Está en la página 1de 2

Angka kematian ibu tahun 2010

Posted on July 11, 2011 by admin

Situasi dan Kondisi Kesehatan Reproduksi Perempuan


Kenyataan menunjukkan bahwa walaupun telah demikian banyaknya ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan global maupun nasional, tetapi angka
kematian ibu masih tetap tinggi yaitu 397/100.000 kelahiran hidup. (SKRT, DepKes,
2002).

Keberhasilan perlindungan dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dilihat


dari turun atau tidaknya Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu dilihat
pada kematian selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah persalinan,
terlepas dari lama dan letak kehamilan dari setiap penyebab yang berhubungan
dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan karena
kecelakaan. (WHO 1998).

Angka Kematian Ibu (AKI), merman Survei Kesehatan Rumah Tangga meningkat
dari 373 per 100. 000 kelahiran hidup pada tahun 1995 menjadi 396 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2001 (DepKes 2002). Angka terakhir memperlihatkan
307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003). Penurunan ini sangat lamban,
sementara target pada tahun 2010 adalah 125/100.000 kelahiran hidup atau
100/100.000 kelahiran hidup target goal MDGs. Ada tiga penyebab klasik kematian
ibu, yaitu perdarahan, keracunan kehamilan, dan infeksi.

Penyebab kematian berupa perdarahan di antaranya disebabkan oleh tindakan


aborsi yang tidak aman. Tindakan aborsi yang tidak aman ini memberikan
kontribusi dalam mempertinggi jumlah AKI. Menurut Direktur Jenderal Binkesmas
(Pembinaan Kesehatan Masyarakat) Departemen Kesehatan, bahwa kontribusi
aborsi terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu sebesar 50% dari jumlah AKI
(Kompas, Mei, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kesehatan
Perempuan (YKP) di 8 kota dari 8 provinsi, memperlihatkan sebanyak 87% tindakan
aborsi, dilakukan oleh ibu rumah tangga, dan lebih 50% oleh mereka yang
mempunyai anak lebih dari 2 orang (YKP, 2003). Penyebab kematian ini sebenarnya
dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care/ANC) yang
memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC
minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 90%, tetapi hanya 67% yang persalinannya
ditolong oleh tenaga kesehatan (Depkes, 2000). Selebihnya ditolong oleh tenaga
yang bukan tenaga profesional, seperti dukun yang terlatih terutama di daerah
pedesaan.

Pelayanan KB/Keluarga Berencana, belum memperlihatkan proporsi yang sama bagi


laki-laki maupun perempuan seperti diamanatkan dalam Pasal 12 Konvensi Wanita.
Data yang ada memperlihatkan bahwa laki-laki sedikit sekali kontribusinya sebagai
akseptor KB, hanya berkisar 3,4%, seperti terlihat di bawah.

Pemakaian alat KB di Indonesia (SDKI 2002-2003) adalah sebagai


berikut:
28,2% menggunakan pil
35,6% suntik
AKDR/IUD: 14,8%
Susuk: 11%
Tubektomi: 5,5%
Vasektomi 0,7% (KB laki-laki)
Kondom 2,7%
Metode kontrasepsi tradisional: 2,7%

Sumber Artikel
Bahan ajar tentang hak perempuan: UU no. 7 tahun 1984 Pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita

También podría gustarte