Está en la página 1de 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PRETERM DAN POST TERM

MAKALAH

oleh
Kelompok 17

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


PRETERM DAN POST TERM

MAKALAH

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan dosen pengampu
Ns Peni Perdani Juliningrum, M.Kep
oleh:
Aulia Elma Nafia I. 152310101313
Rizqi Dian Amillia 152310101321

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap menusia mempunyai keinginan untuk mememiliki generasi penerus atau
keturunan. Hal ini dapat direalisasikan dengan pernikahan yang kemudian terjadilah
kehamilan. Kehamilan merupakan kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang
sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan
pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi
terakhir sampai melahirkan. Kehamilan tersebut pasti diharapkan berjalan dengan lancar
dan dalam kondisi sehat, namun tidak menutup kemungkinan terjadi kondisi yang tidak
diinginkan (patologis) dalam kehamilan. Salah satu kondisi tersebut adalah kehamilan
preterm dan post term.
Persalinan Preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu (20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Manuaba,
1999). Masalah utama dari persalinan premature adalah perawatan bayinya, semakin
muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya. Persalinan
premature adalah penyebab utama terjadinya morbiditas dan mortalitas neonatal di
seluruh dunia, yaitu sebesar 60-80%. Di Indonesia angka morbitas pada premature
mencapai 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Penyebab kematian
bayi premature antara lain Asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%),
trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Manuaba, 1999).
Sedangkan bayi post-term adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 42
minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan pengkajian usia gestasi)
dianggap postmatur, atau post term, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong,
2009). Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital, prematuritas,
trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan asfiksia neonatorum. Terjadinya gawat janin
di sebabkan oleh induksi persalinan, infeksi pada ibu, perdarahan, insufisiensi plasenta,
prolapsus tali pusat, kehamilan dan persalinan preterm dan postterm. Menurut wong,
2009 insiden kelahiran bayi postmatur adalah 3,5% - 15% dari semua kehamilan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada bayi dengan preterm dan post term.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar memperoleh gambaran nyata mengenai pengkajian keperawatan pada
bayi preterm dan post term.
2. Dapat mendiagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada bayi preterm dan
post term.
3. Dapat menyelesaian masalah terhadap hambatan yang ditemukan pada asuhan
keperawatan bayi preterm dan post term.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
kehamilan pretem dan post term.
2. Menambah pengetahuan baru bagi mahasiswa keperawatan, dan sebagai pegangan
bagi perawat pelaksana pada saat melakukan asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi
bekal dalam persiapan praktek di rumah sakit maupun di masyarakat.
BAB 2. TELAAH LITERATURE
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pengertian
Persalinan preterm biasanya didefinisikan sebagai kontraksi reguler disertai
perubahan pada serviks yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Menurut Creasy dan Herron, persalinan preterm adalah persalinan pada wanita hamil
dengan usia 20-36 minggu, dengan kontraksi uterus empat kali tiap 20 menit atau
delapan kali tiap 60 menit selama enam hari, dan diikuti oleh beberapa hal meliputi
ketuban pecah dini, dilatasi serviks > 2 cm, dan penipisan serviks > 50%.
Sedangkan persalinan post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Kehamilan post matur lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai
tanda-tanda seperti kuku panjang, rambut panjang, kulit berkeriput, kulit menjadi
kehilangan air karena kulitnya tidak dilindungi oleh vernik kaseosa. Mekonium dari
ususnya mewarnai kuku mereka dan mungkin ditemukan di dalam paru-parunya. Bayi
pos term kehilangan berat badan disebabkan oleh plasenta yang menua, plasenta menjadi
kurang efisien dalam memberikan kebutuhan nutrisi dan oksigen bayi dan berakibat pada
malnutrisi dan hipoksia.

