Está en la página 1de 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN

PELATIHAN KADER POSYANDU RW 10


KELURAHAN KOTALAMA, KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Komunitas di Puskesmas kedungkandang,


Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang

Oleh Kelompok 10 :

Firdaus Kristyawan 150070300011145


Annisa Rahmi G. 150070300011077
Desy Karmia Pitalupi 150070300011129
Vivi Wulan Aguspriyanti 150070300011134
Septin Puspita Ningrum 150070300011136
Dewi Pangastuti 150070300011102
Sanda Prima Dewi 150070300011135

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
SATUAN ACARA PELATIHAN

Pokok Bahasan : Pelatihan Kader Posyandu RW 10 Kelurahan Kotalama


Sasaran : Kader Posyandu RW 10
Tempat : Balai RW 10
Hari/Tanggal : Minggu, 07 Mei 2017
Waktu : 1 x 80 menit
Pemateri : Mahasiswa profesi ners (kelompok10)

A. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan posyandu memerlukan peran serta masyarakat,
khususnya kader posyandu. Kader posyandu berasal dari anggota masyarakat
yang mau bekerjasama secara ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan
kegiatan posyandu, serta sanggup menggerakkan masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan posyandu, sehingga keaktifan kader sangat diperlukan
dalam kegiatan ini. Keaktifan kader di RW 10 Kelurahan Kotalama semakin
menurun. Kinerja posyandu sangat tergantung dari peran, motivasi, dan
kemampuan para kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Hal inilah
yang perlu disadari mengingat timbulnya berbagai faktor yang mempengaruhi
kinerja dan motivasi kader posyandu, baik secara internal maupun eksternal
(Alven, 2008).
Dari hasil wawancara kepada ketua kader posyandu bahwa 8 anggota kader
yang ada di wilayah RW 10 masih kurang aktif dalam menjalankan peran dan
fungsinya sebagai kader posyandu, kurangnya informasi kesehatan yang didapat
oleh kader terutama dalam melakukan teknik penyuluhan yang tepat kepada ibu ibu
balita sehingga manajemen kesehatan anak di wilayah ini menjadi sulit berkembang.
Hal ini memperlihatkan masih kurangnya sumberdaya kader di wilayah ini dalam
meningkatkan manajemen kesehatan di RW 10. Ditambah lagi sarana dan prasarana
yang kurang memadai seperti tempat posyandu yang tidak sesuai dengan jumlah ibu
dan anak yang berkunjung ke posyandu. Di RW 10 hanya terdapat 2 posyandu yang
bisa digunakan oleh 12 RT yaitu posyandu 1 untuk RT 1-10 dan posyandu 2 untuk RT
11 dan 12. Sedangkan berdasarkan buku pendataan kader tahun 2016 jumlah balita
di RW 10 sebanyak 894 orang. Jumlah tersebut belum termasuk tambahan bayi yang
baru lahir sampai tahun 2017. Perbandingan jumlah posyandu, jumlah balita dan
jumlah kader yang tidak seimbang ini akan mempengaruhi menejemen kesehatan
anak di wilayah RW 10. Untuk mengatasi hal itu, salah satu cara adalah dengan
meningkatkan kemampuan kader melalui pelatihan-pelatihan agar menjadi sumber
daya kader yang berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, maka peran kader sangat penting dalam
meningkatkan menejemen kesehatan anak khususnya dalam meningkatkan
imunisasi. Melalui pelatihan ini diharapkan kemampuan skill dan pengetahuan kader
dapat bertambah. Oleh karena itu, kami mengadakan pelatihan kader untuk
meningkatkan menejemen kesehatan anak khususnya untuk peningkatan imunisasi
di wilayah RW 10 kelurahan Kotalama.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu memahami dan mempraktekkan
cara melaksanakan kegiatan posyandu dengan baik
2. Tujuan khusus
Peserta mampu:
a. Memahami tentang PD3I
b. memahami prinsip 5 meja
c. Mempraktekan cara menggunakan tensi digital

C. Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang dibahas dalam pelatihan ini adalah:
a. Mengenal tentang PD3I
b. Review ulang tentang prinsip 5 meja di posyandu
c. Menjelaskan tentang hipertensi dan cara menggunakan tensimeter

