Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
2, 2003: 70-76
70
D. Setyawan P. Handoko
Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember
ABSTRACT
Catalytic conversion of phenol and methyl isobuthyl ketone with NZ, H-NZA, Cr/H-NZA catalysts
have been carried out. The NZ, H-NZA and Cr/HNZA catalyst were prepared trough acid
treatment of the zeolite by immersing it into HF 1% solution for 10 minutes, continued by refluxed
with HCl 6 M in the temperature of 90 oC for 30 minutes and then immersion in NH4Cl 0,1 M
for a week accompanied by heating at temperature of 90 oC for 3 hours a day. The zeolite sample
was then calculated at 500 oC for 5 hours to produce NZA catalyst. Hydrothermal the acid zeolite
(NZA) catalyst was prepared by steaming the NZA catalyst at calcination temperature. Supporting
chromium onto the H-NZA catalyst was carried out by ion exchange method, i.e. immersing the
H-NZA catalyst in Cr(NO3)3.9H2O at 90 oC for 3 hours. The catalytic conversion has been used
a microreactor which was operated at 400 oC with flow fixed-bed system and hydrogen as a
carrier gas which at flow rate of 400 mL/minute. The result of catalytic conversion showed that the
product conversion of phenol were benzene and sycloheksane, and the product conversion of
methyl isobuthyl ketone were 4-metyl-2-pentanol and 2-methyl pentana. The higher product
selectivity were sycloheksane (30,38 %) and 2-metyl pentane (9,20 %) which are used Cr/H-NZA
catalyst.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan zeolit alam dengan sifat-sifat yang
memungkinkan untuk dimodifikasi menjadi katalis maupun sebagai padatan pengemban logam aktif.
Zeolit telah diketahui memainkan peranan penting sebagai katalis asam pada industri pengolahan
minyak bumi dan petrokimia, termasuk dalam reaksi perengkahan dan isomerisasi hidrokarbon.
Mengingat zeolit alam sangat melimpah dan murah, maka penggunaannya sebagai katalis dapat
menurunkan biaya produksi (Trisunaryanti et al., 1996).
Zeolit alam pada umumnya memiliki kristalinitas yang tidak terlalu tinggi, ukuran porinya sangat
tidak seragam, aktivitas katalitiknya rendah, dan mengandung banyak pengotor. Oleh karena itu
perlu diaktivasi dan dimodifikasi terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai pengemban
logam aktif. Seperti yang telah dijelaskan pada Jurnal Ilmu Dasar volume sebelumnya bahwa pada
perlakuan asam, hidrotermal, kalsinasi, oksidasi dan impregnasi logam kromium serta reduksi akan
meningkatkan rasio Si/Al, keasaman dan luas permukaan spesifik dari zeolit ( Setyawan D., 2002).
Katalis sistem logam/zeolit memiliki stabilitas dan selektivitas yang jauh lebih baik dari pada bulk
logam. Bila dipandang dari sudut modifikasi zeolit alam, pengembanan logam tersebut diharapkan
dapat memperbaiki sifat zeolit alam, yaitu membuat ukuran pori lebih seragam dengan menutupi
pori-pori kecil dan meningkatkan stabilitas termal pada katalis logam/zeolit terhadap perlakuan
panas yang tinggi.
Sebagai perkembangan lebih lanjut dari konsep katalis Barzelius, Oswald pada tahun 1901
mendefinisikan katalis sebagai zat atau senyawa yang dapat mempercepat reaksi tanpa turut
bereaksi (Moore dan Pearson, 1981). Setelah ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
katalis dan reaktan ternyata berinteraksi sebelum suatu reaksi terjadi, maka definisi Oswald perlu
disempurnakan. Definisi katalis yang umum diterima saat ini adalah zat yang meningkatkan laju
reaksi kimia tanpa dirinya sendiri terlibat dalam reaksi secara permanen (Augustine, 1996).
Jurnal ILMU DASAR Vol. 4 No. 2, 2003: 70-76
71
Dengan demikian pada akhir reaksi katalis tidak tergabung dengan senyawa produk reaksi.
Entalpi reaksi dan faktor-faktor termodinamika lainnya merupakan fungsi sifat dasar dari reaktan
dan produk, sehingga tidak dapat diubah dengan katalis. Adanya katalis dapat mempengaruhi
faktor-faktor kinetik suatu reaksi seperti laju reaksi, energi aktivasi, sifat dasar keadaan transisi dan
lain-lain (Augustine, 1996).
