Está en la página 1de 42

MAKALAH TIANG PANCANG &

TIANG BOR PILE


REKAYASA PONDASI II

DISUSUN OLEH

Nama : Yohana Monica Naibaho


Kelas : SI 6F
NIM : 1405022028
Dosen : Ir. Ependi Napitu , M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan suatu konstruksi, pertama tama sekali yang dilaksanakan dan


dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi ( struktur bawah ) baru kemudian
melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar
fungsinya pada suatu konstruksi. Secara umum pondasi didefinisikan sebagai
bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan
itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang disekitarnya.
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam
suatu pekerjaan konstruksi yang harus dicicermati karena kondisi ketidaktentuan
dari tanah berbedabeda. Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting
dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan
menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas. Pondasi
ini akan menyalurkan tegangantegangan yang terjadi pada beban struktur atas
kedalam lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua)
jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis pondasi
tergantung kepada jenis struktur atas apakah termasuk konstruksi beban ringan
atau beban berat dan juga tergantung pada jenis tanahnya. Untuk konstruksi beban
ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai pondasi dangkal, tetapi
untuk konstruksi beban berat biasanya jenis pondasi dalam adalah pilihan yang
tepat.
Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi
dangkal. Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing
yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan
daya dukung rendah kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya
dukung tinggi yang relative cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya
dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity)
yang diperoleh dari tekanan ujung tiang, dan daya dukung geser atau selimut
(friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya
adhesi antara tiang pancang dan tanah disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi
bahan ada tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja,
dan tiang pancang kayu. Dari segi bentang penampang, tiang pancang bujur
sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk
spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop
hammer), diesel hammer, dan hidrolic hammer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang beton,kayu, dan
baja serta bor pile?
2. Alat-alat berat apa yang digunakan dalam pemancangan?
3. Berapa tegangan ijin masing-masing tiang pancang beton,baja,dan kayu?
4. Beban Max / Dimensi yang lazim pada tiang pancang beton, kayu, dan
baja!
5. Alat alat berat apa saja yang digunakan dalam tiang bor?
6. Sambungan pada tiang pancang kayu, tiang pancang beton dan tiang
pancang baja!

C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca:
1. Mengetahui keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang beton,
tiang pancang baja serta bor pile.
2. Mengetahui alat-alat berat yang digunakan dalam pemancangan.
3. Dapat menghitung tegangan ijin tiang pancang.
4. Mengetahui alat alat berat untuk tiang bor pile.
5. Dimensi / beban max/ daya dukung tiang pancang.
6. Mengetahui sambungan pada tiang pancang kayu, tiang pancang beton dan
tiang pancang baja

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pondasi Tiang Pancang (Pile Foundation)


Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang
bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih
dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang
yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah
dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah,
material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan
berbeda-beda.

Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer
beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan
hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau.
Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang
yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah
dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.

Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving


yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile)
sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900.
Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving
melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini,
meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang
memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal
ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak
teknik-teknik instalansi tiang pancang bermunculan.

Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:

Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras


Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak
mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah
menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya
hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat
menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi
indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis
pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.

Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari
tanah dangkal tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di
atas pondasi tiang. Tiang pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang
normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang
tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau dermaga.

Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah


yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya
(Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada
pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles,
1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk
memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super
struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.

Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus


dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada
dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut
kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan
serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.

Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara


pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang
dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang
pancang baja, dan tiang pancang composite (kayu beton dan baja beton).

Tiang pancang umumnya digunakan:

1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau


melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan
beban lateral boleh jadi terlibat.

2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak
ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang
kaki-kaki menara terhadap guling.

3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui


kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang
pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.

4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak


berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.

5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol


amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.

6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau


pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.

7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas


permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut.
Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian
dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban
lateral (Bowles, 1991).

Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru
dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton
adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang
beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.

Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang

Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa


macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas
beberapa hal, yaitu:

Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut;


Besarnya beban dan beratnya bangunan atas;
Kondisi tanah tempat bangunan didirikan;
Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi


bangunan sangat tergantung pada kondisi:

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya


pembangunan lepas pantai)
Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang
ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh
dari permukaan tanah
Pembangunan diatas tanah yang tidak rata
Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)

B. Penggolongan Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan,


cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.

1. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik


strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:

a. Tiang Pancang Kayu

Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang
pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang
cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan
pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing.
Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus,
seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak
kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah
sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus
tanah keras atau tanah kerikil.

Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan
tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah
busuk apabila tiang katu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah
muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk
apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Sedangkan
pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan
menunda atau memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi tetap tidak
akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini
biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton
untuk setiap tiang.

Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah
dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga
mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter
yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang pancang.

Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu
yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya
kayu berlian. Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi
ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang
digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus
dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 86 dengan menggunakan instalasi
peresapan bertekanan.

Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki


terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat
digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk
mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi
pelayanan.

Kepala Tiang Pancang


Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang
pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan
kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus
terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan
metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang pancang
harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai nagian kayu yang keras
dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.

Bilama tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen


dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus
harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong
pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan.
Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus
tertanam dalam pur dengan kedalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan
gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancnag paling sedikit 15 cm dan harus
diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.

Sepatu Tiang Pancang


Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk
melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh
pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar
konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang
dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup
untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.

Pemancangan

Pemancangan berat yang mugkin merusak kepala tiang pancang, memecah


ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi
tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang.

Umumnya, berat palu harus sama dengan berat tiang untuk memudahkan
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk
memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan
palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang
dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

Penyambungan

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari


dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai
tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh
penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya
harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti
profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang
dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat
harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang
mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu

Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan.
Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan
tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton
precast.
Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk
lagi ke dalam tanah.
Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end
bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.
Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan
dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima
beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan
segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti
ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal
dan perahu.

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:

Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang
terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu
letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.
Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil di
bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton terutama
pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang
tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu
dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah
ditentukan.
Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan
jamur yang menyebabkan kebusukan.

b. Tiang Pancang Beton

1) Precast Reinforced Concrete Pile


Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah
cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah
kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada
beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-
penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada
waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar,
biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak
membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk
setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang
pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti,
sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan
penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.

Precast Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran,


segi empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Tiang pancang beton Precast Reinforced Concrete Pile (Bowles, 1991)

Keuntungan pemakaian Precast Reinforced Concrete Pile:

Precast Reinforced Concrete Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar,
hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.
Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing
pile maupun friction pile.
Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah
seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang
banyak untuk poernya.
Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh
air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal
untuk melindungi tulangannya.

Kerugian pemakaian Precast Reinforced Concrete Pile

Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena


itu Precast Reinforced Concrete Pile ini di buat di lokasi pekerjaan.
Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat
dipergunakan.
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit
dan memerlukan waktu yang lama.
Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini
tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk
melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung
khusus.
2) Precast Prestressed Concrete Pile

Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton


prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
prategangnya.

Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )

Keuntungan pemakaian Precast Prestressed Concrete Pile:

o Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.


o Tiang pancang tahan terhadap karat.
o Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.

Kerugian pemakaian Precast Prestressed Concrete Pile:

o Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.


o Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
o Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.
3) Cast in Place Pile

Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat
dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor
tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in
Place Pile ini dapat dilaksanakan dua cara:

a) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi


dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
b) Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.

Keuntungan pemakaian Cast in Place Pile :

o Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.


o Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.
o Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.

Kerugian pemakaian Cast in Place Pile :

o Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor


akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
o Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
o Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

c. Tiang Pancang Baja.

Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas
biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang
pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton
tersebut minimum harus K250.

Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari
baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya
pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat
bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar.

Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap


texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban
tanah.
1) Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka
karat yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut
hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
2) Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen
maka akan menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat
yang terjadi karena terendam air.
3) Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah
lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka
lapisan pasir tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil
sekali pada tiang pancang baja.

Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition (keadaan
udara pada pori-pori tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan
organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja
tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20 ( 60
cm) dari muka air tanah terendah.

Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada


bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti
pada konstruksi baja biasa.

