Está en la página 1de 6

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Medis


1.1.1 Pengertian
Hepatoma atau hepatomegali adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai
jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam tifoid, amoeba, penimbunan lemak (fatty
liver), penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari
keganasan (metastasis).

1.1.2 Etiologi
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan
biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan
sirosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua
mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang beresiko tinggi untuk mendapatkan
kanker hati. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker hati ini adalah aflatoksin B1 yaitu
racun yang dihasilkan oleh sejenis jamur Aspergillus flavus yang terkontaminasi dan melekat
pada permukaan makanan serat seperti beras, kacang, gandum, jagung, dan kacang kedelai yang
disimpan pada tempat yang panas dan lembab. Aftlatoksin B1 yang ikut masuk ke tubuh melalui
makanan diperkirakan dapat memicu mutasi P53 gene didalam sel hati yang seterusnya
menimbulkan kanker sel hati. Penyebab yang sering ditemukan yaitu seperti alkoholisme,
hepatitis A dan B, gagal jantung kongestif, leukimia, neuroblastoma, sindrom reye, dan
karsinoma hepatoseluler.

1.1.3 Etiologi
1.1.3.1 Stadium I
Satu vokal tumor berdiameter < 3 cm dari hati.
1.1.3.2 Stadium II
Satu vokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segmen I atau multifokal atau
terbatas pada lobus kanan atau kiri.

1.1.3.3 Stadium III


Tumor pada segment I meluas ke segment kiri (segment I) atau ke lobus kanan (segment V
dan VIII atau tumor dengan invasi perhriperal ke sistem pembuluh darah (vascular), atau
pembuluh empedu (billiarv duct) tetap hanya terbatas pada lobus kiri atau lobus kanan hati.
1.1.3.4 Stadium IV
Multifokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. Atau tumor
dengan invasi ke dalam pembulih darah hati atau pembuluh empedu, tumor dengan invasi ke
pembuluh darah di luar hati seperti pembuluh darah vena limfa.

1.1.4 Manifestasi Klinis


Pada tahap awal hepatoma tidak memberikan gejala dan tanda unik pada stadium mungkin
bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti, penurunan nafsu makan, mual dan muntah,
mudah capek dan merasa lelah, hatinya membesar, abdomen membesar, kulit dan matanya
kelihatan kuning dan kotorannya berawarna putih, anemia, asites timbul setelah nodul tersebut
menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal,
pembengkakan kaki, kuning pada kulit, nafas pendek dan gatal-gatal seluruh badan.

