Está en la página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang wiraswasta harus memiliki kemampuan yang menunjang


usahanya selain sikap mental yang baik, namun bukan berarti kemampuan ini
harus telah dimiliki sebelum memulai usahanya. Kemampuan-kemampuan
tersebut harus menjadi dasar seseorang untuk menjadi wiraswasta, untuk itu
diperlukan proses pembelajaran dan mengasah kemampuannya dalam praktek
usaha supaya semakin hari kemampuan tersebut semakin terasah dan terampil,
sehingga usahanya dapat berkembang dengan baik.

Seiring perkembangan dan pesatnya persaingan dalam berwirausaha


menuntut wirausahawan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan produk atau jasa yang dimilikinya dalam rangka
menyelaraskan kebutuhan konsumen yang semakin beragam dan tanpa batas.
Memasuki abad 21 sebagian besar futurist menyebutkan bahwa perusahaan
semakin lama cenderung semakin bertambah ramping.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi era persaingan perdagangan bebas
tersebut, banyak perusahaan di Indonesia baik yang berskala besar, menengah
maupun yang berskala kecil mulai menata ulang strategi persaingannya dengan
melakukan kajian terhadap tujuan strategik perusahaan yang didasarkan atas
kebutuhan pasar baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, dan juga
melakukan evaluasi yang intens (terus menerus secara mendalam) terhadap
kompetensi internal perusahaan itu sendiri, termasuk dalam hal ini melakukan
penilaian kinnerja pemasaran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa sikap dan profil wiraswasta ?
2. Apa sifat- sifat wirausaha ?
3. Apa kelemahan wirausaha indonesia ?
4. Apa ide, kreativitas dan inovasi dalam wirausaha ?
5. Bagaimana cara mengembangkan kreativitas dan inovasi ?

C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana sikap dan profil wiraswasta
2. Untuk mengetahui bagaimana sifat- sifat wirausaha
3. Untuk mengetahui kelemahan wirausaha indonesia
4. Untuk mengetahui ide, kreativitas, dan inovasi dalam wirausaha
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kreativitas dan
inovasi
D. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui Sikap dan profil wiraswasta
2. Mahasiswa mengetahui sifat- sifat wirausaha
3. Mahasiswa mengetahui kelemahan wirausaha indonesia
4. Mahasiswa mengetahui ide, kreativitas, dan inovasi dalam wirausaha
5. Mahasiswa mengetahui mengembangkan kreativitas dan inovasi

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Sikap dan Profil Wiraswasta

Sikap dan profl seorang wiraswasta dalam menjalankan usahanya penting


untuk diketahui dan dipelajari, dengan memiliki sikap -sikap menjadi kunci
sukses dalam menjalankan usahanya.

Sikap dan profil yang sebaiknya dimiliki adalah sebagai berikut:

1. Kreatif, inovatif, banyak ide atau gagasan dalam segala hal yang
meliputi:
- Produk baru.
- Metode baru.
- Pasar baru.
2. Mencari dan mengisi peluang

Mencari dan mengisi peluang baik dengan cara membuka pasar baru
atau produk baru. Dapat melihat peluang dengan melakukan inovasi
terhadap produk yang ada sehingga dapat menghasilkan produk
dengan harga yang lebih dan atau performance yang lebih baik

3. Orientasi pada konsumen


- Harga yang wajar, layak, dan kompetitif.
- Performace produk.
- Pelayanan puma jual untuk beberapa produk tertentu.
- Kepuasan dan manfaat bagi pelanggan dan stakeholder

4. Berani dan siap menghadapi resiko, yang dapat berupa:


- Resiko keuangan
- Resiko persaingan
- Resiko produksi
- Resiko pasar.
- Resiko kegagalan pengembangan produk baru.
5. Berani melakukan ekspansi dan diversifikasi bisnis, dengan tujuan
untuk memperbesar usaha dan keuntungan.

Menurut John A. Welsh dan Jerry F. White, profil wiraswasta yang sukses adalah
sebagai berikut:

1. Sehat rohani dan jasmani.

3
Wiraswasta yang sukses memiliki fisik yang kuat. Mereka mampu bekerja
untuk waktu lama. Beberapa wiraswasta sukses malah menyatakan bahwa
penyakit yang pernah mereka alami justru hilang ketika mereka mulai
membangun bisnis mereka. Tampaknya gejala-gejala psikosomatis juga bisa
ditekan lewat konsentrasi meraih kesuksesan bisnis.

