Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh
KABUPATEN DONGGALA
SULAWESI TENGAH
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat guru dari
Golongan IV a ke golongan IV b pada Departemen Pendidikan Nasional.
Donggala
(.................................) (..............................)
NIP. NIP.
Menyetujui,
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Donggala
(....................................................)
NIP
ABSTRAK
Kata Kunci: Pendekatan Interaktif Berbantuan Animasi Komputer dan Hasil Belajar Siswa
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peran kolaboratif antara siswa dengan guru sangatlah dibutuhkan demi terciptanya
pembelajaran yang interaktif dan inovatif. Guru dituntut untuk dapat menciptakan situasi yang
berpengaruh pada siswa dalam hal pemahaman konsep materi pelajaran yang akhirnya akan
berdampak pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Guru sebagai pengajar sebaiknya tidak
mendominasi kegiatan pembelajaran tetapi membantu menciptakan kondisi yang mendukung
serta memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa agar dapat mengembangkan potensi dan
Fenomena di lapangan selama ini, proses pembelajaran masih banyak timbul permasalahan
di dalamnya. Fakta di lapangan menunjukkan di SMP Negeri 4 Sindue yang merupakan salah
satu sekolah negeri yang berdiri di wilayah Donggala, tepatnya Jl. Gunung Sintoli no. 01
menetapkan batas kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran biologi adalah 65. Konsep-
konsep biologi yang disampaikan masih kurang dipahami oleh siswa, hal ini terlihat dari nilai
ulangan harian siswa pada mata pelajaran biologi Konsep sistem pencernaan manusia
memperoleh nilai rata-rata sebesar 55.8 pada tahun ajaran 2010 2011, dari nilai ulangan harian
ini ada 10 siswa yang tuntas dan 14 siswa yang tidak tuntas secara individual, yakni yang
mencapai nilai 65, dan ini berarti siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar 42% sedangkan
hasil relajar yang diharapkan dengan ketuntasan klasikal 85%. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep sistem pencernaan manusia ini belum mencapai nilai kentutasan
klasikal pada siswa SMP Negeri 4 Sindue, karena banyaknya siswa yang belum tuntas belajar
Berpijak pada data empirik di SMP Negeri 4 Sindue menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
dalam konsep biologi belum memuaskan dalam artian hasil belajar rata-rata yang di peroleh
masih di bawah batas tuntas yaitu 65, hal ini karena kurangnya variasi pendekatan dan metode
pada penyampaian materi seperti pada pokok bahasan sistem pencernaan manusia karena selama
ini guru mengajar masih menggunakan metode ceramah. Akibat yang dirasakan adalah tingkat
pemahaman dan penguasaan konsep siswa tidak optimal. Nilai batas tuntas hanyalah batasan
tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran yang menitik beratkan pada keterampilan-
data, berfikir secara logis, sistematis serta keterampilan dalam mengajukan pertanyaan. Sehingga
pembelajaran akan lebih menitik beratkan kepada siswa dan siswa aktif dalam mengikuti
Salah satu pendekatan pembelajaran yang menitik beratkan kepada siswa dan siswa aktif
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah pendekatan interaktif. Pendekatan interaktif
dikenal sebagai pertanyaan anak, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang
mereka ajukan
sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu peserta didik
menjadi kritis dan aktif belajar. Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi
selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka sedapat
mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media
pembelajaran.
