Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TAHUN 2016
OLEH:
04031181320007
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang mendasari status
laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2013, menunjukkan
sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Hasil tersebut
menunjukkan 31,1% yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi
(perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sementara 68,9% lainnya tidak
dilakukan perawatan.8 Karena masyarakat pada umumnya datang ke klinik atau praktek
dokter gigi ketika masalah gigi dan mulut sudah dalam kondisi yang sangat parah.
Salah satu tindakan perawatan yang dilakukan dokter gigi dengan risiko yang
cukup tinggi yaitu tindakan bedah minor dan ekstraksi gigi. Tindakan bedah minor
merupakan prosedur bedah dengan urutan tahapan yang sistematis yang disertai anestesi
lokal dan dengan atau tanpa sedasi. Tahapan pertama prosedur bedah dimulai dari
tindakan pembedahan jaringan anatomi bagian luar sampai menuju ke jaringan tujuan
pembedahan, yang dilanjutkan dengan perbaikan luka sayatan. Kategori ini termasuk
ekstraksi gigi dengan pembedahan.9 Ekstraksi gigi itu sendiri diartikan sebagai cabang
ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan prosedur pencabutan gigi dari soketnya
di dalam tulang.30
Terhambatnya dilakukan tindakan perawatan bedah mulut dengan baik yaitu
timbulnya rasa cemas dari pasien. Rasa cemas pada perawatan gigi dan mulut disebut
juga dengan kecemasan dental. Kecemasan dental merupakan salah satu faktor yang
karena pasien mempunyai kecenderungan takut pada benda tajam seperti jarum,
elevator (bein), tang, dan pisau bedah, juga dapat berasal dari ketakutan pasien itu
sendiri terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh dokter gigi serta rasa sakit yang
ditimbulkan.1 Kondisi tersebut dapat diperparah jika pasien pernah mengalami trauma
karena lamanya antrian dapat menimbulkan kecemasan pada pasien, sehingga pasien
Penyebab lain yang memicu timbulnya kecemasan dental juga ada hubungannya
dengan operator, seperti dokter gigi, perawat gigi maupun staf-staf yang bertugas di
klinik. Buruknya komunikasi antara operator dan pasien, tata krama yang kurang baik,
tidak adanya rasa simpati dari operator terhadap kondisi pasien, serta operator dan staf
yang menunjukkan sikap negatif pada pasien dapat memicu timbulnya kecemasan
dental.6
Jenis perawatan dental tertentu juga dapat memicu timbulnya kecemasan dental.
membayangkan risiko terjadinya komplikasi pasca tindakan yang dapat terjadi setiap
saat. Komplikasi ini dapat berupa pendarahan, dry socket, hematoma, fraktur mahkota
gigi, fraktur akar gigi, fraktur tulang alveolar, trauma jaringan lunak dan sekitarnya,
displasemen gigi serta fragmennya, perforasi sinus maksilaris, dislokasi pada TMJ,
salah satu komplikasi yang paling sering dan ditakuti oleh pasien karena dianggap dapat
mengancam kehidupan.3
Hampir dua pertiga dokter gigi percaya bahwa mengobati pasien dengan
identifikasi pasien dengan benar dan menentukan langkah yang tepat untuk mengatasi
pasien dengan kecemasan. Beberapa tindakan yang dapat diambil dalam mengurangi
seluler atau kacamata video), serta masih banyak tindakan lain yang dapat dilakukan.6
Menurut Stewart Agras, dkk (1969) rasa cemas saat perawatan gigi telah
menempati urutan ke-5 dalam situasi yang secara umum dianggap menakutkan. 4
J (1990) di Belanda melaporkan, bahwa hanya 14% dari penduduk Belanda tidak
mengalami kecemasan ketika mengunjungi dokter gigi, sementara hampir 40% dengan
tingkat kecemasan sedang, dan 22% dengan tingkat kecemasan yang tinggi. Pasien yang
