Está en la página 1de 16

akuntansi manajemen-harga jual

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha sekarang ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan tajamnya
persaingan dalam dunia usaha guna mempertahankan dan meningkatkan usahanya. Dengan
tajamnya persaingan tersebut perusahaan dituntut mampu menghadapi persaingan yang ada.
Demikian juga dalam dunia usaha khususnya industri kecil. Industri kecil diharapkan
mempunyai kebijakan dan strategi untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan usahanya.
Industri kecil dan menengah termasuk industri kerajinan dan industri rumah tangga perlu dibina
menjadi usaha yang makin efisien dan mampu berkembang, agar dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja dan makin mampu meningkatkan perannya
dalam penyediaan barang dan jasa serta berbagai komponen, baik untuk keperluan pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan industri kecil dan menengah perlu diberi
kemudahan baik dalam permodalan, perijinan maupun pemasaran serta ditingkatkan keterkaitan
dengan industri yang berskala besar secara efisien menguntungkan melalui pola kemitraan dalam
usaha meningkatkan peran dan kedudukannya dalam pembangunan industri.

Banyak usaha kecil pada saat sekarang ini saling bersaing, terutama pada industri yang
memproduksi produk sejenis. Hal tersebut bagi industri kecil merupakan ancaman yang harus
segera ditindaklanjuti karena secara langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup
usahanya, mengingat penjualan dari produk yang dihasilkan merupakan sumber pendapatan
utama bagi perusahaan atau industri kecil tersebut. Untuk mengatasi hal itu, perusahaan dituntut
untuk antisipatif terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam persaingan. Salah satunya
adalah penentuan harga jual.
Penentuan harga jual yang tidak tepat sering berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan
dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan. Ketidaktepatan tersebut akan
menimbulkan resiko pada perusahaan, misalnya kerugian yang terus menerus atau menimbunnya
produk di gudang karena macetnya pemasaran. Untuk itu setiap perusahaan harus menetapkan
harga jualnya secara tepat karena harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Pada hakekatnya perusahaan dalam
menjual produknya harus dapat mencapai keuntungan yang diharapkan, sehingga perusahaan
dalam menjual produknya harus menetapkan harga jual.
Umumnya harga jual produk dan jasa ditentukan oleh perimbangan permintaan dan penawaran di
pasar, sehingga biaya bukan satu-satunya penentu harga jual. Selera konsumen, jumlah pesaing
yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan pesaing, merupakan contoh faktor-faktor
yang sulit untuk diramalkan, yang mempengaruhi pembentukan harga jual produk

di pasar. Satu-satunya yang memiliki kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam penentuan
harga jual adalah biaya. biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual harus
ditentukan. Di bawah biaya penuh produk atau jasa, harga jual akan mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan. Kerugian yang timbul akibat harga jual di bawah biaya produk atau jasa, dalam
jangka waktu tertentu mengakibatkan perusahaan akan berhenti sebagai going concern atau akan
mengganggu pertumbuhan perusahaan. Penentuan harga jual pada umumnya merupakan
pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan. Meskipun harga jual produk sudah
terbentuk di pasar, informasi biaya penuh terutama biaya produksi sangat dibutuhkan sebagai
titik awal untuk mengurangi ketidakpastian dalam menentukan harga jual produk atau jasa yang
akan dibebankan kepada customer di masa yang akan datang.
Biaya produksi juga merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari
kemungkinan kerugian. Kerugian akan mengakibatkan suatu usaha tidak dapat tumbuh dan
bahkan akan dapat mengakibatkan perusahaan harus menghentikan kegiatan bisnisnya. Untuk
menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan berusaha memperoleh pendapatan yang
paling tidak dapat menutup biaya produksi. Dengan demikian, sangat penting memperhitungkan
biaya produksi dan menetapkan harga jual produk dengan tepat untuk memberikan perlindungan
bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian.