2.1.2 Penyebab, Tanda, dan Gejala


Penyebab pretem
a. Faktor ibu
- Toksemia gravidarum, yaitu preeklamsi dan eklamsi.
- Kelainan bentuk uterus ( misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks)
- Tumor ( misalnya mioma uteri, sistoma)
- Ibu yang menderita penyakit antara lain: akut dengan gejala panas tinggi
( misalnya tifus abdominalis, malaria), kronis (misalnya TBC, penyakit
jantung, gromerulonefritis kronis).
- Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (misalnya jatuh), psikologis
(misalnya stres)
- Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahunn atau lebih dari 30 tahun.
- Plasenta antara lain plasenta praevia, solusio plasenta.
b. Faktor janin
- Kehamilan ganda
- Hidramnion
- Ketuban pecah dini
- Cacat bawaan
- Infeksi ( misalnya rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)
- Insufisiensi plasenta
c. Faktor plasenta
- Plasenta previa
- Solusio plasenta
Penyebab post term
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukakan
adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang
(Mochtar,1998). Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai
pada keluarga tertentu.
Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta.
Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Keadaan ini merupakan
kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur
cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Tanda dan Gejala preterm
- Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
- Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
- Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
- Kuku panjangnya belum melewati ibu ujung jari
- Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
- Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 30cm
- Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 33 cm
- Rambut lanugo masih banyak
- Jaringan lemak subkutan masih tipis atau kurang
- Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan daun telinganya
- Tumit mengkilap, telapak kaki halus
- Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi pada skrotom kurang. Testis belum
turun ke skrotom. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum
tertutup oleh labia mayora
- Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
- Fungsi saraf yang belum matang atau kurang matang, mengakibatkan refleks isap,
menelan dan batuk mesih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
- Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
- Verniks kaseosa tidak ada atau kurang
Tanda dan gejala post term
Tanda posterm dapat dibagi menjadi 3 stadium (Sarwono, 2005), antara lain:
Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi meserasi sehingga
kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekonium
(kehijauan di kulit).
Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku,
kulit dan tali pusat.
Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan sirotinus atau
postmatur bersumber dari kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen
serta kemampuan fungsi lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:
1 Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat,dapt mencapai lebih dari 4000-4500gr yang di
sebut dengan bayi makrosomia.
b Bayi postmaturel hipermaturel dengan criteria:
Berat badan yang besar atau makrosomia
Kuku panjang
Penulangan baik
Tulang rawan telinga sudah cukup
Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada
Mata besar dan terbuka
2 Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi, sehingga tidak
mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang cukup,akan terjadi sebaliknya dan
di sebut sebagai sindron postmature dengan criteria berikut:
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama di kulit
tangan dan kaki
d. Matanya lebar bahkan sudah terbuka
e. Verniks caseosa telah hilang atau berkurang

2.1.3 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preterm
- Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang sudah diatur, bayi dengan
berat badan <2000 gram suhunya 35C.
- Makanan bayi prematur
Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan batuk, kapasitas
lambung masih kurang, maka makanan diberikan dengan pipet sediki-sedikit
namun lebih sering. Kemungkinan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari
atau 100-120 call/kg/hari pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan
bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori. Karena mudah
terjadi reglugitasi dan pneumoni aspirasi pada bayi prematur, maka hal-hal berikut
harus diperhatikan pada pemberian minum bayi:
Bayi diletakkan pada posisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung
atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan dengan meninggikan kepala dan
bahu 30 di tempat tidur bayi.
Sebelum susu diberikan, diteteskan terlebih dahulu dipunggung tangan untuk
merasakan apakah susu cukup hangat dan keluar satu tetes dalam setiap detik.
Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah dia menjadi biru, ada
gangguan pernapasan atau perut kembung pengamatan dilakukan terus sampai
kira-kira setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu dimulut harus
dibersihkan.
Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit0sedikit dengan
perlahan dan hati-hati penambahan susu setiap kali minum tidak boleh lebih dari
30 ml sehari.
Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan di atas pundak selama 10-15
menit untuk mengeluarkan udara di lambung dan kemudian ditidurkan pada sisi
kanan.
Bila bayi biru/mengalami kesukaran dalam bernafas pada waktu minum kepala
bayi herus segera direndahkan 30, cairan dimulut dan di faring dihisap. Bila ia
masih tetap biru dan tidak bernapa harus segera diberi O2 dan pernafasan
buatan.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter sebaiknya
selama 4-5 hari tanpa iritasi. Kateter dari karet mudah menyebabkan iritasi dan
infeksi. Yang dipakai kateter no. 8 untuk bayi <1500 gram dan no. 10 untuk bayi
> 1500 gr. Panjang kateter yang dimasukkan bila melalui mulut ialah sama
dengan ukuran pangkal hidung. Bila melalui hidung ditambah dengan jarak dan
pangkal hidung keliang telinga.
Penatalaksanaan post term
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan servik, apabila
sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin post matur kadang-kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan.
e. Tindakan operasi section caesaria dapat dipertimbangkan bila pada keadaan
onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang., pembukaan
belum lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin, primigravida tua,
kematian janin dalam kandungan, pre eklamsi, hipertensi menahun, kesalahan
letak janin.