paling mungkin mengalami tingkat kecemasan dental yang tinggi dalam penelitian ini
adalah perempuan berusia 26-35 tahun. Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh
Thomson WM, dkk (1996) menyatakan bahwa pada tahun 1996 di Australia sekitar
14,9% dari orang dewasa diklasifikasikan memiliki tingkat kecemasan dental yang
tinggi. Penelitian ini menunjukkan terdapat prevalensi yang lebih besar dan tingkat
keparahan kecemasan dental yang tinggi pada wanita dibandingkan pria, terutama pada
usia 35-44 tahun.7 Hasil penelitian tersebut menunjukkan ternyata usia dan jenis kelamin
perawatan. Golongan usia dewasa muda dan perempuan merupakan pasien yang
Rasa cemas dapat menghambat prosedur tindakan bedah mulut. Hal ini menjadi
tantangan kepada penulis untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kecemasan dental
pada pasien tindakan bedah minor dan ekstraksi gigi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
pasien tindakan bedah minor dan ekstraksi gigi yang dilakukan dokter gigi muda di
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera Selatan. Rumah Sakit Khusus
Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera Selatan merupakan rumah sakit khusus yang
memberikan pelayanan di bidang gigi dan mulut, sehingga tindakan bedah minor dan
ekstraksi gigi dengan operator mayoritas dokter gigi muda diharapkan lebih banyak
1. Adakah perbedaan tingkat kecemasan dental pasien tindakan bedah minor dan
ekstraksi gigi yang dilakukan dokter gigi muda di Rumah Sakit Khusus Gigi
minor dengan ekstraksi gigi yang dilakukan dokter gigi muda di Rumah Sakit
bedah minor dengan ekstraksi gigi yang dilakukan dokter gigi muda di
minor dengan ekstraksi gigi yang dilakukan dokter gigi muda di Rumah Sakit
mencegah lebih awal terjadinya peningkatan kecemasan dental pada pasien saat
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1. Definisi
yang sistematis yang disertai anestesi lokal dan dengan atau tanpa sedasi. Tahapan
pertama prosedur bedah dimulai dari tindakan pembedahan jaringan anatomi bagian
9
perbaikan luka sayatan.
II.1.2. Jenis
II.1.2.1. Odontektomi
bertumbuh atau bertumbuh sebagian (impaksi) dimana gigi tersebut tidak dapat
dikeluarkan dengan cara pencabutan tang biasa dari soketnya, melainkan diawali
dengan pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi gigi
tersebut.10
dugaan penyebab sinusitis maksilaris dengan kaitannya dengan impaksi gigi kaninus,
telah terjadi defek pada jaringan periodontal dan terdapat karies pada gigi
kesehatan umum, usia penderita, pasien yang tidak menghendaki giginya dilakukan
tindakan, kemungkinan menyebabkan gigi terdekat atau stuktur disekitarnya rusak dan
1. Teknik Odontektomi
Odontektomi harus dilakukan dengan kondisi yang asepsis, baik dilakukakan
oleh dokter maupun asisten. Kondisi yang asepsi didaptkan dengan cara
menggunakan sarung tangan steril, tutup kepala, masker dan instrumen yang steril
pula. Irigasi dengan saline steril harus dilakukan ketika tulang dan gigi dipotong
dengan bur.12
a. Membuat Insisi Untuk Pembuatan Flap
Tujuan dilakukannya flap untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur di
bawahnya (biasanya pada tulang atau gigi) atau untuk prosedur koreksi, untuk
jaringan .
Syarat-syarat flap yaitu harus membuka daerah operasi yang jelas, insisi harus
dilakuakn pada jaringan yang sehat serta mempunyai dasar atau basis cukup lebar
atau sulcular flap, yang dikembangkan di sepanjang bagian servikal gigi. Flap jenis
lainnya yang digunakan adalah modifikasi dari envelope flap, yang membutuhkan
sayatan yang berakhir di mesial atau distal, membentuk tiga sudut penutup.