Pada dasarnya dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa harus dapat menutup biaya
penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan laba yang dikehendaki.
Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa,
sehingga semua pengorbanan ini harus dapat ditutup oleh pendapatan yang diperoleh dari
penjualan produk atau jasa. Disamping itu, harga jual harus pula dapat menghasilkan laba yang
memadai, sepadan dengan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa.
Dengan demikian informasi biaya produk atau jasa sangat diperlukan dalam pengambilan
keputusan penentuan harga jual, meskipun biaya bukan satu-satunya faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan harga jual.
Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan tentang harga jual, faktor-faktor
yang mempengaruhi harga jual tersebut adalah faktor produk, tujuan manajer, biaya produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, dan faktor
ekstern, seperti elastisitas permintaan, sasaran produk, persaingan pasar dan pengawasan
pemerintah (Swastha&Irawan, 2000:2421)

1.2 Perumusan Masalah

Biaya produksi dan laba yang diinginkan akan berperan dalam mempertimbangkan terbentuknya
harga jual. Perolehan laba yang diinginkan secara maksimal pada umumnya merupakan tujuan
utama dari kegiatan suatu perusahaan.. Salah satu faktor yang memiliki kepastian dalam
menentukan harga jual adalah biaya produksi. Biaya produksi memberikan informasi batas
bawah terhadap harga jual yang akan ditentukan. Perusahaan akan mengalami kerugian bila
harga jual berada di bawah biaya produksi. Kerugian yang timbul akibat harga jual di bawah
biaya produksi dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan terhambatnya suatu
pertumbuhan usaha. Dengan demikian perusahaan memerlukan informasi tentang biaya produk
dalam pengambilan keputusan harga jual.
Faktor ekstern juga harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual suatu produk. Permintaan
akan suatu produk bisa elastis maupun inelastis kepada siapa produk itu dijual dan bagaimana
kebijakan pemerintah. Semua itu merupakan pengaruh dari luar perusahaan dalam penetuan
harga jual karena permintaan konsumen atas produk tidak mudah ditentukan, maka penentuan
harga jual yang dilakukan menghadapi banyak ketidakpastian. Selera konsumen, penawaran,
kondisi perekonomian, pengawasan pemerintahan, jumlah pesaing yang memasuki pasar dan
harga
jual yang ditentukan oleh pesaing merupakan contoh faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan
dalam penentuan harga di pasar.

Berdasarkan konteks tersebut maka perlu diketahui sampai sejauh mana kontribusi biaya
produksi berpengaruh terhadap penentuan harga jual suatu produk pada industri kecil kuningan
di desa Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
Berdasarkan perumusan masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah Sejauh
mana biaya produksi berpengaruh terhadap harga jual

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Biaya
Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan
dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan.
Menurut Henry Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan
untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang
bagi organisasi.
Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.
Menurut Masiyah Kholmi, Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat di saat
sekarang atau di masa yang akan datang bagi perusahaan.
Penggolongan Biaya
Menurut Mulyadi (2005:13), Biaya digolongkan sebagai berikut;
1. Menurut Objek Pengeluaran. Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling
sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya
pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut biaya telepon.
2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok,
yaitu: (1). Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke
dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (2). Biaya Pemasaran,
adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya
biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll. (3). Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-
biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya
gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll.
3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2 golongan, yaitu: (1). Biaya
Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah
karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri
dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (2). Biaya Tidak Langsung (indirect
cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya
dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, biaya dibagi menjadi
4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji
direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung. (3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya
tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang
tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu; (1). Pengeluaran Modal
(Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode
akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang
akan datang. (2). Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.
Biaya Pemasaran
Menurut Mulyadi (2005:487), Biaya pemasaran dalam arti sempit dibatasi artinya sebagai biaya
penjualan, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar. Sedangkan biaya
pemasaran dalam arti luas meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi
dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang
tunai.
Menurut Hansen & Mowen (2001:47), Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang diperlukan
untuk memasarkan produk atau jasa, meliputi biaya gaji dan komisi tenaga jual, biaya iklan,
biaya pergudangan dan biaya pelayanan pelanggan.
Menurut Henry Simamora (2002:37), Biaya pemasaran atau penjualan (Marketing Cost) meliputi
semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapat pesanan pelanggan dan menyerahkan produk atau
jasa ke tangan pelanggan.Penggolongan Biaya Pemasaran
Mulyadi (2005:488) menggolongkan biaya pemasaran menjadi dua golongan, yaitu: (1). Order
Getting Cost (Biaya untuk mendapatkan pesanan), yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam
usaha untuk memperoleh pesanan. Contohnya; biaya gaji dan wiraniaga, komisi penjualan,
advertensi dan promosi. (2). Order Filling Cost (Biaya untuk memenuhi pesanan), yaitu semua
biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengusahakan agar produk sampai ke tangan
pembeli/konsumen. Contohnya; biaya pergudangan, biaya pengangkutan dan biaya penagihan.
Biaya Promosi
Menurut Phillip Kotler dialihbahasakan Benyamin Molan (2000:640), Biaya promosi adalah
sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk promosi.
Menurut Henry Simamora (2002:762), Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang
dikucurkan perusahaan ke dalam promosi untuk meningkatkan penjualan.
Biaya Layanan Konsumen
Menurut Phillip Kotler (2000:41), biaya layanan konsumen adalah sekumpulan biaya yang
dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, dan menggunakan produk atau jasa tersebut.
Menurut E. Jerome Mc.Carthy dialihbahasakan Gunawan Hutauruk, biaya layanan konsumen
adalah jenis-jenis pengeluaran yang mendukung operasi suatu perusahaan.

