Está en la página 1de 23

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN

INTERAKTIF BERBANTUAN ANIMASI KOMPUTER TENTANG


SISTEM PENCERNAAN MANUSIA PADA KELAS VIIIA SMP NEGERI 4
SINDUE
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh

Hartono, S.Pd,. M.Pd

Nip: 19720421 2004021001

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIOANAL

KABUPATEN DONGGALA

SULAWESI TENGAH

2012
HALAMAN PENGESAHAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN


INTERAKTIF BERBANTUAN ANIMASI KOMPUTER TENTANG
SISTEM PENCERNAAN MANUSIA PADA KELAS VIIIA SMP NEGERI 4
SINDUE
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat guru dari
Golongan IV a ke golongan IV b pada Departemen Pendidikan Nasional.

Donggala

Mengetahui, Peneliti tindakan Kelas


Koordinator Pengawas

(.................................) (..............................)
NIP. NIP.

Menyetujui,
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Donggala

(....................................................)

NIP

ABSTRAK

Hartono,S.Pd,.M.Pd 2012 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan


Interaktif Berbantuan Animasi Komputer Tentang Sistem Pencernaan Manusia Pada Kelas VIII A
SMP Negeri 4 Sindue.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan
interaktif berbantuan animasi komputer tentang sistem pencernaan manusia pada kelas VIII A
SMP Negeri 4 Sindue, Metode Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
ini dilakukan dalam dua siklus pada kelas sama. Hasil dari pelaksanaan tindakan menunjukkan
bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer tentang
sistem pencernaan manusia sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktifitas siswa
dan guru dalam kegiatan pembelajaran dari siklus I ke siklus II berada dalam kategori sangat
baik. Berdasarkan hasil test siklus I siswa yang tuntas individu 17 orang dari 31 siswa, tuntas
klsikal 54.8%. Pada siklus II siswa yang tuntas individu 28 orang dari 31 siswa, tuntas klasikal
90.3%. Berdasarkan indikator kinerja keberhasilan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan pembelajaran melalui pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer tentang sistem
pencernaan manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 4 Sindue.

Kata Kunci: Pendekatan Interaktif Berbantuan Animasi Komputer dan Hasil Belajar Siswa

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peran kolaboratif antara siswa dengan guru sangatlah dibutuhkan demi terciptanya

pembelajaran yang interaktif dan inovatif. Guru dituntut untuk dapat menciptakan situasi yang

berpengaruh pada siswa dalam hal pemahaman konsep materi pelajaran yang akhirnya akan

berdampak pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Guru sebagai pengajar sebaiknya tidak
mendominasi kegiatan pembelajaran tetapi membantu menciptakan kondisi yang mendukung

serta memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa agar dapat mengembangkan potensi dan

kreatifitasnya melalui kegiatan belajar.

Fenomena di lapangan selama ini, proses pembelajaran masih banyak timbul permasalahan

di dalamnya. Fakta di lapangan menunjukkan di SMP Negeri 4 Sindue yang merupakan salah

satu sekolah negeri yang berdiri di wilayah Donggala, tepatnya Jl. Gunung Sintoli no. 01

menetapkan batas kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran biologi adalah 65. Konsep-

konsep biologi yang disampaikan masih kurang dipahami oleh siswa, hal ini terlihat dari nilai

ulangan harian siswa pada mata pelajaran biologi Konsep sistem pencernaan manusia

memperoleh nilai rata-rata sebesar 55.8 pada tahun ajaran 2010 2011, dari nilai ulangan harian

ini ada 10 siswa yang tuntas dan 14 siswa yang tidak tuntas secara individual, yakni yang

mencapai nilai 65, dan ini berarti siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar 42% sedangkan

hasil relajar yang diharapkan dengan ketuntasan klasikal 85%. Dari data di atas dapat

disimpulkan bahwa konsep sistem pencernaan manusia ini belum mencapai nilai kentutasan

klasikal pada siswa SMP Negeri 4 Sindue, karena banyaknya siswa yang belum tuntas belajar

pada materi tertentu.