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1.1.5.1 Pemeriksaan radiologi yang meliputi sinar X dan dada serta Ultrasonografi yang
dapat menunjukkan adanya massa. Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana
(conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen).
Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan (nodule) berwarna
kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi pada
tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada seluruh hati,
ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul. Sayangnya USG
conventional hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hatidiameter 2 cm 3 cm
saja. Tapi bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem
bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm- 2 cm , namun nilai akurasi ketepatan
diagnosanya hanya 60%.
1.1.5.2 Pemeriksaan CT Scan dengan zat kontra dapat membantu dokter dalam
menentukan apakah ada lesi-lesi benigna atau maligna.
1.1.5.3 Angiografi dapat memperlihatkan pembuluh darah yang terkena sebelum
pembedahan.
1.1.5.4 Biopsi dengan jarum tidak direkomendasikan jika reseksi pembedahan masih
mungkin untuk dilakukan karena hal ini diperkirakan bahwa tumor tersebut kemungkinan
akan mengalir ke rongga abdomen. Jika biopsi dengan jarum dilakukan, perdarahan
mungkin komplikasi yang akan terjadi berhubungan dengan resiko peningkatan
perdarahan dengan penurunan fungsi hepar.
1.1.5.5 MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Bila CT scam menggunakan sinar X maka MRI ini menggunakan gelombang magnet
tanpa adanya Sinar X.CT angigraphy menggunakan zat kontras yaitu zat yang diperlukan
untuk melihat pembuluh darah.
1.1.5.6 PET (Positron Emission Tomography)
Merupakan alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal
sebagai flourine 18 atau fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker
dengan cepat dan dalam stadium dini.
1.1.5.7 Pemeriksan laboratorium meliputi beberapa pemeriksaan seperti :
1) Alfa-fetoprotein (AFO) meningkat pada klien dengan karsinoma hepatoseluler an biasanya
tidak ada peningkatan pada klien dengan kolagiokarsinoma atau kanker hepar metastatik,
2) Antigen karsinoembrionik (CEA) dapat meningkat pada klien karsinoma gastrointestinal dan
adenokarsinoma lain yang metastase ke hepar terutama kanker kolorektal dan karsinoma
hepatoseluler.
3) Tes fungsi hati liver (LTF) yang meliputi transminase bukan untuk mendiagnosa kanker tetapi
peningkatannya kemungkinan dapat megindikasikan terjadinya masalah hepar.
Bilirubin serum Meningkat bila terjadi gangguan ekskresi
0,1-0,3 mg/dl
terkonjugasi bilirubin terkonjugasi.
Bilirubin serum tak
0,2-0,7 mg/dl Meningkat pada hemolitik.
terkonjugasi
Bilirubin serum total 0,3-1,0 mg/dl Meningkat pada penyakit hepatoseluler.
Mengesankan adanya obstruksi pada sel
Bilirubin urine 0
hati
Berkurang pada gangguan ekskresi
Urobilinogen urine 1,0-3,5 mg/24jam
empedu, gangguan hati.
Enzim SGOT 5-35 unit/ml Meningkat pada kerusakan hati.
Enzim SGPT 5-35 unit/ml Meningkat pada kerusakan hati
Enzim LDH 200-450 unit/ml Meningkat pada kerusakan hati
Fosfatase alkali 30-120 IU/L Meningkat pada obtruksi biliaris.
(Suratun, 2010 :298).
1.1.6 Komplikasi
1.1.6.1 Perdarahan varises asoragus
1.1.6.2 Koma hepatitis
1.1.6.3 Koma hipoglikemi
1.1.6.4 Ruptar tumor
1.1.6.5 Infeksi sekunder
1.1.6.6 Metastase ke organ lain, tetapi lebih sering ke paru.

1.1.7 Penatalaksanaan
1.1.7.1 Terapi umum
1) Istirahat yang cukup.
2) Diet tinggi kalori tinggi protein.
3) Hindari mengkonsumsi alkohol.
4) Medikamentosa
1.1.7.2 Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien kanker hati.
sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria untuk reseksi hati. Reseksi hepatik
melibatkan subkostal bilateral maupun insisi torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat
teknik reseksi yang diketahui yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi dan
segmentektomi lateral, segmen-segmen lateral meliputi pengangkatan bagian luar lobus kiri.
Trisegmentektomi adalah pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus kiri.

1.1.7.3 Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi oleh hati
melalui arteri hepatik. ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi
meminimalisir efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter
sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila dan femoralis. Agens yang digunakan paling
sering untuk kemoterapi intraarterial adalah flukoridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang
digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
1.1.7.4 Terapi radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor radiosensitif, pengguna terapi radiasi dibatasi
oleh intoleransi relatif parenkim normal. Semua hati yang akan mentoleransi 3000 cGy. Pada
dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka
panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan (Suratun, 2010 : 300).

1.1.8 WOC

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Identitas
1.2.1.2 Keluhan Utama
1.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
1.2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
1.2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
1.2.1.6 Riwayat Psikososiospiritual
1.2.1.7 Riwayat Alergi
1.2.1.8 Activity Day Life (ADL)
1.2.2 Pemeriksaan Fisik
1.2.3 Masalah Keperawatan
1.2.4 \Gangguan nutrisi
Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak ada kutanya asupan nutrisi
1.2.5 Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri
1.2.6 Gangguan aktivitas berhubungan dengan sesak dan nyeri
1.2.7 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang
diderita.
1.2.3.1 Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan adanya penurunan
ekspansi paru akibat asites dan penekanan diafrgama.
1.2.3.2 Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan
cairan dalam rongga abdomen.
1.2.3.3 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya
1.2.8 Intervensi dan Rasional

También podría gustarte