2. Biaya Produksi dan Penerimaan


Macam-Macam Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh factor-faktor produksi
yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut.
Untuk analisis biaya produksi perlu diperhatikan dua jangka waktu, yaitu
(1) jangka panjang, yaitu jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami
perubahan dan
(2) jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi dapat berubah dan
sebagian lainnya tidak dapat berubah. Dalam bab ini hanya dibahas biaya produksi jangka
pendek
Biaya produksi dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu
(1) Biaya tetap (fixed cost)
(2) Biaya variabel (variable cost).
Dalam analisis biaya produksi perlu memperhatikan
(1) biaya produksi rata-rata : yang meliputi biaya produksi total rata-rata ,biaya produksi tetap
rata-rata, dan biaya variabel rata-rata ; dan
(2) biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk
menambah satu unit produksi.
Jadi, dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, biaya produksi dapat dibagi
ke dalam:
(1) Biaya Total ( Total Cost = TC) . Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produksi.
TC = TFC + TVC
Dimana TFC = total fixed cost; dan TVC = total variable cost.
(2) Biaya Tetap Total (total fixed cost = TFC). Biaya tetap total adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah jumlahnya. Sebagai
contoh : biaya pembelian mesin, membangun bangunan pabrik, membangun prasarana jalan
menuju pabrik, dan sebagainya.
(1) Biaya Variabel Total (total variable cost = TVC). Biaya variabel total adalah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel. Contoh biaya variabel :
upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku, pembelian bahan bakar mesin, dan sebagainya.
(2) Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC). Biaya tetap rata- rata adalah biaya
tetap total dibagi dengan jumlah produksi.TFC
AFC = ------- ( di mana Q = tingkat output)Q
(3) Biaya Variabel Rata-Rata ( Average Variable Cost = AVC). Biaya variabel rata-rata dalah
biaya variabel total dibagi dengan jumlah produksi.TVC
AVC = --------Q
(4) Biaya Total Rata-Rata ( Average Total Cost = AC). Biaya total rata-rata adalah biaya total
dibagi dengan jumlah produksi.T C
AC = --------- atau AC = AFC + AVC.
(5) Biaya Marginal ( Marginal Cost =MC). Biaya marginal adalah tambahan biayaproduksi yang
digunakan untuk menambah produksi satu unit.
DTC
MC = ---------DQ
Kurve Biaya Produksi
Kurve biaya produksi adalah kurve yang menunjukkan hubungan antara jumlah biaya
produksi yang dipergunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Pada umumnya biaya
produksi ditunjukkan oleh sumbu vertikal dan jumlah produk oleh sumbu horizontal. Kurve
ini bisa diperoleh dengan diketahuinya : (1) kurve produk totap (KPT), dan (2) harga-harga
per unit input yang digunakan.
Kurve Total Variabel Cost (TVC) dan Kurve Total Cost (TC)
Kurve Biaya Tetap Rata-Rata ( Average Fixed Cost= AFC )
Kurve Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost= AVC)
Kurve Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost = ATC) dan Kurve Biaya Marginal (
Marginal Cost)
Biaya Total Variabel (Rp.) Biaya Total (TC)
TVC TFC + TVC = TC
Penerimaan (Revenue)
1. Penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tiga konsep
penting tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku produsen. Total Revenue
(TR), yaitu total penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Jadi, TR = Pq Q, dimana
Pq = harga output per unit; Q = jumlah output.
2. Average Revenue (AR), yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual.
3. Marginal Revenue (MR), kenaikan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit
output.