2 Asuhan Keperawatan
1 Partus Preterm
2.2.1.1 Pengkajian
1 Identitas
Terjadi pada bayi pada bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2 Keluhan utama
Berat badan < 2500 gr, panjang badan < 45 cm, usia kehamilan < 37 minggu.
3 Riwayat kehamilan dan persalinan
a Riwayat Prenatal
Hamil dengan hidramnion, kehamilan ganda, perdarahan antepartum, komplikasi
kehamilan, pre eklamsi, dan ketuban pecah dini.
b Riwayat natal
Usia kehamilan < 37 minggu, BBL < 2500 gram, panjang bayi < 45 cm, lingkar
kepala < 33 cm, lingkar lengan < 11 cm, lingkar dada < 34 cm, AS < 10, HR 130-
160 x/menit, RR 30-60 x/menit.
c Riwayat post natal
TTV bayi, HR 130-160 x/menit, RR 30-60 x/menit dan langsung ditempatkan di
inkubator.
4 Riwayat kesehatan
Penyakit berat misal pneumonia.
5 Pengkajian fisik
Tanda vital:
Takanan darah: >90/60 mmHg
Nadi: 100-140 x/menit
Pernafasan: pernafasan dangkal, tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas),
pernafasan cuping hidung, mengorok, sianosis, frekuensi nafas bervariasi, antara
45-50 x/menit.
Suhu: 36,3C-36,9C
Kulit: kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang

2.2.1.2 Analisa Data


No Data Etiologi
1. DO : Ibu eklamsi
- reflek menghisap
lemah Lahir prematur ( 35 minggu )
- bayi lahir pre
mature Sel-sel otak imatur
- ibu eklamsi
Gangguan dalam beberapa reflek
DS :
- Gangguan reflek menghisap

Bayi kurang mendapat asupan gizi

Ketidakefektifan Pola Makan
2. DO : BBLR
- penurunan BB
- Kelemahan Permukaan tubuh relative lebih luas
- Mukosa kering
DS : Penguapan berlebih
- Ibu belum dapat
menyusui klien Kehilangan cairan

Dehidrasi

Mukosa kering

Kelemahan

Kekurangan volume cairan b/d
kegagalan mekanisme regulasi
3. DO : Ibu eklamsi
- Prematur
- Tali pusat masih Prematur
basah
BBLR
DS :
- Bayi belum di Pembentukan antibodi imatur
imunisasi
Kadar Imun rendah dan belum
diimunisasi

