Está en la página 1de 18

MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL


DENGAN KASUS TB

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III

INDRAWATI MOHA
MARYAM NUR SOLEMAN
ANGGUN S. KADIR
SRI ZUWITA TUMILAAR
WAWAN LAKNASA
DESRIAN ADAM
MOH. AKBAR HADJU
ZULKARNAIN MANAKU
KELAS : II C DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO


T.A 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Maternitas yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Kasus TB Paru
Shalawat beriring salam senantiasa penulis berikan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliulah, sehingga kita bisa keluar dari zaman
Jahilliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi seperti yang
kita rasakan saat ini.
Tiada karya manusia yang sempurna, begitu pun dalam makalah ini yang mungkin
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis berharap kepada saudara
sekalian agar dapat memberikan kritik ataupun saran yang sifatnya membangun, demi
kesempurnaan Asuhan Keperawatan ini yang masa mendatang.

Gorontalo, 26 Januari 2017

Kelompok III

DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar. I

Daftar isi..

BABA I Pendahuluan.....
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Tujuan..........................................................................................................

BAB II Pembahasan
2.1 Definisi.........................................................................................................
2.2 Etiologi.........................................................................................................
2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................................
2.4 Organ Yang Biasa Terinfeksi.....................................................................
2.5 Patofisiologi..................................................................................................
2.6 Peran Perawat Dalam Kehamlan Dengan TB.........................................
2.7 Pencegahan Penularan TB........................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................................
2.9 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................
2.10 Terapi Yang Aman Diberikan.................................................................
2.11 Diagnosa Keperawatan............................................................................
2.12 Perencanaan Keperawatan......................................................................

BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan...................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................

Daftar Pustaka....................................................................................................

BAB III

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah


satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar
tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya
serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah
kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang
udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Karena prevalensi TBC paru di
Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi bahwa frekuensinya pada wanita akan tinggi.
Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno
(1954), frekuensi bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya, dapat diperkirakan penyakit
ini juga mengalami peningkatan berbanding lurus dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.

Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan


nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang wanita hamil yang menderita
TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan disertai sesak napas dan hipoksia. Walaupun
kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus yang
membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa udara dalam paru-
paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih parah. TBC paru merupakan
salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang lebih terutama pada seorang wanita
yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan
tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan aktif akan menimbulkan masalah
bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan presentasi mahasiswa diharapkan mampu untuk
memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien ibu hamil
dengan Penyakit TB
2. Tujuan Khusus.
a. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
b. Mahasiswa mampu membuat pathways pada penyakit TB

BAB II

PEMBHASAN

A. DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Basil Tahan Asam (BTA). Walaupun TBC
dapat menyerang berbagai organ tubuh, namun kuman ini paling sering menyerang organ
paru
Menurut Smeltzer (2001) Tuberkulasis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya
termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.

B. ETIOLOGI
IBU
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet
(percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman
TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh
lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
JANIN
Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim, menghirup atau menelan
cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang mengandung kuman TBC
setelah lahir.

C. MANIFESTASI
IBU
a. Demam ringan, berkeringat waktu malam.
b. Sakit kepala
c. Takikardi
d. Anoreksia
e. Penurunan berat badan
f. Malaise
g. Keletihan
h. Nyeri otot
i. Batuk: pada awal non produktif
j. Sputum bercampur darah
k. Sputum mukopurulen
l. Krekels/rales di atas apeks paru
m. Nyeri dada

BAYI
abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya
penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala
TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti
prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan
kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau
setelah lahir.
D. ORGAN
Organ yang biasa terinfeksi
Paru-paru (paling banyak)
otak
tulang
liver
ginjal

E. PATOFISIOLOGI
1.Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer ialah penyakit TB yang timbul dalam lima tahun pertama setelah
terjadi infeksi basil TB untuk pertama kalinya (infeksi primer) (STYBLO,1978 dikutip oleh
Danusantoso,2000:102).
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-
2 jam. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Bila partikel infeksi ini dapat terhisap oleh orang sehat ia akan menempel pada jalan
napas atau paru-paru. Bila menetap di jarigan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang
tuberkulosa pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer dan dapat terjadi di
semua bagian jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis
regional) yang menyebabkan terjadinya kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (kerusakan jaringan paru).
c. Berkomplikasi dan menyebar secara :
1. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
2. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga
kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
3. Secara linfogen, ke organ tubuh lainnya.
4. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya (Bahar, 1999:716)

2.Tuberkulosis Post-Primer (Sekunder)


Adalah kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post-primer).
Hal ini dipengaruhi penurunan daya tahan tubuh atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis
pasca primer ditandai dengan adanya kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura. Tuberkulosis post-primer ini dimulai dengan sarang dini di regio atas paru-paru.
Sarang dini ini awalnya juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Tergantung dari jenis kuman,
virulensinya dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :
1. Diresorbsi kembali tanpa menimbulkan cacat
2. Sarang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sembuhan jaringan fibrosis
3. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan
sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk
jaringan keju
4. Bila tidak mendapat pengobatan yang tepat penyakit ini dapat berkembang biak dan
merusak jaringan paru lain atau menyebar ke organ tubuh lain (Bahar, 1999:716)

