Está en la página 1de 140

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan hikmah dan hidayah-
Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini
yang berjudul Leukemia Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas KMB.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak


mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan semua pihak, kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dan memberi pengarahan
serta dukungan semangat kepada kami, terutama
kepada :

.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima
segala kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut,


kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya untuk proses
pembelajaran.

Makassar, September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
i

Daftar Isi

ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Baelakang

..1

1.2 Tujuan

.. 1

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

. 2

2.2 Etiologi

.. 3
2.3 Klasifikasi

. 4

2.4 Patofosiologi

2.5 Manifestasi Klinis

. 9

2.6 Pemeriksaan Penunjang

. 9

2.7 Penatalaksanaan

.. 10

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

. 13

3.2 Diagnosa Keperawatan

14
3.3 Rencana Keperawatan

. 14

BAB VI: PENUTUP

4.1 Kesimpulan

. 20

Daftar Pustaka
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis


dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per
100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) .
Leukemia pada anak berkisar pada 3 4 kasus
per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi
ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000
penduduk pertahun. Sedang di Inggris, Jerman,
dan Jepang berkisar 2 3 per 100.000
penduduk pertahun ( Rahayu, 1993, cit
Nugroho, 1998 ) .

Pada sebuah penelitian tentang leukemia di


RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama bulan
Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25
kasus leukemia akut dari 33 penderita
leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL
( 40% ) dan 15 orang menderita AML (60 %)
( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari
beberapa pengertian mengenai Leukemia
maka penulis berpendapat bahwa leukemia
merupakan suatu penyakit yang disebabkan
oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini


adalah :
1.Mengetahui dan mempelajari lebih dalam
mengenai penyakit Leukemia.
2.Mengetahui tata laksana dan asuhan
keperawatan pada klien Leukimia.
3.Mendeskripsikan diagnosa keperawatan
yang muncul pada asuhan keperawatan
klien dengan penyakit Leukemia.
4.Mendeskripsikan rencana keperawatan
yang dibuat pada asuhan keperawatan
klien dengan dengan Leukemia.
5.Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang
harus dilakukan pada asuhan keperawatan
klien dengan Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian

Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani


leukos-putih dan haima-darah. Leukemia
adalah jenis kanker yang mempengaruhi
sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Semua kanker bermula di sel, yang membuat
darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel
akan tumbuh dan membelah diri untuk
membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel
tersebut akan mati dan sel-sel baru akan
menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan
menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel
lama tidak mati seperti seharusnya.
Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana
sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah
putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-
sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih


yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau


akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang
normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 :
248 )

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat


pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai
oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis


dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka
penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.2 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi


terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu :

1.Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi
leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma
Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld,
sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma
von Reckinghausen, dan neurofibromatosis
( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21
atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang
tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

1.b. Saudara kandung


Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang
tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus
leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
( Wiernik,1985 ) .

1.c. Faktor Lingkungan


Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat
menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal
: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ).

1.d. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta
bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada
hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia
menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak
ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini
berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA
yang menyebabkan leukemia pada hewan.
( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia .
Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala,
19990).

1.e. Bahan Kimia


Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen )
dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang
sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson,
1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain
dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk produk minyak, cat , ethylene oxide,
herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
( Fauci, et. al, 1998 ) .

1.Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan
inhibitor topoisomere II ) dapat mengakibatkan
penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML
. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et.
al, 1998 ).

2.3 Klasifikasi

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur


atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan
nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal,
dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel
yang terkena, seperti limfositik atau mielositik, dan
sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut
(sel imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi).

1.a. Leukemia mielogenus akut


Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel
stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi
kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.

1) Manifestasi klinis

Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat


berkurangnya produksi sel darah normal. Kepekaan
terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia,
kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan
yang terjadi karena anemia; dan keccendrungan
perdarahan terjadi akibat trombositopenia,
kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel
leukemi dalam organ mengakibatkan berbagai
gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran limpa
atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau
muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi
pada leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat
penyebaran sumsum tulang.

Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan


gejala terjadi dalam periode 1-6 bulan. Hitung sel
darah menunjukan penurunan baik eritrosit
maupun trombosit. Meskipun jumlah leukosit total
bisa rendah, normal atau tinggi, namun presentase
sel yang normal biasanya sangat menurun.
Specimen sumsum tulang merupakan penegak
diagnose, menunjukan kelebihan sel blast imatur.
Adanya batang Auer didalam sitoplasma
menunjukan adanya leukemia mielogenus akut
(AML).

2) Penatalaksanaan

Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan


pada beberapa kasus dapat menghasilkan
perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau
lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi
daunorobicin hydrochloride (cerubidine), cytarabin
(cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk
darah dan penanganan infeksi dengan segera.
Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari
kerabat dekat, maka dapat dilakukan transplantasi
sumsum tulang untuk memperoleh sumsum tulang
normal, setelah terlebih dahulu dilakukan
penghancuran sumsum lekemik dengan kemotrapi.

3) Prognosis

Pasien yang mendapatkan penanganan dapat


bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan kematian
yang biasanya terjadi akibat infeksi atau
perdarahan. Schiller (1992) melaporkan bahwa
pasien yang berusia dibawah 40 tahun, angka
ketahanan hidup 5 tahunnya sekitar 2-5 bulan.
Percobaan dengan kombinasi baru obat kemoterapi
masih terus dilakukan diberbagai pusat onkologi
diseluruh dunia.

1.b. Leukimia Mielogenus Kronis


Leukemia mielogenus kronis (CML) juga
dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid.
Namun, lebih banyak terdapat sel normal di
banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom Philadelphia ditemukan pada 90%
sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang
menyerang individu berusia di bawah 20 tahun,
namun insidensinya menignkat sesuai
pertambahan usia.
1) Manifestasi

Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML,


tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan. Banyak
pasien yang menunjukkan tanda gejala selama
bertahun-tahun. Terdapat penignkatan leukosit,
kadang sampai jumlah yang luar biasa. Limpa
sering membesar.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah


buslfan (Myleran), hydroxyurea, dan chlorambucil
(Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid.
Ketahanan hidup meningkat secara bermakna
dengan transplantasi sumsum tulang pada pasien
yang berusia di bawah 50 tahun dengan donor HLA
yang sesuai. Interferon alfa merupakan alternative
pilihan penanganan, namun sangat mahal,
mempunyai efek samping yang tidak
menyenangkan dan tidak terbukti memperpanjang
ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi
pasien yang penyakitnya tidak berespons terhadap
penanganan yang telah dilakukan atau terus
memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan
pasien, kelak akan mengalami leukemia
mielogenus akut dan biasanya resisten terhadap
terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat
bertahan selama 3 sampai 4 tahun. Kematian
biasanya akibat infeksi atau perdarahan.

