipnoterapi, cupping (bekam basah), terapi
energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food
combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas seperti
akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, merupakan bagian dari terapi komplementer.
Masyarakat yang menjalani pengobatan di berbagai jenjang kesehatan, tidak hanya menjalani
proses pengobatan konvensional atau medis, tetapi mereka memadukannya secara mandiri
dengan pengobatan-pengobatan alternatif seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Jadi,
sebenarnya tanpa disadari, kita telah menerapkan pengobatan komplementer dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Terapi komplementer yang memang telah menjadi isu di banyak negara, masih
memerlukan riset yang lebih menyeluruh untuk dipelajari secara lebih dalam. Beberapa
penelitian yang mengangkat tema tentang terapi komplementer diantaranya adalah terapi
sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan,
mempercepat penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada perubahan
psikoimunologik, terapi pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang bulan dapat
meningkatkan berat badan, memperpendek hari rawat, dan meningkatkan respons. Sedangkan
18
terapi pijat pada anak autis meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi pijat juga dapat
meningkatkan pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada anak
susah makan, terapi kiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan level plasma
prostaglandin selama haid, penggunaan aromaterapi berupa penggunaan minyak esensial
berkhasiat untuk mengatasi infeksi bakteri dan jamur, minyak lemon thyme mampu
membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus dan tuberculosis, tanaman lavender dapat
mengontrol minyak kulit, sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi
kekambuhan, meditasi dan imagery membantu mengurangi rasa nyeri pada pasien penderita
kanker dan mempercepat proses penyembuhannya, selain itu hipnoterapi dapat meningkatkan
suplai oksigen, perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan
mengurangi kecemasan.
Dari hasil penelitian-penelitian dapat membuat suatu paradigma baru dalam dunia
kesehatan mengenai terapi komplementer. Terapi komplementer yang disebut juga dengan
terapi holistik ini akan sangat bermanfaat bagi klien yang memiliki penyakit kronis yang
mengharuskan mereka untuk melakukan pengobatan rutin yang mengeluarkan lebih banyak
dana. Selain dapat meningkatkan kesehatan secara menyeluruh, klien juga dapat menghemat
biaya pengobatan karena dalam terapi komplementer beban untuk membeli obat yang harus
dikonsumsi akan berkurang.
Minat masyarakat Indonesia terhadap pengobatan komplementer ini sudah mulai
meningkat. Terlihat dengan menjamurnya klinik-klinik pengobatan alternatif dan tradisional
baik di daerah-daerah maupun di pusat kota yang banyak dikunjungi oleh masyarakat
Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh tingginya tingkat kesadaran masyarakat yang lebih
melihat hasil dan proses daripada suatu pelayanan kesehatan. Pengobatan komplementer
dirasa lebih memberikan hasil yang nyata bagi mereka, dibandingkan dengan metode
pengobatan yang bersifat konvensional atau medis. Karena tidak sedikit dari masyarakat kita,
yang menjalani pengobatan medis tidak menemukan suatu titik terang, dimana setelah
mereka beralih kepada metode pengobatan komplementer, dengan dua atau tiga kali terapi,
mereka telah merasakan dampak positif terhadap kesehatannya.
Pada masa sekarang ini, terapi pengobatan komplementer dan pegobatan medis sudah
dapat hidup secara berdampingan di masyarakat, seperti pada beberapa rumah sakit di
Indonesia yang menyelenggarakan praktik pengobatan komplementer sebagai metode
pengobatan yang bersifat sebagai pendamping, pelengkap maupun pengganti dari metode
pengobatan medis. Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta merupakan salah
satu dari 12 rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan
19
dan mengembangkan pengobatan komplementer. Rumah Sakit Kanker Dharmais memiliki
cabang unit khusus pengobatan kedokteran komplementer, dimana Unit CAM ini
berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan komplementer bagi penderita
penyakit kanker dan atau masalah kesehatan lainnya baik yang berasal dari Rumah Sakit
Kanker Dharmais maupun rujukan dari fasilitas kesehatan lainnya. Pada saat ini pelayanan
yang diberikan pada Unit CAM Rumah Sakit Kanker Dharmais meliputi: 1) Akupuntur
Medik (Akupuntur Pengobatan dan Akupuntur Estetika) dan 2) Herbal (Fitofarmaka, Herbal
terstandar, jamu). Sedangkan 12 rumah sakit lainnya yang telah melaksanakan dan
mengembangkan pengobatan komplementer adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta,
Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah
Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta,
RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten.