2. Harga Pokok Produksi


A. Pengertian Harga Pokok Produksi
Sebelum membicarakan pengertian harga pokok produksi, perlu dibedakan pengertian antara
biaya produksi dengan harga pokok produksi, karena keduanya tidak sama. Biaya produksi
adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi. Biaya produksi ini dibagi menjadi tiga elemen, yakni:
1. Biaya bahan baku
2. Biaya tenaga kerja
3. Overhead Pabrik
Harga pokok produksi adalah biaya produksi setelah memperhitungkan barang dalam proses atau
barang setengah jadi. Menurut Rybun (1999:31) harga pokok produksi meliputi keseluruhan
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk
memproduksi barang atau jasa. Penetapan jumlah harga pokok produksi diawali dengan jumlah
harga pokok produksi barang dalam proses pada awal periode. Jumlah ini kemudian ditambah
dengan biaya bahan baku yang dimasukkan dalam produksi; biaya upah yang diperlukan untuk
memproses bahan baku dan seluruh biaya lainnya untuk jasa-jasa dan fasilitas yang digunakan
dalam produksi, termasuk supervisi pabrik, upah tak langsung, pemakaian bahan pembantu
pabrik, amortisasi paten, penerangan, pemanasan, pembangkit pabrik. Biaya-biaya ini merupakan
produk cost yang akan tetap melekat pada nilai persediaan sampai produk tersebut dijual. Pada
saaat dijual, nilai persediaan barang jadi akan ditransfer menjadin harga pokok penjualan.
Perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan industri dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 2.1:
Perhitungan Harga Pokok Produksi

Persediaan awal bahan baku xxx


Pembelian ahan baku xxx
Bahan baku barang tersedia untuk dijual xxx
Persediaan akhir bahan baku (xxx)
Pemakaian bahan baku xxx
Upah langsung xxx
Overhead pabrik xxx
Total biaya produksi xxx
Persediaan awal barang dalam proses xxx
Total barang dalam proses xxx
Persediaan akhir barang dalam proses (xxx)
Harga pokok produksi xxx

B. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi


Unsur-unsur harga pokok produksi adalah biaya bahan baku langsung, upah langsung dan biaya
tidak langsung pabrik atau biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku langsung dan upah langsung
digabungkan dalam kelompok biaya utama (prime cost). Upah langsung dan overhead pabrik
digabung dalam kelompok biaya konversi (conversion cost), yang mencerminkan biaya
pengubahan bahan baku langsung menjadi barang jadi. Berikut ini peneliti akan membahas
unsur-unsur biaya produksi

1. Biaya bahan baku

Bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian utama dan dapat diidentifikasikan secara
langsung pada produk jadi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:14), dinyatakan bahwa
biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang
timbul sampai persediaan barang dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
Bahan baku yang digunakan dalam suatu proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan
baku langsung dan bahan baku tidak langsung atau bahan penolong. Pertimbangan utama dalam
pengelompokkan bahan baku ini adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut sampai menjadi
barang jadi.
Bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan
dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi. Atau dengan kata lain merupakan
komponen biaya yang jumlahnya relatif besar dalam menghasilkan output dan biasanya
merupakan bagian integral dari output tersebut. Biaya bahan baku langsung ini biasanya
dianggap sebagai biaya variabel, yaitu biaya yang bergerak secara proporsional sesuai dengan
perubahan volume kegiatan. Secara teoritis, biaya bahan baku langsung terdiri dari harga pokok
pembelian bahan baku langsung ditambah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan
menyiapkannya untuk memasuki proses produksi, misalnya biaya pengangkutan, biaya bongkar
muat, biaya gudang dan biaya asuransi. Syarat jual beli dan potongan pembelian juga harus
diperhatikan.
Bahan baku tidak langsung disebut juga biaya bahan penolong, yaitu bahan baku yang jumlahnya
relatif kecil untuk menghasilkan produk. Walaupun penggunaan bahan ini relatif kecil tetapi
merupakan bagian dari barang jadi.

