Está en la página 1de 6

Mpr adalah kapasitas momen berdasarkan perhitungan kuat

lentur konvensional dengan menggunakan nilai reduksi =1.0


dan kuat lentur tulangan 1.25 fy. Probable moment capacity
nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan kuat
geser balok, sambungan balok-kolom dan kekuatan kolom
sebagai pendekatan kapasitas desain.

Beban Batas / Beban Terfaktor. Cara ini lebih disaran


Peraturan Beton
Bertulang Indonesia untuk digunakan pada perencanaan.

Beban Kerja. Cara ini merupakan cara alternatif dalam


perencanaan. Pada cara ini tegangan yang terjadi dibatasi
oleh tegangan izin.

Pada perencanaan komponen beton bertulang dengan


cara beban terfaktor, maka :

Beban yang digunakan adalah beban yang sudah


dikalikan dengan suatu faktor.

Kekuatan beton yang digunakan adalah kekuatan


batasnya ( fc ) x faktor reduksi (f) .

Tipe Keruntuhan pada Komponen Beton Bertulang

Ada 3 kemungkinan type / kasus keruntuhan yang terjadi


pada perencanaan dengan menggunakan kekuatan batas
ini

Tulangan Kuat (Overreinvorced ). Keruntuhan type ini terjadi


akibat tulangan terlalu banyak, sehingga beton yang tertekan
hancur terlebih dahulu (beton mencapai kekuatan batasnya
terlebih dahulu). Keruntuhan ini terjadi secara tiba- tiba (brittle
failure).
Tulangan Lemah (Underreinvorced ). Pada kasus ini tulangan
mencapai tegangan lelehnya (fy) terlebih dahulu, setelah itu
baru beton mencapai regangan batasnya ( c ), dan
selanjutnya struktur runtuh. Pada kasus ini terlihat ada tanda-
tanda berupa defleksi yang besar sebelum terjadi keruntuhan.

Balanced Reinvorced . Pada type keruntuhan ini, saat


terjadi keruntuhan ( beton mencapai regangan batasnya,
c ), tulangan juga pas mencapai tegangan lelehnya (fy) .
Keruntuhan ini juga terjadi secara tiba-tiba.

Beberapa istilah-istilah pada dasar-dasar perencanaan


struktur beton bertulang :

Tegangan : intensitas gaya per satuan luas yang dinyatakan


dalam satuan
kg/cm2 , M pa atau N/mm2 .

fc (kuat tekan beton yang disyaratkan) : tegangan beton yang


ditetapkan/digunakan pada perencanaan, dengan aplikasi
pengujian di lapangan berupa hasil benda uji berbentuk
silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

fy ( kuat tarik leleh ) : tegangan tarik leleh minimum yang


disyaratkan pada tulangan.

Kuat nominal : kemampuan elemen atau penampang struktur


dalam menerima beban yang dihitung berdasarkan ketentuan
dan asumsi dari tata cara pada SNI
03-2847-2002.
Jika berupa momen, maka kuat nominal dimaksud adalah
momen nominal (
Mn ).
Jika berupa gaya tekan, maka kuat nominal dimaksud adalah
kuat tekan nominal ( Pn ).
Jika berupa gaya geser, maka kuat nominal dimaksud adalah
kuat geser nominal ( Vn ).
Beban terfaktor : Beban kerja yang telah dikalikan dengan
faktor beban yang ditentukan dalam pasal 11.2 SNI 03-2847-
2002.
Kuat Perlu : kekuatan suatu komponen struktur / penampang
yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor dalam suatu
kombinasi beban.

Kuat rencana : kuat nominal x faktor reduksi kekuatan


komponen struktur (f)

menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002, yang mana nilai f < 1.


Artinya kekuatan elemen struktur beton bertulang yang
digunakan pada perencanaan lebih kecil dari kemampuan
elemen itu yang sesungguhnya (kuat nominalnya)

Kuat rencana Kuat perlu

artinya :
fMn Mu
fVn Vu
fPn Pu

Portal bergoyang didefinisikan sebagai portal dimana tekuk


goyangan dicegah oleh portal itu sendiri.

Suatu portal dikatakan begoyang, jika :

# Beban yang tidak simetris yang bekerja pada portal yang


simetris atau tidak simetris.
# Beban simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau
tidak simetris.
Portal tak bergoyang ( braced frame ) Portal tak bergoyang
didefinisikan sebagai portal dimana tekuk goyangan dicegah oleh
elemen-elemen topangan struktur tersebut dan bukan oleh portal
itu sendiri.

Portal tak bergoyang mempunyai sifat :


1. Portal tersebut simetris dan bekerja beban simetris.
2. Portal yang mempunyai kaitan dengan kontruksi lain yang tidak
dapat bergoyang
Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang


karena menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit.
Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu
3S : strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung
bertingkat dapat dilakukan dengan computer berbasis elemen
hingga (finite element) dengan sofware yang telah umum
digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure
Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis Building
Systems).

Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis


kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas
cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang
berlaku. Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi
beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung
dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi
pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1,4DL
1,2DL + 1,6LL
1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY
0,9DL + 1EX + 0,3EY
0,9DL + 1EX - 0,3EY
0,9DL - 1EX + 0,3EY
0,9DL - 1EX - 0,3EY
0,9DL + 0,3EX + 1EY
0,9DL + 0,3EX - 1EY
0,9DL - 0,3EX + 1EY
0,9DL - 0,3EX - 1EY
Keterangan :
DL = Beban mati (Dead Load)
LL = Beban Hidup (Live Load)
EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)

Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan


yaitu:

1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary


Moment Resisting Frame (OMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang
masuk di zona gempa 1 dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa
rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-2847-
2002 pasal 3 sampai pasal 20.

2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau


Intermediate Moment Resisting Frame (IMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang
masuk di zona gempa 3 dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat
gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-
2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan
pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2

3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special


Moment Resisting Frame (SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang
masuk pada zona 5 dan 6 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan
tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building.

Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan


gedung adalah pengumpulan data proyek yang meliputi :
Data tanah dari hasil sondir dan boring,
Data bangunan,
Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar
struktur, gambar potongan, dan denah lantai,
Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat-
syarat)

También podría gustarte