Berangkat dari kepuasan pasien terhadap pengobatan komplementer yang semakin
menyuburkan klinik pengobatan komplementer membuat masyarakat perlahan semakin
tergiur dengan teknik pengobatan jenis ini. Isu berbagai jenis kelebihan dan keuntungan
pengobatan komplementer menyebar begitu saja. Terlebih bila satu pasien merasa sembuh
total begitu menjalani pengobatan komplementer, maka testimoni baik mengenai teknik
pengobatan ini akan berdampak pada masyarakat yang lelah menjalani pengobatan
konvensional berbondong-bondong menjalani pengobatan komplementer. Namun, yang jadi
persoalan, tak semua tenaga medis, dalam hal ini yang dipraktikkan oleh perawat, dapat
dijamin profesionalitasnya. Apalagi, pengobatan komplementer terkesan sebagai jenis
pengobatan sampingan, tak harus tenaga yang handal untuk mempraktikkannya. Padahal,
apapun jenis pengobatannya bila berkaitan baik dengan jasmani maupun rohani pasien, bila
ditangani oleh tenaga medis yang kurang kompeten sudah tentu amat membahayakan.
Dengan demikian, terapi komplementer ini sangat perlu untuk menjadi bahan kajian
dalam dunia keperawatan. Karena tidak hanya tenaga kesehatan seperti dokter dan ahli terapi
saja yang mempunyai kesempatan dalam mengembangkan profesinya dalam praktik
komplementer ini. Jika dilihat dari berkembangnya izin praktik mandiri kepada perawat di
masa sekarang ini, maka perawat juga perlu meningkatkan kemampuan diri dalam praktik
terapi komplementer. Dimana perawat merupakan profesi di dunia kesehatan yang merawat
pasien dengan pendekatan holistik dan memandang manusia secara utuh sebagai makhluk
biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual. Sama halnya dengan metode terapi
komplementer yang dianggap sebagai terapi dengan pendekatan holistik karena berupaya
20
untuk meningkatkan taraf kesehatan dengan memperhitungkan dari berbagai sudut dan
beraneka aspek kehidupan pasien.
Pengawasan pada penyelenggaraan praktik pengobatan komplementer di masyarakat
baru berupa pendaftaran kepada pemerintah daerah setempat saja. Bahkan berdasarkan
penelusuran oleh dinas kesehatan di berbagai daerah, ternyata masih banyak ditemukan
klinik-klink pengobatan sebagai sarana terapi komplementer atau alternatif yang tidak
memiliki izin praktik yang jelas. Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat banyaknya
berita di media cetak maupun online yang memberitakan mengenai merebaknya pengobatan
palsu yang berkedok praktik pengobatan komplementer atau alternatif yang dijalankan oleh
tenaga yang tidak berkompeten sehingga pada akhirnya dapat berdampak buruk bagi
masyarakat.
Seperti dikutip dari antaranews.com tertanggal 23 Maret 2010, terdapat sebanyak 11
praktik tradisional atau alternatif yang mengantongi izin dan ada sekitar 30 lagi yang tidak
mengantongi izin dari Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat kota Pangkal Pinang, Bangka
Belitung. Selain itu, mengutip dari okezone.com tertanggal 11 Maret 2015, banyak pasien
kanker payudara lebih percaya terhadap pengobatan alternatif dan kerap melupakan
pengobatan medis. Padahal hasil yang diperoleh tidak akan efektif, bahkan sampai meregang
nyawa. Maraknya pengobatan alternatif yang menjanjikan kesembuhan tanpa operasi selalu
membuat korban stadium lanjut berjatuhan. Pasien selalu datang ke rumah sakit dengan
stadium III dan IV.
