Está en la página 1de 6

RingkasanKajian

UNICEF INDONESIA OKTOBER 2012

Gizi Ibu & Anak


Isu-isu penting Untuk mengatasi masalah gizi, khususnya anak
pendek, diperlukan aksi lintas sektoral. Asupan

M
asalah gizi, khususnya anak pendek, makanan yang tidak memadai dan penyakit - yang
menghambat perkembangan anak merupakan penyebab langsung masalah gizi ibu
muda, dengan dampak negatif yang dan anak - adalah karena praktek pemberian makan
akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. bayi dan anak yang tidak tepat dan, penyakit dan
Studi menunjukkan bahwa anak pendek sangat infeksi yang berulang terjadi, perilaku kebersihan
berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, dan pengasuhan yang buruk. Pada gilirannya,
lama pendidikan yang menurun dan pendapatan semua ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti
yang rendah sebagai orang dewasa. Anak-anak kurangnya pendidikan dan pengetahuan pengasuh
pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar anak, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan
untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang yang tidak sehat, keterbatasan akses ke pangan dan
berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan pendapatan yang rendah.
terhadap penyakit tidak menular. Oleh karena itu,
anak pendek merupakan prediktor buruknya kualitas Anak-anak merupakan penerima manfaat
sumber daya manusia yang diterima secara luas, yang terbesar ketika intervensi gizi merupakan bagian
selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu dari program terpadu pengembangan anak usia
bangsa di masa yang akan datang. dini. Misalnya, penambahkan zat gizi mikro pada
makanan anak-anak atau pemberian makanan
Intervensi untuk menurunkan anak pendek harus yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, dan
dimulai secara tepat sebelum kelahiran, dengan pemberian konseling kepada ibu dan bapak tentang
pelayanan pranatal dan gizi ibu, dan berlanjut praktek pemberian makan harus berjalan seiring
hingga usia dua tahun. Proses untuk menjadi seorang dengan pengajaran orang tua tentang perilaku
anak bertubuh pendek yang disebut kegagalan kesehatan dan kebersihan secara optimal, kegiatan
pertumbuhan (growth faltering) - dimulai dalam dalam untuk meningkatkan keterampilan orangtua, dan
rahim, hingga usia dua tahun. Pada saat anak melewati intervensi psikososial untuk mempromosikan
usia dua tahun, sudah terlambat untuk memperbaiki perkembangan psikologis anak. Manfaat program
kerusakan pada tahun-tahun awal. Oleh karena itu, pengembangan anak usia dini bagi masyarakat
status kesehatan dan gizi ibu merupakan penentu melebihi biaya tersebut sebesar lima sampai
penting tubuh pendek pada anak-anak. tujuh kali.