D. Sasaran
Sasaran pelatihan adalah semua kader Posyandu RW 10 Kelurahan Kotalama

E. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab dan simulasi
F. Media
Media yang digunakan adalah power point dan tensimeter digital
G. Pengorganisasian
Ketua pelaksana : Firdaus Kristyawan
Sekretaris : Vivi Wulan A.
Bendahara : Sanda Prima Dewi
PDDM : Septin Puspitaningrum (operator)
Annisa Rahmi (Dokumentasi)
Konsumsi : Sanda Prima Dewi
Moderator : Sanda Prima Dewi
Pemateri : 1. Firdaus Kristyawan (hipertensi dan tensimeter)
2. Dewi Pangastuti (Prinsip 5 meja)
3. Desy Karmia P. (PD3I)
Fasilitator : Annisa Rahmi
Vivi Wulan A.
Dewi Pangastuti
Firdaus Kristyawan
Desy Karmia P.

H. Kegiatan Pelatihan

Kegiatan Kegiatan
Tahap Waktu Metode media
Penyuluh Peserta
Pembukaan 15 - Membuka kegiatan Menjawab salam Ceramah, -
menit dengan Mendengarkan Tanya
Memperhatikan
mengucapkan jawab
Menjawab
salam
pertanyaan pre
- Memperkenalkan
test
diri
- Menjelaskan
maksud dan
tujuan dari
pelatihan
- Kontrak waktu
- Menggali
pengetahuan
peserta sebelum
diberi kegiatan
pelatihan
Penyajian 20 Menjelaskan Mendengarkan Ceramah, Modul dan
menit
tentang : dan Tanya LCD
1. Review memperhatikan jawab
prinsip 5 meja Memberikan
2. Hipertensi tanggapan dan
dan pertanyaan
penggunaan mengenai hal
tensimeter yang kurang
3. PD3I
dimengerti

Simulasi 30 - Fasilitator Peserta demonstras tensimeter


menit mempraktekkan memperhatikan i
penggunaan proses simulasi
tensimeter yang
dipraktekkan
oleh fasilitator
Peserta bertanya
dan
memberikan
tanggapan
Peserta
mempraktekka
n simulasi
Penutup 15 - Menggali - Menjawab Ceramah, -
menit pengetahuan pertanyaan Tanya
- Memberikan
peserta setelah jawab
tanggapan
dilakukan
balik
pelatihan melalui
tanya jawab
- Meyimpulkan hasil
kegiatan
pelatihan
- Menutup dengan
salam

I. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Melakukan koordinasi dengan Ns Wahyu, Ns Niko, bu Septi dan perwakilan
kader
b. Persiapan pelatihan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan
c. Persiapan materi pelatihan
d. Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan yang dirumuskan di laporan
pendahuluan kegiatan
2. Proses :
a. Jumlah peserta pelatihan minimal 75% dari total undangan
b. Media yang digunakan adalah powerpoint, tensimeter digital dan leaflet
c. Waktu pelatihan adalah 80 menit
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan pelatihan
berlangsung
e. Peserta aktif dan antusias dalam megikuti kegiatan pelatihan
3. Hasil
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan memahami dan
mampu mempraktekkan cara melakukan tensimeter digital serta memahami
tentang PD3I.

J. Materi Pelatihan (lampiran 1)


K. Daftar pustaka (lampiran 2)
MATERI PELATIHAN

Materi 1

PD3I

(Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Dasar)

A. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae.


Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Daya tular penyakit ini
tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas menurun, radang tenggorokan,
hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-
biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan
yang berakibat kematian (Depkes, 2009, hlm.12).

Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates pada abad ke-5 SM dan
epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Seorang anak dapat terinfeksi
difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin
yang menghambat sintesis protein seluler dan menyebabkan destruksi jaringan
setempat dan terjadilah suatu selaput/membran yang dapat menyumbat jalan nafas.
Toksin yang terbentuk pada membran tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran
darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi
berupa miokarditis dan neuritis, serta trombositopenia dan proteinuria (Tumbelaka,
A.R & Hadinegoro, S.R, 2008, hlm.143).

B. Pertusis

Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada
saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella Pertussis. Penyebaran pertusis
adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit
adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan
batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras.
Komplikasi pertusis adalah Pneumania Bacterialis yang dapat menyebabkan
kematian (Depkes, 2009, hlm.12). Sebelum ditemukan vaksinnya, pertusis
merupakan penyakit tersering yang menyerang anak dan merupakan penyebab
kematian (diperkirakan sekitar 300.000 kematian terjadi setiap tahun). Pertusis
merupakan penyakit yang bersifat toxin-mediated toxin yang dihasilkan melekat
padabulu getar saluran nafas atas akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga
menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, berpotensi menyebabkan
sumbatan jalan nafas dan pneumonia (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008).

C. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang


menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi
melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah
kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat, dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3
sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan
tubuh menjadi kaku (Depkes, 2009). Tetanus dapat ditemukan pada anakanak, juga
dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat fatal. Komplikasi tetanus yang sering
terjadi antara lain laringospasme, infeksi nosokomial dan pneumonia ostostatik
(Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008).
D. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosa disebut juga batuk darah. Penyakit ini menyebar melalui pernafasan
lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat
badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah
batuk terus-menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung
pada organ yang diserang. Komplikasi tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan
dan kematian (Depkes, 2009).

E. Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae


measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari
penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjunctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian
menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat,
peradangan pada telinga, dan infeksi saluran nafas (pneumonia). Prioritas utama
untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi
lebih efektif (Depkes, 2009).

F. Poliomielitis

Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. Secara klinis
penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut
(acute flaccid paralysis=AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia
(tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot
dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Komplikasi poliomielitis adalah
kematian bisa terjadi karena kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak
segera ditangani (Depkes, 2009,).

Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa Latin yang
berarti medulla spinalis. Infeksi virus mencapai puncak pada musim panas,
sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran infeksi. Virus
polio sangat menular, pada kontak antarrumah tangga (yang belum diimunisasi)
derajat serokonversi lebih dari 90% (Suyitno, 2008).

G. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
merusak hati. Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah dan produknya
melalui suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan melalui hubungan
seksual. Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses
persalinan. Gejalanya adalah merasa lemah, gangguan perut, dan gejala lain seperti
flu. Warna urin menjadi kuning, tinja menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula
pada mata ataupun kulit. Komplikasi hepatitis B adalah bisa menjadi hepatitis kronis
dan menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular
Carsinoma), dan menimbulkan kematian (Depkes, 2009).

Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sedikitnya satu juta kematian/tahun. Saat


ini terdapat 350 juta penderita kronis dengan 4 juta kasus baru/tahun. Infeksi pada
anak umumnya asimtomatis tetapi 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20
tahun akan menjadi sirosis dan atau karsinoma hepatoseluler. Oleh karena itu,
kebijakan utama tata laksana virus hepatitis B adalah memotong jalur transmisi sedini
mungkin. Vaksinasi universal bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif
dalam menurunkan prevalens virus hepatitis B dan karsinoma hepatoseluler (Pujiarto,
P.S & Hidayat, B, 2008).
Tahun 1992 Hepatitis B dimasukkan kedalam program imunisasi. Tahun 1995
imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi di negara endemis tinggi. Tahun
1997 imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi disemua negara diseluruh
dunia. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi 0-7 hari karena : 3-8 % ibu
hamil merupakan pengidap (carrier), 45,9 % bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap,
penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut jadi hepatitis menahun.
Pemberian imunisasi HB sedini mungkin akan melindungi 75 % dari yang tertular
(Depkes, 2006).

PENGENDALIAN PD3I
Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berdasarkan Kepmenkes
No. 1611/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
a. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegahdengan Imunisasi (PD3I)
b. Tujuan Khusus
1. Tercapainya target Universal child immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada
tahun 2010.
2. Tercapainya eliminasi tetatus maternal dan neonatal (Maternal Neonatal Tetanus
Elimination/MNTE) (insidens di bawah 1/1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun) di
tingkat kabupaten/kota pada tahun 2012
3. Eradikasi Polio pada tahun 2008
4. Tercapainya reduksi Campak (ReCam) 2008
5. Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis meningokokus tertentu
pada calon jemaah haji.
6. Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan
berasal dari atau ke negara endemis demam kuning.
7. Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular Rabies.