1.c. Leukimia Limfositik Akut.


Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai
suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering
terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih
banyak disbanding perempuan, dengan puncak
insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL
jarang terjadi.

1) Manifestasi

Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang


dan jaringan perifer dan menganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terlambat, mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan
trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau
tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Manifestasi
infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering
terjadi pada ALL dari pada bentuk leukemia lain
dan mengakibatkan nyeri karena pembesaran hati
atau limpa, sakit kepala, muntah karena
keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60%


anak mencapai ketahanan hidup sampai 5 tahun.
Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan
kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin,
dan asparaginase untuk terapi awal dan
dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine,
methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal
dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada sistem
saraf pusat.

1.d. Leukimia Limfositik Kronis


Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung
merupakan kelainan ringan yang terutama
mengenai individu antara usia 50-70 tahun.
Negara- Negara barat melaporkan penyakit ini
sebagai leukemia yang umum terjadi.
1) Manifestasi klinis

Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan


baru terdiagosa pada saat pemeriksaan fisik atu
penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang
mungkin terjadi adalah sehubungan dengan
adanya anemia, infeksi, atau pembesaran nodus
limfe. Dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan
trombosit mungkin normal atau menurun. Terjadi
penurunan jumlah limfosit. (limfositopenia).

Penatalaksanaan medis dan prognosis. Apabila


ringan, CLL tidak memerlukan penanganan.
Kemoterapi dengan kortikosteroid dan chlorambucil
(leukeran) sering digunakan apabila gejalanya
berat. Banyak pasien yang tidak berespon
terhadap terapi ini dapat mencapai perbaikan
dengan pemberian fludarabine monofospat, 2-
chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin.
Efek samping utama obat ini adalah penekanan
sumsum tulang, yang termanifestasi dengan
adanya infeksi seperti pneumocystis carinii,
listeria, mikobakteria, virus herpes dan
sitomegalovirus. Penanganan intra vena dengan
immunoglobulin cukup efektif mencegah masalah
ini pada pasien tertentu. Ketahanan hidup rata-rata
pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

2) Komplikasi

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan


infeksi, yang merupakan penyebab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan
masalah gastrointestinal merupakan komplikasi
lain.

Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat


defisiensi trombosit (trombositopenia) angka
trombosit rendah ditandai dengan memar
(ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan-
perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami
perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun
sampai di bawah 20.000 per mm3 darah. Dengan
alas an yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat
meningkatkan kemungkinan perdarahan.

Karena kekurangan granulosit matur dan normal,


pasien selalu dalam keadaan terancam infeksi.
Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai
derajat netropenia, sehingga jika granulosit berada
di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi
infeksi sistemik. Disfungsi imun mempertinggi
resiko infeksi.

Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi


selama pemberian kemoterapi atau meningkatkan
kadar asam urat dan membuat pasien rentan
mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik
ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan
yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam urat
dan pembentukan batu.

Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat


infiltrasi leukosit abnormal ke organ abnominal
selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering
terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi
mukosa mulut.

2.4 Patofisiologi

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk


keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah
yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler
normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat
adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang
lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses
pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap
dan lambat serta bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel normal.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada


penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1.Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2.Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah
atau letih.
3.Demam, keringat malam dan anorexia
4.Berat badan menurun
5.Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah
berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil
di bawah kulit)
6.Nyeri pada tulang dan persendian
7.Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak
nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.Hitung darah lengkap : menunjukkan
normositik, anemia normositik
2.Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3.Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4.Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5.SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan
peningkatan SDP immatur
6.PTT : memanjang
7.LDH : mungkin meningkat
8.Asam urat serum : mungkin meningkat
9.Muramidase serum : pengikatan pada leukemia
monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat
mengindikasikan derajat keterlibatan.
2.7 Penatalaksanaan

1.Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani
kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-
sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia,
pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan


kemoterapi dengan berbagai cara:

Melalui mulut

Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah


balik (atau intravena).

Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel)


yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik besar, seringkali di dada bagian atas
Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam
kateter, untuk menghindari suntikan yang
berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa
tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah balik/kulit.

Dengan suntikan langsung ke cairan


cerebrospinal jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi
ruang di otak dan sumsum tulang belakang,
dokter bisa memerintahkan kemoterapi
intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat
langsung ke dalam cairan cerebrospinal.
Metode ini digunakan karena obat yang
diberikan melalui suntikan IV atau diminum
seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan
sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

1.a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu


setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison),
vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari
5%.

1.b. Fase Profilaksis Sistem saraf


pusatPada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang
mengalami gangguan sistem saraf pusat.

1.c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi


pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai
respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis
obat dikurangi.

1.Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu
menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya
tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh
darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik
kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah
antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri
pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan
sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi
biologi yang digunakan adalah bahan alami
bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.

1.Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi)
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar
pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel
leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan
radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi
seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.)

1.Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)


Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi
sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk
memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini
akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang.
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk
(stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel
yang dipasang di pembuluh darah balik besar di
daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru
akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien
biasanya harus menginap di rumah sakit selama
beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi
pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell)
hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel
darah putih dalam jumlah yang memadai.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses


keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien
serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi
Anna Keliat, 1994).

Pengkajian pada leukemia meliputi :

a. Riwayat penyakit

b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :

Pucat

Kelemahan

Sesak
Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia

Demam

Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :

Ptechiae

Purpura

Perdarahan membran mukosa


e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :

Limfadenopati

Hepatomegali

Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis

g.Kaji adanya :

Hematuri

Hipertensi

Gagal ginjal
Inflamasi disekitar rectal

Nyeri

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya


sistem pertahanan tubuh.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


kelemahan akibat anemia.