unite for children


Perlunya aksi mendesak
ek), Meskipun Indonesia
ringkasan telah menunjukkan
Kajian OKTOBER 2012
gan penurunan kemiskinansecara tetap, tetapi gizi
m kurang pada anak-anak menunjukkan sedikit
hwa
50% Data geografis menunjukkan keseriusan dan ruang
2007
lingkup masalah gizi kurang dan perlunya tindakan
40% 2010
ak- 36.8% 35.6% segera. Klasifikasi WHO (1995) digunakan untuk
uh menilai tingkat keparahan masalah gizi dengan
an, 30%
tingkat prevalensi (rendah, sedang, tinggi, sangat
2007 2010 tinggi) untuk setiap indikator.
20% 18.4% 17.9%
2007 2010
a 13.6% 13.3%
ara Anak pendek berbeda-beda di seluruh Indonesia
10%
dari prevalensi menengah sampai sangat tinggi.
g. 0%
Bahkan di Yogyakarta, provinsi dengan prevalensi
Wasting Underweight
Berat badan kurang stunting terendah, anak pendek mempengaruhi 23 persen
Figure 1.
gambar
Gambar 1. Percentage
1. Prosentase anak
Prosentase of children
balita yang
anak under 5 years
terkena
balita yang old affected
dampak gizi kurang
terkena by anak balita. Tujuh provinsi memiliki prevalensi
an moderate
moderat & & severe
parah. malnutrition,
indonesia, 2007-2010indonesia, 2007-2010
. Warna lebih . Darker tingkat
gelap menunjukkan colours
dampak
indicate gizi
levels of kurang
wasting,
severe wasting, moderat
berat badan
underweight
Kementerian
& parah.
kurang & stunting parah.
& stunting.
Kesehatan,
Indonesia,
RISKESDAS,
Source:
Indonesia
RISKESDAS, Ministry of sangat tinggi (40 persen atau lebih), sedangkan 17
Health, Indonesia
2007-2010. Warna lebih gelap menunjukkan tingkat provinsi memiliki prevalensi tinggi (30-39 persen).
wasting, berat badan kurang & stunting parah.
Lebih dari setengah anak (58 persen) di Nusa
RISKESDAS, Kementerian
peningkatan. Dari tahun 2007 Kesehatan,
sampai Indonesia
2011, proporsi
lai di Tenggara Timur adalah anak pendek, proporsi
penduduk miskin di Indonesia mengalami
anak yang kira-kira 2,5 kali prevalensi di Yogyakarta
penurunansebesar 16,6-12,5 persen, tetapigizi
kurang tidak menunjukkan penurunan secara (Gambar 2).
Oleh Perlunya tindakan segera
signifikan (Gambar 1). Prevalensi stunting sangat
kan
tinggi, yang mempengaruhi satu dari setiap tiga anak Angka anak kurus adalah tinggi. Secara nasional,

M
balita, yang merupakan
eskipun proporsi
Indonesia telah yang menjadi
menunjukkan enam persen anak sangat kurus, sehingga
masalah kesehatan
penurunanmasyarakat
kemiskinan menurut kriteria
secara tetap, tetapi
ing, menempatkan mereka pada resiko kematian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
an masalah gizi pada anak-anak menunjukkan yang tinggi, situasi yang menunjukkan tidak
ng sedikit perbaikan. Dari tahun 2007 sampai 2011,anak- adanya peningkatan antara tahun 2007 dan 2010.
Stunting mempengaruhi jauh lebih banyak
an proporsi penduduk miskin Sembilan provinsi memiliki prevalensi anak kurus
anak miskin. Proporsi anakdiyang