2. Ada kebutuhan mendasar untuk mengendalikan dan mengarahkan.

Para wiraswasta agak sulit berkiprah dalam struktur organisasi tradisional.


Mereka tidak ingin ada kekuasaan di atas mereka. Mereka percaya mereka
bisa melakukan sesuatu lebih baik dari orang lain. Mereka memerlukan
tanggung jawab dan akuntabilitas maksimal, kebutuhan akan kebebasan untuk
memulai tindakan yang mereka anggap penting. Namun ini bukan berarti
keinginan untuk menguasai orang lain. Mereka senang menciptakan dan
melaksanakan strategi-strategi.

3. Percaya diri.
Para wiraswasta sangat percaya diri terhadap apa yang mereka anggap
mungkin. Mereka menangani masalah dengan segera dan langsung. Selama
mereka memegang kontrol, mereka gigih mengejar rujuan-tujuan mereka.

4. Tidak pernah berhenti beraktivitas.


Tidak adanya kegiatan tampaknya membuat para wiraswasta tidak sabar,
tegang, dan tidak tenang. Mereka tampaknya selalu ingin mengerjakan
sesuatu.

5. Kewaspadaan yang tinggi.


Ketika merencanakan, mengambil keputusan, dan bekerja, para
wiraswasta sukses memiliki pandangan umum tentang keseluruhan situasi
yang mereka hadapi. Mereka memiliki kesadaran terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh setiap tindakan mereka.

6. Realistis.

4
Para wiraswasta menerima hal-hal sebagaimana adanya. Mereka mungkin
idealis atau mungkin juga tidak, tetapi jelas bukan seseorang yang tidak
realistis.

7. Kemampuan membuat konsep yang hebat.


Para wiraswasta memiliki kemampuan intelektual untuk cepat
mengidentifikasi hubungan-hubungan antarfungsi atau antarhal dalam situasi
yang kompleks dan membingungkan. Mereka menemukan masalah dan
mencari solusi lebih cepat dari orang lain di sekitar mereka. Mereka diterima
sebagai pemimpin karena biasanya merekalah yang pertama kali
mengidentifikasi masalah yang harus diatasi, kecuali dalam hal-hal yang
menyangkut masalah interpersonal.

8. Kebutuhan yang rendah akan status.


Para wiraswasta yang sukses menemukan kepuasan dalam simbol-simbol
kesuksesan eksternal. Mereka senang ketika ada yang memuji bisnis mereka,
tetapi seringkali malu jika langsung dipuji sebagai individual. Kebutuhan
mereka akan status terpenuhi oleh adanya pencapaian, bukan pakaian,
dekorasi kantor, atau mobil pribadi. Mereka pun tidak ragu mengatakan "saya
tidak tahu", terutama berkaitan dengan bidang-bidang diluar keahlian mereka.

9. Pendekatan yang obyektif terhadap hubungan interpersonal.

Para wiraswasta umumnya menghindari keterlibatan interpersonal dalam


bisnis. Mereka menjaga jarak psikologis. Mereka tidak ragu memutuskan
hubungan untuk membantu mencapai tujuan mereka.

10. Emosi yang stabil.


Para wiraswasta memiliki kontrol diri yang baik, mampu mengatasi
kecemasan dan tekanan dari masalah bisnis atau problem-problem lain dalam
hidup. Kemunduran dan kegagalan akan membuat mereka tertantang, bukan
patah harapan.

11. Senang pada tantangan, bukan risiko.

5
Para wiraswasta bukanlah pengejar atau penghindar risiko. Mereka
memilih situasi yang hasilnya bisa mereka pengaruhi. Mereka sangat
termotivasi oleh tantangan yang mereka anggap menarik. Mereka jarang
bertindak sebelum memperhitungkan risikonya

B. Sifat- Sifat Wirausaha

Digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahaan yang berhasil memiliki


sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)

1. Dream
Seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap
masa depan pribadi dan bisnisnya dan yang paling penting adalah dia
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut.

2. Decisiveness
Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka
membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan
dan ketepatan dia mengambil keputusan adalah merupakan faktor kunci
(key factor) dalan kesuksesan bisnisnya.
3. Doers
Begitu seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung
menindak lanjutinya. Mereka melak-sanakan kegiatannya secepat
mungkin yang dia sanggup artinya seorang wirausaha tidak mau menunda
-nunda kesempatan yang dapat di-manfaatkan.