Daya tahan tubuh rendah

Resiko Infeksi
2.2.1.3 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Makan Bayi berhubungan dengan prematuritas
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
3. Resiko Infeksi
2.2.1.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Kriteria Hasil : 1 Fasilitasi kontak ibu dengan
Pola Makan Bayi Setelah dilakukan keperawatan bayi seawal mungkin
berhubungan selama 2 x 24 jam diharapkan (maksimal 2 jam setelah lahir )
dengan klien mampu: 2 Monitor kemampuan bayi
prematuritas 1 Ibu dapat menyusui dengan untuk menghisap
efektif 3 Dorong orang tua untuk
2 Ibu mendapatkan meminta perawat untuk
pengetahuan tentang menemani saat menyusui
pentingnya menyusui sebanyak 8-10 kali/hari
4 Sediakan kenyamanan dan
privasi selama menyusui
5 Dorong ibu untuk tidak
membatasi bayi menyusu
6 Diskusikan penggunaan
pompa ASI jika bayi
tidakmampu menyusu
7 Instruksikan ibu untuk
makan makanan bergizi
selama menyusui
8 Kolaborasi: pemasangan
NGT (jika perlu)
2. Kekurangan Kriteria Hasil : 1 Pertahankan catatan intake
volume cairan Setelah dilakukan tindakan dan output yang akurat
keperawatan selama 3 x 24 2 Monitor status hidrasi
berhubungan (kelembaban membran
jam, kekurangan volume cairan
dengan kegagalan teratasi dengan kriteria hasil: mukosa, nadi adekuat)
1 Mukosa lembab 3 Monitor tanda-tanda vital:
mekanisme
2 Intake oral adekuat suhu, nadi, RR
regulasi 3 Kelemahan berkurang 4 Dorong masukan oral
5 Berikan penggantian
nasogastric sesuai oletput
6 Monitor BB
7 monitor status nutrisi
8 dorong keluarga untuk
memenuhi cairan (memberi
ASI)
9 Kolaborasi pemeriksaan
elektrolit, pemberian cairan
IV.
3 Resiko Infeksi Kriteria Hasil : 1 Observasi tanda dan gejala.
Setelah dilakukan perawatan 2 Monitor TTV pasien.
selama 2 x 24 jam diharapkan 3 Pertahankan teknik aseptif.
pasien : 4 Cuci tangan setiap sebelum
1 Tidak ada tanda dan dan sesudah tindakan ke
gejala infeksi. pasien.
2 Jumlah leukosit dalam 5 Pertahankan pemenuhan
batas normal. nutrisi yang adekuat (ASI).
3 Keluarga mampu 6 Melatih keluarga untuk
membantu perawatan membantu pasien : menjaga
pasien. kebersihan (cuci tangan),
pemenuhan nutrisi adikuat
(ASI).
7 Minimalkan tindakan
diagnostik yang tidak perlu.
8 Batasi pemakaian alat infasif.
9 Kolaborasi dengan dokter :
a Pemberian Obat
b Pemberian Imunisasi
c Pemeriksaan Penunjang.

2.2.1.5 Implementasi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Implementasi
.
1. Ketidakefektifan Pola 1. Memfasilitasi kontak ibu dengan bayi seawal mungkin
Makan Bayi berhubungan (maksimal 2 jam setelah lahir )
dengan prematuritas 2. Monitoring kemampuan bayi untuk menghisap
3. Mendorong orang tua untuk meminta perawat untuk
menemani saat menyusui sebanyak 8-10 kali/hari
4. Menyediakan kenyamanan dan privasi selama
menyusui
5. Mendorong ibu untuk tidak membatasi bayi menyusu
6. Mendiskusikan penggunaan pompa ASI jika bayi
tidakmampu menyusu
7. Menginstruksikan ibu untuk makan makanan bergizi
selama menyusui
8. Mengkolaborasikan: pemasangan NGT (jika perlu)
2. Kekurangan volume cairan 1. Memertahankan catatan intake dan output yang akurat
berhubungan dengan 2. Monitoring status hidrasi (kelembaban membran
kegagalan mekanisme mukosa, nadi adekuat)
regulasi 3. Monitoring tanda-tanda vital: suhu, nadi, RR
4. Mendorong masukan oral
5. Memberikan penggantian nasogastric sesuai oletput
6. Monitoring BB
7. monitoring status nutrisi
8. Mendorong keluarga untuk memenuhi cairan
(memberi ASI)
9. Mengkolaborasikan pemeriksaan elektrolit, pemberian
cairan IV.
3. Resiko Infeksi 1. Mengobservasi tanda dan gejala.
2. Monitoring TTV pasien.
3. Mempertahankan teknik aseptif.
4. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
ke pasien.
5. Mempertahankan pemenuhan nutrisi yang adekuat
(ASI).
6. Melatih keluarga untuk membantu pasien : menjaga
kebersihan (cuci tangan), pemenuhan nutrisi adikuat
(ASI).
7. Meminimalkan tindakan diagnostik yang tidak perlu.
8. Mematasi pemakaian alat infasif.
9. Mengkolaborasikan dengan dokter :
a. Pemberian Obat
b. Pemberian Imunisasi
c. Pemeriksaan Penunjang.

