Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kuman tuberculosis mengenai paru tapi dapat juga mengenai organ tubuh
penularan. Jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar calon
penderita. Virulensi (keganasan basil serta daya tahan tubuh, dimana daya
genetik.
infeksi ke organ lain misalnya otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
per tahun, maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan
B. Tujuan Penulisan
2
1. Penulis ingin mendeskripsikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
berikut:
1. Observasi partisipatif
keperawatan pada klien selama dirawat di rumah sakit dan lebih bersifat
3
Penulis melakukan perawatan secara langsung pada klien dengan
Semarang.
4
2. Wawancara
dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien, keluarga dan tenaga
ruangan dan tim kesehatan mengenai teori tentang keadaan klien dengan
Semarang.
3. Studi dokumenter
Roemani Semarang.
4. Pemeriksaan fisik
pada klien Tn.A dengan penyakit tuberculosis di ruang Umar Rumah Sakit
Roemani Semarang.
5
D. Sistematika Penulisan
rasional.
BAB III Merupakan tinjauan kasus yang merupakan laporan tentang kasus
evaluasi.
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Mansjoer, 1999).
yaitu:
1. Tuberculosis primer
yang paling sering ditemukan dan dengan terdapat kuman dalam sputum,
7
B. Anatomi dan Fisiologi
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan.
mengisi rongga dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya
dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur
yang disebut pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior
paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas
dan bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah.
Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh
8
Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-divisi bronkus.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri).
Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan
dan delapan pada paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi
bronkus sub segmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang
membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas.
Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh
silia dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-
9
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel
alveolar, yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar
tipe II adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu
fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit
besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai
1. Definisi Pernapasan
zat antara O2 ditarik dari udara masuk kedalam darah dan CO2 akan
dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran
kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonaris ke
10
dan alveoli. Proses pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya akan
2. Fungsi Pernafasan
terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk kedalam laring maka kita
dari laring dan dibantu oleh adanya bulu-bulu getar yaitu gunanya untuk
melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian tersebut diatas udara yang
11
Tapi kalau kita bernafas melalui mulut, udara yang masuk kedalam
getar) dapat rusak apabila adanya gas beracun dan dalam keadaan
dehidrasi.
operasi pada kedua hidung diisi tampon sehingga bernapas melalui mulut
(costa) dan vertebra semakin luas dan melebar menjadi datar. Dengan
demikian jarak antara sternum (tulang dada) Rongga dada membesar maka
12
tekanan didalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar. (Syaifuddin,
1997)
Ekpirasi, pada suatu saat otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi kecil kembali, maka udara didalam keluar. Jadi proses respirasi
atau pernafasan ini terjadi karena adanya tekanan antar rongga pleura dan
paru-paru.
berarti reflek bernafas ini juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan
13
C.
D.
E.
14
C. Etiologi
dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang
tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
Jakarta. 2002).
D. Patofisiologi
infeksi tuberculosis terjadi melalui (airban) yaitu melalui instalasi dropet yang
diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Sylvia Price, 1996).
15
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau
paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan
pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal
atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening
oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang
relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di
sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda,
16
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam
percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari
paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus
E. Manifestasi Klinik
17
Tanda dan gejala tuberculosis dapat bermacam-macam antara lain (ilmu
1. Demam
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
18
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan
1. TB paru
19
a. BTA (bakteri tahan asam) mikroskopis langsung (+) atau biakan (-),
TB paru.
b. BTA (bakteri tahan asam) mikroskopis langsung atau biakan (-) tetapi
2. TB paru tersangka
bakteri tahan asam (BTA) didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan
BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau
Ada riwayat TB paru pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa
foto serial dan sputum GBTA (+) kelompok ini tidak perlu diobati.
F. Komplikasi
jalan nafas.
20
2. Penyebaran infeksi ke organ lain
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah asam bucal
obat secara teratur sesuai petunjuk, makan-makan yang cukup gizi, rajin
2. Penatalaksanaan perawatan
tanpa bantuan
21
c. Kebut istirahat tidur klien dapat terpenuhi
orang lain
H. Pengkajian Fokus
berkeringat.
2. Integritas EGO
lain.
mudah terangsang.
22
3. Makanan/cairan
berat badan.
5. Pernafasan
(penyebaran bronkogenik).
