Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Oleh
karena
itu,
dalam
tulisan
ini
akan
lebih
fokus
mendalami
peran
pemerintah
dalam
mewujudkan
salah
satu
komponenen
smart
city
yaitu
smart
governance.
Memberikan
pelayanan
publik
dan
meningkatkan
pertisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan
merupakan
salah
satu
tugas
pokok
pemerintah.
Dalam
konteks
smart
city
khususnya
smart
governance
,
kedua
tugas
tersebut
tidak
cukup
hanya
dilakukan
dengan
cara
konvensional,
tetapi
dibutuhkan
suatu
terobosan
baru
sehingga
pemerintah
dapat
menjalankan
perannya
dengan
lebih
baik,
mudah
dan
tepat
sasaran.
Konsep yang disebut sebagai kota pintar ini adalah sebuah konsep tatanan
kota cerdas berbasis pelayanan, bersifat transparan dan berperan dalam
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat dan tepat.
Dimana dalam hal ini kota memberikan pelayanan publik yang mudah diakses
tanpa terbatas lokasi dan waktu. Selain itu, konsep kota pintar ini juga memang
dihadirkan sebagai jawaban untuk pengelolaan sumber daya secara efisien.
Dukungan aplikasi yang terus berkembang serta terciptanya ekosistem kreatif di
bidang teknologi, merupakan langkah awal yang baik menuju kota pintar. Namun
pada kenyataannya smart city tidak hanya berkaitan dengan teknologi. Konsep ini
merupakan kombinasi antara teknologi baru dengan pola pikir cerdas tentang
penggunaan teknologi dalam sebuah organisasi. (Suhono et al, 2015 : 3).
Semarang adalah kota yang penuh dengan daya pikat, cuaca, panorama alam,
kuliner, ditambah masyarakatnya yang kreatif. Namun seiring dengan
perkembangan dan pertambahan penduduk, mulai timbul berbagai permasalahan
seperti penurunan kualitas pelayanan publik, kemacetan di jalan raya,
penumpukan sampah dan masalah-masalah sosial lainnya. Untuk menyelesaikan
masalah-masalah tersebut,
demokratis dan efesien dalam penggunaan sumber daya publik, lebih tanggap
serta lebih mampu menyusun kebijakan, program dan hukum yang menjamin hak
asasi dan keadilan sosial. Sejalan dengan harapan baru terhadap peran negara
lainnya, tidak apatis, serta tidak mementingkan dirinya sendiri. Adanya perubahan
di sisi pemerintah dan masyarakat seperti tersebut diatas, berarti hal ini
yaitu antara warga yang bertanggung jawab, aktif, dan memiliki kesadaran,
1Diakses
bersama pemerintah dengan pemerintah yang yang terbuka, tanggap, mau
rakyat demi terciptanya suatu sistem politik pemerintahan yang lebih berpihak
universal. Hal ini dapat pula menjadi faktor pendorong terwujudnya political
governance yang menghendaki bahwa berbagai proses pemerintahan baik itu dari
dan efisien untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat. Moral dan budaya yang
mendukung good governance adalah moral dan budaya yang tidak mentolerir
toleransi. 3
daerah atau local governance yang efektif, efisien, mandiri serta bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini didukung pula dengan diberlakunya UU
2Sumarto Hetifah SJ., Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance. Buku Obor. Jakarta :
2009. hlm.3
3Ibid hlm.86
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang akan memberikan
pelayanan kepada masyarakat (publik services) secara optimal dan tidak terlalu
pemerintahan sebelumnya.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa
masalah dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu
untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan
yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti
program sarjana (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
sansakerta, yaitu polis (negara kota) dan pur (kota). Dalam bahasa latin
menjadi politia (negara) dan dalam bahasa inggris disebut istilah policie,
rancangan-rancangan besar. 4
Saat ini cabang ilmu yang berkembang cukup pesat dan sejalan
diyakini sebagai salah satu kunci dasar bagi arti penting pembuatan
5 Abdul Badjuri dan Teguh Yuwono, Kebijakan Publik konsep dan strategi. Semarang :
Universitas Diponegoro, 2002. hlm. 2-3
tidak tepat sasaran sekaligus efektif.
2) Dibutuhkannya kemampuan yang mendalam bagi para pengambil
proyek. 6
hal penting yaitu kebijakan haruslah dilakukan oleh badan pemerintah dan
6 Edi Suharto. Analisis kebijakan publik : panduan praktis mengkaji masalah dan
kebijakan sosial. Alfabeta. Bandung : 2010. Hlm.1
pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang tertentu.7
menjadi tiga, yaitu : aktor publik, aktor privat dan aktor masyarakat. Aktor-
aktor tersebut mempunyai peran satu dengan yang lain di dalam proses
proses politik sehingga siklus kebijakan tidak terlepas dari isu-isu dan
proses dan ritme kebijakan agar dapat berjalan dengan baik. Tanpa adanya
beratkan pada penelitian kualitatif karena penulis mengutamakan kualitas data dan
bukan pada kekuatan data yang bersifat statistik. Desain kualitatif yang digunakan
lebih mengarah pada pendekatan naratif. Metode penelitian yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yang meliputi beberapa aspek yaitu
sebagai berikut :
1.7.2 Informan
keluasan dan kedalaman data yang di peroleh dari beberapa informan yang ditunjuk.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
mengarah pada cakupan, kekhasan dan kedalaman informasi yang dianggap tahu dan
dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang kompeten dan dapat memberikan
Informan:
1) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
lewat internet.
pertanggungjawabkan kebenarannya.
3) Studi Pustaka
Yaitu dengan membaca buku, undang-undang, dan media
informasi yang lain yang ada hubunganya dengan maslah yang diteliti
tentang apa dan mengapa akan dianalisis. Analisis data kualitatif merupakan
disajikan.
6) Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Menarik kesimpulan atau verifikasi merupakan langkah terakhir