Indonesia mengalami
menderita stunting
bayi
dalam kelompokpenduduk
penurunan sebesar 16,6 - 12,5 termiskin
persen,hampir dua kali
tetapi masalah yang sangat tinggi, sebesar 15 persen atau lebih.
an,
lipat
giziproporsi anak dalamkelompok
tidak menunjukkan kekayaan
penurunan secara signifikan
tertinggi.
(GambarDaerah perdesaan
1). Prevalensi memilikisangat
anak pendek proporsi yang
tinggi, Enam belas provinsi menunjukkan prevalensi
lebih besar untuk anak stunting (40 persen)
or mempengaruhi satu dari tiga anak balita, yang berat badan kurang, yang mempengaruhi 20
dibandingkan dengan daerah perkotaan (33 persen).
merupakanstunting
Prevalensi proporsipada
yanganak-anak
menjadi masalah kesehatan
yang tinggal di persen atau lebih anak-anak. Prevalensi berat
h, masyarakat menurut kriteria Organisasi Kesehatan badan kurang sangat tinggi di Nusa Tenggara
rumah tangga dengan kepala rumah tanggayang
ke
tidak
Duniaberpendidikan
(WHO). adalah 1,7 kali lebih tinggi Barat, melebihi 30 persen.
daripadaprevalensi di antara anak-anak yang tinggal
rumah
Anak tangga
pendekdengan kepala rumah
mempengaruhi tangga
jauh lebih yang
banyak Anak pendek sangat menantang karena skala
berpendidikan tinggi.
m anak miskin. Proporsi anak pendek dalam permasalahan, sifat desentralisasi Indonesia dan
ya, kuintil penduduk termiskin hampir dua kali lipat kapasitas pemerintah daerah yang terbatas. Perkiraan
Data geografis menunjukkan keseriusan dan
nak- proporsi anak dalam kuintil kasar pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kira-kira
ruang lingkup masalah gizikekayaan
kurang dan tertinggi.
perlunya
aksimendesak.
Daerah perdesaan Klasifikasi
memilikiWHO (1995)
proporsi yangdigunakan
lebih 81 persen kabupaten di Indonesia memiliki prevalensi
untuk
besarmenilai tingkat
untuk anak keparahan
pendek gizi kurang
(40 persen) dengan
dibandingkan anak pendek yang sangat tinggi.
tingkat
denganprevalensi (rendah,(33
daerah perkotaan sedang, tinggi,
persen). sangat
Prevalensi
tinggi) untuk setiap indikator.
anak pendek yang tinggal di rumah tangga dengan Data nasional tentang gizi ibu sangat tidak tersedia,
dan
kan kepala rumah tangga yang tidak berpendidikan tetapi berat lahir rendah dan anemia memberikan
Stunting berbeda-beda di seluruh Indonesia
l adalah sebuah indikasi. Berat anak saat lahir merupakan
dari 1,
7 kali lebih menengah
prevalensi tinggi daripada prevalensi
sampai sangat
di antara
tinggi.anak-anak
Bahkan diyang tinggal diprovinsi
Yogyakarta, rumah dengan akibat langsung dari status kesehatan dan gizi ibu
a
prevalensi
tangga denganterendah, stunting
kepala rumah mempengaruhi
tangga yang 23 sebelum dan selama kehamilan. Secara nasional,
esar
persen anak balita.
berpendidikan tinggi. Tujuh provinsi memiliki proporsi anak dengan berat lahir rendah pada
prevalensi sangat tinggi (40 persen atau lebih),
1
2
OKTOBER 2012 ringkasan Kajian