2. Biaya tenaga kerja langsung


Mulyadi (2001:343), mendefinisikan biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk
penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi
diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya
tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara
langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya tenaga kerja
tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak
langsung menangani pengolahan bahan. Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari:
1. Gaji pokok, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada setiap buruh seesuai dengan kontrak
kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan.
2. Upah lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan
pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan.
3. Bonus, yaitu upah tambahan diberikan kepada oekerja yang menunjukkan prestasi melebihi
batas yang ditentukan.

3. Biaya pabrik tidak langsung


Biaya tidak langsung merupakan biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua
biaya pabrikasi lainnya tidak dapat dibebankan langsung ke pabrik tertentu. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya overhead adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada
departemen produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Adapun yang
termasuk biaya tidak langsung ialah:
Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong bahan yang bersifat sebagai bahan pembantu untuk proses
pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil dibanding biaya produksi.
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang menangani produksi secara tidak
langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai. Biaya ini tidak
dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu.
Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk
menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap untuk digunakan dalam
proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas, dan perlengkapan pabrik
lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam kondisi siap pakai.

Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap


Biaya ini sering disebutjuga dengan penyusutan. Contoh biaya ini adalah penyusutan
mesin dan penyusutan kendaraan.
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan
pada akhir periode. Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya
asuransi mesin dan biaya lain-lain.
Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya
Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air dan biaya
telepon.

Secara umum biaya overhead dibedakan atas:


a. Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap walaupun
volume produksinya bervariasi.
b. Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara
proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi.
Dari beberapa jenis dan sifat biaya overhead di atas akan menambah kesulitan dalam
pengalokasian pembebanan biaya overhead yang sebenarnya adalah pada proses produksi. Oleh
karena itu, untuk menetapkan harga pokok produksi yang tepat perlu ditentukan suatu sistem
pembebanan biaya overhead yang ditetapkan di muka, sehingga kesulitan di atas dapat diatasi .
Biaya overhead yang diterapkan dimuka itu dibebankan kepada proses produksi secara tepat
dengan dihitung secara taksiran yang disebut dengan applied overhead.

C. Metode Penilaian Harga Pokok Produksi


Menurut Mulyadi (2001:18),metode penilaian harga pokok produksi adalah cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya kebutuhan dalam harga pokok produksi. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan,
yaitu:
1. Metode pembiayaan penuh (full costing)
Metode pembiayaan penuh (full costing) atau sering pula disebut absorption costing atau
conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan
seluruh biaya produksi baik yang berprilaku tetap maupun periodik kepada produk. Harga pokok
produksi menurut metode full costing terdiri dari:

Biaya bahan baku


Biaya tenaga kerja
Overhead pabrik-biaya tetap
Overhead pabrik-biaya variabel

Dalam metode full costing overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun variabel,
dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar periode yang telah ditentukan pada
kapasitas normal atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik
tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi
yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (periode harga pokok penjualan) apabila
produk jadi tersebut telah terjadi.
Karena overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar periode yang ditentukan di muka
pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode overhead pabrik sesungguhnya berbeda
dengan yang dibebankan tersebut akan terjadi pembebanan biaya overhead lebih (overapplied
factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory
overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka
pembebanan overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah
harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk
dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi
pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai
pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi sebelum produk dijual.
Metode full costing menunda pembebenan overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat
produk yang bersangkutan dijual. Jadi overhead pabrik yang terjadi baik yang berprilaku tetap
maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum
persediaan tersebut dijual

2. Metode pembiayaan variabel (vaiable costing)


Metode pembiayaan variabel (vaiable costing) atau periodic costing atau sering pula disebut
direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang hanya membebankan biaya-
biaya produksi periodik saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut
metode variable costing terdiri dari:

Biaya bahan baku


Biaya tenaga kerja
Overhead pabrik variabel

Dalam metode variable costing overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai periode harga pokok
produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Dengan demikian overhead pabrik tetap dalam metode variable costing tidak melekat pada
persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode
terjadinya. Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode
variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik
tetap tersebut.
Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat juka
dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindati terjadinya biaya yang sama dalam periode
yang akan datang.
Apabila diperhatikan, maka metode pembiayaan variabel ini mempunyai keuntungan bagi
manajemen untuk membuat keputusan dan juga untuk pengendalian biaya. Misalnya,
menentukan penerimaan pesanan khusus. Tatapi di luar kebutuhan manajemen tersebut, konsep
ini masih diragukan, terutama dalam penilaian aset dan penentuan laba periodik.