dalam memberikan warna pada berbagai sektor termasuk dunia pendidikan. Maraknya paket
program yang disusun oleh ahli komputer yang dengan inovasinya mengangkat materi
pembelajaran ke dalam perangkat lunak memberikan nuansa bagi guru mata pelajaran (mapel)
yang cukup membantu mereka dalam proses belajar mengajar. Agar siswa lebih tertarik
mempelajari ilmu ini, perlu adanya perubahan dalam metode pembelajaran, sehingga menjadi
lebih atraktif dan aplikatif. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang dapat membantu
interaktif berbantuan animasi. Media animasi ini diharapkan akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa terhadap materi ajar sekaligus bermanfaat bagi pengajar Biologi sebagai media
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pembelajaran biologi
melalui pendekatan interaktif berbantuan animasi kemputer. Hal ini di harapkan dapat
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
Apakah pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar
Tujuan Penelitian
pembelajaran siswa melalui pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer tentang sistem
Kegunaan Penelitian
Bagi Siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, kesungguhan dalam
Bagi Guru
Penelitian ini dapat memacu kreatifitas guru dalam mengoptimalkan penggunaan media
Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan wacana baru tentang media serta kebijakkan sekolah dalam
Bagi Pemerintah
Kajian Pustaka
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks Dimyati (2002). Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau
tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Menurut Gagne
dalam Dimyati (2002) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2)
proses kognitif yang dilakukan oleh si pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,
media animasi adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan besar
Roger dalam Dubrin (1997) menyatakan bahwa ada enam kondisi untuk meningkatkan
perasaan bahwa ia mendapat dukungan guru atas segala apa yang dilakukan, namun ini tidak
berarti bahwa siswa harus mendapat limpahan bantuan guru. Dukungan tersebut dapat
menimbulkan perasaan tanggung jawab terhadap prestasinya dengan melihat hasil belajar
siswa dan dorongan untuk menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kemampuannya. Usaha
guru untuk mendukung siswa dapat ditunjukan dengan member saran atau contoh
membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai usaha guru untuk
memberikan tanggung jawab kepada siswa. Tanggung jawab ini akan mengarahkan
pandangan yang positif terhadap diri sendiri yang diwujudkan pada usaha pencapaian hasil
dapat memberikan manfaat kepada siswa agar yakin terhadap kemampuannya sehingga siswa
belajar.
4) Mendidik siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Untuk membantu meningkatkan
konsep diri siswa, guru harus membantu siswa untuk menetapkan tujuan yang hendak dicapai
serealistis mungkin yaitu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Penetapan tujuan
yang realistis dilakukan dengan melihat keberhasilan siswa pada masa lampau, maka
pencapaian hasil belajar sudah dapat dipastikan sehingga siswa dapat terbantu untuk yakin
terhadap kemampuan diri sendiri. Pencapaian hasil belajar yang dilandfasi dengan tujuan
yang realistis akan dipandang sebagai suatu kegagalan. Tujuan yang telalu tinggi tidak
mungkin dicapai siswa, dan tujuan yang terlalu rendah akan mudah dicapai siswa tanpa usaha
dari siswa tersebut. Penetapan tujuan yang tidak realistis ini mengakibatkan siswa merasa
tidak percaya dengan kemampuan dirinya dan lebih jauh lagi akan mengakibatkan
menurunnya konsep diri siswa. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
5) Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis. Pada saat mengalami kegagalan, siswa
menilai kegagalan itu secara negatif dengan memandang dirinya sebagai orang yang tidak
mampu. Untuk menghindari hal itu siswa memerlukan bantuan guru untuk menilai hasil
belajar secara realistis yang mampu menambah rasa percaya akan kemampuannya dalam
menghadapi tugas-tugas sekolah. Salah satu cara untuk membantu siswa menilai diri sendiri
secara realistis adalah dengan membandingkan hasil belajar siswa pada masa lampau dengan
hasil belajar pada saat ini. Dengan memaparkan keberhasilan siswa dari waktu kewaktu
siswa akan mengalami seluruh kemajuannya. Hal ini dapat memberi semangat untuk yakin
merupakan salah satu kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang
dimilikinya. Keenam kondisi tersebut merupakan suasana kelas yang dapat meningkatkan
penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan
penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang
didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan
dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.
Sedangkan menurut Skiner dalam teori Kondisioning yang dikutip Gladler dalam Ibrahim (2003)
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya
respon yang baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap,
keterampilan) yang baru. Dari beberapa devinisi di atas bahwa hasil belajar merupakan suatu
perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh seseorang
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di
diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian
berpengaruh pada perilaku. Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat
pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan
pada akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.
Gladler dalam Ibrahim (2003) proses pendidikan mempunyai tujuan yang ingin dicapai,
yang dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual),
bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik
belajar hasil pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman (comprehention),
tipe hasil belajar penerapan (aplicationi), tipe belajar hasil analisis, dan tipe belajar evaluasi.
Tipe hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar bidang
psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu
(perseorangan).