Berdasarkan fasanya, material katalis dapat digolongkan menjadi katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis homogen ialah katalis yang mempunyai fasa sama dengan fasa campuran
reaksinya, sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan campuran
reaksinya. Katalis heterogen kurang efektif dibandingkan dengan katalis heterogen karena
heterogenitas permukaannya (Kalangit, 1995). Walaupun demikian, karena mudah dipisahkan dari
campuran reaksinya dan kestabilannya terhadap perlakuan panas, katalis heterogen lebih banyak
digunakan dalam industri kimia.
Untuk menilai baik tidaknya suatu katalis, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan :
1. Aktivitas, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi produk yang
diinginkan.
2. Selektivitas, yaitu kemampuan katalis mempercepat satu reaksi di antara beberapa reaksi yang
terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan produk sampingan seminimal
mungkin.
3. Kestabilan, yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas seperti pada keadaan semula.
4. Yield, yaitu jumlah produk tertentu yang terbentuk untuk setiap satuan reaktan yang
terkonsumsi.
5. Kemudahan diregenerasi, yaitu proses mengembalikan aktivitas dan selektivitas katalis seperti
semula.
Kemampuan zeolit untuk mengkatalisis suatu reaksi kimia terutama berhubungan dengan
sifatnya sebagai padatan asam karena adanya situs-situs asam, baik situs asam Bronsted maupun
Lewis. Situs asam Bronsted dapat dihasilkan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. perlakuan termal terhadap bentuk amonium zeolit untuk menghilangkan amonia sehingga
diperoleh bentuk H-zeolit,
2. dehidrasi terhadap kation multivalen pada zeolit yang diikuti terdisosiasinya air yang
terkoordinasi dalam bentuk molekul membentuk ion H+ pada permukaan zeolit,
3. perlakuan asam terhadap zeolit yang stabil terhadap asam akan dapat secara langsung menukar
kation dengan proton.
Situs asam Lewis dapat diperoleh dari dehidroksilasi dua gugus hidroksil yang berdekatan
dengan perlakuan panas (T>750 K) (Oudujans, 1984). Sifat lain dari zeolit yang juga berpengaruh
terhadap peranannya dalam katalisis adalah :
1. Komposisi kerangka dan struktur pori zeolit; komposisi kerangka zeolit mengatur muatan
kerangka dan mempengaruhi stabilitas termal dan asam dari zeolit.
2. Kenaikan rasio Si/Al akan berpengaruh pada stabilitas zeolit terhadap temperatur tinggi dan
lingkungan yang reaktif seperti naiknya keasaman.
3. Medan elektrostatis zeolit; keadaan ini menyebabkan interaksi adsorbsinya dengan molekul lain
berubah-ubah.
4. Kekuatan asam dari situs asam Bronsted; akan bertambah dengan naiknya rasio Si/Al penurunan
konsentrasi kation dalam zeolit
5. Perubahan struktur unit bangun sekunder dari zeolit; peran struktur pori zeolit sangat penting
dalam proses katalisis karena pori inilah yang berperan sebagai mikroreaktor dan darinya
dimungkinkan untuk mendapatkan reaksi katalitik yang diinginkan menurut aturan selektivitas
bentuk.
Selektivitas bentuk dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Selektivitas Reaktan
Selektivitas reaktan terjadi bila hanya sebagian dari reaktan yang bisa menjangkau situs aktif di
dalam pori atau kanal zeolit. Ini berarti hanya komponen-komponen yang relatif lebih kecil yang
dapat masuk ke dalam pori atau kanal, sedangkan komponen yang lebih besar tidak dapat
masuk.
2. Selektivitas Produk
Jurnal ILMU DASAR Vol. 4 No. 2, 2003: 70-76
72
Selektivitas produk terjadi bila hanya produk reaksi yang berukuran tertentu yang dapat
berdifusi keluar dari dalam rongga zeolit. Produk yang lebih besar dari ukuran jendela pori akan
tinggal dalam rongga zeolit sehingga dapat mendeaktivasi katalis atau dapat bereaksi lebih lanjut
membentuk produk reaksi yang lebih kecil sehingga dapat keluar meninggalkan rongga zeolit.
