Está en la página 1de 9

D.

Hasil Percobaan Dan Pengamatan :


1. Uji Tollens
No. Nama Reagen Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil
Sampel Tollens + Tollens (tanpa Tollens (setelah uji (+)/
NH4OH pemanasan) pemanasan) (-)
1. Aseton Bening Bening Bening -
2. Glukosa Bening Bening Cermin perak +
3. Fruktosa Bening Bening Cermin perak +
4. Sukrosa Bening Bening Coklat -
5. Formaldehid Bening Cermin perak Cermin perak +

2. Uji Fehling
No Nama Reagen Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil
. Sampel Fehling + Fehling (tanpa Fehling (setelah uji
NH4OH pemanasan) pemanasan) (+)/(-)
1. Aseton Biru gelap 2 lapisan : bening 2 lapisan : bening & -
pekat & biru tua bening biru tua bening
2. Glukosa Biru gelap Biru tua bening Merah bata +
pekat
3. Fruktosa Biru gelap 2 lapisan : bening Coklat merah +
pekat & biru tua bening
4. Sukrosa Biru gelap Biru tua bening Biru tua bening -
pekat
5. Formaldehid Biru gelap Biru tua bening Merah bata +
pekat
E. PEMBAHASAN
1. Uji Tollens
a. Prinsip
Prinsip uji Tollens adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu
sampel dengan menambahkan reagen AgNO3 dimana akan terjadi reaksi redoks.
Gugus aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat. Reaksi dengan reagen Tollens
mampu mengubah ikatan CHO pada aldehid menjadi COOH pada asam
karboksilat. Sementara ion Ag+ akan direduksi oleh reagen Tollens menjadi Ag. Uji
positifnya akan terbentuk cermin perak. Sedangkan keton akan menunjukkan reaksi
negatif karena tidak dapat mereduksi reagen Tollens.
b. Analisa Prosedur
Pada uji Tollens, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberi label pada
setiap tabung reaksi dan pipet ukur agar tidak tertukar pada saat diberi sampel.
Sampel yang digunakan ada lima yaitu aseton, glukosa, fruktosa, glukosa dan
formaldehid. Kemudian langkah selanjutnya yaitu memasukkan 1 ml AgNO 3 5% ke
dalam masing-masing tabung reaksi. Sampel diambil menggunakan pipet ukur
berukuran 1 ml dan sebelumnya pipet sudah dipasangi bulb terlebih dahulu. AgNO 3
berfungsi sebagai pereaksi yang akan bereaksi dengan sampel dan membentuk
cermin perak. Setelah itu, meneteskan NH 4OH menggunakan pipet tetes ke dalam
tabung reaksi hingga semua endapan hilang. NH4OH berfungsi untuk mencegah
pengendapan ion perak dan membentuk suasana basa sehingga aldehid yang
sifatnya asam akan mudah teroksidasi. Setiap sampel dapat berbeda-beda jumlah
tetesannya tergantung adanya gelembung atau tidak saat meneteskan dan tergantung
jumlah cairan dalam setiap satu tetes. Lalu setelah diteteskan NH 4OH, saatnya
memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml dengan menggunakan
pipet ukur 1 ml yang sudah dipasangi bulb. Jangan lupa harus menggunakan pipet
ukur yang berbeda-beda sehingga tidak terjadi kontaminasi. Kemudian
mengamatinya dan mencatat di data hasil praktikum. Langkah selanjutnya yaitu
memanaskan kelima tabung reaksi tersebut di atas spiritus selama 2 menit atau
sampe menunjukkan perubahan menjadi cermin perak. Pemanasan ini berfungsi
untuk mempercepat laju reaksi. Setelah itu mengamati perubahan apa yang terjadi
dan mencatatnya ke dalam data hasil praktikum.
c. Analisa Hasil
Pada percobaan ini, hasil uji Tollens pada sampel aseton dan sukrosa menunjukkan
tanda negatif sedangkan pada glukosa, fruktosa dan formaldehid menujukkan hasil
positif.
Pada aseton dibutuhkan 4 tetes NH4OH untuk menghilangkan endapan. Kemudian
saat diberi sampel tidak terjadi perubahan dan tetap bening. Saat dipanaskan di atas
spiritus selama dua menit juga tidak terjadi perubahan. Aseton tidak terbentuk
cermin perak karena aseton adalah keton bukan aldehid (Dikshith, 2013).
Pada glukosa dibutuhkan 6 tetes NH4OH untuk menghilangkan endapan. Kemudian
saat diberi sampel tidak terjadi perubahan dan tetap bening. Saat dipanaskan di atas
spirirtus terbentuk endapan cermin perak walaupun dalam jangka waktu 4 menit 14
detik. Glukosa dapat membentuk cermin perak karena memiliki ikatan H bebas dan
memiliki gugus pereduksi (Marzuki, 2010).
Pada fruktosa dibutuhkan 4 tetes NH4OH untuk menghilangkan endapan. Kemudian
saat diberi sampel tidak terjadi perubahan dan tetap bening. Saat dipanaskan di atas
spirirtus terbentuk endapan cermin perak walaupun dalam jangka waktu 1 menit 32
detik. Fruktosa dapat membentuk cermin perak karena sebenarnya gugus keton
tetapi bias bereaksi karena ada proses tautomerasi (penyusunan kembali gugus
keton menjadi aldehid) dan memiliki ikatan OH bebas dan memiliki gugus gula
pereduksi sehingga dapat direduksi oleh reagen Tollens (Marzuki, 2010).
Pada sukrosa dibutuhkan 4 tetes NH4OH untuk menghilangkan endapan. Kemudian
saat diberi sampel tidak terjadi perubahan dan tetap bening. Saat dipanaskan di atas
spiritus selama dua menit menjadi warna coklat namun tidak terbentuk cermin
perak. Sukrosa tidak terbentuk cermin perak karena sukrosa merupakan gula
disakarida yang terbentuk dari fruktosa dan glukosa sehingga tidak memiliki gugus
bebas karena gugus pereduksinya saling berikatan (Pahari dan Chauhan, 2006).
Pada formaldehid dibutuhkan 4 tetes NH4OH untuk menghilangkan endapan.
Kemudian saat diberi sampel terjadi perubahan dan langsung terbentuk cermin
perak. Sebenarnya tidak perlu dilakukan pemanasan selama 1 menit dan 45 detik
karena sudah terbentuk tetapi tetap dilakukan agar laju reaksinya semakin cepat.
Formaldehid dapat terbentuk cermin perak karena formaldehid merupakan bentuk
dasar dari aldehid (Patnaik, 2007).
d. Reaksi tiap sampel
Aseton : H3C C CH3 + Ag2O (tidak terjadi reaksi)
O
Glukosa : O
C6H12O6 + Ag2O C5H11 C OH + 2Ag
Fruktosa : O
C6H12O6 + Ag2O C5H11 C OH + 2Ag
Sukrosa :
C12H22O11 + Ag2O (tidak terjadi reaksi)
Formaldehid : O
H2CO + Ag2O CH OH + 2Ag