edangkan 17 provinsi memiliki prevalensi tinggi


30-39 persen). Lebih
tahun 2010 dari setengah
(11 persen dengananak
berat(58
badan kurang East nusa Tenggara
West
PapuaPapua
nTT
Barat
ersen) di Nusa Tenggara
dari 2.500 gram) Timur mengalamiperubahan
tidak menunjukkan West nusa TenggaranTB
north sumatra
sumut
unting, proporsi yang kira-kira 2,5 kali
signifikan sejak tahun 2007. Di 14 provinsi, West sulawesi
sulbar
revalensi diprevalensi
Yogyakartaberat(Gambar 2).meningkat dari tahun
lahir rendah south sumatra
sumsel
gorontalo
gorontalo
2007 sampai 2010. Anemia merupakan masalah, West kalimantan
kalbar

ngkawastingyang(tubuh kurus)sekitar
mempengaruhi adalah tinggi. peremuan
seperempat Central kalimantan
kalteng
aceh
aceh Gambar 2.
ecara nasional, enam persen anak mengalami
hamil pada tahun 2007. south sulawesi
sulsel gambar 2. Prevalensi
Prevalensi
Figure stunting of
2. Prevalence
stunting moderat & parah
southeast sulawesi
sultra
asting parah,sehingga menempatkan mereka padamoderate
moderat & &balita,
parah
anak-anak severe
Maluku
Maluku stunting amongst
menurut provinsi,children
2010.
ada resiko kematian yang tinggi,
Lebih dari sepertiga situasiusia
perempuan yangsubur di Lampung
Lampung pada
under anak-anak
age
Sumber: 5, by province,
RISKESDAS,
Central sulawesi
sulteng Kementerian Kesehatan,
balita, menurut 2010.
menunjukkanIndonesia
tidak adanyapeningkatan antara
tidak memenuhi persyaratan nasional EastTimur
jawa java Source: RISKESDAS,
provinsi,
Indonesia Ministry
2010.
of Health, Indonesia
inDOnEsia
inDOnEsia
ahun 2007 dan
untuk2010.
asupanSembilan
makananprovinsi memiliki
yang mengandung south kalimantan
kalsel
Sumber: RISKESDAS,
Kementerian Kesehatan,
revalensi wasting yang
energi atau sangat
protein. Di tinggi, sebesar
lebih dari sepertiga seluruh Central
jawa java
Tengah
West Barat
jawa java
Indonesia

