Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
DISUSUN
]OLEH
Nama:meinus omabak
Nim:153139
Kls:II c
A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolism yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi klinis berupa hilangnya toleransi karbihidrat (Silvia Andersonrice,
1995). Diabetes Melitus adalah gangguan metabolic kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi
Engram, 1999).
B. Etiologi
Menurut WHO tahun 1995, penyebab Diabetes Melitus (DM) diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. DM Tipe 1 (DM tergantung insulin)
a. Faktor herediter / genetic
Kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus / mempermudah perkembangan
antobodi antoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel bata.
b. Faktor infeksi virus
Berapa infeksi virus coxakie dan gondogen yang merupakan pemicu yang menetukan proses
menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat
insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolic yang biasa.
3. DM Malnutrisi
a. Fibro Calculous Pancreatic DM
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi
pancreas melalui proses mekanik (fibrosis) / toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta
menjadi rusak.
b. Protein Defisiensi Pancreatic DM
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel beta pankreas.
4. DM Tipe Lain
a. Penyakit pankreas seperti : pancreatic, Ca pancreas dll
b. Penyakit hormonal seperti acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang
sel-sel beta pankreas yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak.
c. Obat-obatan
1) Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptoserin
2) Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll
C. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polifagia
4. Penurunan BB
5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6. Malaise
7. Kesemutan pada ekstremitas
8. Infeksi kulit dan pruritas
9. Timbul gejala ketoasidosis dan samnolen bila berat
D. Patofisiologi
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan
sebagai lubang kecil pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kunsinya
kurang, sehingga biarpun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar (glukosa) dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar
glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi / normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
E. Penatalaksanaan
1. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika merekomendasikan = 50-60 %
kalori yang berasal dari karbohidrat 60-70 %, protein 12-20 %, lemak 20-30 %
2. Latihan
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah
3. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
4. Pendidikan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gula darah meningkat
a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg / dl (11,1 mmol/L) (random)
b. Glukosa plasma puasa > 140mg / dl (7,8 mmol/L) (nuchter)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
1. Riwayat
a. Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau kembali indikasi terjadinya penyakit
DM.
b. Cata keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat tanda-tanda vital dari pada pasien.
c. Tinjau kembali kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit DM.
2. Data dasar
a. Aktivitas
Letargi/disorientasi, koma
b. Istirahat
c. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, MCI, kesemutan pada ekstremiitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama.
d. Eliminasi
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen.
Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi
hipovolemia berat)
e. Makanan/cairan
Haus.
f. Pernapasan
infeksi/tidak.
Frekuensi pernapasan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda
4. Pemeriksaan diagnostik
e. Elektrolit
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
f. Gemoglobin glukolisat
Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir dan karenanya sangat bermanfaat dan membedakan DKA dengan kontrol
tidak dekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (misalnya ISK baru).
Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO 3 (asidosis metabolik) dengan
h. Trombosit darah
i. Ureum/kreatinin
j. Amilase darah
Mungkin meningkat yang mengindikjasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab DKA.
k. Insulin darah
Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang
l. Urine
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka
(Doengoes, 1999).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperglikemia
Intervensi :
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan ikeh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari
b. Pola nafas seperti adanya pernapasan kussmaul atau pernapasan yang berbau keton.
berhubungan dengan pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
c. Frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan alat bantu nafas dan adanya periode apnea dan
munculnya sianosis.
R : Koreksi hiperglikemia akan menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan mendekati normal.
Tetapi peningkatan kerja pernapasan ; pernapasan dangkal, pernapasan cepat dan munculnya
sianosismungkin merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan dan/atau mungkin pasien itu
R : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi,
demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cermin dari dehidrasi.
e. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.
R : Mempertahankan hidrasi/volime sirkulasi.
Tujuan : Berat badan atau penambahan ke arah rentang biasanya yang diinginkan dengan nilai
laboratorium normal.
Intervensi :
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihasilkan pasien
c. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) danb elektrolit dengan segera
jika pasien dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral. Dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
R : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik
a. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanan dengan pasien dan
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
lekosit/perubahan sirkulasi.
Data : -
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan
dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri. Mencegah timbulnya infeksi nasokomial.
c. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif. Kadar glukosa tinggi akan menjadi media terbaik
d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan.
Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi.
e.Bantu pasien melakukan oral higiene. Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut.
f. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat. Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
g.Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai penanganan awal dapat membantu
Resistensi Insulin
Sel beta
Produksi
insulin Glikoneogonesis
Katabolisme
protein Glukagon
Lemah
BUN As.amino
Ketogenesis
As.laktat
polifagia
Respon perd. Darah
lambat kelelahan < volume cairan & elektrolit < pengetahuan perubahan
nutrisi
Resiko infeksi
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny. M.R
Umur : 49 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Paal IV
Agama : Kr. Protestsn
Suku / Kebangsaan : Manado/Indonesia
Pendidikan : SMP
Stasus : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 17 Juni 2013
Tanggal pengkajian : 18 Juni 2013
No. Med. Rec : 37.16.58
Diagnosa medis : DM Tipe II
Penanggung Jawab
Nama : Tn. J.K
Umur : 48 th
Pekerjaan : Sopir
Hubungan : Suami
2. Genogram
Ket.