F. PERAN PERAWAT DALAM KEHAMILAN DENGAN TB


Dalam perawatan pasien hamil dengan TB perawat harus mampu memberikan
pendidikan pada pasien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan pencegahannya,
tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta hal yang mungkin terjadi jika
penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Pasien dan keluarga harus tahu
system pelayanan pengobatan TB sehingga pasien tidak mengalami drop out selama
pengobatan dimana keluarga berperan sebagai pengawas minum obat bagi pasien. Pemantuan
kesehatan ibu dan janin harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
mungkin terjadi akibat TB.
Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan anemia sangat penting dilakukan untuk
mencegah keparahan TB dan meminimalkan efek yang timbul terhadap janin.

G. PENCEGAHAN PENULARAN TBC


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Menutup mulut bila batuk.
b. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang
diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi lysol.
c. Makan makanan bergizi.
d. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita.
e. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik.
f. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,1998).
g. Bagi para ibu yang sudah terkena TBC dan akan Memiliki buah hati, lebih baiknya
mengobati terlebih dahulu TB nya sehingga mengurangi adanya faktor resiko untuk
janin. Namun jika sudah terlanjur, harus lebih tanggap dan rajin kontrol ke pihak
medis. Serta teratur minum obatyang sesuai resep dokter.
h. Pendidikan tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan pasien penting diberikan
untuk menghindari penyebaran penyakit lebih luas.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi
tuberkulosis. Pada awal penyakit dimana lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis adalah berupa bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak
tegas. Bila telah berlanjut, bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi lebih jelas.
Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini
dikenal dengan nema tuberkuloma.
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberkulosa lebih lanjut) seperti infiltrat + garis-garis fibrotik + klasifikasi + kavitas
(sklerotik/nonsklerotik). Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh,
sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator(Bahar, 1996:719)
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan gambarang yang bermacam-macam dan
tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari tuberkulosis.

I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit dan limfosit yang
meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada pemeriksaan Laju Endap Darah
mengalami peningkatan, tapi Laju Endap Daanh yang normal bukan berarti menyingkirkan
adanya proses tuberkulosis. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit mulai normal dan
jumlah limfosit masih tetap tinggi dan Laju Endap Darah mulai turun ke arah normal lagi
(Bahar,1996:719).
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA
diagnosis tuberkulosis sudah bisa dipastikan. Penemuan adanya BTA pada dahak, bilasan
bronkus, bilasan lambung cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk
mendiagnosa TBC paru.
Pemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu datang, dahak pagi dan
dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA positif. Bila satu pisitif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang
kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga kali negatif dikatakan mikroskopik BTA
negatif. Untuk memastikan jenis kuman yang menginfeksi perlu diakukan pemeriksaan
biakan/kultur kuman atau biakan yang diambil (Depkes RI,1998).
Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin PPD
(Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul
reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg positif (99,8%)
Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian BCG atau terinfeksi dengan
Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan daripada positif palsu
(Bahar,1996:721).

J. TERAPI YANG AMAN DIBERIKAN


a. Rifampisin(Kanamycin)
b. INH
c. Etambutol(cycloserine)
d. vitamin B6 (piridoksin),100mg perhari

Keefektifannnya tergantung dari:


a. Tipe infeksinya
b. Kecukupan dosis
c. Jangka lama pengobatannya (Terapi jangka panjang, mungkin bisa 24 bulan)
d. Ketepatan memilih kombinasi obat

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tak efektif
b. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan TBC

L. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Kelemahan, upaya batuk buruk
- Edema tracheal
Kriteria evaluasi : pasien menunujkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
- adanya secret
- Kelemahan ,
Intervensi :
1.Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan
otot asesoris (TTV)
2.Pantau Adanya Sianosis
3.Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif
4.Beri posisi semi/fowler
5.Beri Air Hangat
6.Ajarkan Batuk Efektif
7.Kolaboras pemberian oksigen
8.Kolaborasi pemberian obat obatan sesuai dengan indikasi
2. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d

- Penurunan permukaan efektif paru


- Kerusakan membrane alveolar
- Secret kental, tebal
- Edema brochial

Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan

Intervensi :
1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya pernafasan ,
terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada warna
kulit
3. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
4. Ajarkan teknik distraksi relaksasi
5. Kolaborasi oksigen
6. Posisikan pasien semifouler
7. Kolaborasi pemberian obat-obatan
8. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat Leokosit,trombit ibu.
9. Lakukan pemeriksaan USG memantau janin ibu
10. Lakukan pemeriksaan rongsen dada

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d


- Kelemahan
- Sering batuk/produksi sputum
- Anorexia
kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / hidup
untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat

Intervensi :
1. 1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas
mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare
2. Kaji input output
3. Diet TKTP
4. Pasang infus untuk memenuhi kebutuhan cairan ditubuh
5. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik
6. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat Dorong
dan berikan periode stirahat sering.
7. Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan..
8. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
9. Beri Makanan Yang Tidak Menimbulkan Mual
10. Beri Makanan Yang Disukai Tanpa Mengganggu Kesehatan Pasien
11. Beri Makanan Sedikit Tetapi Sering
12. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam sebelum dan sesudah
makan.
13. Beri vitamin B6 (piridoksin),100mg perhari
14. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat HB ibu.
15. Kolaborasi antipiretik

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan TBC


- Keterbatasan kognitif
- Tak akurat
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta
melakukan perubahan pola hidupdan berpartispasi dalam program pengobatan

Intervensi :
a. Kaji kemampuan psen untuk belajar
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
c. Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidrat dan
pemasukan cairan adekuat.
d. Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan.
e. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama.
f. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
g. minum INH
h. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap bulan
selama minum etambutol
i. Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut / masalah.
Jawab pertanyaan dengan benar.
j. Menganjurkan pasien selalu mengontrol ke pihak medis untuk mengecek baik
kesehatan ibu maupun janin
k. Beri penkes kepada keluarga untuk menjadi PMO (Pendamping Minum Obat)
l. Beri informasi tentang perawatan TB dirumah
m. Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi
2.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah


satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar
tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya
serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah
kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang
udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Karena prevalensi TBC paru di
Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi bahwa frekuensinya pada wanita akan tinggi.
Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno
(1954), frekuensi bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya, dapat diperkirakan penyakit
ini juga mengalami peningkatan berbanding lurus dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.

Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan


nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang wanita hamil yang menderita
TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan disertai sesak napas dan hipoksia. Walaupun
kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus yang
membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa udara dalam paru-
paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih parah. TBC paru merupakan
salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang lebih terutama pada seorang wanita
yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan
tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan aktif akan menimbulkan masalah
bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya
B. SARAN

1. Bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam mendukung program-program


kesehatan dalam sitem pemberdayaan masyarakat
2. Bagi pembaca, diharpkan agar makalah ini dapat menambah wawasan tentang
pemberdayaan masyarakat di idang kesehatan dan cara penyusunan proposal dalam
program-program maupun kegiatan pengabdian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, L.J.(2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa, Monica Ester.
Ed.8.Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Brahm.U.Pendit. Jakarta :
EGC.
Danusantoso, Halim.(2000). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.Jakarta : Hipokrates.
Depkes RI. (1998).Buku Pedoman Kader Kesehatan Paru. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. (2001).Panduan Pengawas Menelan Obat TBC. Jakarta : Depkes RI.

También podría gustarte

  • Perubahan Perubahan Pada Lansia
    Perubahan Perubahan Pada Lansia
    Documento9 páginas
    Perubahan Perubahan Pada Lansia
    Ahmad Elpinturicchio
    100% (1)
  • Copd
    Copd
    Documento28 páginas
    Copd
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Tonsilitis
    Tonsilitis
    Documento23 páginas
    Tonsilitis
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Edema Paru Kelompok 10
    Edema Paru Kelompok 10
    Documento18 páginas
    Edema Paru Kelompok 10
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Presentasi Asma Broncial Kel. 5
    Presentasi Asma Broncial Kel. 5
    Documento18 páginas
    Presentasi Asma Broncial Kel. 5
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Bab I Lupus
    Bab I Lupus
    Documento27 páginas
    Bab I Lupus
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Kata Pengantar Aids
    Kata Pengantar Aids
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar Aids
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Cover Lupus
    Cover Lupus
    Documento1 página
    Cover Lupus
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Kata Pengantar Luvlis
    Kata Pengantar Luvlis
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar Luvlis
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Cover Aids
    Cover Aids
    Documento1 página
    Cover Aids
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Ii Hiv Aids
    Bab Ii Hiv Aids
    Documento44 páginas
    Bab Ii Hiv Aids
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Cover Alergi
    Cover Alergi
    Documento1 página
    Cover Alergi
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Kata Pengantar Alergi
    Kata Pengantar Alergi
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar Alergi
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Documento57 páginas
    Presentation 1
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Makalah Sofixxx
    Makalah Sofixxx
    Documento14 páginas
    Makalah Sofixxx
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • 1
    1
    Documento9 páginas
    1
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Perspektif Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
    Perspektif Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
    Documento8 páginas
    Perspektif Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
    Karmila Zubair
    Aún no hay calificaciones
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Makalah Gngguan Sistem Urinaria Neoplasma
    Makalah Gngguan Sistem Urinaria Neoplasma
    Documento114 páginas
    Makalah Gngguan Sistem Urinaria Neoplasma
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 02 Tinjauan Pustaka-1
    Bab 02 Tinjauan Pustaka-1
    Documento16 páginas
    Bab 02 Tinjauan Pustaka-1
    foreveraldy
    Aún no hay calificaciones
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Kata Pengantar Daftar Isi
    Kata Pengantar Daftar Isi
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar Daftar Isi
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Peran LSM Dan CSR
    Peran LSM Dan CSR
    Documento35 páginas
    Peran LSM Dan CSR
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones
  • Eeee
    Eeee
    Documento77 páginas
    Eeee
    chairunnisa
    Aún no hay calificaciones