Kadang-kadang, kedua akhiran flap dilepaskan membentuk empat sudut flap yang
dengan cara yang lebih terkontrol. Bur yang umumnya dipakai yaitu bur bulat
nomor 7/8 atau bur lain yang digunakan bur lurus fissur nomor 703. Irigasi
dilakukan pada saat pengeburan untuk mengurangi panas yang timbul saat
Teknik pengambilan gigi yang dipilih tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi dan
jaringan sekitarnya.
1) Pengambilan secara intoto/split bone (dalam keadaan utuh)
Yaitu dengan cara membuang tulang yang menghalanginya. Cara ini
misalnya kita pisahkan korona dari akar. Jika akar lebih dari satu, maka
dan debris dari luka, kuretase periapikal, menggunakan bone file untuk
Suturing awalnya pada bagian distal gigi molar sebelumnya. Suturing tambahan
ini meliputi pembuangan undercut atau cortical plate yang tajam, mengurangi
tajam dan tidak teratur sehingga mengganggu dalam proses pembuatan dan
adaptasi gigi tiruan. Pada beberapa kasus ridge tulang alveolar yang tajam dapat
estetis, dan pemakaian gigitiruan, serta kasus pencabutan gigi multiple dengan
terdapat sisi marginal alveolar yang kasar dan tidak beraturan dapat dilakukan
alveolektomi.14
Gambar 2. Gambaran secara radiografi gigi yang akan dilakukan pencabutan multiple.
pasien. Pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis
maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien usia tua.
Alveolektomi tidak dilakukan jika bentuk tulang alveolar tidak rata, tetapi tidak
mengganggu adaptasi gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun
stabilitas.14
1. Prosedur Alveolektomi13
a. Pembuatan Flap
b. Penghalusan Tulang
Tulang yang tidak teratur dihilangkan dengan bone shear atau single
edge bone-cutting rongeur, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau
bawah dan berlanjut ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang
eksudan dan purulen dari suatu pembengkakan jaringan lunak. Tujuannya adalah
lunak yang mengandung eksudat dan purulen. Insisi harus dilakukan pada fokal
dan terlokalisir, pengobatan yang dilakukan hanya tindakan drainase saja. 15,28
Beberapa pertimbangan dalam melakukan insisi dan drainase yaitu
pembekuan darah yang lama harus dirawat dengan hati-hati dan sering
anatomis yang membutuhkan perawatan lebih banyak, pasien perlu dirujuk ke ahli
bedah mulut untuk tindakan insisi intraoral atau ekstraoral yang agresif.
1. Prosedur Insisi dan Drainase
a. Anestesia
Jenis anestesia yang paling efektif yaitu anestesi blok regional, blok
anterior, blok alveolar superior posterior bagi maksila posterior, dan blok
menutup di dalam daerah yang diinsisi dan kemudian paruh hemostat dibuka
sendiri, dapat pula digunakan selembar kasa iodoform (boleh dijahit boleh
tidak). Drain harus dilepas setelah 2 atau 3 haru, jika tidak dijahit, pasien
II.1.2.4. Apikoektomi
yang terinfeksi dan penguretan jaringan nekrosis dan jaringan yang meradang
pada daerah periapikal gigi. Apikoektomi pertama kali dilakukan oleh Farrar dan
1. Indikasi Apikoektomi23
a. Kerusakan yang luas jaringan periapikal, tulang atau membran
pengisian saluran akar sukar mendapatkan hasil yang baik karena saluran
periodontitis apikalis.
h. Saluran akar yang sangat melengkung dengan daerah rerefraksi.
i. Resorbsi internal dan eksternal pada akar gigi.
j. Overfilling pada pengisian saluran akar.
k. Fraktur sepertiga apikal dengan kematian pulpa.
l. Tidak dapat didapatkan perbenihan negative pada perawatan endodontik.
m. Adanya kelainan pada daerah periapikal gigi yang telah memakai
berat.
c. Terdapat periodontal abses.
d. Pada daerah yang sukar dicapai karena pandangan kurang luas.
e. Traumatik oklusi tidak dapat diperbaiki.
f. Telah berulang kali dilakukan apikoektomi.
g. Terdapat penyakit-penyakit umum yang juga merupakan kontraindikasi
dibagi dua yaitu pengisian saluran akar pra bedah (pre-resection filling
technique)
b. Apikoektomi dengan dua tahap (two stage operation)
Pada prosedur ini tahap pertama dilakukan perawatan endodontik baru
saluran akar pasca bedah, maka daerah luka disumbat dengan kasa,
yang tumpul digambar apeks pada jaringan dan juga pola dari insisi.