Berpijak pada data empirik di SMP Negeri 4 Sindue menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

dalam konsep biologi belum memuaskan dalam artian hasil belajar rata-rata yang di peroleh

masih di bawah batas tuntas yaitu 65, hal ini karena kurangnya variasi pendekatan dan metode

pada penyampaian materi seperti pada pokok bahasan sistem pencernaan manusia karena selama

ini guru mengajar masih menggunakan metode ceramah. Akibat yang dirasakan adalah tingkat

pemahaman dan penguasaan konsep siswa tidak optimal. Nilai batas tuntas hanyalah batasan

minimal yang berarti pencapaian terendah.


Upaya untuk mengatasi masalah peningkatan mutu dalam mata pelajaran biologi

tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran yang menitik beratkan pada keterampilan-

keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, ketrampilan dalam

mengamati obyek, keterampilan dalam mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis

data, berfikir secara logis, sistematis serta keterampilan dalam mengajukan pertanyaan. Sehingga

pembelajaran akan lebih menitik beratkan kepada siswa dan siswa aktif dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menitik beratkan kepada siswa dan siswa aktif

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah pendekatan interaktif. Pendekatan interaktif

dikenal sebagai pertanyaan anak, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang

mereka ajukan

Pendekatan interaktif adalah bahwa pesertadidik belajar mengajukan pertanyaan,

mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya

sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu peserta didik

menjadi kritis dan aktif belajar. Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi

selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka sedapat

mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media

pembelajaran.

Perkembangan teknologi dengan berbagai produk mutakhirnya, sangat berperan kuat

dalam memberikan warna pada berbagai sektor termasuk dunia pendidikan. Maraknya paket

program yang disusun oleh ahli komputer yang dengan inovasinya mengangkat materi

pembelajaran ke dalam perangkat lunak memberikan nuansa bagi guru mata pelajaran (mapel)
yang cukup membantu mereka dalam proses belajar mengajar. Agar siswa lebih tertarik

mempelajari ilmu ini, perlu adanya perubahan dalam metode pembelajaran, sehingga menjadi

lebih atraktif dan aplikatif. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang dapat membantu

menjembatani penyelesaian masalah pembelajaran ini yaitu dengan menggunakan pendekatan

interaktif berbantuan animasi. Media animasi ini diharapkan akan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa terhadap materi ajar sekaligus bermanfaat bagi pengajar Biologi sebagai media

pendukung pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pembelajaran biologi

melalui pendekatan interaktif berbantuan animasi kemputer. Hal ini di harapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 4 sindue.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar

siswa tentang sistem pencernaan manusia di kelas VIIIA SMPN 4 Sindue?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil

pembelajaran siswa melalui pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer tentang sistem

pencernaan manusia di kelas VIIIA SMPN 4 Sindue.

Kegunaan Penelitian

Bagi Siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, kesungguhan dalam

menyelesaikan soal-soal tes, hasil belajar dan ketuntasan belajar meningkat.

Bagi Guru

Penelitian ini dapat memacu kreatifitas guru dalam mengoptimalkan penggunaan media

pembelajaran terutama media animasi computer dan menggunakan pendekatan interaktif.

Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan wacana baru tentang media serta kebijakkan sekolah dalam

kaitannya dengan pengembangan media pembelajaran lebih terarah.

Bagi Pemerintah

Penelitian ini sebagai bahan masukkan khususnya dalam pengambilan keputusan

(kebijakkan) tentang pengembangan bidang pendidikan.

Kajian Pustaka

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks Dimyati (2002). Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau

tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di

lingkungan sekitar. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Menurut Gagne

dalam Dimyati (2002) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa

kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2)

proses kognitif yang dilakukan oleh si pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat

proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,

menjadi kapabilitas baru.


Media yang dapat diterapkan adalah media animasi komputer. Nasution (1999), bahwa

media animasi adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan besar

sebagai alat pendidikan.

Meningkatkan hasil belajar

Roger dalam Dubrin (1997) menyatakan bahwa ada enam kondisi untuk meningkatkan

konsep diri dan hasil belajar sebagai berikut yaitu:


1) Membuat siswa merasa mendapat dukungan guru. Setiap siswa membutuhkan adanya

perasaan bahwa ia mendapat dukungan guru atas segala apa yang dilakukan, namun ini tidak

berarti bahwa siswa harus mendapat limpahan bantuan guru. Dukungan tersebut dapat

menimbulkan perasaan tanggung jawab terhadap prestasinya dengan melihat hasil belajar

siswa dan dorongan untuk menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kemampuannya. Usaha

guru untuk mendukung siswa dapat ditunjukan dengan member saran atau contoh

penyelesaiaan dan kemudian membiarkan siswa mencoba menyelesaikan sendiri tugasnya.