2.2.1.6 Evaluasi
N Diagnosa keperawatan Evaluasi
O
1 Ketidakefektifan Pola Makan - S : Ibu klien mengatakan bayi mampu menyusui
Bayi berhubungan dengan - O : kebutuhan asi bayi tercukupi (8-10 kali/hari)
prematuritas - A : masalah teratasi sebagian
- P : mempertahankan intervensi yang ada
2 Kekurangan volume cairan - S : ibu mampu menyusui klien
berhubungan dengan kegagalan - O : berat badan meningkat, membrane mukosa
mekanisme regulasi lembab dan Aktivitas dan latihan normal
- A : Masalah teratasi sebagian
- P : melanjutkan intervensi
3 Resiko Infeksi - S : Ibu klien mengatakan tidak ada tanda dan gejala
infeksi.
- O : Leukosit dalam batas normal.
- A : Masalah teratasi.
- P : Lanjutkan intervensi.

2 Partus Preterm
2.2.2.1 Pengkajian
1 Kondisi Umum
a Tonus otot : Lunak (tonus otot menurun)
b Kulit :
1 Warna : Pucat, sianosis, sebagian terwarnai oleh mekonium
2 Tekstur : kering, mengelupas, dan pecah-pecah
c Tangisan : Lemah
2 Pengukuran
a Berat badan : 4000-4500 gram (makrosomia)
b Panjang : > 53 cm (normal 48-53 cm)
c Lingkar kepala: 33-37 cm
d Lingkar dada : > 35 cm (normal 31-35 cm)
3 Tanda-tanda Vital
a Suhu : < 36,5o C
b Pernapasan : dispnea, bayi kesulitan bernafas, adanya pernapasan cuping
hidung
c Nadi : Nadi > 160x/m (Takikardi)
4 Kepala
a Bentuk : simetris, ukuran dalam batas normal
b Ubun-ubun : datar, keras
c Wajah : ukuran kecil, bayi tampak tua
d Mata : mata lebar dan sudah terbuka
e Mulut : bibir, gusi, palatum utuh. Adanya mekonium pada trakea/jalan
napas bayi (melihat kondisi dalam mulut), bibir pucat
f Hidung : simetris, lubang hidung paten, septum utuh.
g Telinga : kartilago terbentuk dengan baik, simetris kanan-kiri
5 Leher : pendek, tebal, rentang gerak terbatas, tidak ada massa
6 Toraks : simetris, prosesus xifoid deus menonjol
a Bunyi nafas : peningkatan bunyi nafas, adanya bunyi nafas tambahan
b Payudara : simetris, datar dengan putting tegak.
7 Abdomen : simetris, agak menonjol, tidak ada massa
8 Genetalia : sesuai dengan jenis kelamin
2.2.2.2 Analisa Data
No. Data Etiologi
1. DO: Fungsi Plasenta menurun
- Adanya mekonium pada
trakea/jalan napas bayi Suplai O2 menurun
- adanya suara napas tambahan
- bayi terlihat kesulitan bernafas Gawat janin, cedera otak dan
dan menangis organ lainnya
- Dispnea
Mengeluarkan mekonium
DS: -