4. Determination
Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian.
Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia
dihadapkan pada halangan atau rintangan yang tidak mungkin diatasi.

5. Dedication
Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-
kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan
dengan keluarganya untuk sementara. Mereka bekerja tidak mengenal
lelah, 12 jam sehari atau 7 had dalam seminggu. Semua perhatian dan
kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.

6
6. Devotion
Devotion berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang
wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan
produk yang dihasilkannya. Hal inilah yang mendorong dia mencapai
keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk yang
ditawarkannya.

7. Details
Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci.
Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat
menghambat kegiatan usahanya.

8. Destiny
Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang
hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau
tergantung kepada orang lain.

9. Dollars
Wirausahaan tidak sangat mengutamakan mencapai kekayaan.
Motivasinya bukan memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai
ukuran kesuksesan bisnisnya. Mereka berasumsi jika mereka sukses
berbisnis maka mereka pantas mendapat laba/bonus/ hadiah.

10. Distribute
Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya
terhadap orang-orang kepercayaannya. Orang-orang kepercayaan ini
adalah orang-orang yang kritis dan mau diajak untuk mencapai sukses
dalam bidang bisnis.

C. Kelemahan Wirausaha Indonesia

7
Heidirachman Ranu Pandojo (1982:16) menulis bahwa sifat-sifat
kelemahan orang kita bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan
tanpa pedoman, dan tanpa orientasi yang tegas. Lebih rinci kelemahan
tersebut adalah sebagai berikut:

- Sifat mentalitet yang meremehkan mutu.


- Sifat mentalitet yang suka menerabas.
- Sifat tak percaya kepada diri sendiri.
- Sifat tak berdisiplin murni.
- Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung-jawab yang kokoh.

Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di atas sudah banyak kita saksikan
dalam praktik- pembangunan di negara ini. SD inpres yang roboh sebelum
waktunya, jalan dan jembatan yang kembali rusak hanya dalam beberapa waktu
sesudah diperbaiki, barang-barang yang kurang berfungsi dan sebagainya adalah
cermin sifat meremehkan mutu. Korupsi dan main pungli yang masih
dipraktikkan meskipun sudah ada aparat pengawasan adalah pengejawantahan
dari sikap suka menerabas. Sikap ikut -ikutan dalam berinvestasi sehingga dalam
waktu yang relatif singkat suatu obyek akan sudah jenuh sehingga semuanya akan
menderita rugi, hal ini merupakan petunjuk betapa para kaum usahawan kurapg
rnampu menemukan dirinya sendiri dan lebih suka mengekor pendapat orang
lain.

Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita ambit saja contoh pada waktu
ada kontrol semuanya berusaha baik, berusaha disiplin, tetapi sesudah tidak
dikontrol semuanya berjalan berantakan lagi, tidak ada disiplin lagi, tidak ada
ketertiban lagi. Akhirnya, banyak hal-hal yang berjalan secara tersendat- sendat
hanya karena tidak ada kesinambungan dalam peng-garapannya yang disebabkan
para pelaksana memiliki pekerjaan yang berangkap-rangkap, ini adalah cermin
sikap tidak bertanggung-jawab yang masih banyak menghinggapi bangsa kita.

Di zaman orde baru sering diadakan lomba kebersihan antar kota,


memperebutkan Prasamya Nugraha. Tapi setelah orde baru jatuh tak ada lagi
lomba-lomba, maka kita lihat kota besar di Indonesia, mulai semrawut, kumuh,
sampah bertebaran dimana-mana. Pak Walikota diam, tak ada motivasi lagi, nama

8
jalan banyak yang hilang tak diganti dengan yang baru, sungai-sungai dalam kota
penuh sampah, jika hujan got tersumbat banjir dan sebagainya.

Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yaitu terletak
pada supersutrukturnya.Di dalam ekonomi Pembangunan, ada 3 elemen penting
yang menunjang pembangunan yaitu Infra struktur, Struktur ekonomi,
Superstruktur.

Infra struktur adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi,
alat transportasi, telepon dan sebagainya.

Struktur ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat,


serta tenaga manajemen yang berpandangan luas, kemampuan mengadaptasi
teknologi dan juga tersedia pasar produksi.

Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat,


semangat kerja ulet, tak kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat
dipercaya.

