Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
240210140088
(Kolakowska, 2010)
Penggunaan larutan NaOH juga dapat membantu mengurangi zat warna
dan kotoran seperti fosfatida dan protein, dengan cara emulsi. Sabun atau emulsi
ini dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi (Ketaren, 2008). Soap
stock (sabun) pada minyak berada di dasar tabung reaksi. Hal ini dikarenakan
berat jenisnya lebih tinggi dibandingkan minyak. Berat jenis tersebut tinggi
karena Soap stock terdiri dari endapan yang terbentuk, berfungsi untuk membantu
pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfatidan dan protein, dengan cara
membentuk emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari
minyak dengan cara sentrifusi (Winarno, 1984).
Setelah itu, tabung reaksi diangkat dan di diamkan pada suhu 15-20 oC dan
disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang terlebih dahulu (W1) untuk
menyaring soapstock. Setelah disaring, timbang kembali dengan kertas saring
(W2). Setelah itu amati volume NaOH, volume minyak awal dan akhir, massa
soapstock, rendemen, warna dan aroma.
V minyak akhir
Rendemen=
V minyak awal
Minyak Khas
1,2 5 4,1 0,8196 Kuning 82
Basah kelapa
1
Minyak Kuning Khas
1,05 5 4,5 1,0828 90
Pasar keruh minyak
Minyak
metode Khas
1,25 5 2 1,95 Putih 40
enzima minyak
tis
2
Minyak
Minyak
hasil
1,25 5 1 2,95 Kuning agak 20
metode
bau
basah
3.
Minyak
Kuning Sedikit
Jelanta 1 5 2,8 0,8357 56
Keruh Tengik
h
Khas
Minyak Kuning
1,1 5 1 1,6704 minyak 20
basah jernih
kelapa
4 Aroma
Minyak
minyak
enzima 1,1 5 1 1,6041 bening 20
tidak
tis
tajam
Minyak Kuning Khas
1,75 5 1,2 1,9409 24
Basah jernih kelapa
5 Minyak
Kuning Agak
Jelanta 1,5 5 1 2,7398 20
pekat tengik
h
Tidak
Minyak Khas ada
1.25 5 1 1,28 Kuning 20
basah kelapa dokumen
tasi
6
Tidak
Minyak
ada
ensimat 1,5 5 1 2,15 Bening Asam 20
dokumen
is
tasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
Vina Fitriani Pratiwi
240210140088
harum, dan bebas senyawa penginduksi koles-terol (Rosenthal dan Niranjan, 1996;
Sulistyo et al., 1999). Selain itu, keberadaan asam lemak bebas juga dipengaruhi oleh
penyimpanan minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan
hidrolisis enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Kemudian asam lemak bebas
ini membentuk lagi asam lemak trans dan radikal bebas (Kurniati dan Suasanto,
2015).
Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan, sampel yang memiliki rendemen
paling tinggi adalah minyak kelapa yang diekstraksi secara basah pada kelompok 1
yaitu 81% dan minyak pasar yaitu sebesar 80%. Sementara sampel minyak yang
memiliki rendemen terkecil adalah minyak kelapa yang diekstraksi secara basah pada
kelompok 2, 4, 6, minyak yang diekstraksi secara enzimatis kelompok 4 dan 6, serta
minyak jelantah. Menurut Ketaren (2008), semakin tinggi nilai rendemen, maka
efisiensi netralisasi makin tinggi dan pemakaian larutan kaustik soda dengan
konsentrasi yang terlalu tinggi, akan bereaksi dengan sebagian dengan trigliserida
sehingga mengurangi jumlah rendemen minyak dan menambah jumlah sabun
yang terbentuk, sedangkan semakin rendah jumlah rendemen yang didapatkan,
semakin banyak jumlah asam lemak pada sampel yang tersabunkan atau
saponifikasi. Hal ini terkait kandungan minyak kasar pada sampel. Perbedaan
komposisi asam lemak (rantai pendek, sedang dan panjang) akan sangat
berpengaruh terhadap harga bilangan penyabunannya. Selain itu rendemen
minyak yang terbentuk juga dipengaruhi dengan proses penyaringannya, suhu
yang digunakan saat penambahan NaOH atau yang disebut suhu netralisasi, dan
jumlah sabun yang terbentuk. Semakin banyak nilai soap stock, maka volume
minyak yang dihasilkan semakin rendah karena banyak kehilangan minyak yang
disebabkan karena terserap oleh sabun tersebut.
Sementara warna yang dihasilkan oleh masing-masing sampel berbeda-
beda. Minyak yang diekstrasi dengan metode basah umumnya memiliki warna
kuninga atau kuning pucat. Sementara minyak yang diekstrasi dengan metode
enzimatis memiliki warna putih atau bening pada awalnya sehingga setelah
dilakukan netralisasi tidak terjadi perubahan warna. Warna kuning pada minyak
yang diekstrasi dengan metode basah karena proses pengolahan minyak kelapa
dengan udara panas menyebabkan warna kuning berubah akibat karoten
mengalami degradasi, sehingga warna kuning menjadi pucat. Selain itu, Warna
Vina Fitriani Pratiwi
240210140088
dari minyak jelantah dan minyak pasar adalah kuning keruh. Hal ini kemungkinan
dikarenakan terdapat kontaminasi kotoran akibat kurang maksimalnya
penyaringan minyak atau terdapat komponen yang terdegradasi. Menurut Ketaren
(2008), semakin encer larutan alkali yang digunakan, maka makin besar jumlah
larutan yang dibutuhkan untuk netralisasi dan minyak netral yang dihasilkan
berwarna lebih pucat.
Konsentrasi NaOH yang digunakan pun harus diperhatikan. Pada
praktikum ini digunakan larutan NaOH dengan konsentrasi 0,4 N. Konsentrasi
NaOH yang digunakan tidak boleh terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Pemakaian
larutan kaustik soda (NaOH) dengan konsentrasi yang terlalu tinggi, akan bereaksi
sebagian dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan menambah
jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu harus dipilih konsentrasi dan jumlah
kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak bebas dalam minyak. Dengan
demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya emulsi dalam minyak dapat
dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan
mutu minyak yang lebih baik (Susanto, 1999)
Minyak Kasar
1 +
(Kelapa : Air = 1:1)
Minyak metode
2 -
enzimatis
Tidak ada
3 Minyak Jelantah A -
dokumentasi
+
Tidak ada
4 Minyak jelantah B (pink samar
dokumentasi
samar)
Minyak Kasar
5 +
(Kelapa : Air = 1:1)
Minyak metode
6 -
enzimatis
hidroperoksida setelah bereaksi dengan asam lemak tak jenuh yang terdapat di
dalam minyak. Dalam lemak dan minyak makan, terdapat tiga tipe ketengikan,
yaitu ketengikan yang disebabkan oleh oksidatif, hidrolisis, dan enzimatis
(Ketaren,2008).
Vina Fitriani Pratiwi
240210140088
5.2 Saran
1. Penetesan NaOH harus diperhatikan jumlahnya agar seluruh asam lemak bebas
tersabunkan namun jangan terlalu berlebihan agar trigliserida tidak ikut
tersabunkan.
2. Sampel yang digunakan pada uji kreis seharusnya memiliki perbedaan jumlah
pakai yang jauh agar terlihat perbedaan kerusakan minyaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Vina Fitriani Pratiwi
240210140088
Kurniati, Y. dan Susanto, W.H. 2015. Pengaruh Basa NaOH dan Kandungan ALB
CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi. Jurnal
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP Universitas Brawijaya Malang.