3. Harga Jual

A. Pengertian Harga Jual


Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga
produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang
maksimal. Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan harga jual adalah jumlah moneter
yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang
dijual atau diserahkan. Menurut Mulyadi (2001:78) pada prinsipnya harga jual harus dapat
menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi
ditambah mark-up.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang
diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah
satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga
yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas
produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

B. Sasaran Penetapan Harga Jual


Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui komponen-komponen penetapan
harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk meningkatkan keuntungan dengan menetapkan
harga rendah untuk menarik bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2002:70) ada empat
kategori dasar atau sasaran penetapan haga, yaitu:

1. Sasaran profitabilitas
Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan
harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Dan
juga pendapatan merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual. Berbagai teori
ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan tetapi pada
kenyatannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran
profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan menetapkan
harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai pengembalian finansial atas
penjualan ataupun investasi.

2. Sasaran volume
Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut maksimalisasi penjualan (sales
maximization), para manajer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima
dan kemudian menetapkan harga yang akan mengahasilkan volume penjualan tertinggi tanpa
menyebabkan laba turun di bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai
suatu
prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba
jangka pendek.

3. Tingkat Kompetisi
Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk menyamakan harga dengan pesaing. Jadi perusahaan
berusaha untuk menghindari perang harga dengan tidak menekankan elemen harga dari bauran
pemasaran dan memfokuskan usaha persaingannya pada variabel selain harga seperti menambah
nilai, meningkatkan kualitas, mendidik konsumen, dan menciptakan hubungan.
4. Sasaran Pretise
Pengaruh harga pada prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk
mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan eksklusivitas. Para pemasar
menetapkan sasaran tersebut karena mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan
citra suatu perusahaan dan produk-produknya.

C. Strategi Penentuan Harga Jual


Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan
pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar
pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan.
1. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi
Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya
per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini
digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk
dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga
harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam skala ekonomis,
harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga
biaya produksi mengalami penurunan.
2. Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan
Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi
persediaan.

3. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing


Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:
a. Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga
pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada
seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu
menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan
konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang
lebuh rendah.
b. Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menrunkan harga produk untuk
mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk
menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori.
c. Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan dengan tujuan untuk memberikan kesan
lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran produk akan
menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk
produk lainnya.

D . Alternatif Strategi Penetapan Harga


Banyak strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan harga barang
dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai
keseluruhan sasaran organisasi. Menurut Sukirno (2006 : 226) ada enam strategi Penetapan
harga:
1. Penetapan Harga Kompetitif
Hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam pasar seperti ini untuk
menjual barangnya, perusahaan harus menetapkan harga pada tingkat yang bersamaan dengan
barang yang sejenis yang dipasarkan
2. Menentukan Harga Terobosan
Cara ini sering dipakai ketika meluncurkan barang baru, yang menetapkan harga pada tingkat
yang rendah atau murah dengan harapan dapat memaksimalkan volume penjualan.

3. Menetapkan Harga berdasarkan Permintaan


Penentuan harga barang ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa seperti pengangkutan
Kereta Api, Jasa Penerbangan, Restoran dan Bioskop. Perusahaan Kereta Api misalnya,
menawarkan tiket murah untuk orang yang selalu berpergian bagi pelajar dan orang tua yang
sudah pensiun.

4. Kepemimpinan Harga
Penentuan harga seperti ini berlakun dalam pasar barang yang bersifat oligopoli yang merupakan
struktur pasar, dimana terdapat perusahaan yang dominan yang mempunyai persaingan yang
lebih kukuh dari pada perusahaan lainya.

5. Menjual Barang berkualitas dengan Harga Rendah


Kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri Manufaktur atau Hypermarket seperti
Makro dan Carrefour. Srategi penentuan harga mereka lebih menekankan kepada peningkatan
volume barang yang terjual dan bukan memperoleh keuntungan yang tinggi.

6. Kebijakan Harga Tinggi Jangka Pendek


Kebijakan Harga (Price Skimming) adalah cara untuk menetapkan harga tinggi yang bersifat
sementara, yaitu pada waktu barang yang dihasilkan mulai dipasarkan. Pada periode itu,
perusahaan belum menghadapi persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi supaya
pengembalian modal dapat dipercepat.

