Está en la página 1de 6

HAK POLITIK PEREMPUAN

Agung Pratama
Matematika, FMIPA,Universitas Sriwijaya
Email: agungpratamazada@gmail.com

Abstrak
Setiap manusia yang ada dimuka bumi ini memiliki hak dan kewajiban
masing-masing seperti hak berpolitik untuk kaum perempuan. hak-hak asasi
perempuan masih belum terlindungi. Kesetaraan dan penghapusan diskriminasi
terhadap perempuan sering menjadi pusat perhatian dan menjadi komitmen
bersama untuk melaksanakannya. Hak berpolitik disini bermaksud bahwa
perempuan berhak untuk ikut dan terlibat dalam dunia perpolitikan. Kaum
perempuan terus menuntut hak mereka untuk ikut berpolitik dengan berbagai
gerakan. Tujuan penulisan artikel kali ini adalah untuk memberitahukan hak-hak
perempuan dalam dunia perpolitikan. Pembahasan yang akan di jelaskan
diantaranya kesetaraan gender, HAM, dan HAM untuk kaum perempuan.
kesimpulannya adalah sejak adanya kesetaraan gender (sama nya hak yang
dimiliki kaum perempuan dengan kaum laki-laki), kaum perempuan tidak lagi
terikat bahwa mereka tidak boleh ikut andil dalam dunia perpolitikan tetapi
mereka memiliki hak dan bebas menentukan apakah mereka mau untuk terlibat
ataupun tidak.