Bangsa Jepang dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah


Perang Dunia II, adalah karena mereka unggul dalam superstruktur ini.
Bandingkan dengan negara kita dengan segala kelemahannya, kurang
bertanggung jawab, ingin cepat kaya, mencuri, memalsukan dokumen-dokumen,
cuci tangan, cepat puas, ingin santai. Demikian pula bangsa kita, apabila sudah
memperoleh uang/gaji lumayan, mereka cenderung memperbanyak waktu santai.

Masyarakat kita begitu cepat ingin menikmati waktu santai, walaupun


penghasilannya belum begitu tinggi. Lihatlah pada hari mulai libur Jumat sore,
Sabtu, Minggu jalan-jalan ke daerah tujuan wisata macet total. Kebiasaan lain
yang kurang baik yaitu, memanfaatkan hari-hari 'terjepit' untuk bolos, minta ijin
tidak masuk kantor. Perilaku ini semua akan menurunkan prestasi kerja.
Sebaiknya waktu istirahat atau leisure dapat dimanfaatkan untuk pendidikan
mental dan keterampilan peningkatan kebudayaan bangsa, meningkatkan
kesejahteraan, dan Iain-lain.

9
Bagi para mahasiswa, hari-hari libur dan waktu senggang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti membersihkan kamar,
membongkar tumpukan buku dan menyusunnya kembali, membersihkan rumah,
menyapu halaman depan dan belakang rumah, memperbaiki atap yang bocor. Bagi
wanita dapat mencoba resep-resep makanan baru, belajar menjahit, dan
sebagainya. Kegiatan kreatif ini menjadi kebiasaan positif kelak kemudian hari
dan akan berpengaruh baik terhadap semangat kerja, dimanapun anda bekerja.

D. Ide, Kreativtas dan Inovasi


1. Kreativitas

Kreativitas merupakan daya menciptakan sesuatu yang menuntut


pemusatan perhatian, kemauan, kerja keras dan ketekunan. Menurut
Sulaiman Sahlan dan Maswan, kreativitas adalah ide atau gagasan dan
kemampuan berpikir kreatif. Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang dimaksud dengan kreativitas ialah kemampuan untuk
mencipta daya cipta.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan seseorang dalam menuangkan ide atau gagasan
melalui proses berpikir kreatif untuk menciptakan sesuatu yang menuntut
pemusatan, perhatian, kemauan, kerja keras dan ketekunan. Sedangkan
yang dimaksud dengan wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua
pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pionir dalam bisnis,
inovator, penanggung resiko yang mempunyai penglihatan visi ke depan
dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha. Sementara itu
menurut Prawirokusumo wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-
upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu
sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan
(preparation) hidup. Senada dengan pendapat di atas, menurut Suryana,
enterpreneur atau wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi
unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi motivasi
diri, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan
untuk memanfaatkan peluang usaha.

10
Dalam konteks manajemen, peran fungsi kreativitas dalam proses
inovasi merupakan pembangkitan ide yang menghasilkan penyempurnaan
efektivitas dan efisiensi pada suatu sistem. Aspek penting dalam
kreativitas adalah proses dan manusia. Proses berorientasi pada tujuan
yang di desain untuk mencapai solusi suatu problem. Manusia merupakan
sumber daya yang menetukan solusi.

1. sumber kreatifitas diantaranya :


a. Imajinasi dan ide
Berdasarkan fungsinya, kapasitas mental manusia dapat di
kelompokkan menjadi empat bagian, yaitu absortive, retentive,
reasoning, creative. Imajinasi yang kreatif merupakan kekuatan
yang tidak terbatas, misalnya meskipun seseorang yang hampir
tidak pernah keluar rumah tetapi dengan menggunakan
imajinasinya ia dapat melalang buana ke dunia sekitar. Imajinasi
jauh lebih penting dari pada ilmu pengetahuan dan kekuatan
murni dari pikiran manusia.
b. Sifat Proses kreatif
Kreativitas adalah suatu proses yang dapat dikembangkan dan
ditingkatkan. Setiap orang Kreatif pada tingkat tertentu. Orang
mempunyai kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu dapat
lebih kreatif dari pada orang lain. Hal yang sama juga dialami oleh
orang yang dilatih dan dikembangkan dalam suatu lingkungan yang
mendukung pengembangan kreativitas, mereka diajari untuk
berfikir dan bertindak secara kreatif . Bagi pihak lain proses kreatif
lebih sukar karena tidak dikembangkan secara positif dan jika
mereka inginmenjadi kreatif, mereka harus belajar cara
mengimplementasikan proses kreatif.

