Está en la página 1de 19

AKUISISI DATA PEMETAAN DIGITAL

(Disusun untuk memenuhi tugas semester III Mata Kuliah Pemetaan Digital)

OLEH

Enggar Stefan Simamora 21110115140069

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788

e-mail : jurusan@geodesi.ft.undip.ac.id

2016
I.1 Pengertian Akuisisi
Sistem akuisisi data dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang
berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data, hingga
memprosesnya untuk menghasilkan data yang dikehendaki. Jenis serta metode
yang dipilih pada umumnya bertujuan untuk menyederhanakan setiap langkah
yang dilaksanakan pada keseluruhan proses. Suatu sistem akuisisi data pada
umumnya dibentuk sedemikian rupa sehingga sistem tersebut berfungsi untuk
mengambil , mengumpulkan dan menyimpan data dalam bentuk siap yang siap
untuk diproses lebih lanjut.

Jadi akuisisi di dalam bidang pemetaan adalah proses mengambil,


mengumpulkan dan menyiapkan data spasial, untuk tujuan pembuatan peta. Data
yang dimaksud ialah koordinat (x, y, z), beda tinggi, elevasi, skala, arah mata
angin, jarak, dll.

I.2 Akuisisi Data Pemetaan Digital


Survey Terrestris
Merupakan kegiatan survey dan pemetaan yang dilakukan secara langsung di
areal survey, baik itu di daratan maupun di perairan (hidrosurvey/bathymetri).
Survey terestrial memiliki keunggulan ketelitian informasi topografis yang
cenderung tinggi (detil situasi,ketinggian/kontur, batas wilayah, ukuran luas) dan
cocok untuk areal survey yang tidak terlalu luas (<2500ha) atau yang menuntut
informasi topografis yang teliti.
I.2.1 Survey Terestris
Merupakan kegiatan survey dan pemetaan yang dilakukan secara langsung
di areal survey, baik itu di daratan maupun di perairan (hidrosurvey/bathymetri).
Survey terestrial memiliki keunggulan ketelitian informasi topografis yang
cenderung tinggi (detil situasi, ketinggian/kontur, batas wilayah, ukuran luas) dan
cocok untuk areal survey yang tidak terlalu luas (<2500 ha) atau yang menuntut
informasi topografis yang teliti.
Alat yang digunakan :
Ilmu ukur tanah (pemetaan) biasanya menggunakan alat pengukuran
seperti pita ukur, Theodolite, Waterpass, kompas, EDM, dan bahkan alat terbaru
dan canggih yaitu GPS dan alat perpaduan antara theodolite dan EDM yang
bernama Total Station.

I.2.1.1 Pita Ukur


Pita ukur atau meteran merupakan sejenis pembaris lentur. Pita ukur terdiri
dari pada pita kain, pita plastik, atau logam dengan tanda ukuran memanjang
dengan unit metrik dan kadang kala dengan unit tambahan imperial. Meteran

1
merupakan alat ukur biasa. Kelenturannya dapat mengukur jarak yang besar
dibawa dengan mudah dalam poket atau saku.. Pada masa kini, meteran sering
digunakan karena ukuran yang kecil dan efisien (cth : pengukuran bidang tanah).

I.2.1.2 Theodolite
Theodolite adalah salah satu alat ukur pemetaan yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut
yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal
untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat
diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian
sangat tinggi (Farrington 1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan
dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut
memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat
ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan
efisien (Farrington 1997).

2
Prinsip kerja optis theodolite:

Pada theodolite terdapat 2 lensa atau 3 lensa yakni lensa objektif, lensa
focus dan lensa pembalik. Biasanya yang memiliki lensa pembalik adalah
theodolite dengan sistem digital.
Sinar cahaya masuk melalui line of collimation seperti pada gambar.
Cahaya akan masuk melalui lensa objektif, lalu ke lensa pembalik (jika
ada) dan terakhir ke lensa focus.
Setelah masuk ke lensa focus, cahaya akan terlihat di mata bersamaan
dengan diafragma.
Berikut adalah contoh beberapa diafragma yang ada pada beberapa
theodolite:

3
Setelah itu baru bisa terbaca batas atas, batas tengah dan batas bawah
untuk menentukan jarak atau ketinggian suatu benda yang dilihat dari
theodolite.