Kata kunci : Hak, berpolitik, kaum, perempuan

A. Pendahuluan
Dalam bidang politik perbandingan antara laki-laki dan perempuan sangatlah
berbeda jauh. Politik biasanya terkenal dengan dunia yang kejam. Sehingga,
banyak masyarakat yang beranggapan bahwa kalau tidur mau nyenyak jauhilah
politik. Namun, tidak banyak juga masyarakat yang beranggapan sebaliknya.
Di dunia politik seseorang yang awalnya teman dekat bahkan keluarga tiba-
tiba menjadi musuh untuk saling menjatuhkan dengan niat atau tujuan yang ingin
di capai tanpa memikirkan orang lain. Karena itulah, banyak masyarakat
beranggapan bahwa perempuan dianggap tidak akan bisa menerima semua
keadaan atau mengatasi keadaan tersebut. Sehingga, nantinya akan berakibat pada
kondisi fisik bahkan mentalnya. Oleh karena itulah, di dalam sebuah dunia
perpolitikan perempuan banyak tidak dilibatkan. Tidak terima hanya di anggap
sebelah mata. Kaum perempuan bertindak dan ingin membuktikan diri bahwa
mereka sanggupdan mampu menyamai kinerja kaum laki-laki dalam bidang
politik dengan di buatnya
Kesetaraan gender.
Menurut Fakih, gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Sifat gender yang
melekat pada perempuan misalnya perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik,
emosional atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan,
perkasa. Ciri dan sifat tersebut merupakan sifat yang dapat dipertukarkan antara
kaum laki-laki dan perempuan. Artinya ada laki-laki yang kuat, rasional dan
perkasa. Sedangkan pengertian jenis kelamin adalah persifatan pembagian dua
jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat ada jenis kelamin
tertentu. Misalnya bahwa manusia laki-laki adalah manusia yang memiliki penis,
sperma dan jakun. Sedangkan perempuan adalah manusia yang memilki vagina,
rahim dan alat menyusui. Alat-alat tersebut melekat secara biologis dan bersifat
permanent dan tidak dapat dipertukarkan dan itu semua merupakan pemberian
Tuhan yang kemudian disebut sebagai kodrat.24
Kaum feminis menuding konstruksi sosial yang dibuat oleh masyarakat yang
menimbulkan berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Hal ini
menyebabkan definisi kekerasan terhadap perempuan di dunia Internasional.
Harkristuti Harkrisnowo berpendapat bahwa tindak kekerasan terhadap wanita
meliputi segala tindakan seseorang yang menyakiti seorang wanita, baik secara
fisik maupun non fisik. Argumentasi bahwa tindak kekerasan terhadap wanita
harus lebih luas dari sekedar tindak kekerasan secara fisik didasarkan pada suatu
pemikiran bahwa tindak kekerasan non fisik tidak jarang mempunyai dampak
yang lebih serius dari pada yang fisik.29
Istilah kekerasan terhadap perempuan juga berarti segala bentuk kekerasan
yang berdasar gender yang akibatnya dapat berupa kerusakan atau penderitaan
fisik, seksual, psikologis pada perempuan-perempuan termasuk disini ancaman-
ancaman dari perbuatan-perbuatan semacam itu, seperti paksaan atau perampasan
yang semena-mena atas kemerdekaan, baik yang terjadinya di tempat umum atau
di dalam kehidupan pribadi seseorang.
Dengan tidak wajar dan adilnya kekerasan yang terjadi pada kaum perempuan.
Dengan kata lain, kaum perempuan di diskriminasi dari segala bentuk kegiatan
yang berhubungan atau berbaur dengan kaum laki-laki. Sehingga, dibuatlah yang
namanya kesetaraan gender.
Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan yang telah diratifikasi dan disetujui oleh Resolusi Majelis Umum
34/180 pada 18 Desember 1979. Dalam pasal 2 konvensi disebutkan bahwa:
Negara-negara pihak mengutuk diskriminasi terhadap perempuan dalam
segala bentuknya, dan bersepakat dengan segala cara yang tepat dan tanpa
ditunda-tunda, untuk menjalankan suatu kebijakan yang menghapus
diskriminasi terhadap perempuan, dan untuk tujuannya berusaha untuk;
(a) Memasukkan asas persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam
undang undang dasar mereka atau perundang-undangan lainnya yang layak
apabila belum dimasukkan ke dalamnya, dan untuk menjamin realisasi praktis
pelaksanaan dari asas ini, melalui hukum dan cara-cara lain yang tepat.
(b) Membuat peraturan perundang-undangan yang tepat dan upaya lainnya,
dan di mana perlu termasuk sanksi-sanksi, yang melarang semua diskriminasi
terhadap perempuan.
Pengaruh feminisme sangat besar dalam terciptanya kesetaraan gender. Hal ini
dapat dilihat dari keberhasilan perjuangan mereka pada tingkat internasional di
mana lembag PBB pada Desember 1948 mengeluarkan resolusinya, yang
diantaranya berbunyi semua orang dilahirkan secara merdeka dan sama dalam
hak, juga di karunia akal, sehingga boleh untuk berinteraksi dengan lainnya secara
bebas. Bahkan setiap orang mempunyai hak dalam kehidupan, kebebasan dan
keselamatan. Setiap orang berhak atas hukum (negara) dari segala yang
merugikannya. Dalam pasal lain dikatakan, tidak di benarkan melakukan
perbudakan manusia, termasuk didalamnya praktek jual beli budak.
Resolusi ini memuat 30 pasal, yang mana pada inti nya kaum perempuan
menuntut untuk di bebaskan memilih dan berkarir dalam bidang politik tanpa
diremehkan atau di anggap sebelah mata oleh kaum laki-laki. Sehingga, mereka
menuntut untuk hak yang sama besarnya dengan hak yang dimiliki oleh kaum
laki-laki.
Dengan adanya kesetaraan gender maka peluang perempuan dalam bidang
politik dan bidang hukum menjadi setara. Dimana, kaum perempuan bebas dalam
berpendapat, bergerak maupun terlibat di dalamnya.
Hak-hak perempuan dilindungi oleh banyak instrumen dan hukum
internasional. Paling terkenal di antaranya adalah Konvensi Penghapusan segala
bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW, 1979) sebuah Traktat PBB
yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1979 dan pada awalnya
ditandatangani oleh 64 negara di bulan Juli tahun berikutnya. Sebuah protokol
opsional disusun kemudian untuk mengatur mekanisme pertanggunggugatan
negara-negara terhadap traktat. Sejak itu ada beberapa deklarasi internasional dan
perjanjian yang telah digunakan sebagai standar untuk mengukur kemajuan dalam
urusan perempuan. Termasuk di antaranya Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi
(1995) serta Tujuan Pembangunan Milenum/MDGs (2001) yang memuat
pertimbangan-pertimbangan gender pada hampir setengah dari keseluruhan
klausal.