2. Inovasi Wirausaha
Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam
rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing)
inovasi merupakan fungsi utama dalam proses kewirausahaan. Peter

11
Druckermengatakan inovasi memiliki fungsi yang khas bagi
wirausahawan. Dengan inovasi wirausahawan menciptakan baik
sumberdaya produksi baru maupun pengelolahan sumber daya yang
ada dengan peningkatan nilai potensi untuk menciptakan sesuatu yang
tidak ada menjadi ada. Meskipun demikian, terdapat perbedaan
yangsignifikan antara sebuah ide yang timbul semata dari spekulasi
dan ide yang merupakan hasil pemikiran riset pengalaman dan kerja
yang sempurna hal yang lebih penting, Wirausahawan yang prospektif
harus mempunyai keberanian untuk memberikan sebuah ide melalui
tahapan pengembangan. Dengan demikian inovasi adalah suatu
kombinasi visi untuk menciptakan suatu gagasan yang lebih baik dan
keteguhan serta dedikasi untuk mempertahankan konsep melalui
implementasi.
Proses inovasi di mulai dengan analisis sumberdaya kesempatan
yang menjadi obyek. Inovasi beresifat konseptual dan perseptual, dapat
di pahami dan dilihat inovator harus maelihat bertanya dan mendengar
orang lain dalam mencari inovasi. Mereka berfikir keras dengan
segenap kemampuan otaknya, mereka melakukan perhitungan dengan
cermat dan mendengarkan pendapat orang lain, serta memperhatikan
potensi pengguna inovasi yang di carinya untuk memenuhi harapan
nilai dan kebutuhan.Inovasi yang berhasil pada umumnya sederhan dan
terfokus dan di tujukan pada aplikasi yang di desain khas, jelas dan
cermat. Inovasi lebih banyak melibatkan kerja fisik dari pada
pemikiran. Thomas Alfa Edison mengatakan jenius merupakan
perpaduan yang terdiri dari 1% inspirasi dan 99% kerja keras lebih
dari itu inovator pada umumnya bekerja dalam suatu bidang, edison
bekerja dalam hanya dalam bidang listrik dan menemukan inovasi baru
yang berupa bola lampu
Inovasi terdiri dari empat jenis, diantaranya penemuan,
pengembangan, duplikasi dan sintesis.
1. Penemuan.

12
Kreasi suatu produk, jasa, atau proses baru yang belum pernah dilakukan
sebelumnya. Konsep ini cenderung disebut revolisioner. Ex, penemuan pesawat
terbang oleh wright bersaudara, telepon oleh alexander graham bell dll.
2. Pengembangan.
Pengembangan suatu produk, jasa, atau proses yang sudah ada. Konsep seperti ini
menjadi aplikasi ide yang telah ada berbeda. Misalnya, pengembangan McD oleh
Ray Kroc.

3. Duplikasi.
Peniruan suatu produk, jasa, atau proses yang telah ada. Meskipun demikian
duplikasi bukan semata meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk
memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan. Misalnya,
duplikasi perawatan gigi oleh Dentaland.

4. Sintesis.
Perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru.
Proses ini meliputi engambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan
dan dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.
Misal, sintesis pada arloji oleh Casio.

E. CARA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS DAN INOVASI


Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
kreativitas. Berikut ini adalah hal yang dapat membantu mengembangkan
kemampuan pribadi dalam program peningkatan kreativitas sebagaimana
dikemukakan oleh James L.Adams (1986).

1. Mengenali hubungan
Banyak penemuan dan inovasi lahir sebagai cara pandang terhadap
suatu hubungan yang baru dan berbeda antar obyek, proses, bahan,
teknologi dan orang. Seperti mencampurkan aroma bunga melati dengan
air the kemudian dibotolkan menjadi the botol yang harum dan segar
rasanya.
Untuk membantu meningkatkan kreativitas, kita dapat melakukan
cara pandang kita yang statis terhadap hubungan orang dan lingkungan
yang telah ada. Di sini kita coba melihat mereka dengan cara pandang
yang baru dan berbeda. Orang yang kreatif akan memiliki hubungan

13
intuisi tertentu untuk dapat mengembangkan dan mengenali hubungan
yang baru dan berbeda dari fenomena tersebut. Hubungan ini nantinya
dapat memperlihatkan ide produk dan jasa yang baru. Sebagai contoh kita
melakukan latihan dengan melihat hubungan antara kue coklat dan es krim
vanili, atlet dan pelatih serta manajer dengan buruh.