5 persen atau lebih.


provinsi, proporsi ini meningkat menjadi lebih dari Banten
Banten
sumbar
West sumatra
40 persen perempuan usia subur. riau
riau
nam belas provinsi menunjukkan prevalensi Bengkulu
Bengkulu
jambi
jambi
erat badan kurang, yang mempengaruhi 20 Maluku
north Utara
Maluku

ersen atau lebih anak-anak. Prevalensi berat


Hambatan
Bali
Bali
kaltim
East kalimantan
adan kurang sangat tinggi di Nusa Tenggara BangkaBelitung
Bangka Belitung

A
Papua
arat, melebihi 30da
persen.
tiga hambatan utama terhadap
Papua
sulut
north sulawesi
kepri
riau islands
peningkatan gizi dan perkembangan anak Dki jakarta
Dki jakarta
ing sangat menantang karena skala
di Indonesia.
DiYogyakarta
Di Yogyakarta

asalahan, sifat desentralisasi Indonesia dan 0% 20% 40% 60% 80%

sitas pemerintah daerah yang terbatas.


Pertama, masalah anak pendek dan gizi ibu tidak
raan kasar pada tahun 2007 menunjukkan
mudah dilihat. Pada umumnya, orang tidak tahu ibu dan Padaanak anak. orang tidak menyadari pentingnya
umumnya,
a kira-kira 81 persen kabupaten di Indonesia
bahwa masalah gizi merupakan sebuah masalah, gizi selama kehamilan dan dua tahun pertama
liki prevalensi anak stunting yang sangat tinggi.
kecuali gizi kurang tersebut berbentuk anak Kedua, orang Secara
kehidupan. menghubungkan
lebih khusus: gizi kurang
yang sangat kurus. Oleh karena itu, upaya-upaya dengan kurangnya pangan dan percaya bahwa
nasional tentang gizi ibu pada umumnya
diarahkan secara tidak tepat untuk menangani anakpenyediaanpanganmerupakan jawabannya.
Perempuan tidak menyadari pentingnya gizi
tersedia, tetapi berat lahir rendah dan
mia memberikanyang sangat
sebuah kurus, bukan diarahkan
indikasi. pada sistem Ketersediaan
Berat anak mereka pangan bukan penyebab
sendiri. Misalnya, utama gizi
81 persen perempuan
dan intervensilangsung
untuk menanggulangi kurang hamil menerima atau membeli tablet besi-akses ke
di Indonesia, meskipun kurangnya
ahir merupakanakibat dari statusgizi kurang
padaibu
ibusebelum
dan anak anak. panganfolat
karena
pada kemiskinan merupakan
tahun 2010, tetapi hanya 18 salah
persen satu
hatan dan gizi dan selama
penyebab.yangBahkan anak-anak
mengkonsumsi dari dua kelompok
tablet sebagaimana
milan. Secara nasional, proporsi anak dengan
kekayaan tertinggi menunjukkan
direkomendasikan minimal selama stunting menengah
90 hari selama
lahir rendahKedua,
padabanyak
tahun pihak
2010 menghubungkan
(11 persen gizi kurang
dengan kurangnya pangangram)
dan percaya sampai masa kehamilan. Perbedaan antara provinsi saja
tinggi, sehingga penyediaan pangan
an berat badan kurang dari 2.500 tidak bahwa
penyediaan pangan merupakan jawabannya. bukan merupakan
dengan kinerjasolusi.
terbaik (Yogyakarta) dan provinsi
njukkanperubahan signifikan sejaktahun 2007.
provinsi, prevalensi
Ketersediaan berat lahirbukan
pangan rendah
penyebab utama gizi terburuk (Sulawesi Barat) adalah 65 persen.
Ketiga, pengetahuan yang tidak memadai dan
ngkat dari tahun
kurang2007 sampaimeskipun
di Indonesia, 2010. Anemia
kurangnya akses
praktek-praktek
Masyarakatyang tidak kesehatan
tepat merupakan
pakan masalah, yangkarena
ke pangan mempengaruhi sekitar salah
kemiskinan merupakan dan petugas perlu
hambatan signifikan terhadappeningkatan gizi.
empat peremuan hamil pada tahun 2007.
satu penyebab. Bahkan anak-anak dari dua kuintil memahami pentingnya ASI eksklusif dan
kekayaan tertinggi menunjukkan anak pendek dari Pada umumnya, orang
praktek-praktek tidak menyadari
pemberian makan bayipentingnya
dan
menengah sampai tinggi, sehingga penyediaan
gizi selama kehamilan dan dua tahun
anak yang tepat, dan memberikan dukunganpertama
h dari sepertiga
panganperempuan usia subur
saja bukan merupakan di
solusi.
kehidupan. Secara lebih khusus:
kepada para ibu. Survei Demografi dan Kesehatan
nesia tidak memenuhi persyaratan nasional Indonesia 2007 menunjukkan bahwa kurang dari
Perempuan tidak menyadari pentingnya gizi
k asupan makanan yang mengandung
Ketiga, pengetahuan energi dan
yang tidak memadai satu dari tiga bayi di bawah usia enam bulan
protein. Di praktek-praktek
lebih dari sepertiga seluruh mereka sendiri. Misalnya, 81 persen perempuan
yang tidak tepatprovinsi,
merupakan diberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak
hamil menerima atau membeli tablet besi pada
rsi ini meningkat menjadi lebih dari 40 persen
hambatan signifikan terhadap peningkatan gizi. usia 6-23 bulan menerima makanan pendamping
tahun 2010, tetapi hanya 18 persen yang
mpuan usia subur.
mengkonsumsi tablet sebagaimana
direkomendasikan minimal selama 90 hari.
Perbedaan antara Yogyakarta dan Sulawesi 3
Barat, masing-masing sebagai provinsi dengan
mbatan kinerja terbaik dan terburuk, adalah 65 persen.
ringkasan Kajian OKTOBER 2012

ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan praktek-praktek Peluang untuk


yang direkomendasikan tentang pengaturan waktu, melakukan tindakan
frekuensi dan kualitas.