A. HAK ASASI MANUSIA


Berbagai literatur mengatakan bahwa konsep HAM pada awalnya datang dari
Barat yang pada saat ini sedang gencar-gencarnya diperkenalkan sebagai nilai-
nilai universal oleh Barat bahkan oleh PBB, walaupun sebenarnya bagi para
cendekiawan muslim percaya bahwa konsep itu sudah ada jauh sebelum Barat
mendeklarasikannya yaitu pada Piagam Madinah yang dijadikan sebagai
konstitusi Madinah pada saat Penaklukan Kota Makkah (Fathul Makkah), oleh
Rasulullah. Namun sebaliknya, bagi sebagian besar kalangan orientalis tidak
mengakui bahwa konsep HAM muncul dari Islam. Tidak hanya itu, banyak
pemikir Barat mengatakan bahwa Islam bertentangan dengan nilai-nilai HAM. Ini
didasarkan pada penyebaran nilai-nilai HAM universal yang terdapat dalam
Universal Declaration of Human Rights yang ditolak oleh negara-negara Timur
khususnya negara Islam.
Adapun pengertian dari HAM itu sendiri adalah hak-hak dasar yang dimiliki
setiap orang semata-mata karena dia adalah manusia. HAM didasarkan pada
prinsip bahwa setiap orang dilahirkan setara dalam harkat dan hak-haknya. Semua
HAM sama pentingnya dan mereka tidak dapat dicabut dalam keadaan apapun.
Namun, dibalik hak yang dimiliki terdapat hak orang lain.
Sebenarnya sejarah dunia telah menuliskan berbagai diskriminasi laki-laki
terhadap perempuan terdapat di dalam semua ranah seperti; keluarga, sosial,
politik, ekonomi bahkan kepemimpinan. Tidak jarang wanita hanya menjadi
obyek hidup saja. Artinya mereka seringkali hanya diposisikan sebagai pelengkap
yang tak ubahnya bagaikan makhluk berkasta nomor dua. Bagaimanapun juga,
dalam keluarga, wanita hanya diposisikan sebagai ibu rumah tangga yang
tugasnya mengurusi suami, anak, dan kebutuhan rumah tangga semata6 (kasur,
sumur, dapur). Tidak pernah ada kesempatan diberikan pada mereka untuk
mengatur sesuatu yang krusial dan fundamental apalagi menjadi seorang
pemimpin. Hal ini nampaknya seakan-akan diperkuat dengan adanya doktrin-
doktrin kultur, adat, budaya bahkan agama di dalam masyarakat.
Hal semacam ini bertentangan dengan nilai-nilai bahwa manusia, pada
dasarnya, telah diciptakan dalam kedudukan yang sama. Tidak ada yang lebih
unggul antara satu sama lain, tidak ada yang diciptakan untuk lebih mendominasi
antara laki-laki dan wanita. Mereka diciptakan untuk saling melengkapi satu sama
lain. Tidak ada manusia yang memungkiri bahwa laki-laki membutuhkan
perempuan, begitu juga sebaliknya. Penciptaan wanita dan laki laki hanyalah
perbedaan secara fisik saja, akan tetepi lebih dari itu mereka sama. Mereka
mempunyai peran masing-masing yang harus dihormati oleh satu sama lain,
bukan malah menjadi bahan untuk saling mendominasi dan mengalahkan. Peran
mereka dalam ranah keluarga, sosial, ekonomi, hukum bahkan politik seharusnya
diposisikan sama. Demikianlah kurang lebih akar filosofi mengapa kebebasan
wanita perlu diatur dan ditegakkan dalam kerangka hak asasi manusia di muka
bumi ini.
B. Hak Asasi Manusia untuk Perempuan.
Adakah hak manusia yang berperspektif gender? Secara ideal hak asasi
manusia tidak memiliki gender, tetapi nyatanya, secara universal, perempuan tidak
menikmati dan mempraktikkan hak asasi kebebasan dasar sepenuhnya atas dasar
yang sama seperti lakilaki. Bukti keterbatasan hak asasi perempuan adalah