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang


berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan


berhubungan dengan mual dan muntah.

e. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis


dari leukemia.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
3.3 Rencana Keperawatan

1.Resiko infeksi berhubungan dengan


menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala
infeksi.

Intervensi :

Pantau suhu dengan teliti


Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Tempatkan Px dalam ruangan khusu


Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya Px
dari sumber infeksi

Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah


sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik.
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada
organisme infektif.

Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk


semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi

Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-


tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan
masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi dini penanganan
infeksi.

Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan


mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang
baik untuk pertumbuhan organism

Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan


dan regenerasi seluler.

Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia.


Rasional : untuk mendukung pertahanan alami
tubuh.

Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau


mengobati infeksi khusus.
1.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi :

Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan


ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari.
Rasional : menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan.

Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat


tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas
dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan.

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada


aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu pemilihan intervensi.

Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan


ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk
tugas perawatan diri
1.Resiko terhadap cedera/perdarahan yang
berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan

Intervensi :

Gunakan semua tindakan untuk mencegah


perdarahan khususnya pada daerah ekimosis.
Rasional : karena perdarahan memperberat
kondisi anak dengan adanya anemia.

Cegah ulserasi oral dan rectal.

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk


berdarah.

Gunakan jarum yang kecil pada saat


melakukan injeksi.
Rasional : untuk mencegah perdarahan

Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan

Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan


(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat).
Rasional : untuk memberikan intervensi dini
dalam mengatasi perdarahan.

Hindari obat-obat yang mengandung aspirin.

Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi


trombosit.

Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar


ntuk mengontrol perdarahan hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan


berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi :

Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya


kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

Berikan antiemetik secara teratur pada waktu


dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang

Kaji respon Px terhadap anti emetic.


Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang
secara umum berhasil.

Hindari memberikan makanan yang beraroma


menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat
menimbulkan mual dan muntah

Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi


dengan baik

Berikan cairan intravena sesuai ketentuan


Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

1.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis


dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat yang dapat

diterima anak
Intervensi :

Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5


Rasional : informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan atau

keefektifan intervensi

Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur


(misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan


derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan
perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat

Lakukan teknik pengurangan nyeri non


farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan

Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri


1.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama


di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung
mengalami ulserasi

Ubah posisi dengan sering


Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit

Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa


mengiritasi kulit

Kaji kulit yang kering terhadap efek samping


terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan
pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan


menepuk kulit yang kering.
Rasional : membantu mencegah friksi atau
trauma kulit.

Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan


nitrogen yang negatif

Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas


area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi
tambahan

1.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan
perilaku koping positif
Intervensi :

Dorong anak untuk memilih wig (anak


perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan
penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
Berikan penutup kepala yang adekuat selama
pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang


tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan
parsial

Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3


hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga
terhadap perubahan penampilan rambut baru

Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang


sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan.
BAB 1V

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari


sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu


penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk


keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah
yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler
normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat
adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang


lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses
pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap
dan lambat serta bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel normal.

Penyebab leukemia ada beberapa faktor,


diantaranya: genetik, saudara kandung, faktor
lingkungan, virus, bahan kimia, dan obat-obatan.
Klasifikasi leukimia terdiri dari Leukimia Mielogenus
Akut, Leukimia Mielogenus Kronis, Leukemia
Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronik.

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada


penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1.Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2.Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah
atau letih.
3.Demam, keringat malam dan anorexia
4.Berat badan menurun
5.Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah
berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil
di bawah kulit)
6.Nyeri pada tulang dan persendian
7.Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak
nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).
Pentalaksanan pada penyakin leukemia meliputi:
kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, dan
transplantasi sel induk.
Untuk menghindari leukimia harus dicegah sedini
mungkin, dan ketika sudah ada gejala-gejala
segera periksakan ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan


Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical


Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2000, Medical


Surgical Nursing, Amerika : Lippincott.

Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson


1982; De Vita Jr.,1985, Archida, 1987; Lister,
1990; Rubin,1992.

http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/a
skep-leukemia.html

http://materi-kuliah-
akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-
leukimia.html
http://www.scribd.com/doc/9501526/ASKEP-
LEUKIMIA.html

http://nphiephien.blogspot.com/2012/06/makal
ah-leukimia.html
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan hikmah dan hidayah-
Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini
yang berjudul Leukemia Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas KMB.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak


mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan semua pihak, kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dan memberi pengarahan
serta dukungan semangat kepada kami, terutama
kepada :

1.Ns. Sunardi, M.Kep., Sp.KMB selaku


penanggung jawab mata kuliah KMB studi
Keperawatan Kimia 17 juga
2.Dahlia Simanjutak, SKM.,M.Kes selaku
pembimbing materi KMB program studi
Keperawatan Kimia 17,
3.Kelompok 8 yang telah bekerja sama untuk
menyelesaikan makalah ini, dan
4.Orang tua kami yang setia mendukung untuk
menyelesaikan masalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima
segala kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut,


kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya untuk proses
pembelajaran.

Jakarta, September 2013

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar
i

Daftar Isi

ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Baelakang

..1

1.2 Tujuan

.. 1

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

. 2
2.2 Etiologi

.. 3

2.3 Klasifikasi

. 4

2.4 Patofosiologi

2.5 Manifestasi Klinis

. 9

2.6 Pemeriksaan Penunjang

. 9

2.7 Penatalaksanaan

.. 10

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

. 13
3.2 Diagnosa Keperawatan

14

3.3 Rencana Keperawatan

. 14

BAB VI: PENUTUP

4.1 Kesimpulan

. 20

Daftar Pustaka
iii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari
sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per


100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) .
Leukemia pada anak berkisar pada 3 4 kasus per
100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di
Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk
pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang
berkisar 2 3 per 100.000 penduduk pertahun
( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 ) .

Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD


Dr. Soetomo/FK Unair selama bulan Agustus-
Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia
akut dari 33 penderita leukemia. Dengan 10 orang
menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita
AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan
dari beberapa pengertian mengenai Leukemia
maka penulis berpendapat bahwa leukemia
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.
1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :

1.Mengetahui dan mempelajari lebih dalam


mengenai penyakit Leukemia.
2.Mengetahui tata laksana dan asuhan
keperawatan pada klien Leukimia.
3.Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang
muncul pada asuhan keperawatan klien
dengan penyakit Leukemia.
4.Mendeskripsikan rencana keperawatan yang
dibuat pada asuhan keperawatan klien dengan
dengan Leukemia.
5.Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan pada asuhan keperawatan klien
dengan Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian

Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-


putih dan haima-darah. Leukemia adalah jenis
kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan
jaringan getah bening. Semua kanker bermula di
sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya.
Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri
untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut
akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan
menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama
tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini
disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang
akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih


yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau


akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang
normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 :
248 )

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat


pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai
oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis


dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka
penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.2 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi


terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu :

1.Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi
leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma
Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld,
sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma
von Reckinghausen, dan neurofibromatosis
( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21
atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang
tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

1.b. Saudara kandung


Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang
tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus
leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
( Wiernik,1985 ) .

1.c. Faktor Lingkungan


Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat
menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal
: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ).

1.d. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta
bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada
hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia
menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak
ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini
berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA
yang menyebabkan leukemia pada hewan.
( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia .
Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala,
19990).

1.e. Bahan Kimia


Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen )
dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang
sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson,
1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain
dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk produk minyak, cat , ethylene oxide,
herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
( Fauci, et. al, 1998 ) .

1.Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan
inhibitor topoisomere II ) dapat mengakibatkan
penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML
. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et.
al, 1998 ).

2.3 Klasifikasi

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur


atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan
nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal,
dan kulit.

Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel


yang terkena, seperti limfositik atau mielositik, dan
sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut
(sel imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi).

1.a. Leukemia mielogenus akut


Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel
stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi
kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.

1) Manifestasi klinis

Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat


berkurangnya produksi sel darah normal. Kepekaan
terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia,
kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan
yang terjadi karena anemia; dan keccendrungan
perdarahan terjadi akibat trombositopenia,
kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel
leukemi dalam organ mengakibatkan berbagai
gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran limpa
atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau
muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi
pada leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat
penyebaran sumsum tulang.

Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan


gejala terjadi dalam periode 1-6 bulan. Hitung sel
darah menunjukan penurunan baik eritrosit
maupun trombosit. Meskipun jumlah leukosit total
bisa rendah, normal atau tinggi, namun presentase
sel yang normal biasanya sangat menurun.
Specimen sumsum tulang merupakan penegak
diagnose, menunjukan kelebihan sel blast imatur.
Adanya batang Auer didalam sitoplasma
menunjukan adanya leukemia mielogenus akut
(AML).

2) Penatalaksanaan

Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan


pada beberapa kasus dapat menghasilkan
perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau
lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi
daunorobicin hydrochloride (cerubidine), cytarabin
(cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk
darah dan penanganan infeksi dengan segera.
Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari
kerabat dekat, maka dapat dilakukan transplantasi
sumsum tulang untuk memperoleh sumsum tulang
normal, setelah terlebih dahulu dilakukan
penghancuran sumsum lekemik dengan kemotrapi.

3) Prognosis

Pasien yang mendapatkan penanganan dapat


bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan kematian
yang biasanya terjadi akibat infeksi atau
perdarahan. Schiller (1992) melaporkan bahwa
pasien yang berusia dibawah 40 tahun, angka
ketahanan hidup 5 tahunnya sekitar 2-5 bulan.
Percobaan dengan kombinasi baru obat kemoterapi
masih terus dilakukan diberbagai pusat onkologi
diseluruh dunia.

1.b. Leukimia Mielogenus Kronis


Leukemia mielogenus kronis (CML) juga
dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid.
Namun, lebih banyak terdapat sel normal di
banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom Philadelphia ditemukan pada 90%
sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang
menyerang individu berusia di bawah 20 tahun,
namun insidensinya menignkat sesuai
pertambahan usia.

1) Manifestasi

Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML,


tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan. Banyak
pasien yang menunjukkan tanda gejala selama
bertahun-tahun. Terdapat penignkatan leukosit,
kadang sampai jumlah yang luar biasa. Limpa
sering membesar.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah


buslfan (Myleran), hydroxyurea, dan chlorambucil
(Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid.
Ketahanan hidup meningkat secara bermakna
dengan transplantasi sumsum tulang pada pasien
yang berusia di bawah 50 tahun dengan donor HLA
yang sesuai. Interferon alfa merupakan alternative
pilihan penanganan, namun sangat mahal,
mempunyai efek samping yang tidak
menyenangkan dan tidak terbukti memperpanjang
ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi
pasien yang penyakitnya tidak berespons terhadap
penanganan yang telah dilakukan atau terus
memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan
pasien, kelak akan mengalami leukemia
mielogenus akut dan biasanya resisten terhadap
terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat
bertahan selama 3 sampai 4 tahun. Kematian
biasanya akibat infeksi atau perdarahan.
1.c. Leukimia Limfositik Akut.
Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai
suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering
terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih
banyak disbanding perempuan, dengan puncak
insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL
jarang terjadi.

1) Manifestasi

Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang


dan jaringan perifer dan menganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terlambat, mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan
trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau
tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Manifestasi
infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering
terjadi pada ALL dari pada bentuk leukemia lain
dan mengakibatkan nyeri karena pembesaran hati
atau limpa, sakit kepala, muntah karena
keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis


Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60%
anak mencapai ketahanan hidup sampai 5 tahun.
Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan
kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin,
dan asparaginase untuk terapi awal dan
dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine,
methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal
dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada sistem
saraf pusat.

1.d. Leukimia Limfositik Kronis


Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung
merupakan kelainan ringan yang terutama
mengenai individu antara usia 50-70 tahun.
Negara- Negara barat melaporkan penyakit ini
sebagai leukemia yang umum terjadi.

1) Manifestasi klinis

Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan


baru terdiagosa pada saat pemeriksaan fisik atu
penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang
mungkin terjadi adalah sehubungan dengan
adanya anemia, infeksi, atau pembesaran nodus
limfe. Dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan
trombosit mungkin normal atau menurun. Terjadi
penurunan jumlah limfosit. (limfositopenia).