Penggunaan theodolite
Theodolit Digital
Theodolit terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan
bagian atas. Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu
tabung dan plat yang berbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu
rambu yang dimasukkan ke dalam tabung, dimana pada bagian bawah sumbu
ini adalah sumbu tegak atau sumbu pertama (S1). Di atas S1 diletakkan lagi
plat yang berbentuk lingkaran yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari
plat bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca
yang disebut nonius (N0). Suatu nivo diletakkan pada atas plat nonius untuk
membuat sumbu tegak lurus. Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau
sumbu kedua (S2), pada S2 diletakkan plat berbentuk lingkaran dan dilengkapi
skala untuk pembacaan skala lingkaran. Pada lingkaran tegak ini di tempatkan
kedua nonius pada penyangga S2.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran
mendatar dengan lingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut
berputar bila teropong diputar pada S1 dan lingkaran berguna untuk membaca
skala sudut mendatar. Sedangkan lingkaran berskala vertikal baru akan
berputar bila teropong diputar terhadap S2. Pembacaan ini digunakan untuk
mengetahui sudut miring.
Cara penggunaan theodolit digital :
1. Cara seting optis
a.Alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong
untuk centering optis.

4
b. Pengunci kaki statif dikendurkan, kaki statif ditancapkan ke
tanah dan dikunci atau di kencangkan lagi.
c. Gelembung nivo diatur berada tepat pada tengah lingkaran.
d. Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup
pengatur nivo.
e. Mengatur nivo tabung yang lain.
f. Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo
teropong.

2. Cara penggunaan alat


a. Memasukkan baterai ke dalam tempatnya kemudian melakukan
centering optis ke atas.
b. Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan.
c. Untuk membaca sudut mendatar, arahkan teropong pada titik yang
dikehendaki kemudian membaca pada display.
d. Untuk membaca sudut vertikal, teropong diarahkan secara vertikal dan
kemudian dibaca pada display.

Keterangan gambar theodolit digital ( DT 20 ES ) :


1. Nivo kotak
2. Klem pengunci

5
3. Penggerak halus
4. Tempat battery
5. Klem pengunci lingkaran horisontal
6. Penggerak halus lingkaran horisontal
7. Klem pengatur nivo tabung
8. Handle / pembawa
9. Lensa okuler
10. Klem pengatur fokus benang
11. Tombol ON / OFF
12. Nivo tabung
13. Display
14. Keyboard ( papan tombol )
15. Plat dasar

Theodolit 0 (T0)
Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital,
hanya pada alat ini pembacaan sudut azimuth dan sudut zenith dilakukan
secara manual. Theodolit 0 (T0) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas,
bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang
dimasukkan ke dalam tabung, di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi
lingkaran terdapat alat pembaca nonius. Bagian atas terdiri dari bagian
mendatar. Di atasnya terdapat teropong dilengkapi dengan sekrup-sekrup
pengatur fokus dan garis-garis bidik diagfragma.
Cara penggunaan theodolit 0 (T0) :
1. Alat dipasang di atas patok. Untuk mengetahui as pesawat
tepat di atas patok atau belum, digunakan pendulum dan diusahakan
ketelitiannya 3 mm. Jika alat belum tepat di atas patok, maka perlu digeser
sehingga pendulum tepat berada di atas patok.
2. Sebelum digunakan alat diatur sedemikian rupa sehingga alat berada dalam
posisi mendatar. Pengaturan dilakukan dengan bantuan sekrup pengatur

6
instrumen dan nivo kotak. Setelah dilakukan pengaturan dengan tepat, alat
dapat digunakan.

Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :


1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong
7. Penggerak halus teropong
8. Klem alhidade horisontal
9. Penggerak halus horisontal
10. Nivo kotak alhidade horisontal
11. Plat dasar instrumen
12. Nivo tabung alhidade horizontal.

I.2.1.3 Waterpass
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke
acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya. Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar,

7
perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat
berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar.

Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa,
terdapat tanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada
sasaran bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih
ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri
dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa
objektif, lensa okuler, dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat
menentukan berapa banya tanah yang dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi.

Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga memerlukan payung
untuk menutupi cahaya matahari.

Instrument water pass mempunyai beberapa bagian yaitu:


a) Bagian utama untuk pendataran.
Seperti halnya pada bagian sifat datar kekar bagian ini dibuat sama
terdiri atas tiga komponen yaitu:
Landasan kaki.
Peralatan untuk pengaturan.
Fribrarc.
b) Teropong
Sebagai suatu sifat dasar ungkit, maka teropong tidak digabungkan
dengan fribrarch secara kaku tetapi teropong tersebut disangga oleh suatu
pancang putar ditengah-tengahnya.

c) Nivo tabung.

