Está en la página 1de 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR SISTEM

MUSKULOSEKELETAL (MALIGNA, BENIGNA)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. DEFINISI
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa
latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan
pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker (2001),
pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Neoplasma (tumor) adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya
pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta
berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut
(Robin 1999, 261,basic of pathology disease).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar.Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995). Sedangkan kanker
adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,
dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).

2. JENIS-JENIS TUMOR JINAK (BENIGNA) PADA SISTEM


MUSKULOSKELETAL
a. Osteoma
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh
pertumbuhan tulang yang abnormal.Osteoma klasik berwujud sebagai suatu
benjolan yang tumbuh dengan lambat, tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi,
osteoma perifer tampak sebagai lesi, lesi menimbulkan adiopak yang meluas dari
perrmukaan tulang, osteoma sentral tampak sebagai suatu massa sklerotik terbatas
jelas didalam tulang. Kalau lesi menimbukan gejala-gejala, membesar, atau
menyebakan ketidakmampuan maka perawatan yang dipilih adalah eksisi osteoma
dengan pembedahan .Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar ini juga
dilakukan untuk tujuan diagnostic pada lesi-lesi yang besar. Eksisi meemberikan
penyembuhan pada tulang.

b. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor jinak pada tulang yang pertumbuhannya
timbul dari osteoblas. Osteoid osteoma dapat mengenai tulang manapun, tetapi
biasanya mengenai tulang panjang/ tulang paha. Osteoid Osteoma merupakan
tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh dilengan atau tungkai, tetapi
dapat terjadi pada semua tulang. Belum diketahui secara pasti penyebab
tumbuhnya Osteoid Osteoma tetapi biasanya disebabkan karena trauma, infeksi
dan lesi. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan
berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot di sekitar tumor
akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat.
Skening tulang menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu menentukan
lokasi yang tepat dari tumor tersebut.Kadang-kadang tumor sulit ditentukan
lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto
rontgen dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan
merupakan satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila
penderita enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan
aspirin.

c. Kondroblastoma
Kondroblastoma dalah tumor jinak yang jarang di temukan, dan biasanya
paling sering mengenai anak-anak pada remaja.Tempat paling sering terserang
adalah tulang humerus.Gejala seringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari
jaringan tulang rawan.Perawatannya dengan eksisi pembedahan. Jika kambuh,
tumor ini akan di tangani dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi.

d. Non Ossifying Fibroma


Non Ossifying Fibroma (Nof) adalah kelainan perkembangan yang umum
pada anak-anak dan remaja dengan physes terbuka; itu tidak terlihat pada orang
dewasa. Meskipun namanya, kondisi ini mineralizes dan menghilang dengan
jatuh tempo rangka. Bila lesi sangat kecil, hal itu disebut cacat kortikal
berserat.Terjadi eksentris di metaphyses tulang panjang, paling sering di femur
distal, tibia proksimal, atau tibia distal Lesi terlihat pada anak-anak dan remaja,
tapi tidak pada orang dewasa. Pementasan (seperti dengan lesi jinak lainnya):
Tahap 1: Laten (~ 96%)
Tahap 2: Aktif (~ 2-3%)
Tahap 3: Agresif (<1%)
Alam sejarah: Aktif tahap 2 selama masa kanak-kanak Menjadi laten tahap 1
dalam pematangan kerangka.

e. Endrokoma
Endrokoma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan
displatik yang timbul pada metafisis tulang fibula, terutama pada tangan dan kaki.
Pada pemerikasasn radiografi didapati titik-titik perkapuran yang berbatas tegas ,
membesar dan menipis. Tanda ini merupakan ciri khas dari tumor.Tumor
berkembang semasa pertumbuhan pada anak-anak atau remaja.Keadaan ini
meningkatkan fraktur patologis untuk jenis gangguan ini biasanya dilakukan
pembedahan dengan kuretase dan pencangkokan tulang.

f. Tumor sel raksasa


Sifat khas sel raksasa adalah adanya stroma vascular yang terdiri dari sel-
sel dan bentuk oval yang mengandung sejumlah nucleus lonjong, kecil dan
berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel besar dengan sitoplasma yang
berwarna merah muda.Sel ini mengandung sejumlah nucleus yang vesicular dan
menyerupai sel-sel stroma.Walaupun tumor ini dianggap jinak tetapi tetap
memiliki derajat keganasaaan bergantung pada sifat sarkopatosa dari stromanya.
Padajenis yang ganas, tumor ini menjadi anaplastik dengan daerah-daerah
nekrosis dan perdarahan .Tumor-tumor sel raksasa terjadi pada orang dewasa
muda dan lebih banyak terjadi pada perempuan.Tempat-tempat biasa yangt di
sarang pada tumor ini adalah ujung-ujung tulang panjang radius. Gejala yang
paling sering adalah nyeri, juga ada keterbatasan gerakan sendi dan keleamahan.
Setelah dibiopsi untuk memastikan adanyan tumor ini , biasanya diperlukkan
eksisi yang cukup luas, termasuk pengangkatan di tepi tumor. Tumor ini
cenderung kambuh secara local dan tumor yang kambuh setelah suatu eksisi yang
tidak bersih biasanya lebih ganas. Dengan melakukan biopsy maka diagnosis
dapat ditegakkan dan yang disertai tindakan rekontruksi segera dapat dilakukan .
Pada kasus-kasus tumor sel raksasa ini menyerang suatu daerah yang luas di
bagian distal radius, maka bagian proksimal fibula pasien dapat di cangkokkan
untuk rekontruksi lengan bawah.