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
: menderita penyakit
yang sama
____ : Hubungan
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri ulu hati
b. Riwayat keluhan utama
Nyeri dirasakan sejak 4 hari SMRS disertai tidak ada nafsu makan. Nyeri seperti diiris iris,
panas (+), mual-muntah (+), banyak kencing, konstipasi, dehidrasi.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak ada nafsu makan, mual-muntah (+), nyeri pada abdomen masih dirasakan, banyak
kencing (+), panas (+), pucat (+)
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit ini sudah di derita selama 2 th, hipertensi (-)
e. Riwayat Keluarga
Ayah pasien menderita penyakit yang sama
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien tidak merokok dan tidak meminum alkohol serta tidak alergi makanan dan obat.
2) Pola nutrisi dan cairan
Kondisi Sebelum MRS Saat dikaji
Selera makan/ minum Baik Tidak Baik / Baik
Nasi , ikan, sayur, buah, air Bubur, extrak/ air putih
Menu makan/minum
putih
Frekuensi 3x/hari /2000-2500/hari 5x/hari /1000-1500 ml/hari
Porsi makan/minum Dihabiskan Tidak dihabiskan
Keluhan (-) Anoreksia
3) Pola eliminasi
Sebelum MRS Saat dikaji
Kondisi
BAB BAK BAB BAK
Frekuensi 2x/hari 4-5x/hari (-) 6-8x/hari
Konsistensi Lembek (-) Keras (-)
Kuning Kuning (-) Kuning
Warna
kecok
Bau Khas Khas (-) Khas
(-) (-) konstipasi Banyak
Keluhan
kencing
4. Pemeriksaan Fisik
a. KU : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD :110/80 mmHg R : 20x/mnt
N : 88x/mnt S : 37,5C
b. Sistem Integumen
Pucat (-), kulit kering, turgor lambat
c. Kepala
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut oval & kering
d. Mata
Penglihatan normal, konjungtiva anenis (+), sklera interik (-)
e. Telinga
Secret (+), pendengaran baik
f. Hidung
Secret (+), penciuman baik
g. Mulut & Faring
Keadaan mulut baik, bau mulut (-), bibir kering
h. Ekstremitas Atas : Pada tangan basian kiri terpasang IVFD
Ecosol NaCl 0,9 %
i. Abdomen
Benjolan (-), pembesaran hepar (-)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Terapi obat-obatan
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Ceftriaxone 2 x 1gr IV (hari.3)
Metformin 3 x 1 tab
PCT 3 x 500 mg tab
DMP 3 x 100 mg tab
IVFD NaCl 0,9 20 gtt/ menit
ANALISA DATA
N
Data Etiologi Problem
o
1.
DS : Pasien mengatakan Keturunan, gaya hidup Gangguan nutrisi <
tidak ada nafsu makan dari kebutuhan tubuh
karena nyeri pada ulu Resistensi Insulin
hati
Pankreas terganggu
DO : Tampak meringis dan
gelisah Defisiensi insulin
2.
DS : Pasien mengatakan Keturunan, gaya hidup Kekurangan volume
pasien sering BAK cairan
DO : Pasien tampak lemah Resistensi Insulin
Pola Eliminasi
Frekuensi : 6-8x/hari Pankreas terganggu
Warna : Kuning
Bau : Khas
TTV
Glukagon
TD : 110/80mmHg
N : 88x/mnt
Hiperglikemi
R : 20x/mnt
S : 37,5C
Diuretic osmotic
Poliuria
Dehidrasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tanggal Dx Implementasi Evaluasi
Rabu / 19 Juni 1 1. Mengkaji pola nutrisi pasien S : Pasien mengatakan tdk ada
2013 - selera makan : Tdk baik nafsu makan tapi nyeri sudah
Frekuensi : 5x/hari berkurang
Menu makan : Bubur
Porsi : Tdk dihabiskan O : Pasien tampak lemah
2. Menimbang BB
-65 Kg A : Masalah belum teratasi
3. Mengkaji tingkat nyeri abdomen, mual-
muntah P : Lanjutkan Intervensi
- nyeri berkurang (2) 1, 2, 3, 4, 5
mual (+), muntah (-)
4. Memberikan makanan porsi kecil tapi
sering
-Pasien makan 5x/hari. Pada jam 7 dan
10 pagi, jam 12 siang dan jam 4 sore,
dan jam 7 malam.
5. Berkolaborasi dengan dokter dlm
pemberian diet dan pola makan pasien
-1500 kalori setiap kali makan