4) Lakukan insisi semilunar dari apeks gigi sebelah mesial gigi
tersebut, ke arah garis gusi dan ke apeks gigi sebelah distal. Bila
trapesium.
5) Flap diangkat keatas dan titahan oleh retraktor.
6) Tulang labial dibuka dengan bur.
7) Potong apeks akar dengan bur fissure, jangan lebih dari segitiga akar.
8) Lakukan kuretase jaringan patologi hingga bersih.
9) Haluskan tepi tulang dan ujung akar.
10) Penutupan apikal gigi dengan amalgam.
11) Irigasi luka dengan saline steril.
12) Lakukan penjahitan.
Gambar 9. Prosedur apikoektomi
II.1.2.5. Operkulektomi
dilakukan karena adanya infeksi pada jaringan lunak yang menutupi gigi yang
masih memiliki ruang untuk erupsi tetapi tertutup oleh sebagian operkulum.
1. Indikasi Operkulektomi22
a. Erupsi sempurna
b. Adanya ruang yang cukup untuk ditempati mahkota molar tiga dan
ruangan yang cukup antara ramus dan sisi distal molar dua.
3. Teknik Operkulektomi
electrosurgery, kauter, CO, laser atau hot-tip diode surgery telah tersedia
dihilangkan.25
II.2.1. Definisi
Kecemasan berasal dari kata cemas yang artinya khawatir, gelisah, dan
ketegangan yang berasal dari sumber yang tidak diketahui. Kecemasan pada
pasien dapat dimaksudkan sebagai rasa takut terhadap perawatan gigi. Hal
tersebut merupakan hambatan bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi.17
Kecemasan dental dan ketakutan dental adalah salah satu faktor yang
gigi dan mulut mereka ke dokter gigi.18 Pasien yang merasa cemas lebih mungkin
sesuatu hal yang dialami pasien dari pengalaman traumatik pribadi sebelumnya.
Pengalaman traumatik pada waktu masih kecil atau masa remaja dapat menjadi
penyebab utama rasa takut dan cemas pada orang dewasa. Bahkan sejumlah besar
masyarakat berpendapat bahwa tingkah laku karakteristik pribadi dokter gigi atau
orang-orang yang terlibat dalam pengobatan gigi tersebut dapat menjadi salah satu
faktor yang menimbulkan rasa takut dan cemas dalam diri mereka. Ini berarti,
para dokter gigi atau perawat yang berkerja dalam perawatan gigi tersebut
memainkan suatu peranan yang penting juga, oleh karena nantinya mempengaruhi
masyarakat yang status sosial ekonominya rendah cenderung untuk lebih takut
dan cemas terhadap perawatan gigi dibandingkan dengan masyarakat yang sosial
kurang umum bagi masyarakat yang status ekonominya rendah. Disamping itu,
masyarakat tersebut merasa bahwa biaya perawatan gigi sangat mahal padahal.
dapat menyebabkan timbulnya rasa cemas pada perawatan gigi. Hal ini
informasi yang cukup mengenai perawatan gigi sehingga mereka menganggap hal
tersebut adalah sesuatu yang menakutkan, dan tidak jarang pula terjadi, pasien
datang ke dokter gigi dengan keadaan gigi dan rasa sakit yang sudah begitu parah
yang tentu saja ini membutuhkan perawatan dan pengobatan yang ekstensif.