Perlindungan Terhadap Korosi

Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka
panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan
pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau
digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan
dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang
terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas
muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.

Kepala Tiang Pancang


Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus
terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Sebelum
pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pad pur, atau
tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile
cap).

Perpanjangan Tiang Pancang

Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan.


Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja
semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan
cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada
ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak akan diisi
dengan beton setelah pemancangan, sambungan yang dilas harus kedap air.

Sepatu Tiang Pancang

Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau
profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah
keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau
dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang
pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung
dasarnya tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara
mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja
tuang atau baja fabrikasi.

Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:

o Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.


o Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
o Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.

Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:

o Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.


o Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.
d. Tiang Pancang Komposit.

Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan
yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang.
Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan
bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di
atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya.
Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.

1) Water Proofed Steel and Wood Pile

Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah
permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui
bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini
diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah.

Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang


pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara
pelaksanaanya secara singkat sebagai berikut:

a) Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah


hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan
tiang pancang kayu tersebut dan ini harus terletak dibawah muka air
tanah yang terendah.
b) Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan
dalam casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah
keras.
c) Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan
core ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam casing
sampai penuh terus dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam
casing.

2) Composite Dropped in Shell and Wood Pile


Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini
memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur
spiral. Secara singkat pelaksanaanya sebagai berikut:

a) Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai


kedalaman yang telah ditentukan di bawah muka air tanah.
b) Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar
dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus
dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras. Pada pemancangan
tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala
tiang tidak rusak atau pecah.
c) Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari
casing.
d) Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan
dalam casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan
berbentuk sangkar yang mana tulangan ini dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
e) Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh
dan padat casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi
ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core diujung
atas shell.
3) Composit Ungased Concrete and Wood Pile.

Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:

Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak


memungkinkan untuk menggunakan cast in place concrete pile,
sedangkan kalau menggunakan precast concrete pile terlalu panjang,
akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.
Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan
tiang pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar
tiang pancang kayu tersebut selalu berada dibawah permukaan air
tanah terendah.

Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut:


a) Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga
sampai pda kedalaman tertentu (di bawah m.a.t)
b) Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan
casing terus dipancang sampai kelapisan tanah keras.
c) Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari
casing dan beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core
dimasukkan lagi dalam casing.
d) Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak
tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti
bola diatas tiang pancang kayu tersebut.
e) Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi
sampai padat setinggi beberapa sentimeter diatas permukaan tanah.
Kemudian beton ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik
keatas sampai keluar dari tanah.
f) Tiang pancang composit telah selesai.
g) Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur
Concrete Pile Corp.

4) Composite Dropped Shell and Pipe Pile

Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:

Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place
concrete.
Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit
yang bagian bawahnya terbuat dari kayu.

Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:

a) Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing


seluruhnya masuk dalam tanah. Kemudian core ditarik.
b) Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah
dimasukkan dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core
sampai ke tanah keras.
c) Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas
kembali.
d) Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam
casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang
pipa baja. Bila diperlukan pembesian maka besi tulngan dimasukkan
dalam shell dan kemudian beton dicor sampai padat.
e) Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core
sedangkan casing ditarik keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell
diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain pada tipe tiang ini dapat pula
dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari tiang pipa.

5) Franki Composite Pile

Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya
disini pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H
dari baja.

Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut:

a) Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah
pipa baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada
tanah keras. Cara pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa.
b) Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah
direncanakan, pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan
drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi
bentuk beton seperti bola.
c) Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa
sampai bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.
d) Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan
kerikil atau pasir.
2. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya

Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian


besar, yaitu:

a. Tiang pancang pracetak

Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri
dari:

1) Cara penumbukan

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan


cara penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).

2) Cara penggetaran

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan


cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).

3) Cara penanaman

Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman


tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi
dengan tanah.

Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :

a) Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah


sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun
kembali.
b) Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan
mengeluarkan tanah dari bagian dalam tiang.
c) Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan
kedalam tanah dengan memberikan tekanan pada tiang.
d) Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan
air yang keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat
dipancangkan kedalam tanah.

b. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)

Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :

1) Cara penetrasi alas


Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.