2. Uji Fehling
a. Prinsip
Prinsip uji Fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam sampel
dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B. Aldehid akan dioksidasi
menjadi asam karboksilat sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Uji
positifnya akan terbentuk endapan merah bata.
b. Analisa Prosedur
Pada uji Fehling, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberi label pada
setiap tabung reaksi dan pipet ukur agar tidak tertukar pada saat diberi sampel.
Sampel yang digunakan ada lima yaitu aseton, glukosa, fruktosa, glukosa dan
formaldehid. Kemudian langkah selanjutnya yaitu memasukkan 5 tetes Fehling A
ke dalam masing-masing tabung reaksi. Sampel diambil menggunakan pipet tetes.
Setelah itu, meneteskan 5 NaOH menggunakan pipet tetes ke dalam tabung reaksi.
NaOH berfungsi untuk membuat suasana basa agar mudah bereaksi.. Lalu setelah
diteteskan NaOH, jangan lupa untuk menambahakan Fehling B sebanyak 10 tetes
dengan menggunakan pipet tetes. Fehling A dan Fehling B berfungsi sebagai
oksidator lemah yang bereaksi dengan sampel membentuk endapan merah bata.
Kemudian saatnya memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml
dengan menggunakan pipet ukur 1 ml yang sudah dipasangi bulb. Jangan lupa
harus menggunakan pipet ukur yang berbeda-beda sehingga tidak terjadi
kontaminasi. Kemudian mengamatinya dan mencatat di data hasil praktikum.
Langkah selanjutnya yaitu memanaskan kelima tabung reaksi tersebut di atas
spiritus selama 2 menit atau sampe menunjukkan perubahan terbentuk endapan
merah bata. Pemanasan ini berfungsi untuk mempercepat laju reaksi. Setelah itu
mengamati perubahan apa yang terjadi dan mencatatnya ke dalam data hasil
praktikum.
c. Analisa Hasil
Pada percobaan ini, hasil uji Fehling pada sampel aseton dan sukrosa menunjukkan
tanda negatif sedangkan pada glukosa, fruktosa dan formaldehid menujukkan hasil
positif.
Pada aseton ketika reagen Fehling ditetesi oleh sampel terjadi perubahan warna dari
biru gelap pekat menjadi 2 lapisan warna yaitu bening dan biru tua bening. Saat
dipanaskan di atas spiritus tidak terjadi perubahan warna. Aseton tidak terbentuk
endapan merah bata karena keton harus dioksidasi dengan oksidator kuat sehingga
tidak mudah dioksidasi (Dikshith, 2013).
Pada glukosa ketika reagen Fehling ditetesi oleh sampel terjadi perubahan warna
dari biru gelap pekat menjadi warna biru tua bening. Saat dipanaskan di atas
spiritus terjadi perubahan warna menjadi merah bata. Glukosa terbentuk endapan
merah bata karena glukosa ketika dipanaskan mengalami karamelisasi terlebih
dahulu yaitu gugus gulanya tereduksi setelah itu baru gugus aldehidnya tereduksi
sehingga larutan memerah (Marzuki, 2010).
Pada fruktosa ketika reagen Fehling ditetesi oleh sampel terjadi perubahan warna
dari biru gelap pekat menjadi 2 lapisan warna yaitu bening dan biru tua bening.
Saat dipanaskan di atas spiritus terjadi perubahan warna menjadi coklat merah.
Fruktosa terbentuk endapan coklat kemerahan karena merupakan keton bebas atau
memiliki gugus OH bebas sehingga dapat direduksi oleh Fehling (Marzuki, 2010).
Pada sukrosa ketika reagen Fehling ditetesi oleh sampel terjadi perubahan warna
dari biru gelap pekat menjadi warna biru tua bening. Saat dipanaskan di atas
spiritus tidak terjadi perubahan warna. Sukrosa tidak terbentuk endapan merah bata
karena sukrosa merupakan gula disakarida yang terbentuk dari fruktosa dan glukosa
sehingga tidak memiliki gugus bebas karena gugus pereduksinya saling berikatan
(Pahari dan Chauhan, 2006s).
Pada formaldehid ketika reagen Fehling ditetesi oleh sampel terjadi perubahan
warna dari biru gelap pekat menjadi warna biru tua bening. Saat dipanaskan di atas
spiritus terjadi perubahan warna menjadi merah bata. Formaldehid terbentuk
endapan merah bata karena formaldehid merupakan bentuk dasar dari aldehid
(Patnaik, 2007).
d. Reaksi tiap sampel
Aseton : H3C C CH3 + 2CuO (tidak terjadi reaksi)
O
Glukosa : O
C6H12O6 + 2CuO C5H11 C OH + Cu2O