2) Membuat siswa merasa bertanggung jawab. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai usaha guru untuk

memberikan tanggung jawab kepada siswa. Tanggung jawab ini akan mengarahkan

pandangan yang positif terhadap diri sendiri yang diwujudkan pada usaha pencapaian hasil

belajar yang maksimal.


3) Membuat siswa merasa mampu. Pandanga terhadap kemampuan belajar siswa yang positif

dapat memberikan manfaat kepada siswa agar yakin terhadap kemampuannya sehingga siswa

mampu mengembangkan kemampuan diri seoptimal mungkin dalam memperoleh hasil

belajar.
4) Mendidik siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Untuk membantu meningkatkan

konsep diri siswa, guru harus membantu siswa untuk menetapkan tujuan yang hendak dicapai

serealistis mungkin yaitu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Penetapan tujuan

yang realistis dilakukan dengan melihat keberhasilan siswa pada masa lampau, maka

pencapaian hasil belajar sudah dapat dipastikan sehingga siswa dapat terbantu untuk yakin

terhadap kemampuan diri sendiri. Pencapaian hasil belajar yang dilandfasi dengan tujuan

yang realistis akan dipandang sebagai suatu kegagalan. Tujuan yang telalu tinggi tidak

mungkin dicapai siswa, dan tujuan yang terlalu rendah akan mudah dicapai siswa tanpa usaha

dari siswa tersebut. Penetapan tujuan yang tidak realistis ini mengakibatkan siswa merasa

tidak percaya dengan kemampuan dirinya dan lebih jauh lagi akan mengakibatkan

menurunnya konsep diri siswa. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
5) Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis. Pada saat mengalami kegagalan, siswa

menilai kegagalan itu secara negatif dengan memandang dirinya sebagai orang yang tidak

mampu. Untuk menghindari hal itu siswa memerlukan bantuan guru untuk menilai hasil

belajar secara realistis yang mampu menambah rasa percaya akan kemampuannya dalam

menghadapi tugas-tugas sekolah. Salah satu cara untuk membantu siswa menilai diri sendiri

secara realistis adalah dengan membandingkan hasil belajar siswa pada masa lampau dengan

hasil belajar pada saat ini. Dengan memaparkan keberhasilan siswa dari waktu kewaktu

siswa akan mengalami seluruh kemajuannya. Hal ini dapat memberi semangat untuk yakin

pada kemampuannya terhadap seluruh tugas sekolah.


6) Mendorong siswa agar bangga secara realistis. Rasa bangga akan keberhasilan yang dicapai

merupakan salah satu kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang

dimilikinya. Keenam kondisi tersebut merupakan suasana kelas yang dapat meningkatkan

konsep diri siswa.


Melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi

penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan

penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang

didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan

dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.

Sedangkan menurut Skiner dalam teori Kondisioning yang dikutip Gladler dalam Ibrahim (2003)

mengatakan bahwa hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya

respon yang baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap,

keterampilan) yang baru. Dari beberapa devinisi di atas bahwa hasil belajar merupakan suatu

perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh seseorang

setelah melakukan proses kegiatan belajar.

Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di

diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian

berpengaruh pada perilaku. Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat

pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan

pada akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.

Gladler dalam Ibrahim (2003) proses pendidikan mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

yang dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual),

bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik

(kemampuan/keterampilan untuk bertindak/prilaku). Tipe belajar hasil kognitif meliputi tipe

belajar hasil pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman (comprehention),

tipe hasil belajar penerapan (aplicationi), tipe belajar hasil analisis, dan tipe belajar evaluasi.

Tipe hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar bidang
psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu

(perseorangan).

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-

kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh

sesorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,

keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Pencapaian belajar atau hasil belajar

diperoleh setelah dilaksanakannya suatu program pengajaran.

Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui

seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran

telah dapat dicapai. Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan

pengetahuan intergensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya

dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi

siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik.

Sistem Pencernaan Manusia

Makhluk hidup memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan merupakan sumber

energi dan sumber bahan baku untuk membangun tubuh. Sebelum dapat digunakan tubuh,

makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran

pencernaan dan kelenjar pencernaan. Sedangkan kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah,

hati, kelenjar dinding lambung, dan pankreas.

Media dan Proses Pembelajaran


Pembelajaran pada hakekatnya (belajar dan mengajar) merupakan proses komunikasi

antara guru dan siswa Hidayah dan Sugiarto (2004). Sebagai komunikan pada proses

pembelajaran adalah siswa, sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa. Jika siswa

menjadi komunikator terhadap siswa lainnya dan guru sebagai fasilitator, maka akan terjadi

proses interaksi dengan kadar pembelajaran yang tinggi. Seorang guru perlu menyadari bahwa

proses komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat

menimbulkan kebingungan, salah pengertian, atau bahkan salah konsep. Kesalahan komunikasi

bagi seorang guru akan dirasakan oleh siswanya sebagai penghambat pembelajaran. Kesalahan

komunikasi dalam pembelajaran dapat terjadi karena faktor (1)guru, (2) siswa atau (3) siswa

dan guru.

Komunikasi yang efektif banyak ditentukan juga pada keaktifan penerima (komunikan).

Feed back dari komunikan dapat dijadikan sebagai alat kontrol komunikator untuk mengevaluasi

diri, sehingga memungkinkan komunikator melakukan perbaikan-perbaikan cara komunikasi

yang telah dilakukan. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan

terjadinya salah komunikasi maka diperlukan alat bantu (sarana) yang dapat membantu proses

komunikasi. Sarana tersebut selanjutnya disebut media (Hidayah dan Sugiarto, 2004).

Media Pembelajaran dan Media Animasi

1) Media Pembelajaran

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Gerlach dan Ely dalam Arsyad, (2005) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara

garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Banyak ahli yang

memberikan batasan tentang media pembelajaran. Association of Education and


Communication Technology (AECT) misalnya, mengatakan bahwa media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan pembelajaran

(Asyad, 2005).

Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran

harus meningkatkan pemahaman pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang

pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru.

Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan

balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktek praktek yang benar (Ena, 2006).

2) Media Animasi

Media animasi merupakan peralatan elektronik digital yang dapat memproses suatu

masukan untuk menghasilkan suatu keluaran yang bekerja secara digital. Media animasi

adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan yang besar alat

pendidikan (Nasution, 1999).

Berbagai inovasi pembelajaran dengan upaya perluasan bahan ajar telah memposisikan

komputer sebagai alat yang memberikan kontribusi yang positif dalam proses pembelajaran,

khususnya pembelajaran biologi. Glass dalam Supriyatna (2005) menyatakan bahwa

komputer dapat melakukan sejumlah kegiatan untuk membantu guru. Media animasi dapat

mengindividualisir pengajaran, melaksanakan manajemen pengajaran, mengajarkan konsep,

melaksanakan perhitungan, dan menstimulir belajar siswa. Lee dalam Ena (2007)

merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer sebagai media

pembelajaran. Alasan-alasan itu adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran,

materi yang otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber

tunggal, dan pemahaman global. Program yang dihasilkanpun menarik. Inilah yang bisa
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran biologi. Dengan adanya animasi ini tentu akan

menarik perhatian siswa.

Pendekatan Interaktif

Faire dan Cosgrove dalam Rustaman (2003) pendekatan interaktif dikenal sebagai

pendekatan pertanyaan anak, memberi kesempatan pada siswa untuk kemudian melakukan

penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Model pembelajaran

interaktif adalah suatu pendekatan yang merujuk pada pandangan konstruktivis yang

menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara mengali pertanyaan-

pertanyaan siswa. Di dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan

keingintahuannya terhadap obyek yang akan dipelajari, kemudian melakukan penyelidikan

tentang pertanyaan mereka sendiri. Menurut faire dan Cosgrove dalam Margareth (2004)

pembelajaran interaktif digambarkan sebagai berikut: pendekatan pembelajaran interaktif

memiliki langkah-langkah persiapan, pengetahuan awal, kegiatan eksplorasi, pertanyaan siswa,

penyelidikan atau investigasi, pengetahuan akhir dan refleksi.