Berkaca dari maraknya malpraktik pengobatan komplementer, disebabkan salah
satunya oleh tiadanya peraturan tegas dari pemerintah. Terutama minimnya pengawasan
praktik, ditambah belum adanya undang-undang yang secara gamblang menjelaskan
mengenai pengobatan komplementer. Belum ada perlindungan hukum bagi pasien yang
menjalani pengobatan komplementer, termasuk standarisasi tenaga medis yang diperbolehkan
mempraktikkan pengobatan jenis ini. Mengingat lingkup praktik perawat yang mendapat
sorotan melalui adanya malkpraktik pengobatan komplementer, banyak muncul anggapan di
kalangan Dinas Kesehatan, bahwa perawat dilarang mengerjakan pengobatan akupuntur.
Seperti beberapa kasus yang terjadi di salah satu puskesmas di wilayah Karangasem.
Namun dari segi hukum, perawat sebetulnya diberikan wewenang dalam mengadakan
praktik sendiri. Seperti yang telah termuat dalam UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang
keperawatan pada pasal 1 ayat 11 menyatakan bahwa Surat Izin Praktik Perawat yang
selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik
21
Keperawatan. Selanjutnya pada 30 ayat 2 bagian m menerangkan bahwa penatalaksanaan
keperawatan komplementer merupakan bagian dari penyelenggaraan praktik keperawatan
dengan memasukkan/ mengintegrasikan terapi komplementer dan alternatif ke dalam
pelaksanaan Asuhan Keperawatan. Hal ini sudah jelas membuka lebar peran perawat dalam
melaksanakan praktik keperawatan komplementer tetapi masih belum mendapat tanggapan
yang serius dan kesadaran dari pihak Pemerintah Dinas Kesehatan.
Masih merujuk pada UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 11
yang menjelaskan tentang stadarisasi penyelenggaraan pendidikan tinggi keperawatan yang
memenuhi standar nasional pendidikan tinggi, sedangkan pada pasal 12 menyebutkan bahwa
penerimaan mahasiswa harus sesuai dengna kuota nasional demi menjamin mutu dari lulusan
keperawatan itu nantinya. Sedangkan pada pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa mahasiswa
keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti uji kompetensi
secara nasional. Sehingga nantinya akan mendapatkan Sertifikat kompetensi bagi mahasiswa
pendidikan vokasi dan sertifikat profesi bagi mereka yang mengikuti pendidikan profesi
keperawatan.
Dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang standarisasi pendidikan yang
harus dicapai bagi calon perawat ini, maka perawat harus lebih meningkatkan segi
keilmuannya dalam keperawatan komplementer guna memajukan profesinya sehingga tidak
hanya berpatokan pada metode pengobatan konvensional yang berupa medis saja, tetapi harus
sudah memulai membuka diri dan memperbaharui pola pikir kita bahwa kesembuhan klien
tidak mutlak hanya dengan berpedoman pada kehebatan layanan hospitaliti dan kecanggihan
alat kesehatan dunia barat saja yang menggunakan obat-obatan kimia tetapi juga perlu melirik
pada metode pengobatan ketimuran yang lebih bersifat holistik dan aman bagi masyarakat.
Seperti yang sempat disebutkan di bagian awal tadi, beberapa contoh metode terapi
komplementer salah satunya yaitu moteode pengobatan akupuntur. Metode pengobatan yang
biasa disebut dengan metode tusuk jarum dari Tiongkok ini mulai masuk pelayanan rumah
sakit sejak tahun enam puluhan, kemudian dicoba masuk kurikulum Fakultas Kedokteran.
Tetapi di masa sekarang ini, dengan adanya izin praktik mandiri bagi profesi perawat,
diharapkan tidak hanya dokter saja yang berperan aktif dalam mengembangkan keilmuannya
melalui pengobatan komplementer, melainkan para perawat maupun mahasiswa calon
perawat di masa depan juga dapat ikut serta mengembangkan dan meningkatkan potensi diri
serta mempelajari hal-hal baru dalam praktik keperawatan komplementer ini, misalnya pada
praktik pengobatan akupuntur ini, jika perawat memiliki skill dan kompetensi dalam bidang
tersebut, maka perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien. Mengingat
22
kembali bahwa perawat telah memiliki izin praktik mandiri sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Maka dari itu, perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah dikenal secara luas, termasuk
didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional
kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini
dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang
dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Tidak selamanya teknik pengobatan komplementer itu membahayakan pasien, asalkan
dapat diparktikkan oleh profesional kesehatan dan orang-orang yang memiliki lisensi ijin
praktik resmi yang dapat dipertanggung jawabkan maka teknik pengobatan komplementer
atau alternatif akan menjadi suatu paradigma baru yang akan mengganti persepsi lama kita
tentang pelayanan kesehatan yang layak di mata masyarakat. Selama adanya lisensi dan izin
yang jelas, kasus-kasus malpraktik akan dapat kita hindari.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam
terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran
perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
Dalam Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, Nomor 1, Maret 2008, menyebutkan
bahwa terapi komplementer sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21.Sehingga diharapkan
bagi pengembang kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset untuk lebih
membuka jalur yang jelas bagi para perawat maupun calon perawat yang ingin
mengembangkan potensi diri guna memajukan profesi perawat di masa mendatang. Apabila
isu ini berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan pasien secara otomatis akan meningkat.