c. Strategi
1) Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta
2) Membangun kemitraan dan jejaring kerja
3) Menjamin ketersediaaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat
suntik
4) Menerapkan sistem pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk menentukan
prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan
5) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih
6) Pelaksanaan sesuai dengan standard
7) Memanfaatkan perkembangan methoda dan tekhnologi yang lebih efektif
berkualitas dan efisien
8) Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaan

d. Pokok-pokok kegiatan
1) Imunisasi rutin:
a. Adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus
dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan.
b. Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi : rutin
pada bayi, wanita usia subur, dan anak sekolah
2) Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini sifatnya
tidak rutin, membutuhkan biaya khusus dan kegiatannya dilaksanakan pada suatu
periode tertentu. Yang dimaksud dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah :
a. Backlog fighting adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak
yang berumur 1 - 3 tahun. Sasaran prioritas adalah desa/kelurahan yang
selama 2 tahun berturut turut tidak mencapai desa UCI
b. Crash program ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara
cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan lokasi adalah : 1.
Angka kematian bayi tinggi dan angka PD3I tinggi; 2. Infrastruktur (tenaga,
sarana, dana kurang); 3. Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai target UCI
3) Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response Imunization/ORI)
4) Kegiatan imunisasi khusus
Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Sub Pekan Imunisasi Nasional
Cacth-up campaign campak

Materi 2
POSYANDU

1. Pengertian

merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


(UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya peningkatan peran dan fungsi
Posyandu bukan semata-mata tanggungjawab pemerintah saja, namun semua
komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam
penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi
kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke
Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Kegiatan pelayanan di Posyandu


Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup;
- kesehatan ibu dan anak;
- keluarga berencana;
- imunisasi;
- gizi;
- pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;
- Bina Keluarga Balita (BKB);
- Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
- Bina Keluarga Lansia (BKL);
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
- berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
yang ada di Posyandu terutama;
- bayi dan anak balita;
- ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
- pasangan usia subur;
- pengasuh anak.

3. Manfaat posyandu
A. Bagi Masyarakat
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi
kurang atau gizi buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet
tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan
anak.
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas
dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu,
bayi, dan anak balita
.B. Bagi Kader
1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap.
2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang
anak balita dan kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.

5. Peran Kader Saat Posyandu

A. Sebelum Hari Buka Posyandu


1. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
2. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui
pertemuan warga setempat atau surat edaran.
3. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan
tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.
4. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan.
Jenis kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu
sebelumnya atau rencana kegiatan yang telah ditetapkan
berikutnya.
5. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan
tambahan. Bahan-bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang di
dihadapi para orangtua serta disesuaikan dengan metode
penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan makanan apabila
ingin melakukan demo masak, lembar balik untuk kegiatan
konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana stimulasi balita
6. Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu

B. Saat Hari Buka Posyandu

1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu


nifas, ibu menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan
anak pada Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas
anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap
tindakan orangtua tentang pola asuh yang dilakukan pada anak,
pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
3. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai
hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
4. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam
kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling,
diskusi kelompok dan demonstrasi dengan orangtua/keluarga
anak balita.
5. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang
baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
6. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang
ke Posyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari
Posyandu berikutnya.
7. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader
apabila ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
8. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari
buka Posyandu.
C. Setelah Hari Buka Posyandu
1. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari
buka Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami
gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.
2. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan
dalam rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat
keluarga, membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman.
Selain itu, memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah
untuk menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan
dukungan agar Posyandu terus berjalan dengan baik.
4. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk
membahas kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan
sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.
5. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem
pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang
diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai
panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada,
sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan sasaran.

6. Kegaiatan 5 meja Posyandu


Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja, meliputi :

1. Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau ballita, yaitu


menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas yang
diselipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan
nama ibu hamil pada Formulir atau Register ibu hamil.

2. Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat


hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan
pada KMS.

3. Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan


catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS
anak tersebut.

4. Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak


berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam
grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan
memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada
data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah
yang dialami sasaran.

5. Meja 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya


dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, dan lain-lain.
Pelayanan yang diberikan antara lain : Pelayanan Imunisasi,
Pelayanan Keluarga Berencana, Pengobatan Pemberian pil
penambah darah (zat besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.
Materi 3
HIPERTENSI DAN TENSIMETER
DAFTAR PUSTAKA

Latif V.N. 2012. Hubungan Faktor Predisposing Kader (Pengetahuan dan Sikap Kader
terhadap Posyandu) dengan Praktik Kader dalam Pelaksanaan Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto. Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi
Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan

Sarikata, 2005, Imunisasi pada Balita, dilihat pada 12 Agustus 2016


(http://www.sarikata.com/index.php?fuseaction=home.baca&id=960, (2005).
Imuni-sasi Pada Balita.)

También podría gustarte