23
6. Keamanan
HIV positif.
7. Interaksi sosial
8. Pemeriksaan Penunjang
akhir penyakit.
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal
e. Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas
tuberculosis,
24
g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya
infeksi.
i. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
ruang mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan
kronis luas)
(Doengoes, 2000)
25
I. Pathway Mycobacterium tuberculosis
Saluran pernafasan
Alveolus
Peradangan bronkus
Alveolus
mengalami Terjadi perdarahan
konsolidasi
Penumpukan sekret dan eksudasi
Penyebaran bakteri secara
limfa hematogen
Gangguan
Efektif Tidak efektif pertukaran
gas
26
J. Diagnosa Keperawatan
muntah, anoreksia.
5. Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
malnutrisi.
27
b. KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan
c. Intervensi
keperluan
sekret.
28
5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m / hari kecuali
kontra indikasi.
dikeluarkan.
aktif
pernafasan normal
c. Intervensi
29
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal
sekret.
dan kelemahan.
30
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah
sesuai keperluan
beratnya gejala.
oksigen
pengenceran sekret.
1). Catat status nutrisi pasien dari penerimaan, catat turgor kulit, berat
muntah, diare.
31
Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya
2). Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.
masukan diet.
pernafasan.
pusat muntah.
6). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein.
32
Rasional : Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau
5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk.
33
pastikan ventilasi ruangan baik, tutup pintu ruangan bila klien
menginginkan.
kelebihan, stress.
toleransi.
34
Rasional : mempertahankan pernafasan lambat, sedang dan
aktivitas.
beraktivitas.
Paru.
2). Berikan instruksi dan informasi tertulis pada pasien untuk rujukan
35
Rasional : informasi tertulis menentukan hambatan pasien untuk
menguatkan belajar.
kondisi pasien..
reaktivitas.
pola hidup.
36
c. Intervensi dan rasional:
3). Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, missal: masker atau isolasi
pernafasan.
menular.
4). Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tisu
demonstrasi.
37
5). Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
sampai 3 bulan.
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Mei 2008 pukul 12.00 di ruang Umar
A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Tn.A
Umur : 31 tahun
Jenis : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Semarang
Nama : Tn.K
Umur : 56 tahun
Pendidikan : -
39
Pekerjaan : Swasta
40
A. Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 22 Mei 2008 klien datang bersama keluarga, klien dengan
9 bulan yang lalu klien pernah dirawat di rumah sakit William Boot
Riwayat keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti
klien saat ini. Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit menular
berkala, kebiasaan hidup klien tidak olah raga. Klien termasuk keluarga
41
Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, buah
hanya piring karena perutnya mual-mual. Minum klien 6-7 gelas perhari
BB : 40 kg.
Pola eliminasi
Sebelum sakit klien BAB 1 hari satu kali dengan konsistensi lembek,
Selama sakit : aktivitas klien seperti mandi, ganti baju, makan dan buang
Sebelum sakit klien biasanya tidur 8-9 jam setiap hari dan selama sakit
dapat dipahami dan pesan dapat diterima, klien juga mampu mengambil
keputusan. Pola kognitif orang tua klien berharap putranya cepat sembuh.
42
Hubungan klien dengan keluarga dan tetangga dan petugas kesehatan tidak
dipahami oleh orang yang ada di sekelilingnya. Klien selalu ditunggui oleh
ibunya.
Klien belum mempunyai keluarga, alat kelamin klien tidak ada keluhan
seperti nyeri. Klien juga tidak menggunakan alat bantu seperti kateter.