23
24
25
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Akupresur adalah terapi dengan menekan, memijit, mengurut bagian dari tubuh untuk
mengaktifkan peredaran energi vital atau Ci.Akupresur juga dikenal akupuntur tanpa jarum,
atau pijat akupuntur, karena teori akupresur didasari oleh teori akupuntur. Akupuntur
menggunakan jarum sebagai alat bantu praktik, sedangkan akupresur menggunakan jari,
tangan, bagian tubuh lainnya atau alat tumpul sebagai pengganti jarum. Akupresur
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis diantaranya Shiatsu, Jin Shin, Do-in, serta Tui-Na.
Layaknya akupuntur yang memiliki banyak manfaat, begitu pula dengan akupresur.
Beberapa manfaatnya antara lain sebagai pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
rehabilitasisetelah mengalami sakit serta promotif sebelum individu terserang penyakit yang
artinya individu yang dalam keadaan sehat.
Beberapa kondisi yang diindikasikan untuk dilakukan terapi akupresur yaitu sakit
kepala tipe tegang dan migren, sakit gigi, untuk kesehatan sendi, siku tangan, pergelangan
tangan dan tangan, kesehatan tulang belakang,, kesehatan sendi pinggul, kesehatan sendi
lutut, kesehatan pergelangan kaki, kesehatan telapak kaki, serta acupoint untuk membantu
anda lebih rileks. Sedangkan kondisi yang tidak diperbolehkan dilakukan terapi akupresur
yaitu pada daerah patah tulang, kulit yang terkelupas, pasien gaga jantung, gagal nafas,
pasien yang memiki masalah saraf pusat misalnya stroke dan kondisi gawat lainnya.
Salah satu efek penekanan titik akupresure dapat meningkatkan kadar endorfin yang
berguna sebagai pereda nyeri yang diproduksi tubuh dalam darah dan opioid peptida
endogeneus di dalam susunan syaraf pusat. Jaringan syaraf akan memberi stimulus pada
sistem endokrin untuk melepaskan endorfin sesuai kebutuhan tubuh dan diharapkan dapat
menurunkan rasa nyeri saat menstruasi (Widyaningrum, 2013).

B. Saran
Bagi Mahasiswa, setelah membaca makalah ini hendaklah dapat benar-benar
memahami konsep umum dari terapi komplementer akupresur dalam mengurangi desminore.
Serta terus memperbaharui pengetahuan khususnya pada terapi akupresur, dengan penjelasan
diatas telah dijabarkan terkait konsep umum dari terapi akupresur.

26
DAFTAR PUSTAKA

Fengge, A. 2012. Terapi akupresur manfaat dan pengobatan. Yogyakarta: Crop Circle Corp.
Hanifa, W. 2005. Ilmu kebidanan. (Ed. 3). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Hillard, P. A. J. 2006. Dysmenorrhea: Pediatrics in review. 27: 64-71. Holder. Julianti, F. E.
2012.
Lie, S. 2004. Terapi vegetarian untuk penyakit kewanitaan: Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Potter & Perry. 2005. Fundamentals of nursing: concept, process, and practice. Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2006. Fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan praktik.
(Ed. 4). Jakarta: EGC.
Progestian. (2010). Cara menentukan masa subur. Jakarta: Swarna Bumi.
Widyaningrum, H. (2013). Pijat refleksi & 6 terapi alternatif lainya. Jakarta: Media Pressindo

27

También podría gustarte