Aspirasi mekonium

Ketidakefektifan bersihan jalan


napas
2. DO: Fungsi Plasenta menurun
- Dispnea
- Pernapasan cuping hidung Suplai O2 menurun
- Terlihat bayi menggunakan otot
aksesorius untuk bernapas Gawat janin, cedera otak dan
- RR > 60x/m
organ lainnya
DS: - Mengeluarkan mekonium

Aspirasi mekonium

Asfiksia

Ketidakefektifan pola napas


3. DO: Kehamilan postterm
- Kerusakan lapisan kulit
- Kulit kering, mengelupas, pecah- Placenta mengkerut
pecah, longgar dan berkerut
Fungsi plasenta menurun
DS: -
Nutrisi menurun (kurang vitamin,
cairan, makanan)

Kerusakan integritas kulit

2.2.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan aspirasi mekonium
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan nutrisi janin menurun

2.2.2.4 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan Kriteria hasil: 1. Pastikan kebutuhan
bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan oral/tracheal suctioning
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 2. Hisap hidung dan orofaring
dengan aspirasi jam, ketidakefektifan dengan hati-hati, sesuai
mekonium bersihan jalan napas kebutuhan
teratasi dengan kriteria 3. Auskultasi suara napas
hasil: sebelum dan sesudah
- Menunjukkan jalan suctioning
napas yang paten 4. Berikan oksigen
(frekuensi napas dalam menggunakan nasal untuk
rentang normal, tidak memfasilitasi suction
ada suara napas nasotrakeal
5. Monitor status oksigen pasien
abnormal).
6. Buka jalan napas, gunakan
- Suara nafas bersih, tidak
teknik chin lift atau jaw
ada sianosis dan dispnea
thrust bila perlu
7. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
8. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
9. Monitor respirasi dan status
oksigen
2. Ketidakefektifan Kriteria hasil 1. Buka jalan napas, gunakan
pola napas Setelah dilakukan tindakan teknik chin lift atau jaw
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 thrust bila perlu
dengan obstruksi jam, ketidakefektifan pola 2. Posisikan pasien untuk
jalan napas, asfiksia napas teratasi dengan memaksimalkan ventilasi
kriteria hasil: 3. Monitor respirasi dan status
- Suara nafas bersih, tidak ada oksigen
sianosis dan dispnea 4. Bersihkan mulut, hidung, dan
- Menunjukkan jalan napas secret trakea
yang paten (frekuensi 5. Pertahankan jalan napas yang
napas dalam rentang paten
6. Atur peralatan oksigenasi
normal, tidak ada suara
7. Monitor aliran oksigen
napas abnormal). 8. Pertahankan posisi pasien
- Tanda-tanda vital dalam 9. Monitor TD, nadi, suhu, dan
rentang normal (tekanan RR
darah, nadi, pernapasan) 10. Monitor suara pernapasan
abnormal
11. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
3. Kerusakan Kriteria hasil 1. Berikan baju yang
integritas kulit Setelah dilakukan tindakan longgar untuk pasien
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 2. Jaga agar kulit tetap
dengan nutrisi janin jam, kerusakan integritas bersih dan kering
menurun, kulit teratasi dengan 3. Mobilisasi pasien tiap 2
berkurangnya kriteria hasil: jam sekali atau sesuai
lemak subcutan - Tidak ada tanda-tanda keperluan
infeksi 4. Oleskan lotion atau baby
- Integritas kulit yang baik oil pada daerah yan
bisa dipertahankan tertekan
- Menunjukkan terjadinya 5. Monitor status nutrisi
proses penyembuhan pasien
6. Memandikan pasien
dengan menggunakan
sabun dan air hangat
7. Kolaborasikan dengan
ahli gizi terkait
pemberian nutrisi pada
pasien
8. Hindari kerutan pada
tempat tidur