Penatalaksanaan medis dan prognosis. Apabila


ringan, CLL tidak memerlukan penanganan.
Kemoterapi dengan kortikosteroid dan chlorambucil
(leukeran) sering digunakan apabila gejalanya
berat. Banyak pasien yang tidak berespon
terhadap terapi ini dapat mencapai perbaikan
dengan pemberian fludarabine monofospat, 2-
chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin.
Efek samping utama obat ini adalah penekanan
sumsum tulang, yang termanifestasi dengan
adanya infeksi seperti pneumocystis carinii,
listeria, mikobakteria, virus herpes dan
sitomegalovirus. Penanganan intra vena dengan
immunoglobulin cukup efektif mencegah masalah
ini pada pasien tertentu. Ketahanan hidup rata-rata
pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

2) Komplikasi

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan


infeksi, yang merupakan penyebab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan
masalah gastrointestinal merupakan komplikasi
lain.

Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat


defisiensi trombosit (trombositopenia) angka
trombosit rendah ditandai dengan memar
(ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan-
perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami
perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun
sampai di bawah 20.000 per mm3 darah. Dengan
alas an yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat
meningkatkan kemungkinan perdarahan.

Karena kekurangan granulosit matur dan normal,


pasien selalu dalam keadaan terancam infeksi.
Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai
derajat netropenia, sehingga jika granulosit berada
di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi
infeksi sistemik. Disfungsi imun mempertinggi
resiko infeksi.

Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi


selama pemberian kemoterapi atau meningkatkan
kadar asam urat dan membuat pasien rentan
mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik
ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan
yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam urat
dan pembentukan batu.

Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat


infiltrasi leukosit abnormal ke organ abnominal
selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering
terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi
mukosa mulut.

2.4 Patofisiologi

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk


keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah
yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler
normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat
adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang


lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses
pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap
dan lambat serta bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel normal.

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada
penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1.Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2.Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah
atau letih.
3.Demam, keringat malam dan anorexia
4.Berat badan menurun
5.Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah
berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil
di bawah kulit)
6.Nyeri pada tulang dan persendian
7.Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak
nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1.Hitung darah lengkap : menunjukkan


normositik, anemia normositik
2.Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3.Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4.Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5.SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan
peningkatan SDP immatur
6.PTT : memanjang
7.LDH : mungkin meningkat
8.Asam urat serum : mungkin meningkat
9.Muramidase serum : pengikatan pada leukemia
monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat
mengindikasikan derajat keterlibatan.
2.7 Penatalaksanaan

1.Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani
kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-
sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia,
pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan


kemoterapi dengan berbagai cara:
Melalui mulut

Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah


balik (atau intravena).

Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel)


yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik besar, seringkali di dada bagian atas
Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam
kateter, untuk menghindari suntikan yang
berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa
tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah balik/kulit.

Dengan suntikan langsung ke cairan


cerebrospinal jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi
ruang di otak dan sumsum tulang belakang,
dokter bisa memerintahkan kemoterapi
intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat
langsung ke dalam cairan cerebrospinal.
Metode ini digunakan karena obat yang
diberikan melalui suntikan IV atau diminum
seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan
sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

1.a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu


setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison),
vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari
5%.

1.b. Fase Profilaksis Sistem saraf


pusatPada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang
mengalami gangguan sistem saraf pusat.

1.c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi


pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai
respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis
obat dikurangi.
1.Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu
menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya
tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh
darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik
kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah
antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri
pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan
sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi
biologi yang digunakan adalah bahan alami
bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.

1.Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi)
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar
pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel
leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan
radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi
seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.)

1.Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)


Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi
sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk
memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini
akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang.
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk
(stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel
yang dipasang di pembuluh darah balik besar di
daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru
akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini.

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien


biasanya harus menginap di rumah sakit selama
beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi
pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell)
hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel
darah putih dalam jumlah yang memadai.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses


keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien
serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi
Anna Keliat, 1994).

Pengkajian pada leukemia meliputi :

a. Riwayat penyakit

b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :

Pucat

Kelemahan

Sesak

Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia

Demam

Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
Ptechiae

Purpura

Perdarahan membran mukosa

e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :

Limfadenopati

Hepatomegali

Splenomegali

f.Kaji adanya pembesaran testis

g.Kaji adanya :

Hematuri

Hipertensi

Gagal ginjal

Inflamasi disekitar rectal

Nyeri

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya


sistem pertahanan tubuh.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia.

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang


berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan


berhubungan dengan mual dan muntah.

e. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis


dari leukemia.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan

3.3 Rencana Keperawatan

1.Resiko infeksi berhubungan dengan


menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala
infeksi.
Intervensi :

Pantau suhu dengan teliti


Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Tempatkan Px dalam ruangan khusu


Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya Px
dari sumber infeksi

Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah


sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik.
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada
organisme infektif.

Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk


semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi

Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-


tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan
masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi dini penanganan
infeksi.
Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan
mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang
baik untuk pertumbuhan organism

Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan


dan regenerasi seluler.

Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia.


Rasional : untuk mendukung pertahanan alami
tubuh.

Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau


mengobati infeksi khusus.

1.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi :

Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan


ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari.
Rasional : menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan.

Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat


tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas
dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan.

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada


aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu pemilihan intervensi.

Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan


ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk
tugas perawatan diri

1.Resiko terhadap cedera/perdarahan yang


berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan

Intervensi :

Gunakan semua tindakan untuk mencegah


perdarahan khususnya pada daerah ekimosis.
Rasional : karena perdarahan memperberat
kondisi anak dengan adanya anemia.

Cegah ulserasi oral dan rectal.

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk


berdarah.

Gunakan jarum yang kecil pada saat


melakukan injeksi.
Rasional : untuk mencegah perdarahan

Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan

Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan


(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat).
Rasional : untuk memberikan intervensi dini
dalam mengatasi perdarahan.

Hindari obat-obat yang mengandung aspirin.


Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi
trombosit.

Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar


ntuk mengontrol perdarahan hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi :

Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya


kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

Berikan antiemetik secara teratur pada waktu


dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang

Kaji respon Px terhadap anti emetic.


Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang
secara umum berhasil.

Hindari memberikan makanan yang beraroma


menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat
menimbulkan mual dan muntah
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi


dengan baik

Berikan cairan intravena sesuai ketentuan


Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

1.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis


dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat yang dapat

diterima anak

Intervensi :

Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

Rasional : informasi memberikan data dasar


untuk mengevaluasi kebutuhan atau

keefektifan intervensi

Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur


(misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan
derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan
perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat

Lakukan teknik pengurangan nyeri non


farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan

Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur


Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

1.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama


di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung
mengalami ulserasi

Ubah posisi dengan sering


Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa


mengiritasi kulit

Kaji kulit yang kering terhadap efek samping


terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan
pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan


menepuk kulit yang kering.
Rasional : membantu mencegah friksi atau
trauma kulit.

Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan


nitrogen yang negatif

Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas


area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi
tambahan

1.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan
perilaku koping positif
Intervensi :

Dorong anak untuk memilih wig (anak


perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan
penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut

Berikan penutup kepala yang adekuat selama


pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang


tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan
parsial

Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3


hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga
terhadap perubahan penampilan rambut baru
Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang
sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan.
BAB 1V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari


sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu


penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk


keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah
yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler
normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat
adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang


lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses
pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap
dan lambat serta bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel normal.

Penyebab leukemia ada beberapa faktor,


diantaranya: genetik, saudara kandung, faktor
lingkungan, virus, bahan kimia, dan obat-obatan.

Klasifikasi leukimia terdiri dari Leukimia Mielogenus


Akut, Leukimia Mielogenus Kronis, Leukemia
Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronik.

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada


penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1.Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2.Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah
atau letih.
3.Demam, keringat malam dan anorexia
4.Berat badan menurun
5.Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah
berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil
di bawah kulit)
6.Nyeri pada tulang dan persendian
7.Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak
nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).
Pentalaksanan pada penyakin leukemia meliputi:
kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, dan
transplantasi sel induk.

Untuk menghindari leukimia harus dicegah sedini


mungkin, dan ketika sudah ada gejala-gejala
segera periksakan ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan


Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical


Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2000, Medical


Surgical Nursing, Amerika : Lippincott.
Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson
1982; De Vita Jr.,1985, Archida, 1987; Lister,
1990; Rubin,1992.

http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/a
skep-leukemia.html

http://materi-kuliah-
akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-
leukimia.html

http://www.scribd.com/doc/9501526/ASKEP-
LEUKIMIA.html

http://nphiephien.blogspot.com/2012/06/makal
ah-leukimia.html
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan hikmah dan hidayah-
Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini
yang berjudul Leukemia Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas KMB.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak


mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan semua pihak, kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dan memberi pengarahan
serta dukungan semangat kepada kami, terutama
kepada :

1.Ns. Sunardi, M.Kep., Sp.KMB selaku


penanggung jawab mata kuliah KMB studi
Keperawatan Kimia 17 juga
2.Dahlia Simanjutak, SKM.,M.Kes selaku
pembimbing materi KMB program studi
Keperawatan Kimia 17,
3.Kelompok 8 yang telah bekerja sama untuk
menyelesaikan makalah ini, dan
4.Orang tua kami yang setia mendukung untuk
menyelesaikan masalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima
segala kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut,


kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya untuk proses
pembelajaran.
Jakarta, September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar
i

Daftar Isi

ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Baelakang

..1

1.2 Tujuan

.. 1
BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

. 2

2.2 Etiologi

.. 3

2.3 Klasifikasi

. 4

2.4 Patofosiologi

2.5 Manifestasi Klinis

. 9

2.6 Pemeriksaan Penunjang

. 9

2.7 Penatalaksanaan

.. 10
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

. 13

3.2 Diagnosa Keperawatan

14

3.3 Rencana Keperawatan

. 14

BAB VI: PENUTUP

4.1 Kesimpulan

. 20

Daftar Pustaka
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari


sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per


100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) .
Leukemia pada anak berkisar pada 3 4 kasus per
100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di
Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk
pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang
berkisar 2 3 per 100.000 penduduk pertahun
( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 ) .

Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD


Dr. Soetomo/FK Unair selama bulan Agustus-
Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia
akut dari 33 penderita leukemia. Dengan 10 orang
menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita
AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan
dari beberapa pengertian mengenai Leukemia
maka penulis berpendapat bahwa leukemia
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :

1.Mengetahui dan mempelajari lebih dalam


mengenai penyakit Leukemia.
2.Mengetahui tata laksana dan asuhan
keperawatan pada klien Leukimia.
3.Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang
muncul pada asuhan keperawatan klien
dengan penyakit Leukemia.
4.Mendeskripsikan rencana keperawatan yang
dibuat pada asuhan keperawatan klien dengan
dengan Leukemia.
5.Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan pada asuhan keperawatan klien
dengan Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian

Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-


putih dan haima-darah. Leukemia adalah jenis
kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan
jaringan getah bening. Semua kanker bermula di
sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya.
Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri
untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut
akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan
menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama
tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini
disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang
akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih


yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau


akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang
normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 :
248 )

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat


pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai
oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis


dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka
penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.2 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi


terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu :

1.Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi
leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma
Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld,
sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma
von Reckinghausen, dan neurofibromatosis
( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21
atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang
tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

1.b. Saudara kandung


Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang
tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus
leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
( Wiernik,1985 ) .

1.c. Faktor Lingkungan


Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat
menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal
: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ).

1.d. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta
bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada
hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia
menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak
ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini
berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA
yang menyebabkan leukemia pada hewan.
( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia .
Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala,
19990).

1.e. Bahan Kimia


Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen )
dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang
sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson,
1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain
dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk produk minyak, cat , ethylene oxide,
herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
( Fauci, et. al, 1998 ) .

1.Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan
inhibitor topoisomere II ) dapat mengakibatkan
penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML
. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et.
al, 1998 ).

2.3 Klasifikasi

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur


atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan
nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal,
dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel
yang terkena, seperti limfositik atau mielositik, dan
sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut
(sel imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi).

1.a. Leukemia mielogenus akut


Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel
stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi
kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.

1) Manifestasi klinis

Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat


berkurangnya produksi sel darah normal. Kepekaan
terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia,
kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan
yang terjadi karena anemia; dan keccendrungan
perdarahan terjadi akibat trombositopenia,
kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel
leukemi dalam organ mengakibatkan berbagai
gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran limpa
atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau
muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi
pada leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat
penyebaran sumsum tulang.

Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan


gejala terjadi dalam periode 1-6 bulan. Hitung sel
darah menunjukan penurunan baik eritrosit
maupun trombosit. Meskipun jumlah leukosit total
bisa rendah, normal atau tinggi, namun presentase
sel yang normal biasanya sangat menurun.
Specimen sumsum tulang merupakan penegak
diagnose, menunjukan kelebihan sel blast imatur.
Adanya batang Auer didalam sitoplasma
menunjukan adanya leukemia mielogenus akut
(AML).

2) Penatalaksanaan

Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan


pada beberapa kasus dapat menghasilkan
perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau
lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi
daunorobicin hydrochloride (cerubidine), cytarabin
(cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk
darah dan penanganan infeksi dengan segera.
Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari
kerabat dekat, maka dapat dilakukan transplantasi
sumsum tulang untuk memperoleh sumsum tulang
normal, setelah terlebih dahulu dilakukan
penghancuran sumsum lekemik dengan kemotrapi.

3) Prognosis

Pasien yang mendapatkan penanganan dapat


bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan kematian
yang biasanya terjadi akibat infeksi atau
perdarahan. Schiller (1992) melaporkan bahwa
pasien yang berusia dibawah 40 tahun, angka
ketahanan hidup 5 tahunnya sekitar 2-5 bulan.
Percobaan dengan kombinasi baru obat kemoterapi
masih terus dilakukan diberbagai pusat onkologi
diseluruh dunia.

1.b. Leukimia Mielogenus Kronis


Leukemia mielogenus kronis (CML) juga
dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid.
Namun, lebih banyak terdapat sel normal di
banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom Philadelphia ditemukan pada 90%
sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang
menyerang individu berusia di bawah 20 tahun,
namun insidensinya menignkat sesuai
pertambahan usia.
1) Manifestasi

Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML,


tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan. Banyak
pasien yang menunjukkan tanda gejala selama
bertahun-tahun. Terdapat penignkatan leukosit,
kadang sampai jumlah yang luar biasa. Limpa
sering membesar.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah


buslfan (Myleran), hydroxyurea, dan chlorambucil
(Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid.
Ketahanan hidup meningkat secara bermakna
dengan transplantasi sumsum tulang pada pasien
yang berusia di bawah 50 tahun dengan donor HLA
yang sesuai. Interferon alfa merupakan alternative
pilihan penanganan, namun sangat mahal,
mempunyai efek samping yang tidak
menyenangkan dan tidak terbukti memperpanjang
ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi
pasien yang penyakitnya tidak berespons terhadap
penanganan yang telah dilakukan atau terus
memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan
pasien, kelak akan mengalami leukemia
mielogenus akut dan biasanya resisten terhadap
terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat
bertahan selama 3 sampai 4 tahun. Kematian
biasanya akibat infeksi atau perdarahan.

1.c. Leukimia Limfositik Akut.


Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai
suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering
terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih
banyak disbanding perempuan, dengan puncak
insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL
jarang terjadi.

1) Manifestasi

Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang


dan jaringan perifer dan menganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terlambat, mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan
trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau
tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Manifestasi
infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering
terjadi pada ALL dari pada bentuk leukemia lain
dan mengakibatkan nyeri karena pembesaran hati
atau limpa, sakit kepala, muntah karena
keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60%


anak mencapai ketahanan hidup sampai 5 tahun.
Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan
kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin,
dan asparaginase untuk terapi awal dan
dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine,
methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal
dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada sistem
saraf pusat.

1.d. Leukimia Limfositik Kronis


Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung
merupakan kelainan ringan yang terutama
mengenai individu antara usia 50-70 tahun.
Negara- Negara barat melaporkan penyakit ini
sebagai leukemia yang umum terjadi.
1) Manifestasi klinis

Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan


baru terdiagosa pada saat pemeriksaan fisik atu
penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang
mungkin terjadi adalah sehubungan dengan
adanya anemia, infeksi, atau pembesaran nodus
limfe. Dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan
trombosit mungkin normal atau menurun. Terjadi
penurunan jumlah limfosit. (limfositopenia).

Penatalaksanaan medis dan prognosis. Apabila


ringan, CLL tidak memerlukan penanganan.
Kemoterapi dengan kortikosteroid dan chlorambucil
(leukeran) sering digunakan apabila gejalanya
berat. Banyak pasien yang tidak berespon
terhadap terapi ini dapat mencapai perbaikan
dengan pemberian fludarabine monofospat, 2-
chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin.
Efek samping utama obat ini adalah penekanan
sumsum tulang, yang termanifestasi dengan
adanya infeksi seperti pneumocystis carinii,
listeria, mikobakteria, virus herpes dan
sitomegalovirus. Penanganan intra vena dengan
immunoglobulin cukup efektif mencegah masalah
ini pada pasien tertentu. Ketahanan hidup rata-rata
pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

2) Komplikasi

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan


infeksi, yang merupakan penyebab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan
masalah gastrointestinal merupakan komplikasi
lain.

Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat


defisiensi trombosit (trombositopenia) angka
trombosit rendah ditandai dengan memar
(ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan-
perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami
perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun
sampai di bawah 20.000 per mm3 darah. Dengan
alas an yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat
meningkatkan kemungkinan perdarahan.

Karena kekurangan granulosit matur dan normal,


pasien selalu dalam keadaan terancam infeksi.
Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai
derajat netropenia, sehingga jika granulosit berada
di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi
infeksi sistemik. Disfungsi imun mempertinggi
resiko infeksi.

Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi


selama pemberian kemoterapi atau meningkatkan
kadar asam urat dan membuat pasien rentan
mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik
ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan
yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam urat
dan pembentukan batu.

Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat


infiltrasi leukosit abnormal ke organ abnominal
selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering
terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi
mukosa mulut.

2.4 Patofisiologi

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk


keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah
yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler
normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat
adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang
lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses
pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap
dan lambat serta bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel normal.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada


penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1.Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2.Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah
atau letih.
3.Demam, keringat malam dan anorexia
4.Berat badan menurun
5.Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah
berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil
di bawah kulit)
6.Nyeri pada tulang dan persendian
7.Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak
nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.Hitung darah lengkap : menunjukkan
normositik, anemia normositik
2.Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3.Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4.Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5.SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan
peningkatan SDP immatur
6.PTT : memanjang
7.LDH : mungkin meningkat
8.Asam urat serum : mungkin meningkat
9.Muramidase serum : pengikatan pada leukemia
monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat
mengindikasikan derajat keterlibatan.
2.7 Penatalaksanaan

1.Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani
kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-
sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia,
pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan


kemoterapi dengan berbagai cara:

Melalui mulut

Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah


balik (atau intravena).

Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel)


yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik besar, seringkali di dada bagian atas
Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam
kateter, untuk menghindari suntikan yang
berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa
tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah balik/kulit.

Dengan suntikan langsung ke cairan


cerebrospinal jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi
ruang di otak dan sumsum tulang belakang,
dokter bisa memerintahkan kemoterapi
intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat
langsung ke dalam cairan cerebrospinal.
Metode ini digunakan karena obat yang
diberikan melalui suntikan IV atau diminum
seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan
sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

1.a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu


setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison),
vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari
5%.

1.b. Fase Profilaksis Sistem saraf


pusatPada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang
mengalami gangguan sistem saraf pusat.

1.c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi


pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai
respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis
obat dikurangi.

1.Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu
menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya
tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh
darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik
kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah
antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri
pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan
sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi
biologi yang digunakan adalah bahan alami
bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.

1.Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi)
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar
pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel
leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan
radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi
seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.)

1.Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)


Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi
sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk
memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini
akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang.
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk
(stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel
yang dipasang di pembuluh darah balik besar di
daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru
akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien
biasanya harus menginap di rumah sakit selama
beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi
pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell)
hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel
darah putih dalam jumlah yang memadai.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses


keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien
serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi
Anna Keliat, 1994).

Pengkajian pada leukemia meliputi :

a. Riwayat penyakit

b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :

Pucat

Kelemahan

Sesak
Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia

Demam

Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :

Ptechiae

Purpura

Perdarahan membran mukosa


e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :

Limfadenopati

Hepatomegali

Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis

g.Kaji adanya :

Hematuri

Hipertensi

Gagal ginjal
Inflamasi disekitar rectal

Nyeri

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya


sistem pertahanan tubuh.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


kelemahan akibat anemia.

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang


berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan


berhubungan dengan mual dan muntah.

e. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis


dari leukemia.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
3.3 Rencana Keperawatan

1.Resiko infeksi berhubungan dengan


menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala
infeksi.

Intervensi :

Pantau suhu dengan teliti


Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Tempatkan Px dalam ruangan khusu


Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya Px
dari sumber infeksi

Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah


sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik.
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada
organisme infektif.

Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk


semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi

Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-


tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan
masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi dini penanganan
infeksi.

Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan


mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang
baik untuk pertumbuhan organism

Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan


dan regenerasi seluler.

Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia.


Rasional : untuk mendukung pertahanan alami
tubuh.

Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau


mengobati infeksi khusus.
1.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi :

Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan


ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari.
Rasional : menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan.

Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat


tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas
dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan.

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada


aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu pemilihan intervensi.

Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan


ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk
tugas perawatan diri
1.Resiko terhadap cedera/perdarahan yang
berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan

Intervensi :

Gunakan semua tindakan untuk mencegah


perdarahan khususnya pada daerah ekimosis.
Rasional : karena perdarahan memperberat
kondisi anak dengan adanya anemia.

Cegah ulserasi oral dan rectal.

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk


berdarah.

Gunakan jarum yang kecil pada saat


melakukan injeksi.
Rasional : untuk mencegah perdarahan

Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan

Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan


(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat).
Rasional : untuk memberikan intervensi dini
dalam mengatasi perdarahan.

Hindari obat-obat yang mengandung aspirin.

Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi


trombosit.

Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar


ntuk mengontrol perdarahan hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan


berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi :

Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya


kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

Berikan antiemetik secara teratur pada waktu


dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang

Kaji respon Px terhadap anti emetic.


Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang
secara umum berhasil.

Hindari memberikan makanan yang beraroma


menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat
menimbulkan mual dan muntah

Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi


dengan baik

Berikan cairan intravena sesuai ketentuan


Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

1.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis


dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat yang dapat

diterima anak
Intervensi :

Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5


Rasional : informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan atau

keefektifan intervensi

Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur


(misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan


derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan
perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat

Lakukan teknik pengurangan nyeri non


farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan

Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri


1.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama


di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung
mengalami ulserasi

Ubah posisi dengan sering


Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit

Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa


mengiritasi kulit

Kaji kulit yang kering terhadap efek samping


terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan
pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan


menepuk kulit yang kering.
Rasional : membantu mencegah friksi atau
trauma kulit.

Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan


nitrogen yang negatif

Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas


area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi
tambahan

1.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan
perilaku koping positif
Intervensi :

Dorong anak untuk memilih wig (anak


perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan
penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
Berikan penutup kepala yang adekuat selama
pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang


tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan
parsial

Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3


hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga
terhadap perubahan penampilan rambut baru

Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang


sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan.
BAB 1V

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari


sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu


penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk


keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah
yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler
normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat
adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang


lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses
pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap
dan lambat serta bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel normal.

Penyebab leukemia ada beberapa faktor,


diantaranya: genetik, saudara kandung, faktor
lingkungan, virus, bahan kimia, dan obat-obatan.
Klasifikasi leukimia terdiri dari Leukimia Mielogenus
Akut, Leukimia Mielogenus Kronis, Leukemia
Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronik.

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada


penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1.Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2.Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah
atau letih.
3.Demam, keringat malam dan anorexia
4.Berat badan menurun
5.Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah
berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil
di bawah kulit)
6.Nyeri pada tulang dan persendian
7.Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak
nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).
Pentalaksanan pada penyakin leukemia meliputi:
kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, dan
transplantasi sel induk.
Untuk menghindari leukimia harus dicegah sedini
mungkin, dan ketika sudah ada gejala-gejala
segera periksakan ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan


Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical


Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2000, Medical


Surgical Nursing, Amerika : Lippincott.

Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson


1982; De Vita Jr.,1985, Archida, 1987; Lister,
1990; Rubin,1992.

http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/a
skep-leukemia.html

http://materi-kuliah-
akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-
leukimia.html
http://www.scribd.com/doc/9501526/ASKEP-
LEUKIMIA.html

http://nphiephien.blogspot.com/2012/06/makal
ah-leukimia.html

También podría gustarte