B. Identitas, klien seorang laki-laki yang normal, klien puas sebagai laki-
C. Peran : klien berperan sebagai anak yang baik bagi kedua orang
D. Ideal diri : harapan klien terhadap dirinya agar cepat sembuh dan
berperan kembali sebagai anak yang baik dan selalu membantu orang
tuanya
43
Apabila ada keluarga klien selalu musyawarah bersama keluarga semua
Klien beragama Islam klien selalu sholat 5 waktu dan klien selalu berharap
dan berdoa agar sakitnya cepat sembuh. Klien juga yakin kalau kita
A. Pengkajian Fisik
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
RR : 32 x/mnS : 36,50C
Pengukuran antropometri
TB : 165
BB : 40 kg
Kepala : mesocepal
44
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, adanya sekret
Hidung : tidak ada polip hidung, tidak ada cuping hidung, tidak ada O2
Leher dan tenggorok : tidak ada benjolan pada leher, tidak memakai alat trakea
Dada dan thorax : simetris, tidak ada lesi atau luka ejjas
Aus : terdengar suara ronchi basah pada paru kanan dan kiri
Pel : sonor
Pal : Vesikuler
Per : tympani
Ekstremitas : terpasang infus di tangan kanan, tidak ada edema, dan tidak ada jejas
Kulit : warna putih, tidak ada luka ataupun jahitan, tidak ada infeksi di tusukan
45
A. Data Penunjang
Hematokrit 34.9 %
Eosinofil 1 %
N-segmen 82 %
Basofil 1 %
Limfosit 9 %
Monosit 7 %
LED 98 mm/jam
MCV 86 umb
MCH 26 pq
MCHC 31 g/dl
46
Imunoserologi
HB5A9 negatif
Kimia darah
SGOT 13 u/L
SGPT 17 u/L
Kalium 44 mmol/l
Urinalisa
Warna kuning
Keasaman 6.0
Protein (+ 4)
Reduksi negatif
47
Epitel 3-5/I pk
Lekosit 2-3/I pb
Eritrosit 1-2/I pb
Kristal negatif
Urobilinogen negatif
Bilirubin negatif
Bakteri positif
Feices
Warna hijau
Konsistensi cair
Lendir positif
Parah negatif
Amoeba negatif
Lekosit 1-2/I pb
Eritrosit 1-2/I pb
Bakteri positif
Jamur positif
48
Pemeriksaan thorax tanggal 22 Mei 2008
Therapy
Po : Nori F
Caprofil 1x1
Metronedosol 3x500 gr
Cefotaksin 2x1 gr
49
D. Analisa Data
mengeluarkan sekret.
3. DS : Ibu klien mengatakan belum Kurang Kurangnya
sakitnya. tuberculosis.
E. Diagnosa Keperawatan
sekret.
50
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
Rencana Keperawatan
No.
Tanggal Tujuan & Kriteria Hasil Rencana
Dx.
26-05-08 1. Setelah dilakukan tindakan - Catat status nutrisi pada saat
tapi sering
51
- Berpartisipasi dalam banyak minum
indikasi
26-05-08 3. Setelah dilakukan penyuluhan - Memberikan pendidikan
Implementasi
No
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon TT
Dx
26-25-08 1 Mencatat status nutrisi klien S : -
12.00 penerimaan O : BB 40 kg
1 Menganjurkan klien untuk S : Klien kooperatif
(bubur)
27-05-08 II Mengkaji kecepatan dan S : -
52
penggunaan otot aksesori. menggunakan otot
bantu.
II Mengajarkan klien batuk S : Klien kooperatif
fowler.
Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan mau
putih.
Memonitor tetesan infus. S : -
O : Infus RL 20 tetes
Memberikan terapy sesuai S : Injeksi masuk
ranitidine 1 ampul
Mengajarkan klien untuk S : Klien mengikuti perawat
O : Klien mencobanya
Mempertahankan cairan S : -
tpm
Mengkaji penurunan bunyi S : -
53
nafas. O : Tidak terjadi penurunan
bunyi nafas.
Mengobservasi KU pasien. S : -
O : KU cukup,
composmentis
Menganjurkan klien untuk S : Klien dan keluarga
(mengambilkan makan
O : TD 120 mmHg, N: 82
365 oC
Mengkaji pengetahuan klien S : Keluarga mengatakan
kuman apa?
O : Keluarga mengatakan
kuman.
Mengkaji tanda-tanda yang S : Ibu klien mengatakan
54
kali. O : Ibu mengatakan anaknya
sering batuk.
Memberikan penyuluhan S : Keluarga dan klien
O : Memberikan penyebab
kuman, penyebab TB
55
Evaluasi
No
Tgl/Jam Evaluasi TT
Dx
27-05-08 1 S : Mengatakan mual muntah, anoreksia berkurang.
sakit, BB : 36 kg.
P : Lanjutkan intervensi.
27-05-08 2 S : Klien mengatakan sudah bisa mengeluarkan sekret
096.00 sedikit-sedikit.
efektif.
P : Lanjutkan intervensi.
27-05-08 3 S : Ibu klien mengatakan penyebab TB paru karena
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
56