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh
sesorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Pencapaian belajar atau hasil belajar
Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui
seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran
telah dapat dicapai. Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan
pengetahuan intergensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya
dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi
Makhluk hidup memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan merupakan sumber
energi dan sumber bahan baku untuk membangun tubuh. Sebelum dapat digunakan tubuh,
makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Sedangkan kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah,
antara guru dan siswa Hidayah dan Sugiarto (2004). Sebagai komunikan pada proses
pembelajaran adalah siswa, sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa. Jika siswa
menjadi komunikator terhadap siswa lainnya dan guru sebagai fasilitator, maka akan terjadi
proses interaksi dengan kadar pembelajaran yang tinggi. Seorang guru perlu menyadari bahwa
proses komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat
menimbulkan kebingungan, salah pengertian, atau bahkan salah konsep. Kesalahan komunikasi
bagi seorang guru akan dirasakan oleh siswanya sebagai penghambat pembelajaran. Kesalahan
komunikasi dalam pembelajaran dapat terjadi karena faktor (1)guru, (2) siswa atau (3) siswa
dan guru.
Komunikasi yang efektif banyak ditentukan juga pada keaktifan penerima (komunikan).
Feed back dari komunikan dapat dijadikan sebagai alat kontrol komunikator untuk mengevaluasi
terjadinya salah komunikasi maka diperlukan alat bantu (sarana) yang dapat membantu proses
komunikasi. Sarana tersebut selanjutnya disebut media (Hidayah dan Sugiarto, 2004).
1) Media Pembelajaran
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely dalam Arsyad, (2005) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Banyak ahli yang
adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan pembelajaran
(Asyad, 2005).
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran
harus meningkatkan pemahaman pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang
pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru.
Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan
balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktek praktek yang benar (Ena, 2006).
2) Media Animasi
Media animasi merupakan peralatan elektronik digital yang dapat memproses suatu
masukan untuk menghasilkan suatu keluaran yang bekerja secara digital. Media animasi
adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan yang besar alat
Berbagai inovasi pembelajaran dengan upaya perluasan bahan ajar telah memposisikan
komputer sebagai alat yang memberikan kontribusi yang positif dalam proses pembelajaran,
komputer dapat melakukan sejumlah kegiatan untuk membantu guru. Media animasi dapat
melaksanakan perhitungan, dan menstimulir belajar siswa. Lee dalam Ena (2007)
merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer sebagai media
materi yang otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber
tunggal, dan pemahaman global. Program yang dihasilkanpun menarik. Inilah yang bisa
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran biologi. Dengan adanya animasi ini tentu akan
Pendekatan Interaktif
Faire dan Cosgrove dalam Rustaman (2003) pendekatan interaktif dikenal sebagai
pendekatan pertanyaan anak, memberi kesempatan pada siswa untuk kemudian melakukan
penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Model pembelajaran
interaktif adalah suatu pendekatan yang merujuk pada pandangan konstruktivis yang
menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara mengali pertanyaan-
pertanyaan siswa. Di dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan
tentang pertanyaan mereka sendiri. Menurut faire dan Cosgrove dalam Margareth (2004)
Pembahasan
Peneliti memberikan pre test tindakan atau test awal pada siswa yang akan diteliti. Pre test
awal diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang materi sistem
pencernaan manusia pada kelas VIII A SMP Negeri 4 Sindue. Selain itu digunakan sebagai dasar
dalam membentuk pembagian kelompok belajar. Hal ini dilakukan agar dalam kelompok siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang mempunyai kemampuan
rendah. Ketidak fahaman siswa mengenai materi tentang sistem pencernaan manusia yang pada
dasarnya bersifat abstrak. Hal ini dikuatkan pada hasil pre test yang diperoleh dari 31 orang
Pelaksanaan tindakan peneliti/guru membagi siswa dalam kelas menjasi 5 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda beda. Saat proses
pembelajaran guru menerapakan materi melalui tayangan animasi komputer, siswa dalam
kelompoknya memperhatikan dan mencatat hal-hal yang di anggap penting atau yang sama
sekali belum di mengerti, kemudian setelah guru selesai menjelaskan hasil materi yang dimuat
dalam tayangan animasi, kemudian kelompok siswa secara bergiliran mempresentasikan hasil
lembar kerja siswa yang telah dijawab ini berlangsung secara bergatian.
Aktivitas Siswa
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus I ke Siklus II
Aktifitas Guru
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Berdasarkan grafik diatas, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dari siklus I ke
siklus II tampak bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menurut observer
mengalami peningkatan yaitu 57,5% pada siklus I dan pada siklus II mencapai 80%. Hasil ini
diperoleh dengan menghitung rata-rata skor pertemuan disiklus I dan pertemuan pada siklus II.