2. Mengembangkan perspektif fungsional.


Jika dikembangkan lebih lanjut, kita dapat melihat adanya suatu perspektif
yang fungsional dari benda dan orang.
Seorang yang kreatif akan dapat melihat orang lain sebagai alat untuk
memenuhi keinginannya dan membantu menyelesaikan suatu pekerjaan.
Misalnya sering secara tidak sadar kita menggunakan pisau dapur untuk
memasang baut gara-gara palu yang kita cari tidak ditemukan. Cara lain
kita har us memulainya dari cara pandang yang non konvenional dan dari
perspektif yang berbeda. Sebagai contoh: cobalah sebutkan fungsi lain dari
sebuah kursi, buku yang kita pegang dan lain-lain.

3. Gunakan akal
Penelitian terhadap penggunaan fungsi otak pada bagian yang
terpisah antara kiri dan kanan telah dilakukan sejak tahun 1950-an dan
tahun 1960-an.
Otak bagian kanan dipakai untuk hal seperti analogi, imajinasi dan
lain-lain. Sedangkan otak bagian kiri dipakai untuk kerja seperti
analisis, melakukan pendekatan yang rasional terhadap pemecahan
masalah dan lain-lain. Meski secara fungsi ia berbeda, tetapi dalam
pekerjaannya ia harus saling berhubungan. Proses kreativitas meliputi
pemikiran logis dan analitis terhadap pengetahuan, evaluasi dan tahap
implementasi. Jadi bila kita ingin lebih kreatif, kita harus melatih dan
mengembangkan kemampuan kedua otak kita tersebut. Contoh latihan
dapat kita buat sesuai dengan fungsi belahan otak.

14
4. Hapus perasaan ragu-ragu
Banyak kebiaaan mental yang membatasi dan menghambat pemikiran
kreatif. Sebuah studi menemukan bahwa orang dewasa hanya
menggunakan 2-10 persen potensi kreativitas yang dimilikinya. Contoh :
banyak orang memiliki kecenderungan membuat penilaian yang cepat
terhadap sesuatu orang ataupun ide-ide.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seorang wiraswasta harus memiliki kemampuan yang menunjang
usahanya selain sikap mental yang baik, namun bukan berarti kemampuan
ini harus telah dimiliki sebelum memulai usahanya. Kemampuan-
kemampuan tersebut harus menjadi dasar seseorang untuk menjadi
wiraswasta, untuk itu diperlukan proses pembelajaran dan mengasah
kemampuannya dalam praktek usaha supaya semakin hari kemampuan
tersebut semakin terasah dan terampil, sehingga usahanya dapat
berkembang dengan baik.

Proses pembelajaran bagi seorang wiraswasra tidak hanya belajar seperti


disekolah tetapi sorang wiraswasta harus dapat belajar sambil praktek
(learning by doing). Proses ini langsung terjun ke lapangan dengan cara
mendengar, mengamati, bertanya, melakukan hal-hal baru, mencoba, dan
sebagainya, berkaitan dengan usaha yang dia pelajari dan kembangkan.

Aktivitas bisnis sangat memerlukan orang-orang yang inovatif, kreatif dan


cepat tanggap terhadap setiap perubahan. Para peneliti telah mengatakan
bahwa kreativitas menyangkut keputusan-keputusan Anda tentang apa yang
Anda inginkan dan bagaimana Anda melakukannya dengan lebih baik. Jadi,
urutan tersebut melibatkan sebuah proses, bukan hanya melihat hasil akhir

15
yang diharapkan, sehingga kita tidak perlu merasa sangat terbebani untuk
menjadi kreatif.

B. Saran
Pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, dan bagi
pembaca dimohonkan untuk mengirimkan saran yang berfungsi untuk
membangun dan untuk memperbaiki makalah ini. Atas kekurangannya
mohon maaf semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Suryana, 2001, Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat


Sahlan Sulaiman, Wasman, Multi, 1998 Dimensi Sumber Kreatifitas Manusia.
Bandung ,Sinar Baru

Alma, B. 2009. Kewirausahaan. Alfabeta: Jakarta

Suharyadi., Nugroho. A., Purwanto., & Maman. F. Kewirausahaan Membangun


Usaha Sukses Sejak usia Muda. Salemba Empat: Jakarta

Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat: Jakarta

16

También podría gustarte