Está en la página 1de 25

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

KESEHATAN JIWA : ISOLASI SOSIAL

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Jiwa

oleh:
Albertus Budi Arianto
Cicilia Puji Aprilia
Iin Erlita
Lenny Marlina Adaradianti
Meiko Herlian

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kesehatan Jiwa :
Isolasi Sosial. Pembuatan makalah ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam
mencapai tujuan mata ajar Asuhan Keperawatan Jiwa sehingga para mahasiswa
mampumeningkatkan wawasan dan pengetahuannya.

Penulisan isi makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu dikembangkan
lebih lanjut lagi sebagaimana mestinya, mungkin hal ini dikarenakan faktor kemampuan dan
lain sebagainya yang menghambat proses pembuatannya, namun untuk memenuhi tugas
dengan dosen Ns.Lesta Livolina Simamora,S.Kep., M. Kes. ini, penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari
makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna
dalam proses pembelajaran.

Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Bandung, April 2013

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri
sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana
pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan
berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri),
termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan
sosial, individu berada dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya.
Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam
kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga
melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif penulis berusaha
memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien dengan
masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial : menarik diri. Menurut
pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Surjo
Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di perbagai Negara
menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar
menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan
depresi.(www.prakarsa-rakyat.ac.id)
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal
yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan
interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen
kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya
(Carpenito, 1997).

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Kesehatan Jiwa : Isolasi Sosialsebagai berikut :
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat memahami mengenai Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kesehatan
Jiwa : Isolasi Sosial
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Konsep Dasar Gangguan Dengan Gangguan
Kesehatan Jiwa : Isolasi Sosial.
b. Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kesehatan Jiwa :
Isolasi Sosial.

C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang kamu gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola deskripsi
yakni memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat dan pelajari sebelumnya dari
berbagai sumber yang telah kami temukan. Adapun metode penulisan untuk bahan sumber yang kami
dapatkan yaitu buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan, konsultasi dengan dosen
pembimbing, dan bahan dari internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan diawali dengan penulisan bab I yang terdiri dari pendahuluan yang
membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.Bab
II berisi tinjauan teori mengenai Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan Keperawatandengan
GangguanDengan Gangguan Kesehatan Jiwa : Penyalahgunaan NAPZA dan Gangguan Alam
Perasaan. Bab III, yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan, kemudian diakhiri dengan daftar
pustaka.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (DepKes, 1998).
Isolasi sosial adalah upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain
(keliat,1998).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes RI,2000).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman.

B. Etiologi

Terjadinya faktor ini (Masalah Isolasi Sosial) dipengaruhi oleh :


1. Faktor Predisposisi:
a. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usoa bayi sampai
dewasa lanjut Untuk mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan
setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan sukses. System keluarga yang
terganggu dapat menunjng perkembangan respon social yang maladaftif.

b. Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon sosial maladaftif.

c. Faktor Sosio-kultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan atau
interaksi dengan orang lain, hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain. Tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang
produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderitaan penyakit kronis. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas.

d. Faktor dalam Keluarga


Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang kedalam
gangguan sosialisasi, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative
maka anak akan mempunyai harga diri yang rendah.

2. Faktor Prespitasi
a. Stres Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga
(perceraian) dan berpisah dari orang yang berarti.

b. Stres Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan dapat terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan,
ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri,


tidak percaya dengan orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, keadaan
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain. Adapun gejala
klinis sebagai berikut :
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
Penyakit.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
3) Gangguan hubungan social.
4) Percaya diri kurang.
5) Menciderai diri

C. Proses Terjadinya Masalah


Pattern of parenting Ineffective coping Lack of development Stressor internal and
(pola asuh keluarga) (koping individu tidak task ( gangguan tugas external (stress internal
efektif) perkembangan) dan eksternal)

Misalnya : pada anak Misalnya : saat individu Misal : kegagalan Misal : stress terjadi
yang kelahirannya tidak menghadapi kegagalan, menjalin hubungan intim akibat ansietas yang
di kehendaki (unwanted menyalahkan orang lain, dengan sesama jenis atau berkepanjangan dan
child) akibat kegagalan ketidaberdayaan, lawan jenis, tidak mampu terjadi bersamaan dengan
KB, hamil di luar nikah, menyangkal tidak mampu mandiri dan keterbatasan kemampuan
jenis kelamin yangtidak menghadapi kenyataan menyelesaikan tugas, individu untuk
diinginkan, bentuk fisik dan menarik diri dari bergaul, bekerja,sekolah, mengatasinya, ansietas
kurang menawan lingkungan, terlalu menyebabkan terjadi akibat berpisah
menyebabkan keluarga tingginya self ideal dan ketergantungan pada dengan orang terdekat,
mengeluarkan komentar tidak mampu menerima orang tua, rendahnya hilangnya pekerjaan, atau
negative, merendahkan realitas dengan rasa ketahanan terhadap orang yang di cintai.
dan menyalahkan anak syukur. berbagai kegagalan.