3. Selektivitas Keadaan Transisi
Selektivitas keadaan transisi terjadi bila reaksi-reaksi tertentu dapat dicegah karena keadaan
transisi yang dibutuhkan oleh suatu reaksi tidak dapat dicapai dalam rongga zeolit karena faktor
sterik dan keterbatasan ruang (keadaan transisi membutuhkan ruang yang lebih besar daripada
ruang yang terdapat dalam rongga zeolit).
4. Kemudahan untuk Memodifikasi Struktur
Zeolit dapat dimodifikasi untuk mendapatkan rasio Si/Al, keasaman, dan ukuran pori sehingga
sesuai dengan reaksi yang diinginkan.
METODOLOGI
Proses preparasi katalis dari bahan dasar zeolit alam meliputi proses dealuminasi melalui perlakuan
asam dan hidrotermal serta pengembanan logam Cr. Selama perlakuan asam tersebut, larutan asam
yang digunakan adalah HF 1%, HCl 6 M dan NH4Cl 0,1 M. Perlakuan asam dilakukan dengan cara
merendam zeolit alam ke dalam larutan tersebut diatas. Selanjutnya proses hidrotermal dilakukan
dengan mengalirkan uap air pada temperatur kalsinasi, sehingga zeolit alam yang diperoleh
diharapkan akan stabil pada temperatur yang relatif tinggi jika digunakan sebagai katalis.
Selanjutnya katalis yang diperoleh dilakukan proses kalsinasi, oksidasi dan reduksi.
Proses kalsinasi dilakukan dengan cara pengaliran gas nitrogen melalui sampel zeolit alam pada
temperatur 500 oC, selama 3 jam dengan laju alir gas 500 mL/menit. Pada tahap oksidasi, gas
yang digunakan adalah gas oksigen yang dialirkan pada temperatur 400 oC dengan laju alir 500
mL/menit selama 1,5 jam. Kemudian pada tahap reduksi gas yang digunakan adalah gas hidrogen
yang dialirkan melalui sampel zeolit alam pada temperatur 400 oC dengan laju alir 500 mL/menit
selama 1,5 jam.
Karakterisasi katalis NZ (zeolit alam), H-NZA (zeolit alam asam hidrotermal) dan Cr/H-NZA
(zeolit alam asam hidrotermal impregnasi logam Cr) meliputi analisis SiO2 dan Al2O3 untuk
menentukan rasio Si/Al dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS), sedangkan penentuan
LPS, volume pori, RJP dilakukan dengan alat Surface Area (Gas Sorption) Analyzer NOVA 1000.
Sedangkan untuk menentukan keasaman sampel zeolit alam adalah dengan metode gravimetri.
Katalis (NZ, H-NZA, Cr/H-NZA) digunakan dalam proses perengkahan fenol dan metil isobutil
keton pada temperatur 400 oC dengan kecepatan laju alir umpan yang konstan ( 400 mL/menit).
Kemudian produk yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan GC dan GC-MS.
.
Gambar 3. Perbandingan luas permukaan katalis
Konversi Fenol
Hasil kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS) fenol standard menunjukan bahwa puncak
kromatogram muncul pada waktu retensi 10,408 menit, sedangkan benzena dan sikloheksana
standard muncul pada waktu retensi 1,93 dan 2,09 menit. Sedangkan produk hasil konversi katalitik
dengan menggunakan katalis diatas menunjukan bahwa puncak kromatogram muncul pada waktu
retensi 1,745 hingga 11,282 menit. Hasil tersebut menunjukan bahwa fenol sebagian sudah
terkonversi menjadi senyawa hidrokarbon yang merupakan fraksi bensin.
Hasil uji aktivitas katalis pada tabel 1 menunjukkan bahwa selektivitas maksimum produk
hidrokarbon jenis benzena diperoleh pada penggunaan katalis jenis H-NZA dan NZ. Sedangkan
katalis Cr/H-NZA mampu mengkonversi fenol dengan selektivitas untuk produk benzena dan
sikloheksana. Benzena dan sikloheksana merupakan fraksi bensin tetapi mempunyai angka oktan
yang rendah. Sedangkan untuk membuktikan bahwa konversi katalitik benar-benar terjadi, dapat
dibandingkan dengan hasil termal pada tabel 1.