Sedangkan menurut Boone dan Kurtz (2002:78),secara umum, perusahaan dapat memilih dari
tiga alternatif strategi penetapan harga: skimming, penetrasi, dan penetapan harga kompetitif.
1) Strategi penetapan harga skimming, strategi ini sengaja menetapkan harga relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan harga produk-produk pesaing.
2) Strategi penetapan harga penetrasi, menetapkan suatu harga rendah sebagai senjata utama
pemasaran. Penetapan harga penetrasi mengasumsikan bahwa menetapkan harga di bawah harga
pasar akan menarik para pembeli dan menggeser sebuah merek pendatang.
3) Strategi penetapan harga kompetitif, organisasi-organisasi mencoba mengurangi tekanan
persaingan harga dengan menyamakan harga dengan perusahaan lain dan mengkonsentrasikan
usaha pemasaran mereka pada elemen produk, distribusi, dan unsur-unsur promosi.

E. Metode Penetapan Harga


Menurut Herman (2006:175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price
determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu:

1. Metode Taksiran (Judgemental Method)


Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini. Pnetapan harga dilakukan
dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya metode ini
digunakn oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik. Penggunaan metode ini
sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat
kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh instink.
2. Metode Berbasis Pasar (Market-Based Pricing)
a. Harga pasar saat ini (current market price)
Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari
produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk
yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada
tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan
tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya.
b. Harga pesaing (competitor price)
Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya menetapkan harga
produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk
yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa
pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak
mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa, dan sebagainya.
c. Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current market price)
Penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan,
tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spendling, siklus dalam trendi dan
model, perubahan cuaca, dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji
dan upah, peningkatan efisiensi produk atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk
lama dari pasar, dan sebagainya.

Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan
anggaran dengan melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku
tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) setelah mempertimbangkan faktor
internal dan eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase). Indeks 87 berarti
87/100.

3. Metode Berbasis Biaya (Cost-Based Pricing)

a. Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up)


Dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu.
Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai
diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh direktur pemasaran
atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi
harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang. Required profit margin dapat juga
ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost
dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara profit dengan full cost akan
menghasilkan proyeksi harga

b. Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus mark-up)


Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variblel cost. Proyeksi harga diperoleh dengan
menambahkan mark-up laba yang diinginkan. Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih
tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah
daripada full cost

Contoh kasus :
Manajer Pemasaran PT. GLORY sedang mempertimbangkan penentuan harga jual produk
ASTREX untuk tahun anggaran yang akan datang. Menurut anggaran, perusahaan direncanakan
akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1.000.000 kg dengan taksiran biaya penuh
untuk tahun anggaran yang akan datang sbb :

Biaya Variabel :
Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000
Biaya adm & umum variable Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran variable Rp. 50.000.000
-------------------------- +
Total biaya variable Rp. 2.100.000.000
Biaya Tetap :
Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000
Biaya adm. & umum tetap Rp. 150.000.000
BIaya pemasaran tetap Rp. 250.000.000
-------------------------- +
Total biaya tetap Rp. 1.400.000.000
-------------------------- +
Total biaya penuh
Rp. 3.500.000.000

Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp. 4.000.000.000 dan laba yang
diharapkan dinyatakan dalam tariff kembalian investasi (ROI) 25%

Pendekatan Full Costing


Unsur biaya :
Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000
Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000 --------------------------- +
Rp. 3.000.000.000
Unsur mark-up :
Biaya non produksi variable Rp. 100.000.000
Biaya non produksi tetap Rp. 400.000.000
Ekspektasi laba25% X rp. 4.000.000.000 Rp. 1.000.000.000
-------------------------- +
TOTAL Unsur Mark-up Rp. 1.500.000.000

Rp. 1.500.000.000
Persentase Mark-up = ------------------------ x 100% = 50%
Rp. 3.000.000.000

Perhitungan Harga Jualnya :


Biaya produksi Rp. 3.000.000.000
Mar-up 50% x Rp. 3.000.000.000 Rp. 1.500.000.000
--------------------------- +
Total harga jual Rp. 4.500.000.000
Volume produksi 1.000.000 kg

También podría gustarte