2) Cara penggalian

Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain :

a) Penggalian dengan tenaga manusia

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia


adalah penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan
merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan
pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman
tertentu.

b) Penggalian dengan tenaga mesin

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin


adalah penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki
kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

C. Alat Pancang Tiang

Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat


pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau
pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul
diperlihatkan dalam Gambar 2.4a sampai dengan 2.4d. Pada gambar terebut
diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan.
Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang
dibentuk dalam geometri tertutup.

1. Pemukul Jatuh (drop hammer)

Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk
tiang. Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan
lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang
kecil.

2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)

Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik
oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan
oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram
dikalikan tinggi jatuh (Gambar 2.4a).

3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)

Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram
dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan
dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

4. Pemukul Diesel (diesel hammer)

Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi
bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan
adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (Gambar
2.4c).

5. Pemukul Getar (vibratory hammer)


Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi (Gambar 2.4d).

Gambar 2.4 a

Gambar 2.4 c

Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting hammer), (b) Pemukul
D. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,


aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga
target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang
pancang:

1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar


yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung
kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman,
dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang
sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.
2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan
dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat
keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman
minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh
perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya
dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan
tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih
dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan
dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi,
dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan
daya dukung ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan
yang berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi
syarat.

Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan Persiapan
1) Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal
saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar
harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk
mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1
meter.
2) Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat
dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain
yang tidak diinginkan.
3) Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data
jumlah pukulan terakhir (final set).
4) Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan
manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi
pemancangan.
5) Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6) Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah
sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
7) Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8) Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah
mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9) Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

Proses penyambungan tiang :

a) Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
b) Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah
berhimpit dan menempel menjadi satu.
c) Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d) Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.

.
b. Proses Pengangkatan
1) Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )

Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat


penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke
penyusunan lapangan.

Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala
tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen
maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik
angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.

Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton


adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa
kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas
dapat dilihat oleh gambar.

2) Pengangkatan dengan satu tumpuan

Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap
akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang
telah ditentukan di lapangan.

Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini


adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada
tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

c. Proses Pemancangan
1) Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh
pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
2) Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap
lubang.
3) Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala
tiang.
4) Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telahditentukan.
5) Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur
panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh
posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian
bawah tiang diklem dengan center gatepada dasar driving lead agar
posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang
batang pertama.
6) Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer
secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

d. Quality Control
1) Kondisi fisik tiang
a) Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b) Umur beton telah memenuhi syarat
c) Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan

2) Toleransi

Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan


berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm.

3) Penetrasi

Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter
di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah
pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.

4) Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
E. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :

1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas
dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung
ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras.
Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain
yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan
penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan
dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang (Gambar 2.6a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih
ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah
disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi
lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

F. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir

Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini
tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya
dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar.
CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat
memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan
pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum
pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang
pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :

Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1)

dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.

Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.

Qs = Kapasitas tahanan kulit.

qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.

Ab = Luas di ujung tiang.

f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.

As = Luas kulit tiang pancang.

Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode
Aoki dan De Alencar.

Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung


ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh
sebagai berikut:

dimana :

qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah
ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit
persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :

dimana :

qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.

Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.

Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik
s diberikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )

Tipe Tiang Pancang Fb Fs


Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan Farsakh,
1999)

Tipe Tanah s (%) Tipe Tanah s (%) Tipe s (%)


Tanah
Pasir 1,4 Pasir 2,2 Lempung 2,4
berlanau berpasir
Pasir 2,0 Pasir 2,8 Lempung 2,8
kelanauan berlanau berpasir
dengan dengan
lempung lanau
Pasir 2,4 Lanau 3,0 Lempung 3,0
kelanauan berlanau
dengan dengan
lempung pasir
Pasir 2,8 Lanau 3,0 Lempung 4,0
berlempung berlempung berlanau
dengan dengan
lanau pasir
Pasir 3,0 Lanau 3,4 Lempung 6,0
berlempung berlempung
Pada umumnya nilai s untuk pasir = 1,4 persen, nilai s untuk lanau = 3,0
persen dan nilai s untuk lempung = 1,4 persen.

Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil


pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.

Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :

Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)

dimana :

Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.

qc = Tahanan ujung sondir.