Demikian pula keberhasilan guru dalam pengelolaan pembelajaran yang diperoleh dari rata-rata
skor pertemuan dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil yang diperoleh aktifitas guru
dalam mengelola pembelajaran yaitu pada siklus I sebesar 66,6% kemudian pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 83,3%. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktifitas siswa berada
dalam kategori sangat baik dan pengelolaan pembelajaran pada oleh guru berada kategori sangat
baik juga.
Hasil post test akhir tindakan siklus I, presentasi ketuntasan klasikal mencapai 54,8% dan
daya serap klasikal sebesar 65,2%. Belum terpenuhinya standar ketuntasan diduga penyebabnya
adalah belum optimalnya pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Tindakan yang dimaksud
belum optimal antara lain peran siswa dalam kelompoknya masih didominasi siswa yang pintar,
masih kurangnya dorongan guru untuk memotivasi siswa berkerja sama dalam kelompoknya,
atau memativasi siswa untuk mengajukkan pertanyaan serta menanggapi pertanyaan dari
kelompok lain.
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II, diperoleh ketuntasan belajar belajar yang lebih
baik dari pada siklus I. hal ini dapat dilihan dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif memperlihatkan bahwa keaktifan siswa dalam berdiskusi tidak hanya didominasi siswa
yang pintar saja, serta pada saat guru menerapkan materi sistem pencernaan manusia melalui
tayangan animasi komputer terjadi berjalan secara interaktif, dimana siswa bertanya kepada guru
mengenai isi materi yang belum dipahami, dan demikian sebaliknya guru bertanya kepada siswa
mengenai isi muatan materi tersebut setelah penjelasan berakhir dan pada umumnya siswa dapat
menjawaban pertanyaan yang diajukan guru, dan semua kegiatan pembelajaran terarah dengan
baik.
Hasil analisis kuantitatif telah memenuhi indikator keberhasilan adanya peningkatan dari
siklus I ke siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan karena adanya peningkatan dari siklus
I ke siklus II yang terlihat pada nilai ketuntasan klasikal menjadi 90,3% dan daya serap klasikal
sebasar 73,2%.
Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I kesiklus II dapat disajikan dalam gambar 4.3
berikut:
Gambar 4.3 Grafik Pengkatan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus II.
Skor Rata-rata
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Terlihat bahwa capaian skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 65,2% dan
pada siklus II meningkat menjadi 73,2%. capaian skor rata-rata ini juga didukung oleh presentasi
ketuntasan klasikal dari 54,8% pada siklus I, terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 90,3%,
Kesimpulan
interaktif berbantuan animasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Sindue.
2). Terjadinya peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu daya serap klasikal dari 65,2% menjadi
73,2%, dan ketuntasan klasikal dari 54,8% menjadi 90,3%. Berdasarkan hasil penelitian
animasi komputer tentang sistem pencernaan manusia dapat meningkatkan hasil belajar
Saran
berbantuan animasi, terutama materi yang bersifat abstrak karena dapat dikongkretkan
dipertimbangkan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diimplimentasikan oleh
guru dalam pembelajaran biologi khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3) Perlu dilakukan penelitian-penelitian lanjutan pendekatan interaktif berbantuan animasi
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C. T. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam (media pembelajaran). Jakarta: Pendidikan Pertama.
Djamarah, S. B dan Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.
Heinich, R. 2002. Instructional Media and Technology for Learning, 7th Edition. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Ibrahim, 2003. Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Karim, S. 2008. Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk Kelas VIII SMP/MTs. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Kemmis, S. dan M. C. Toggart. R. 1988. The Action Resesarch Planner. Australia: Deakin
University.
Margaret. 2004. The Development of Interactive Teaching Model to Enhance the Grade 3
Students Rational Thinking Skliis, Jakarta: Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan
IPA.
Natawidjaja, R. 1981. Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bunda Karya.
Pratiwie, R. dan Rahardjo. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTS Kelas VIII. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Puryaningsi. 2008. Penggunaan Media Animasi Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan
Kemampuan Awal dalam Pembelajaran Biologi. Umum. Palangkaraya: Studi Eksperimen
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Palangkaraya.
Sugandi, A. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.
Susilo, H. 2003. Kapita Selekta Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Supriatna, D. 2006. High Teach Approach dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer
di Sekolah (www.pppgtertulis.or.id /index.php? =id=10, (25 April 2007).
Wasis dan Irianto, Y. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 2 SMP/MTs Kelas VIII. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik pembelajaran MIPA berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Singaraja: Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA
IKIP Negeri Singaraja