melakukan tindakan, seperti dokter gigi, perawat gigi maupun staf-staf yang
bertugas di klinik, karena buruknya komunikasi antara operator dan pasien, tata
krama yang kurang baik, tidak adanya rasa simpati dari operator terhadap kondisi
pasien, serta operator dan staf yang menunjukkan sikap negatif pada pasien.6
setiap alat yang terdapat di ruang perawatan sehingga pasien menjadi cemas
terhadap perawatan gigi. Perasaan ini dapat hilang apabila dokter gigi
sifat malu dan emosi negatif yaitu memberontak. Dua temperamen tersebut telah
diasosiasikan dengan rasa cemas dan takut terhadapa perawatan kedokteran gigi.26
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tingkat
kecemasan pasien, ternyata usia dan jenis kelamin seseorang juga mempengaruhi
usia dewasa muda dan perempuan merupakan pasien yang memiliki tingkat
II.2.2.7. Takut dengan rasa sakit dan terjadinya luka atau cedera
perawatan gigi adalah rasa sakit yang ditimbulkan dari perawatan. Rasa sakit
kerusakan jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu. Penting untuk diketahui
bahwa sensasi tidak harus disebabkan oleh kerusakan jaringan, tetapi juga oleh
kondisi stimulus seperti suara bur dan melihat jarum. Hal tersebut disebabkan
karena secara normal rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi dan psikologi untuk
secara klinis dan oleh karena itu banyak alat ukur yang dibuat oleh para pakar
Corah Dental Anxiety Scale (CDAS), Modified Dental Anxiety Scale (MDAS),
Facial Image Scale, dan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).
II.2.3.1. Corah Dental Anxiety Scale (Corahs DAS)
Para peneliti menetapkan bahwa Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) adalah
alat ukur paling banyak digunakan dan DAS direkomendasikan digunakan untuk
mengukur kecemasan dental pada usia dewasa di klinik. DAS memiliki empat skala
item pengukuran kecemasan dental. Nilai untuk setiap rentang jawaban terdiri atas 1-
5, mulai dari tidak cemas sampai sangat cemas. Pengukuran keempat pertanyaan
dengan bur gigi dan instrumen pembersihan gigi. Ada perbedaan lain antara
perasaan mereka ketika mereka berada dalam situasi yang ditentukan. CDAS terdiri
perasaanmu?
Dental Anxiety Scale merupakan alat ukur yang memiliki keabsahan tinggi, dan
dapat dipercaya, dengan sistem jawaban yang lebih sederhana dan lebih konsisten.
Modified Dental Anxiety Scale dapat digunakan untuk semua pasien di atas 12
tahun. Selain itu jawaban disederhanakan untuk setiap pilihan jawaban dari yang
tidak cemas sampai sangat cemas. Setiap pilihan jawaban memiliki nilai dari
perasaanmu?
5. Jka kamu gusi kamu diberi anestesi lokal, bagaimana perasaanmu?
Nilai dari setiap jawaban dari pertanyaan dijumlah untuk memberi nilai estimasi
Facial Image Scale merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tingkat kecemasan yang terdiri dari lima kategori ekspresi wajah yang
menggambarkan situasi atau keadaan dari kecemaan, mulai dari ekspresi wajah
sangat senang (skor 1), hingga sangat tidak sennag (skor 5). Skor 1 merupakan
ekspresi yang paling positif dan skor 5 merupakan ekspresi paling negatif.
Scale for Anxiety (HRS-A). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang
mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara
0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunakan
pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah
clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup
tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu
0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.28
1 Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
2 Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3 Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
4 Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
konsentrasi.
7 Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di
perut.
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1- 14
dengan hasil:
kecemasan dental seseorang yaitu Index of Dental Anxiety and Fear (IDAF-4C +).