Fruktosa : O
C6H12O6 + 2CuO C5H11 C OH + Cu2O
Sukrosa :
C12H22O11 + 2CuO (tidak terjadi reaksi)
Formaldehid : O
H2CO + 2CuO CH OH + Cu2O
F. PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?
Penambahan larutan AgNO3 5% berfungsi sebagai oksidator lemah yang akan bereaksi
dengan sampel dan akan membentuk cermin perak. Saat sampel bereaksi dengan Ag
NO3 maka aldehid akan dioksidasi menjadi anion karboksilat dan ion Ag+ pada reagen
Tollens akan direduksi menjadi logam Ag. Hal ini yang menyebabkan adanya endapan
perak pada sampel yang memiliki gugus aldehid ketika ditambahkan AgNO3 atau
reagen Tollens (Pahari dan Chauhan, 2006).

2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6M dalam percobaan uji Tollens?


Penambahan larutan NH4OH berfungsi sebagai larutan yang mencegah pengendapan
ion perak dan membentuk suasana basa pada larutan sehingga menyebabkan aldehid
yang asalnya bersifat asam akan mudah teroksidasi (Patnaik, 2007).
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dilakukan dua macam uji yaitu uji Tollens dan uji Fehling. Prinsip
uji Tollens adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan
menambahkan reagen AgNO3 dimana akan terjadi reaksi redoks. Gugus aldehid dioksidasi
menjadi anion karboksilat. Reaksi dengan reagen Tollens mampu mengubah ikatan CHO
pada aldehid menjadi COOH pada asam karboksilat. Sementara ion Ag + akan direduksi
oleh reagen Tollens menjadi Ag. Uji positifnya akan terbentuk cermin perak. Sedangkan
keton akan menunjukkan reaksi negatif karena tidak dapat mereduksi reagen Tollens.
Sedangkan prinsip uji Fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam sampel
dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B. Aldehid akan dioksidasi menjadi
asam karboksilat sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Uji positifnya akan
terbentuk endapan merah bata.
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah praktikan dapat membedakan senyawa
aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling. Selain itu praktikan
diharapkan dapat memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling.
Hasil uji Tollens pada sampel aseton dan sukrosa menunjukkan tanda negatif
sedangkan pada glukosa, fruktosa dan formaldehid menujukkan hasil positif. Hasil uji
Fehling pada sampel aseton dan sukrosa menunjukkan tanda negatif sedangkan pada
glukosa, fruktosa dan formaldehid menujukkan hasil positif. Dua uji menghasilkan data
yang sama yaitu glukosa dan formaldehid merupakan aldehid, sedangkan aseton, sukrosa
dan fruktosa adalah keton. Tetapi fruktosa walaupun keton bebas atau memiliki gugus OH
bebas tetapi dapat direduksi oleh reagen Tollens dan Fehling.
Daftar Pustaka Tambahan

Patnaik, Pradyot. 2007. A Comprehensive Guide to the Hazardous Properties of Chemical


Subtances- Third Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Pahari, A. dan B. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publication

También podría gustarte