I
ntervensi yang terkait dengan praktek-
Keluarga seringkali tidak memiliki pengetahuan praktek pemberian makanan anak dan gizi ibu
tentang gizi dan perilaku kesehatan. Berdasarkan merupakan kunci untuk menangani gizi kurang
Riskesdas 2010, sebagian besar rumah tangga pada anak-anak.
di Indonesia masih menggunakan air yang tidak
bersih (45 persen) dan sarana pembuangan Untuk menangani gizi kurang, intervensi gizi
kotoran yang tidak aman (49 persen). Minimal perlu ditingkatkan yang dinyatakan dengan
satu dari setiap empat rumah tangga dalam bukti ilmiah. Intervensi ini merupakan paket
dua kuintil termiskin masih melakukan buang Intervensi Gizi Efektif (IGE), yang memberikan
air besar di tempat terbuka. Perilaku tersebut sebuah rangkaian layanan sejak pra-kehamilan
berhubungan dengan penyakit diare, yang sampai usia dua tahun - yang mencakup 1.000
selanjutnya berkontribusi terhadap gizi kurang. hari kehidupan. Konseling gizi bagi para
Pada tahun 2007, diare merupakan penyebab dari perempuan hamil dan ibu untuk mempromosikan
31 persen kematian pada anak-anak di Indonesia praktek-praktek yang baik merupakan bagian
antara usia 1 sampai 11 bulan, dan 25 persen penting dari paket terpadu ini (lihat Kotak).
kematian pada anak-anak antara usia satu sampai
empat tahun. Aksi di tingkat nasional diperlukan untuk
memperkuat kerangka kebijakan dan legislatif,
Penyedia layanan kesehatan dan petugas mekanisme kelembagaan dan pengembangan
masyarakat tidak memberikan konseling gizi sumber daya manusia. Perhatian khusus harus
yang memadai. Tanpa konseling yang efektif, diberikan pada:
pemantauan pertumbuhan tidak akan efektif
dalam menurunkan gizi kurang. Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi
nasional dan daerah untuk mengimplementasikan
Pengambil keputusan lokal seringkali tidak Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi, dan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor
apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan non-gizi;
untuk meningkatkan gizi. Ini berarti sumber daya
terbuang, misalnya, tentang program pemberian Pengembangan, pemantauan dan penegakan
makanan prasekolah, yang tidak efektif dalam peraturan nasional untuk mengawasi pemasaran
menurunkan gizi kurang pada anak-anak, meskipun produk pengganti ASI;
program tersebut dapat memberikan manfaat
pendidikan. Kurangnya kesadaran juga berarti Revisi standar minimal pelayanan kesehatan
tidak adanya tindakan tentang langkah-langkah untuk mencakup aksi-aksi dan sasaran gizi, seperti
penting yang harus dilakukan oleh para pengambil aksi-aksi yang berhubungan dengan konseling gizi,
keputusan kabupaten, misalnya, pengeluaran makanan pendamping ASI dan gizi ibu;
dan pelaksanaan peraturan daerah (Perda)
tentang iodisasi garam universal atau tentang Penguatan sistem informasi kesehatan untuk
pemberian ASI. Pada tahun 2007, hanya 62 persen meningkatkan keandalan data, promosi
rumah tangga di seluruh Indonesia yang dapat pengawasan suportif terhadap program kesehatan
mengkonsumsi garam beryodium secara memadai, dan gizi, dan promosi penggunaan data oleh
sebuah indikator yang belum menunjukkan banyak petugas kesehatan secara terus-menerus untuk
peningkatan selama beberapa tahun terakhir. meningkatkan dampak program;