Produk hidrokarbon sebagai fraksi bensin karena interaksi hidrogen dengan fenol pada
permukaan katalis.
Tabel 2 menunjukkan bahwa katalis Cr/H-NZA mampu mengkonversi MIBK dengan selektivitas
terbesar pada 4-metil-2-pentanol (32,10 %) dan sedikit 2-metil pentana (9,20 %), tetapi meskipun
hasilnya rendah, 2-metil pentana merupakan fraksi bensin yang memiliki angka oktan tinggi. Pada
konversi MIBK melalui proses termal (tanpa katalis) menghasilkan produk hidrokarbon sangat
rendah dibandingkan jika menggunakan katalis (NZ, H-NZA, Cr/H-NZA).
No Jenis katalis Selektivitas 2-metil Selekt ivit as total konversi MIBK (%)
pentana (%) 4-metil-2-pentanol
(%)
1. NZ 0,68 4,60 6,82
2. H-NZA 2,56 13,02 18,77
3. Cr/H-NZA 9,20 32,10 44,15
4. termal 0,10 0,13 0,28
Konversi fenol dan MIBK semakin besar dengan meningkatnya rasio Si/Al. Keadaan ini
dikarenakan semakin meningkat rasio Si/Al berarti ukuran pori pada daerah mikro pori akan
semakin meningkat, sehingga selektifitas dan aktivitas katalis akan meningkat begitu pula dengan
kestabilan katalis zeolit. Akan tetapi untuk rasio Si/Al yang terlalu berlebih akan menyebabkan
aktivitas konversi akan menurun untuk MIBK. Sehingga aktivitas konversi MIBK akan mencapai
maksimum pada rasio Si/Al sekitar 8,2 dan untuk konversi fenol pada rasio Si/Al 10,3.
Semakin besar luas permukaan spesifik katalis maka reaksi konversi katalitik relatif semakin
meningkat khususnya pada reaksi katalitik konversi MIBK. Akan tetapi pada luas permukaan yang
sangat besar belum tentu reaksi konversi katalitik akan berjalan dengan baik. Keadaan ini dapat
disebabkan karena pada luas permukaan yang sangat besar, menyebabkan pori-pori dalam kristal
dan pori diluar kristal padatan akan memiliki jari-jari yang relatif semakin kecil, sehingga keadaan
ini akan sangat mempengaruhi peningkatan selektifitas dan aktivitas katalis akan semakin menurun.
KESIMPULAN
Reaksi konversi katalitik fenol dan MIBK dengan menggunakan gas hidrogen sebagai gas pembawa
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aktivitas dan selektivitas katalis pada reaksi konversi katalitik dipengaruhi oleh rasio Si/Al,
keasaman, luas permukaan dan pori katalis;
2. Logam kromium (Cr) yang diimpregnasikan pada permukaan zeolit sangat berarti dalam proses
reaksi konversi katalitik fenol dan MIBK;
3. Katalis Cr/H-NZA mempunyai aktivitas katalis terbaik pada proses konversi fenol dan MIBK
dibandingkan dengan katalis jenis NZ, H-NZA.
DAFTAR PUSTAKA
Augustine, R.L., 1996. Heterogenous Catalysis for the Synthetic Chemist, first edition, Marcel
Dokker Inc. New York.
Setyawan D., 2002. Pengaruh Perlakuan Asam, Hidrotermal dan Impregnasi Logam Kromium
Pada Zeolit Alam dalam Preparasi Katalis dalam Jurnal Ilmu Dasar Vol. 3 No. 2, FMIPA
UNEJ, Jember.
Kalangit, H., 1995, Pembuatan dan Karakterisasi Nikel-Zeolit Sebagai Katalis dalam Proses
Oksidasi n-Pentana, Tesis S-2 Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
Jurnal ILMU DASAR Vol. 4 No. 2, 2003: 70-76
77
Moore J.W. and Pearson R.G., 1981, Kinetic and Mechanism, third edition, John Wiley and
Sons, Inc., New York.
Trisunaryanti et al., 1996. Characterization and Modification of Indonesia Natural Zeolites and
Their properties for Hydrocracking of Parafin, Sekiyu Gakkaishi, Vol. 39, No.1, Osaka.