2.2.2.5 Implementasi Keperawatan


No Diagnosa Implementasi
. Keperawatan
1. Ketidakefektifan 1. Memastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
bersihan jalan napas 2. Melakukan hisap hidung dan orofaring dengan hati-
berhubungan dengan hati, sesuai kebutuhan
aspirasi mekonium 3. Melakukan Auskultasi suara napas sebelum dan
sesudah suctioning
4. Memberikan oksigen menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal
5. Melakukan monitor status oksigen pasien
6. Membuka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
7. Memosisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
8. Melakukan fisioterapi dada bila perlu
9. Melakukan monitor respirasi dan status oksigen
2. Ketidakefektifan pola 1. Membersihkan mulut, hidung, dan secret trakea
napas berhubungan 2. Melakukan monitor aliran oksigen
dengan obstruksi jalan 3. Melakukan monitor TD, nadi, suhu, dan RR
4. Melakukan monitor suara pernapasan abnormal
napas, asfiksia
3. Kerusakan integritas 1. Memberikan baju yang longgar untuk pasien
kulit berhubungan 2. Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
dengan nutrisi janin 3. Melakukan mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali atau
menurun, berkurangnya sesuai keperluan
4. Mengoleskan lotion atau baby oil pada daerah yan
lemak subcutan
tertekan
5. Melakukan monitor status nutrisi pasien
6. Memandikan pasien dengan menggunakan sabun dan
air hangat
7. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi terkait pemberian
nutrisi pada pasien

2.2.2.6 Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1. Ketidakefektifan S: Keluarga pasien mengatakan, bayinya sudah bisa
bersihan jalan napas bernafas lancar sus, sudah bisa menangis juga.
O: - Tidak terlihat adanya mekonium yang
berhubungan dengan
menyumbat dijalan napas bayi
aspirasi mekonium - Suara nafas normal (vesikuler)
- Tidak ada dispnea
- Bayi terlihat mudah bernafas dan sesekali
menangis dengan keras
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. Ketidakefektifan S: Keluarga mengatakan, bayinya sudah nafas
pola napas lancar sus, sudah gak sesak juga.
O: - Tidak ada dispnea
berhubungan dengan - Tidak terlihat pernapasan cuping hidung
- Tidak terlihat penggunaan otot acesorius
obstruksi jalan
pernapasan
napas, asfiksia - RR 40-60x/m
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3. Kerusakan integritas S: Keluarga mengatakan, kulit bayinya sudah tidak
kulit berhubungan mengelupas, tidak berkerut juga sus.
O: - Tidak ada kerusakan lapisan kulit
dengan nutrisi janin
- Terlihat kulit bersih, tidak berkerut, tidak
menurun, pecah-pecah
berkurangnya lemak A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
subcutan
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Persalinan Preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu (20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Penyebabnya pun
bermacam-macam antara lain KPD (Ketuban Pecah Dini), infeksi, kelainan uterus, vaginosis
bakterialis, komplikasi medis dan obstreti serta kelainan atau penyakit sistemis kronis pada
ibu seperti DM, jantung maupun hipertensi.

Sedangkan bayi post-term adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 42
minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan pengkajian usia gestasi) dianggap
postmatur, atau post term, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong, 2009). Adapun
penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital, prematuritas, trauma persalinan,
infeksi, gawat janin dan asfiksia neonatorum.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang


tepat dan baik karena telah mengetahui penyebabnya serta cara pencegahan maupun
pengobatannya terhadap klien dengan partus preterm dan post term.
DAFTAR PUSTAKA

Megasari, Miratu SST., dkk. 2012. Belajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
Curtis, Glade B. 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan
Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC
Hamilton, Persis Mary. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas (Edisi 6). Jakarta:
EGC.
Leveno, Kenneth J, dkk. (2003). (Panduan Ringkas Obstetri Williams (Edisi 21). Jakarta:
EGC.
R, Octa Dwienda, SKM.,M.Kes, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan
Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish.
Surasmi, Asrining, dkk. (2001). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

También podría gustarte