4
OKTOBER 2012 ringkasan Kajian

Penguatan program fortifikasi pangan nasional


dengan memperbarui standar fortifikasi untuk Apa yang seharusnya dimasukkan
terigu, pengharusan fortifikasi minyak, dan dalam Paket Intervensi Gizi Efektif?
peningkatan penegakan legislasi yang ada; Konseling gizi bagi ibu hamil dan ibu anak-anak
tentang iodisasi garam; muda
Praktek pemberian makan bayi dan anak yang
tepat: inisiasi pemberian ASI dalam jam pertama
Implementasi langkah-langkah untuk merekrut, kelahiran, pemberian ASI eksklusif kepada bayi
mengembangkan dan mempertahankan ahli gizi usia kurang dari enam bulan, dan pengenalan
makanan pendamping ASI sesuai dengan praktek-
yang memenuhi syarat, termasuk insentif bagi
praktek yang direkomendasikan pada usia 6 bulan,
mereka yang bekerja di daerah-daerah yang kurang dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai usia
terlayani. minimal dua tahun
Gizi mikro bagi perempuan hamil dan bagi anak
yang meliputi:
Untuk mengimplementasikan intervensi gizi Besi dan asam folat atau suplementasi gizi mikro
efektif di tingkat kabupaten, diperlukan komitmen ganda bagi perempuan hamil
Garam beryodium yang memadai bagi semua
dari para pemimpin di tingkat kabupaten serta rumah tangga
dukungan dari tingkat pusat dan provinsi untuk Suplementasi Vitamin A bagi anak-anak
melakukan berbagai aksi: usia 6-59 bulan
Suplementasi seng untuk diare pada anak-anak di
atas usia 6 bulan
Mengembangkan dan mengimplementasikan Perilaku kebersihan yang baik dalam kehamilan,
masa bayi and usia dini
rencana dan anggaran gizi kabupaten untuk
Pemberantasan penyakit cacingan bagi ibu dan
intervensi gizi efektif, dengan tugas dan anak-anak usia 1-5 tahun
tanggung jawab yang ditentukan dengan jelas Pengobatan anak yang sangat kurus, dengan
menggunakan makanan terapetik siap pakai
pada setiap tingkat, khususnya bagi para ahli gizi Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil
di Puskesmas.i Bagian-bagian dari paket intervensi yang kekurangan energi dan protein bagi ibu hamil
gizi efektif berada di luar sektor kesehatan dan kurang makan
Calcium supplementation for pregnant women
melibatkan para pemangku kepentingan lain, Insecticide-treated bed nets for pregnant
sehingga meningkatkan kemungkinan terpecahnya
upaya-upaya yang dilakukan. Oleh karena itu,
pengambil keputusan kabupaten perlu memastikan terus-menerus memainkan peran penting dalam
koordinasi yang efektif, serta kesesuaian rencana memotivasi tim, yang semuanya memerlukan
dengan target nasional. Selain itu juga diperlukan sumber daya yang memadai dari kabupaten.
koordinasi dengan program bantuan tunai, seperti
PKH,ii untuk memastikan bahwa pelayanan yang Memberikan prioritas pada konseling gizi.
digunakan oleh penerima manfaat tersedia dengan Penyedia layanan kesehatan di kabupaten dan
kualitas yang tinggi. masyarakat perlu mendapatkan pendidikan
tentang pentingnya dan efektivitas konseling,
Meningkatkan motivasi petugas kesehatan dan Intervensi gizi efektif dan rangkaian konsep
gizi dengan insentif yang memadai. Imbalan layanan. Kampanye komunikasi di kabupaten
dapat meliputi pengakuan profesi, tanggung jawab harus menggunakan argumen tentang kinerja
yang lebih besar dan komponen berbasis kinerja pendidikan serta argumen kesehatan.
untuk gaji, dengan kinerja yang dinilai terhadap
indikator cakupan dan hasil program. Data dari Mendorong revitalisasi Posyandu dengan
Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi harus menggunakan konseling gizi dan PAUD sebagai
digunakan secara lebih efektif bagi pengambilan kegiatan utama. Jaringan Posyanduiii yang luas
keputusan dan penetapan target daerah. Sesi di Indonesia merupakan satu-satunya struktur
masukan, pemantauan dan pengawasan secara yang memberikan kemungkinan untuk konseling

