Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1. DEFINISI/PENGERTIAN STROKE
Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular
Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-
gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu
(WHO, 1989).
Sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam
otak pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi
dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak,
sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang
disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan
menekan tulang tengkorak.
2. EPIDEMIOLOGI
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan. Stroke diderita oleh 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya.
Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah
65-85% merupakan stroke non hemoragik ( 53% adalah stroke trombotik, dan 31%
adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik 37%, dan stroke
embolik 60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyak 15-35%. 10-
20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan 5-15%
perdarahan subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum
ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah ditemukannya
CT scan mencapai 20-30%.
Prevalensi stroke di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54
tahun, 60 per 1000 pada rentang usia 65-74 tahun, dan 95 per 1000 orang pada
rentang usia 75-84 tahun. Dengan presentase kematian mencapai 40-60%
3. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang
menekan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik
adalah :
a. Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat
pecah.
b. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.
c. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
payudara, kulit, dan tiroid.
4. PATOFISIOLOGI
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar
atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi
dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak
yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh
darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding
pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah
akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam
jaringan otak. (Sylvia A.price dan Wilson, 2006)
5. GEJALA KLINIS
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah
jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan
sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau
perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
c. Kesulitan menelan.
e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
f. Kehilangan koordinasi.
g. Kehilangan keseimbangan.
j. Kejang.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan integument
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien strokeharus bed rest 2-3 minggu
d. Pemeriksaan dada
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
g. Pemeriksaan ekstremitas
g. Pemeriksaan neurologi:
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahului dengan refleks patologis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi Lumbal
b. Pemeriksaan Radiologi
CT Scan
Angiografi serebral
DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS
THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN
Terapi umum:
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai
berikut :
Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan gerakan pasif setiap 2 jam
Terapi khusus:
1. Pentoxifilin:
2. Neuroprotektan:
1. Neuroproteksi
2. Antikoagulasi
Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 3,0 4,0)
untuk pasien stroke yang memiliki katup prostetik mekanik. Bagi pasien
yang bukan merupakan kandidat untuk terapi warvarin (coumadin), maka
dapat digunakan aspirin tersendiri atau dalam kombinasi dengan
dipiridamol sebagai terapi antitrombotik awal untuk profilaksis stroke.
3. Trombolisis Intravena
4. Trombolisis Intraarteri
Terapi Perfusi
Oedema otak terjadi pada sebagian besar kasus infark kasus serebrum
iskemik, terutama pada keterlibatan pada pembuluh besar di daerah
arteria serebri media. Terapi konservatif dengan membuat pasien sedikit
dehidrasi, dengan natrium serum normal atau sedikit meningkat.
Terapi Bedah
1. PENGKAJIAN
Data Subjektif
Data Objektif
- Hipertensi arterial
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama x 24 jam, diharapkan Perfusi jaringan otak dapat
tercapai secara optimal dengan kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
- GCS 456
- Pupil isokor, reflek cahaya (+)
- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,
INTERVENSI
Mandiri :
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Kolaborasi :
Rasional :
Tujuan :
Intervensi
Mandiri:
g. Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang pendek. Jika tidak
dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek
Kolaborasi
Tujuan:
Intervensi
Mandiri:
c. Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sekali jika pasien
dapat mentoleransinya.
d. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas saat masuk. Anjurkan melakukan latihan sepeti latihan
quadrisep/gluteal, meremas bola karet, melebarkan jari-jari kaki/telapak.
g. Tempatkan handroll keras pada teelapak tangan dengan jari jari dan ibu
jariSALING berhadapan.
Kolaborasi
(Doenges, 1999)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi
3. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.
Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid
Pertama. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.