obyektif dan dapat dihitung. Hal ini yang menjadi stimulus lahirnya Convention
on The Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women (konvensi
mengenai eliminasi semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan) yang
diangkat oleh Sidang Umum PBB pada tahun 1970.
Dengan adanya HAM perumpaan bebas mau terlibat atau mengambil andil
dalam dunia perpolitikan ataupun lainnya. Namun, kenyataannya hak tersebut di
persempit oleh kaum laki-laki. Karena, kaum laki-laki beranggapan bahwa mereka
adalah kepala keluarga jadi mereka lah yang harus menafkahi dan tugas para
kaum perempuan hanya di buat untuk mengurus rumah.
Memang ada persepsi umum bahwa hak asasi terbatas pada penahanan dan
atau penyiksaan yang berkaitan dengan kegiatan politik publik, kebebasan
berpendapat atau berasosiasi. Tetapi penting untuk diingat bahwa Universal
Declaration of Human Rights (1948) jauh lebih luas dan ideal. Penyempitan
interpretasi yang terj adi adal ah indikasi adanya suatu "manipulasi", sengaja atau
tidak (oleh laki-laki) sehingga hak asasi perempuan yang banyak menyangkut hak
ekonomi dan sosial terabaikan. Secara historis ada kecenderungan untuk
memberikan penekanan pada hak-hak civic dan politik daripada hak ekonomi dan
sosial. Hal ini mungkin bias Barat, tapi yang jelas bias laki-laki.
Tahun perempuan internasional merupakan tonggak baru bagi perempuan di
dunia, karena pada konferensi ters.-but prinsip-prinsip mend asar dari kehidupan
perempuan terakomodasi dan permasalahan perempuan mulai tertampung.
Pencapaian egaliter antara perempuan dan lakilaki adaiah awal dari penegakan
HAM ( Sihite, 2401: 177). Konferensi HAN{ di Wina (1993) secara tegas
dideklarasikan bahwa hak asasi perempuan adalah Hak Asasi Manusia (Women's
Right is Human Rights/, Konferensi Beij ing ( I 995 ) dengan landasan aksi
Beijing juga menegaskan bahwa kesehatan reploduksi adalah bagian dari hak
asasi manusia semuanya menuju satu titik pencapaian kesetaraan dan keadilan
gender serta apresiasi terhadap HAM bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa
kecuali. Dengan melalui gagasan-gagasan konferensi internasional maupun
melalui ratifikasi konvensi internasional lainnya, kesetaraan dan penghapusan
deskriminasi terhadap perempuan sudah kencang disuarakan dan menjadi
komitmen bersama untuk melaksanakannya.
Namun, di balik adanya HAM dan kesetaraan gender. Memang, mereka boleh
terlibat dalam urusan politik. Tetapi, ada baiknya sekedarnya saja. Karena, kaum
perempuan harus ingat dan sadar atas kewajiban mereka yang sebenarnya.
Catatan Akhir:
1
Mansour Faqih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 7.
2
Nurhidayatuloh dan Nimatul Huda,Politik Hukum Hak Asasi Manusia Di
Indonesia, hlm. 67.
3
Andi Pertiwi Fajri Fatri Huduri,2014, Skripsi Hukum, Perlindungan Hak-
Hak Perempuan Terhadap Segala Bentuk Diskriminasi Menurut Hukum
Internasional.
4
www.downtoearth-indonesia.org, Gender dan Pembangunan Konsep-
Konsep Dasar.
5
https://equitas.org, Modul 2 Hal 1-38.
6
Arbaiyah Prantiasih,Hak Asasi Manusia Bagi Perempuan.
7
Viky Mazaya,Kesataraan Gender Dalam Perspektif Sejarah Islam(Jurnal
analisa Volume 9 No.2 April 2014).
8
Ahmad Muhaimin, 2009, Skripsi Hukum,Hak-hak Politik Perempuan
Pandangan Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan D.I
Yogyakarta.

También podría gustarte