5
ringkasan kajian OKTOBER 2012

gizi sampai ke tingkat masyarakat. Dari tahun What works? Interventions for maternal and child
2000 hingga 2006, jumlah Posyandu mengalami undernutrition and survival. Maternal and Child
peningkatan sebesar 15 persen, sedangkan jumlah Undernutrition 3: Lancet 371:417440.
jenis Posyandu yang berfungsi lebih baik dan BPS-Statistics Indonesia and Macro International
lebih berkesinambungan (Purnama dan Mandiri) (2008): Indonesia Demographic and Health Survey
meningkat sebesar 60 persen, sebuah tren yang (IDHS 2007). Calverton, Maryland, USA: Macro
layak mendapatkan dukungan. Pengalaman selama International and Jakarta: BPS.
dekade terakhir dengan model-model seperti Kramer, M. (1987): Determinants of low birth weight:
Taman Posyandu menunjukkan bahwa dukungan methodological assessment and meta-analysis.
masyarakat bagi Posyandu lebih berkesinambungan Bulletin of the World Health Organization 65: 663-737
ketika keluarga termotivasi oleh alasan pendidikan
Ministry of Health (2008a): Laporan Nasional: Riset
dan sosial - khususnya PAUD dan kinerja sekolah
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta: National
yang lebih baik daripada oleh alasan kesehatan Institute of Health Research and Development
atau gizi saja.
Ministry of Health (2008b): Revitalizing Primary
Health Care. Country Experience: Indonesia. WHO-
Mengembangkan cara-cara untuk memotivasi
SEARO Regional Conference on Revitalizing Primary
agen masyarakat dan orang tua. Kabupaten
Health Care, 6-8 August. Jakarta: World Health
perlu merevitalisasi dan memotivasi para relawan
Organization
PKKiv yang memberikan layanan di Posyandu.
Di beberapa kabupaten, pelatihan bagi relawan Ministry of Health (2011): Laporan Nasional: Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Jakarta: Ministry
tentang kegiatan yang menghasilkan pendapatan
of Health, National Institute of Health Research and
yang digabungkan dengan dukungan pemerintah
Development.
kabupaten untuk mekanisme kredit memberikan
insentif kepada relawan yang terlibat dalam Pelto, G., Dickin, K. and Engle, P. (1999). A critical link:
kegiatan promosi pengembangan anak usia dini. Di Interventions for physical growth and psychological
kabupaten-kabupaten lainnya, kesempatan untuk development. Geneva: World Health Organization
pelatihan itu sendiri (misalnya, konseling gizi) atau Shrimpton, R., Victora, C.G., de Onis, M., Lima, R.C.,
kompetisi yang baik di antara Posyandu dapat Blssner, M. and Clugston, G. (2001): Worldwide
dijadikan sebagai insentif. timing of growth faltering: implications for nutritional
interventions. Pediatrics 107: E75
Sumber Victora, C.G., Adair, L., Fall, C., Hallal, P.C., Martorell,
Bappenas (National Development Planning Agency) & R., Richter, L. and Sachdev, H.S. (2008): Maternal and
Ministry of Health (2010): The Landscape Analysis: child undernutrition: consequences for adult health and
Indonesia Country Assessment. Final Report, 6 human capital. Maternal and Child Undernutrition 2,
September 2010. Available from:http://www.mediafire. Lancet 371: 340-357
com/?iz88bx6eazx8cz6 Accessed 5 August 2012
World Health Organization (1995): Physical Status:
Barnett, S.W. (1985). Benefit-cost analysis of the Uses and Interpretation of Anthropometry. WHO
Perry Preschool Program and its policy implications. Technical Report Series, Report No. 854. Geneva,
Educational evaluation and policy analysis. 7: 333-342 Switzerland: World Health Organizatio
Barnett, S.W. (1995). Long-term effects of early
childhood programs on cognitive school outcomes The
future of children. 5: 25-50. i
Puskesmas: Pusat Kesehatan Masyarakat (tingkat kecamatan)
ii
PKH: Program Keluarga Harapan, program bantuan tunai bersyarat
Bhutta, Z., Ahmed, T., Black, R.E., Cousens, S., iii
Posyandu: Pos Pelayanan Terpadu (tingkat desa)
Dewey, K., Giugliani, E., Haider, B.A., Kirkwood, B., iv
PKK: Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, sebuah jejaring
Morris, S.S., Sachdev, H.P.S. and Shekar, M. (2009): relawan yang luas

Ini adalah salah satu dari serangkaian Ringkasan Kajian yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia.
6 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi jakarta@unicef.org atau klik www.unicef.or.id

También podría gustarte