Harga diri rendah kronis

Isolasi sosial

Menurut Stuart Sundeen tentang repon klien di tinjau dari interaksinya dengan
lingkungan social merupakan suatu kontinum yang terbantang antara respon adaptif dengan
maladaptive sebagai berikut :
Responadaptif Respon maladaftif
Menyendiri Menarik diri
Otonomi Merasa sendiri
Ketergantung
an
Bekerja sama Depedensi
Manipulasi
Repon adaptif : curiga
Interdependen Curiga

Respon yang masih di terima oleh norma-norma social dan kebudayaan secara umum
serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah :

1. Menyendiri : respon yang di butuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi
di lingkungan sosialnya
2. Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan, dalam hubungan social
3. Bekerjasama : kemampuan individu yang membutuhkan satu sama lain
4. Interdependan : saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.

Respon Maladaptive :

Repon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma social ,yang termasuk
respon maladaptive adalah:

1. Menarik diri : seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan


secara terbuka dengan orang lain
2. Ketergantungan : seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi : seseorang yang menggangu orang lain sebagai objek ondividu
sehingga tidak dapat membina hubungan social secara mendalam
4. Curiga : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

C. Manifestasi Klinik
1. Gejala sujektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman dengan orang lain
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubunga yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa di tolak

2. Gejala objektif :
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Postur tubuh kurang misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada posisi tidur)

D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka
jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
a. Psikofarmakologi
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Obat yang

digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka = psikoterapika =

phrenotropika. Terapi gangguan jiwa dengan menggunakan obat-obatan disebut

dengan psikofarmakoterapi = medikasi psikoterapi yaitu obat yang mempunyai efek


terapeutik langsung pada proses mental penderita karena kerjanya pada otak/sistem

saraf pusat. Obat yang bekerjanya secara efektif pada SSP dan mempunyai efek

utama terhadap aktifitas mental, serta mempunyai efek utama terhadp aktivitas

mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatri 1.

Psikofarmakakologi yang lazim digunakan pada gejala isolasi sosial adalah obat-

obatan antipsikosis seperti:

1) Chlorpromazine

Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh

gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku.

Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak

terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek samping

penggunaan Chlorpromazine injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik.

2) Haloperidol

Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,

menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif,

waham, halusinasi.Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik

neuron di otak terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek

samping sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal.

3) Triflouperazine

Indikasi gangguan mental dan emosi ringan, kondisi neurotik/psikosomatis,

ansietas, mual dan muntah. Efek samping sedasi dan inhibisi psikomotor.

b. Therapy
1) Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
2) Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian


penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.

3) Terapi Okupasi

Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam


melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. (Keliat, 2004 :
hal.1). Terapi TAK membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat, 2004 : hal.3). Biasanya
terapi TAK yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah TAK
Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang
ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal, kelompok dan massa. (Keliat, 2004 : hal.14).
b. Pendidikan kesehatan
1) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-kata
seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau bermain musik.
2) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
3) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan
dengan klien.
4) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan di
masyarakat.

Prinsip Perawatan Isolasi Sosial


1. Psikoterapeutik
a. Bina hubungan saling percaya
b. Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada waktu interaksi
dan tujuan.
c. Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk menunjukan
penghargaan yang tulus.
d. Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan
kepada orang lain yang tidak berkepentingan.

2. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka


a. Ciptakan lingkungan yang terapeutik
b. Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang
sederhana.
c. Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.Tunjukan
sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

3. Kenal dan dukung kelebihan klien


a. Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien, cara
menceritakan perasaannya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
b. Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
c. Dukung koping klien yang konstruktif.
d. Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.

4. Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal


a. Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
b. Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
c. Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
d. Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
e. Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.

5. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)


a. Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakan secara
mandiri).
b. Bimbing klien berpakaian yang rapi.
c. Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan seperti
majalah, surat kabar, radio dan televisi.
d. Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
e.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat
dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:

1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS
, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

2. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari hari , dependen.

3. Faktor Predisposisi
Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur
sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami ,
putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh
kkn, dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

4. Aspek Fisik / Biologis


Meliputi hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek Psikososial meliputi :


a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
b. Konsep diri:
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.Menolak
penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.Preokupasi dengan
bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.

2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.

3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua
, putus sekolah, PHK.

4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.

5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang
percaya diri. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.

6) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan perawat.

7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

8) Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.
Data Mayor Data minor

Subyektif: Subyektif:
Mengatakan malas berinteraksi, Curiga dgn org lain, mendengar suara2/
org lain tdk mau menerima dirinya melihat bayangan, merasa tdk berguna.

Obyektif: Obyektif:
Menyendiri, mengurung diri, tidak Mematung, mondar-mandir tanpa arah, tdk

mau bercakap2 dgn org lain. berinisiatif berhub dgn org lain.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial : Menarik diri
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Rasional


Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Isolasi sosial Pasien mampu : Setelah SP 1 (Tgl..)