Ap = Luas penampang tiang.

JHL = Jumlah hambatan lekat.

K11 = Keliling tiang.

Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus

dimana :

Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.

qc = Tahanan ujung sondir.

Ap = Luas penampang tiang.

JHL = Jumlah hambatan lekat.

K11 = Keliling tiang.


G. Faktor Aman

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi


kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan
dengan maksud:

1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan


yang digunakan.
2. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan
kompresibilitas tanah.
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung
beban yang bekerja.
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal
atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang
masih dalam batas toleransi.

Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian


beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai
sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi
lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson,
1977).

Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu)
dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang
telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang pancang, sebagai
berikut:

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga Effisiensi
Hammer dan koef. Restitusi
Tipe Hammer Efficiency, E
Single and double acting hammer 0.7 - 0.8
Diesel Hammer 0.8 - 0.9
drop Hammer 0.7 - 0.9

Pile Material Coefficient of restitution, n


Cast iron hammer and concrette pile ( whitout cap ) 0.4 - 0.5
Wood cushion on steel pile 0.3 - 0.4
Wooden pile 0.25 - 0.3

Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian


antara lain adalah sebagai berikut:

Keuntungannya yaitu:

o Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih
dapat diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.
o Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
o Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga
mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
o Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

Kerugiannya yaitu:

o Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka


pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan
masalah disekitarnya.
o Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
o Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan
penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
o Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit
dan memerlukan waktu yang lama.

Metode pelaksanaan:

a) Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.


b) Pengangkatan tiang.
c) Pemeriksaan kelurusan tiang.
d) Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.

Perbandingan Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan Metode


Konstruksinya

Pengeboran (Drilled)

Kelebihan:

o Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu


lingkungan sekitar.
o Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar.
o Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan.

Kekurangan:

o Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.


o Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing, cleaning
bucket dan alat bantu pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih
besar.
o Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang.
o Waktu pengerjaan lebih lama.

Pemancangan

Kelebihan:

o Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.


o Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
o Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
o Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
o Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

Kekurangan:
o Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
o Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
o Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi.
o Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan
sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
o Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit
dan memerlukan waktu yang lama.

Tekan (Pressed)

Kelebihan:

o Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu


lingkungan sekitar.
o Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
o Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
o Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
o Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
o Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
o Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.

Kekurangan:

o Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit


dan memerlukan alat penyambung khusus.
o Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit
dan memerlukan waktu yang lama.
o Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
o Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.
Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis,
dimensi, jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan.
Alasan penggunaan pondasi tiang pancang ini adalah:

1) Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.


2) Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang
lain (bored pile).
3) Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan
merupakan hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan serta kualitasnya seragam
karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat
dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4) Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan
yang menggunakan drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah
keras/final set yang ditentukan (kalendering). Sedangkan bila
menggunakan Hydrolic Static Pile Driver (HSPD),terdapat dial
pembebanan yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri dari empat
silinder untuk menekan tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui
kedalaman tanah keras.

http://rizaldyberbagidata.blogspot.co.id/2012/06/pondasi-tiang-pancang-pile-
foundation.html

H. JENIS-JENIS SAMBUNGAN
Gambar sambungan kayu

Umum Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat
diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk
penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus
sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang. Tiang pancang
kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian
yang tidak keras atau akibat serangan serangga. Tiang pancang kayu yang
menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan
sesuai dengan AASHTO M133 86 dengan menggunakan instalasi peresapan
bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan
pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapakayu keras
dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk
mengawetkan kayu kerastergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi
pelayanan. Sebelum pemancangan, diperlukan tindakan pencegahan kerusakan
pada kepala tiang pancang yaitu dengan cara pemangkasan kepala tiang pancang
sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya
dan memasang cincin baja atau besi yang kuat. Dan setelah pemancangan, kepala
tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian
kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Kepala Tiang Pancang Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan
pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan
pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat
dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang
kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala
tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian
kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan
akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus
diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada
atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan. Bilamana
digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam
pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal
beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja
tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan. Sepatu Tiang Pancang Tiang
pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung
tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan
pada tanah yang lunak. Sepatu harus benarbenar konsentris (pusat sepatu sama
dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang bidang
kontak

También podría gustarte