Pembahasan

Kegiatan Pra Tindakan

Peneliti memberikan pre test tindakan atau test awal pada siswa yang akan diteliti. Pre test

awal diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang materi sistem

pencernaan manusia pada kelas VIII A SMP Negeri 4 Sindue. Selain itu digunakan sebagai dasar

dalam membentuk pembagian kelompok belajar. Hal ini dilakukan agar dalam kelompok siswa

yang mempunyai kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang mempunyai kemampuan
rendah. Ketidak fahaman siswa mengenai materi tentang sistem pencernaan manusia yang pada

dasarnya bersifat abstrak. Hal ini dikuatkan pada hasil pre test yang diperoleh dari 31 orang

siswa hanya 2 orang yang mendapatkan nilai tuntas.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan peneliti/guru membagi siswa dalam kelas menjasi 5 kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda beda. Saat proses

pembelajaran guru menerapakan materi melalui tayangan animasi komputer, siswa dalam

kelompoknya memperhatikan dan mencatat hal-hal yang di anggap penting atau yang sama

sekali belum di mengerti, kemudian setelah guru selesai menjelaskan hasil materi yang dimuat

dalam tayangan animasi, kemudian kelompok siswa secara bergiliran mempresentasikan hasil

lembar kerja siswa yang telah dijawab ini berlangsung secara bergatian.

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I Ke Siklus II

Aktivitas Siswa
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus I ke Siklus II

Aktifitas Guru
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Berdasarkan grafik diatas, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dari siklus I ke

siklus II tampak bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menurut observer

mengalami peningkatan yaitu 57,5% pada siklus I dan pada siklus II mencapai 80%. Hasil ini

diperoleh dengan menghitung rata-rata skor pertemuan disiklus I dan pertemuan pada siklus II.

Demikian pula keberhasilan guru dalam pengelolaan pembelajaran yang diperoleh dari rata-rata

skor pertemuan dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil yang diperoleh aktifitas guru

dalam mengelola pembelajaran yaitu pada siklus I sebesar 66,6% kemudian pada siklus II

mengalami peningkatan sebesar 83,3%. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktifitas siswa berada

dalam kategori sangat baik dan pengelolaan pembelajaran pada oleh guru berada kategori sangat

baik juga.

Hasil post test akhir tindakan siklus I, presentasi ketuntasan klasikal mencapai 54,8% dan

daya serap klasikal sebesar 65,2%. Belum terpenuhinya standar ketuntasan diduga penyebabnya
adalah belum optimalnya pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Tindakan yang dimaksud

belum optimal antara lain peran siswa dalam kelompoknya masih didominasi siswa yang pintar,

masih kurangnya dorongan guru untuk memotivasi siswa berkerja sama dalam kelompoknya,

atau memativasi siswa untuk mengajukkan pertanyaan serta menanggapi pertanyaan dari

kelompok lain.

Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II, diperoleh ketuntasan belajar belajar yang lebih

baik dari pada siklus I. hal ini dapat dilihan dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis

kualitatif memperlihatkan bahwa keaktifan siswa dalam berdiskusi tidak hanya didominasi siswa

yang pintar saja, serta pada saat guru menerapkan materi sistem pencernaan manusia melalui

tayangan animasi komputer terjadi berjalan secara interaktif, dimana siswa bertanya kepada guru

mengenai isi materi yang belum dipahami, dan demikian sebaliknya guru bertanya kepada siswa

mengenai isi muatan materi tersebut setelah penjelasan berakhir dan pada umumnya siswa dapat

menjawaban pertanyaan yang diajukan guru, dan semua kegiatan pembelajaran terarah dengan

baik.

Hasil analisis kuantitatif telah memenuhi indikator keberhasilan adanya peningkatan dari

siklus I ke siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan karena adanya peningkatan dari siklus

I ke siklus II yang terlihat pada nilai ketuntasan klasikal menjadi 90,3% dan daya serap klasikal

sebasar 73,2%.

Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I kesiklus II dapat disajikan dalam gambar 4.3

berikut:

Gambar 4.3 Grafik Pengkatan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus II.
Skor Rata-rata
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Terlihat bahwa capaian skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 65,2% dan

pada siklus II meningkat menjadi 73,2%. capaian skor rata-rata ini juga didukung oleh presentasi

ketuntasan klasikal dari 54,8% pada siklus I, terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 90,3%,

dapat dilihat gambar 4.4 berukut:

Gambar 4.4 Grafik Ketuntasan Klasikal dari Siklus I ke Siklus II.


Ketuntasan klasikal
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan melalui pendekatan

interaktif berbantuan animasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A

SMP Negeri 4 Sindue, hal ini dapat terlihat dari:


1). Indikator aktivitas guru sangat baik dan kinerja siswa juga dengan kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran yaitu melalui

pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer tentang sistem pencernaan manusia

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Sindue.

2). Terjadinya peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu daya serap klasikal dari 65,2% menjadi

73,2%, dan ketuntasan klasikal dari 54,8% menjadi 90,3%. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa model pembelajaran yaitu melalui pendekatan interaktif berbantuan

animasi komputer tentang sistem pencernaan manusia dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Sindue.

Saran

Berdasarkan pengamatan selama melakukan proses pembelajaran dengan menerapakan

pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer, disarankan:


1) Memilih materi yang sesuai untuk pembelajaran dengan model pendekatan interaktif

berbantuan animasi, terutama materi yang bersifat abstrak karena dapat dikongkretkan

dengan tayangan gambar animasi komputer.


2) Model pembelajaran pendekatan interaktif berbantuan animasi komputer hendaknya

dipertimbangkan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diimplimentasikan oleh

guru dalam pembelajaran biologi khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3) Perlu dilakukan penelitian-penelitian lanjutan pendekatan interaktif berbantuan animasi

komputer terhadap materi biologi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Anni, C. T. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Berbasis Komputer di Sekolah (www.pppgtertulis.or.id /index.php? =id=10, (25 April 2007).

Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam (media pembelajaran). Jakarta: Pendidikan Pertama.

Dimyati, M. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rieka Cipta.

Djamarah, S. B dan Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.

Ena, O. T. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi.

Heinich, R. 2002. Instructional Media and Technology for Learning, 7th Edition. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.

Ibrahim, 2003. Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Karim, S. 2008. Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk Kelas VIII SMP/MTs. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Kemmis, S. dan M. C. Toggart. R. 1988. The Action Resesarch Planner. Australia: Deakin
University.

Margaret. 2004. The Development of Interactive Teaching Model to Enhance the Grade 3
Students Rational Thinking Skliis, Jakarta: Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan
IPA.

Nasution. 1999. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Natawidjaja, R. 1981. Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bunda Karya.

Pratiwie, R. dan Rahardjo. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTS Kelas VIII. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Puryaningsi. 2008. Penggunaan Media Animasi Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan
Kemampuan Awal dalam Pembelajaran Biologi. Umum. Palangkaraya: Studi Eksperimen
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Palangkaraya.

Rianto, Y. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Sic Surabaya.

Rohani. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Roger. 1997. Sosiologi Rangkuman 84. (id. Shvoong.com/social-sciences/sosiologi)

Rustaman, N. 2003. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang:


Universitas Negeri Malang.

Sandhi, S. A. 2007. Pemanfaatan Laboratorium Lingkungan sebagai Media Pembelajaran IPA


yang Bernilai Edukatifdan Ekonomis. http://iyoyee.wordpress. com/2007/11/08/artikel-
non-penelitian-1.

Soehendro, B. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang


Pendidikan Dasar dan Menegah: Badan Standar Nasional Pendidikan Nasional.

Suartini, K. 2007. Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains dalam Pembelajaran Model Konstruktivisme,


Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sugandi, A. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susilo, H. 2003. Kapita Selekta Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.

Supriatna, D. 2006. High Teach Approach dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer
di Sekolah (www.pppgtertulis.or.id /index.php? =id=10, (25 April 2007).

Wardhani, I. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wasis dan Irianto, Y. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 2 SMP/MTs Kelas VIII. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik pembelajaran MIPA berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Singaraja: Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA
IKIP Negeri Singaraja

También podría gustarte