IDAF-4C+ berisi 3 modul yang mengukur kecemasan dan ketakutan dental, fobia
dental, rasa takut terhadap tindakan dental. Delapan item dalam modul kecemasan
dan ketakutan dental menilai emosi, perilaku, fisiologis, dan komponen kofnitif
dari respon kecemasan dan ketakutan. Seluruh item dalam IDAF-4C+
reliabilitas selama empat bulan (r = .82), hal ini merupakan hasil penelitian yang
dilakukan sejak tahun 2008 pada usia dewasa di Australia secara acak yang ikut
ini sangat berkaitan dengan faktor ketakutan dental lainnya seperti pola kunjungan
ke klinik dokter gigi, menghindari dokter gigi, dan diagnosis fobia dental. IDAF-
4C+ lebih konvergen dan validitas prediktif dibandingkan dengan Corahs DAS.
Dental
pembuluh darah. Tekanan darah diukur pada 2 fase yang sesuai dengan kontraksi
alamiah jantung. Saat jantung kontraksi, tekanan darah dari jantung ke seluruh
tubuh disebut tekanan darah sistole. Saat jantung relaksasi, tekanan darah dari
seluruh tubuh menuju jantung disebut tekanan darah diastole. Umumnya rata-rata
nilai normal tekanan sistolik berkisar 120 mmHg dan tekanan diastolik 80
mmHg.20
1. Usia. Tekanan darah akan rendah pada saaat lahir, meningkat pada masa
remaja, dan sedikit menurun pada masa usia tua. Pada usia dewasa yang lebih
tua akan terjadi penuurnan elastisitas arteri sehingga dapat meningkatan
pada pagi hari (sehabis bangun pagi). Kemudian akan meningkat sekitar 5-10
mmHg pada sore hari menjelang malam dan selanjutnya kaan turun kembali
berat/kuat.
6. Tekanan darah biasanya tinggi pada orang-orang yang gemuk dibandingkan
atau berdiri.
8. Stresor psikologis dan fisik, misalnya cemas, ketakutan, nyeri, dan emosi
jantung, curah jantung, dan tahanan vena perifer. Perangsangan saraf simpatis
tahapan usia. Tabel 1 menunjukkan hasil normal pengukuran tekanan darah pada
KECEMASAN DENTAL
pada pasien tindakan bedah minor yang dilakukan dokter gigi muda di Rumah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
cross sectional, dimana pada rancangan ini peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada saat tertentu yang berarti semua subyek diamati tepat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi
III.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan dilakukan
tindakan bedah minor dan ekstraksi gigi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
III.3.2. Sampel
tindakan bedah minor dan ekstraksi gigi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
Provinsi Sumatera Selatan, dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
penelitian.
Adapun besar sampel menurut Roscoe dalam Uma Sekaran (2003), jika
sampel dibagi dalam kategori tertentu maka jumlah anggota sampel setiap
kategori minimal 30. Jadi dalam penelitian ini dibutuhkan minimal 30 orang
sampel penelitian dalam kategori tindakan bedah minor dan ekstraksi gigi.32
III.3.4.1.Kriteria Inklusi
1. Pasien yang akan dilakukan tindakan bedah minor dan ekstraksi gigi.
III.3.4.2.Kriteria Ekslusi
N Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
O
1. Tindakan Prosedur bedah dengan urutan tahapan yang sistematis Observasional Checklist Tindakan Bedah Nominal
Bedah disertai anestesi lokal dan dengan atau tanpa sedasi, Minor
pascaoperatif.30
3. Tingkat Menggambarkan sejauh mana seseorang merasa cemas Kuesioner Index of Dental a. Rendah Ordinal
b. Tinggi
Kecemasan terhadap perawatan dental yang akan atau sedang Anxiety and Fear
1. Alat tulis
2. Kuesioner
informed consent pada pasien yang akan dilakukan tindakan bedah minor
yang berbentuk klaimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Data Entry, yaitu memasukkan data-data yang diperoleh atau tabulasi ke
komputer. Data akan diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak. Jika
terdapat data yang salah maka dapat segera diperbaiki pada proses ini
Sidang proposal
Etika penelitian
Rekapitulasi data
Untuk Mengurangi Kecemasan Pasien. Maj Ked Gigi (Dent J). 2005;38
(1):41-4.
2015; 3(2).
Rineka Cipta.