1. Menyadari pertemuan pasien 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui penyebab
dapat :
penyebab a. Siapa yang satu rumah dengan isolasi soaial dan
isolasi sosial 1. Membina pasien memudahkan dalam
2. Berinteraksi hubungan saling b. Siapa yang dekat dengan intervensi selanjutnya.
dengan percaya pasien? Apa penyebabnya?
orang lain 2. Menyadari c. Siapa yang tidak dekat dengan
penyebab isolasi pasien apa sebabnya?
sosial, d. Tanyakan keuntungan dan
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
kerugian orang lain
berinteraksi e. Tanyakan pendapat pasien
dengan orang lain tentang kebiasaan berinteraksi
3. Melakukan dengan orang lain
interaksi dengan f. Tanyakan apa yang
orang lain secara menyebabkan pasien tidak ingin
bertahap berinteraksi dengan orang lain
2. Identifikasi presepsi mengenai 2. Apersepsi dengan pasien

dan menambah
interaksi.
pengetahuan pasien
a. Diskusikan keuntungan bila
tentang keuntungan dan
pasien memiliki banyak teman
kerugian tidak berinteraksi
dan bergaul akrab dengan
mereka

b. Diskusikan kerugian bila pasien


hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain

3. Ajarkan Pola Interaksi 3. Menambah pengetahuan


a. Jelaskan pengaruh isolasi sosial dan keterampilan pasien
terhadap kesehatan fisik pasien dalam berkenalan dengan
b. Latih berkenalan orang lain.
c. Jelaskan kepada pasien cara
berinteraksi dengan orang lain
d. Berikan contoh cara
berinteraksi dengan orang lain
e. Beri kesempatan pasien
mempraktekan cara berinteraksi
dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan perawat
f. Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu orang
teman / anggota keluarga
g. Bila pasien sudah menunjukan
kemajuan tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang
dan seterusnya
h. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien
i. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya, beri
dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat
mengingatkan interaksinya
j. Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien

SP 2 (Tgl )
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Mengetahui perkembangan
pasien dan data dasar untuk
intervensi selanjutnya
2. Latih berhubungan sosial secara 2. Menumbuhkan
keterbiasaan dan motivasi
intensif untuk berinteraksi
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan 3. Mendisiplinkan dan
melaitih pasien untuk terus
pasien berkenalan

SP 3 ( Tgl )
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 1. Mengetahui perkembangan
2) pasien dan data dasar untuk
intervensi selanjutnya
2. Latih cara berkenalan dengan dua 2. Menumbuhkan
orang atau lebih keterbiasaan dan motivasi
untuk berinteraksi dengan
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan orang yang lebih banyak
3. Memotivasi pasien untuk
pasien terus berinteraksi dengan
orang lain

Keluarga Setelah pertemuan SP. 1 (Tgl. )


4 mampu: keluarga mampu 1. Identifikasi masalah yang ada Diharapka keluarga dapat
menjelaskan tentang:
Merawat klien dihadaopan keluarga dalam merawat klien dengan benar
isolasi sosial 1. Masalah isolasi merawat klien. dan baik.
dirumah sosial dan 2. Penjelasan tentang masalah yang Diharapkan keluarga dapat
dampaknya pada ada pada klien (isolasi Sosial). mengerti dampak, penyebab,
pasien 3. Cara perawatan klien dengan isolasi dan tanda gejalanya
2. Penyebab isolasi sosial.
sosial 4. Latih (simulasi)
3. Sikap keluarga 5. RTL keluarga/jadwal keluarga
untuk membantu untuk merawat klien.
pasien mengatasi
isolasi sosialnya
4. Pengobatan yang
berkelanjutan
dan untuk
mencegah putus
obat
5. Tempat rujukan
dan fasilitas
kesehatan yang
tersedia bagi
pasien

SP.2 (Tgl..)
5 1. Evaluasi kegiatan sebelumnya (Sp Diharapkan keluarga dapat
1). melakukannya dengan benar
2. Latih keluarga/klien dihadapan
keluarga dan klien
3. RTI keluarga/klien untuk merawat
klien.

SP.3 (Tgl..)
6 1. Evaluasi kegiatan sebelumnya (Sp Diharapkan keluarga dapat
1 dan 2). melakukannya dengan benar
2. Latih keluarga/klien dihadapan
keluarga dank lien
3. RTI keluarga/klien untuk merawat
klien.

SP.4 (Tgl..)
7 1. Evaluasi kemampuan keluarga Mengetahui tingakat
2. Evaluasi kemampuan pasien keberhasilan implementasi
3. Rencana tindak lanjut keluarga
4. Follow up
5. Rujukan
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan
kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman.

Penyebab dari Isolasi Sosial di antaranya disebabkan oleh :


1. Faktor Predisposisi:
a. Faktor Perkembangan
b. Faktor Biologis
c. Faktor Sosio-kultural
d. Faktor dalam Keluarga
2. Faktor Prespitasi
a. Stres Sosiokultural
b. Stres Psikologis
Prinsip Keperawatan pada isolasi social yang harus diperhatikan diantaranya : Psikoterapeutik,
Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka, Kenal dan dukung kelebihan klien, Bantu
klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal, Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa cet 1.
Jakarta : CV Trans Media
Iyus, Yosep. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Keliat, budi Anna dan Akemat. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
Kusuma, Farina. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

También podría gustarte