3. JENIS-JENIS TUMOR GANAS ( MALIGNA ) PADA SISTEM


MUSKULOSKELETAL

a. Multipel Mieloma
Tumor ganas tulang yang paling sering ditemukan adalh multiple
myeloma, akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma.Multipel myeloma sangat
jarang terlihat pada orang-orang yang berusia dibawah 40 tahun.
Laki-laki lebih sering terkena dan orang-orangAfrika Amerika memiliki insiden
dua kali lipat daripada orang-orang Kaukasia.
Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri tulang,dan lokasi nyeri seringnkali
pada tulang iga dan tulang belakang.Dapat teraba lesi tulang,terutama pada tulang
tengkorak dan klavikula.Lesi-lesi pada tulang punggung dapat
menyebabkanvertebra kolapdan kadang-kadangmenjepit saraf spinal.

b. Sarkoma Osteogenik (Osteosarkoma )


Merupakan neoplasma yang sangat ganas.Tumor ini tumbuh dibagian
metafisistulang.Tempat yang paling sering diserang adalah bagian ujung tulang
panjang terutama lutut.Kasus osteosarcoma paling banyak menyerang anak
remaja dan mereka yang baru menginjak masa dewasa, tetapi dapat pula
menyerang pasien penyakit Paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Penampakan kasar dari sarcoma osteogenik bervariasi.Neoplasma tersebut dapat
berupa (1) osteolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan jaringan
lunak dan diinvasi oleh tumor. (2) Osteoblastik sebagai akibat pembentukan
tulang sklerotik yang baru. Walaupun deposit tulang ini terlihat banyak pada
keganasan.
Tulang, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik, tumor itu sendiri dapat
menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.

c. Kondrosarkoma
Merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastic yang
dapat tumbuh sebagi tumor tulang perifer atau sentral.Tumor ini paling sering
menyerang laki-laki berusia diatas 35 tahun. Gejala yang sering timbul adalah
massa tanpa nyeri nyeri yang berlangsung lama.Contoh, lesi perifer seringkali
tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan
hanya berupa pembesaran yang dapat diraba dan hanya berupa pembesaran yang
dapat diraba dan hampir tidak menimbulkan gangguan.Tetapi mungkin akan
disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif.Tempat-tempat yang
sering ditumbuhi tumor ini adalah ; pelvis, femur, tulang iga,gelang bahu dan
tulang-tulang kraniofasial.

4. KLASIFIKASI

A. Klasifikasi tumor tulang berdasarkan asal sel :


a. Primer
1) Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma
Ganas : - Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma

2) Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)


Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma
Kondromiksoid Fibroma
Enkondroma
Osteokondroma

3) Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)


Jinak : Non Ossifying Fibroma
Ganas : Fibrosarkoma

4) Tumor sumsum tulang (Myelogenik)


Ganas : Multiple Myeloma
Sarkoma Ewing
Sarkoma Sel Retikulum

5) Tumor lain-lain Jinak :


Giant cell tumor Ganas :
Adamantinoma
Kordoma

b. Sekunder/Metastatik
Tumor tulang metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor
dibagian tubuh lain yang telah menyebar ketulang.Lesi tulang metastatik dibagi
menjadi tiga yaitu :
1) Lesi Osteolitik
2) Lesi Osteoblastik
3) Lesi Campuran
Lesi osteolitik merupakan yan paling sering ditemukan pada proses destruktif.
Lesi osteoblastik terjadi akibat pertumbuhan tulang baru yang dirangsang oleh
tumor.Secara mikroskopik, sebagian besar tumor tulang metastatik merupakan lesi
campuran.

B. Klasifikasi menurut TNM.


T. : Tumor induk
TX : tumor tidak dapat dicapai
T0 : tidak ditemukan tumor primer
T1 : tumor terbatas dalam periost
T2 : tumor menembus periost
T3 : tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
N : Kelenjar limfe regional
N0 : tidak ditemukan tumor di kelenjar limfe
N1 : tumor di kelenjar limfe regional
M. : Metastasis jauh
M1 : tidak ditemukan metastasis jauh
M2 : ditemukan metastasis jauh

5. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos
dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi,
keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001). Meskipun tidak ada penyebab tumor
tulang yang pasti, ada beberapa factor yang berhubungan dan memungkinkan
menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang yang meliputi:

a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data
penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan
sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam
kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai
peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui
mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini
dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang
telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
b. Radiasi
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi.Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma
pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya
keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah
diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan
umumnya high grade.Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah
malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau
limfangiosarkoma.Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma
diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan kimia
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma.Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama,
luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-
mastektomi.
f. Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis.Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi,
filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang yaitu:
1. Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang ganas
selama masa kanak-kanak terutama daerah metafise tulang panjang.
2. Paparan radiasi
3. Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA pada
tulang faktor genetik contohnya:
a) Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14
b) Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis,
eksostosis herediter multiple
c) L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)
d) Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang
mengandung karbon.
e) Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal yang
berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit,
hipogonadism, dan katarak

6. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik
berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat
bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).Sel tumor pada tumor jinak
bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat
membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak
sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor
dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel tumor pada tumor ganas (kanker)
tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar.Sel
tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat
digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh
yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke
bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel
kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel,
duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini
sel tidak melakukan pembelahan).
7. GEJALA KLINIS
(a) Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai
dengan progresivitas penyakit).
(b) Pembengkakan Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).
(c) Keterbatasan gerak
(d) Fraktur patologik.
(e) Menurunnya berat badan
(f) Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa
serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
(g) Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan
destruksi tulang.
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
d. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase. 6.MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada
tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
f. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya skip lesion,
( Rasjad. 2003).

9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate
dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara
tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.( Gale. 1999: 245 ).
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau
mengangkat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif
mungkin.
Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:
1. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan
amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang
memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal
terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi
lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau
allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-tulang.
2. Kemoterapi Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang
dilawan dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul dari tumor-tumor jinak diatas diantaranya
sebagai berikut :
a. Akibat langsung : patah tulang
b. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh
c. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,
kebotakan pada kemoterapi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TUMOR
SISTEM MUSKULOSEKELETAL (MALIGNA, BENIGNA)

1. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak Mengungkapkan
akan kecemasan akan keadaannya
b. Pengkajian fisik Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan Keterbatasan rentang gerak
c. Hasil laboratorium/radiologi Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan
pembentukan tulang baru. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-
benang tulang dari kortek tulang. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan


(amputasi).
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.
c. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan
pada daerah tertentu dalam waktu yang lama
d. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan
lunak.
e. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. PERENCANAAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
nyeri akut teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
1. Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,
2. Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istirahat/tidur dengan tepat,
3. Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya, dan
4. Skala nyeri 0-2.
Intervensi:
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan
karakteristik nyeri.
R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.
2. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan
lembut).
R /: Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.
3. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.
4. Berikan lingkungan yang tenang.
R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari
tindakan penurunan rasa nyeri.
R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal,


nyeri, dan amputasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
kerusakan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan,
dan tindakan keamanan,
2. Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan
berpartisipasi dalam aktivitas,
3. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan
beraktivitas,
4. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat
optimal.
Intervensi :
1. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien
tentang immobilisasi tersebut.
R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak
proporsional).
2. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca
koran dll ).
R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan
perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu
dalam mengurangi isolasi sosial.
3. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak.
R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan
tonus otot,mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi
dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
4. Bantu pasien dalam perawatan diri.
R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien
dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
5. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB,
karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
6. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
R / : Untuk menentukan program latihan.

c. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada


daerah tertentu dalam waktu yang lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
kerusakan integritas kulit / jaringan teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil :
1. Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit
tidak berlanjut.
Intervensi :
1. Kaji adanya perubahan warna kulit.
R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.

2. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.


R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan
kulit lebih lanjut.
3. Ubah posisi dengan sesering mungkin.
R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan
meminimalkan resiko kerusakan kulit
4. Beri posisi yang nyaman kepada pasien.
R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan
kulit.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic.
R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda Infeksi,
2. Leukosit dalam batas normal, dan
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :

1. Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor,
kalor, dolor, fungsi laesa.
R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi
2. Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
3. Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik
R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang
4. Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema
lokal, eritema pada daerah luka.
R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
5. Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit
R/ : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.

D. EVALUASI

Hasil yang diharapkan :

1.Diagnosa 1

a. Mengalami hilangnya nyeri


b. Mengontrol ketidaknyamanan dengan obat oral yang biasa
c. Dapat bergerak dengan ketidaknyamanan minimal
d. Mengubah posisi untuk meningkatkan kenyamanan

2. Dx 2

a. Berpindah secara mandiri atau dengan bntuan minimal


b. Berpatisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
c. Menggunakan alat bantu dengan aman

3. Dx 3

a. Mengontrol bembengkakan
b. Memperlihatkan pengikisan kapiler normal
c. Melaporkan pengideraan yang normal
d. Memperlihatkan fungsi motoris

4. Dx 4

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


b. Mendreskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
c. Menunjukan kemampuan untuk menjegah timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit dalam batas normal
e. Menunjukan perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

WWW.Academia.edu/7666397/BAB_I_PENDAHULUAN
Bare,Brenda.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8. EGC: Jakarta.
Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 1.MediAction: Yogyakarta.
Price,Sylvia Anderson.2005.PATOFISIOLOGI edisi 6. EGC: Jakarta.

También podría gustarte