8
Nivo tabung utama ditempatkan diatas atau pada sisi dari teropong
yang berfungsi. Nivo berfungsi untuk mengetahui apakah alat sudah dalam
keadaaan yang datar atau belum.

d) Sifat Dasar Otomatis.


Dalam alat ukur sifat datar otomatis,garis bidik didatarkan secara
otomatis (dalam batasan tertentu) dengan memakai suatu alat kompensator
optis yang tergantung pada suatu bandul yang dislipkan kedalam berkas
dari sinar melalui teropong.

e) Prinsip Dasar Dari Kompensator


Penempatan instrument dilapangan dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu:
instrument diletakan diantara dua titik yang kan diukur beda
tingginya.
Intrument diletakkan diantara dua titik yang dicari beda tingginya
dengan membidiknya kedua titikdan dihimpitnya.
Instrumen diletakkan diluar titik yang dihitunbg beda tingginya.

Pembacaan instrument water pass dapat dilakukan dengan cara berikut :


a) Bidik dan arahkan teropong secara kasar pada bak ukur yang didirikan
pertikal pada suatu titik (patok) yang telah ditentukan dengan
menggunakan garis bidik yang ada dalam alat.
b) Bila bayangan kabur perjelas dengan menggunakan sekrup atau memutar
lensa objektif (fokus) sedangkan benang silang perjelas denganmemutar
sekrup pengatur diafragma.
c) Himpitkan benang diafragma dengan sumbu bak ukur,dengan cara
mengatur sekrup diafragma dengan sektup penggerak halus.
d) lakukan pembacaan sebagai berikut :
Benang Atas (BA) = 850
Benang Bawah (BB) = 350
Benang Tengah (BT) = 600
e) Pembacaan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut : BA+BB = 2 BT , atau BA-BT = BT-BB
f) Untuk memadatkan jarak optis digunakan rumus :
Jarak optis = (BA BB)x 100 Sin2 sudut zenith/vertikal.
Dimana : BA = Benang atas
BB = Benang bawah
BT = Benang tengah

9
I.2.1.4 Total Station
Total station adalah instrument optis atau elektronik yang digunakan dalam
pemetaan dan konstruksi bangunan. Total station merupakan theodolit terintegrasi
dengan komponen pengukur jarak elektronik (EDM) untuk membaca jarak dan
kemiringan dari instrument ke titik tertentu. Total station juga digunakan dalam
situs arkeologi untuk mengukur kedalaman penggalian, dan oleh kepolisian
digunakan untuk investigasi tempat kejadian perkara.
Seperti halnya penggunaan theodolite yang mengasilkan data besaran
sudut horisontal ataupun vertikal hanya saja bedanya total station tidak serumit
theodolite yang masih menggunakan limbus, dikarenakan bacaannya sudah
terlihat dilayar dan pengesetannyapun hanya tinggal mengetik besaran
horisontalnya saja. Hal lainya mungkin kita sering mendengar benang atas,
benang tengah, dan benang bawah pada teodolite yang berguna untuk mencari
jarak optis, beda halnya dengan Total Station yang sudah dilengkapi dengan EDM
pengukur jarak, perbedaan yang lain terdapat pada record yang terdapat di Total
Station yang berguna merekam hasil pengukuran kita. Perbedaan yang sangat
menonjol adalah ketelitiannya. Penggunaan Total Station pada umumnya sama
dengan penggunaan pada Theodolite hanya saja kita perlu mengerti fungsi tombol
tombol tambahan dari Total Station tersebut yang setiap merk berbeda beda.

Tujuan penggunaan TS, antara lain :


1. Upaya mengurangi kesalahan (dari manusia) Contohnya adalah
kesalahan pembacaan dan kesalahan pencatatan data
2. Aksesibilitas ke sistem berbasis komputer
3. Mempercepat proses
4. Memberikan kemudahan (ringkas)

Adapun kendala atau kekurangannya antara lain :


1. Adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan
2. Ketergantungan akan kemampuan sumber daya manusia yang ada
3. Biayanya lebih mahal daripada alat konvensional biasa

Centring Alat TS
1. Dirikan statif di atas titik, ketinggian disesuaikan dengan pembidik atau
pengukur
2. Pasang TS di atas statif kemudian putar sekrup pengunci pada statif
3. Angkat dan gerakkan 2 kaki statif sambil melihat titik patok melalui
centering optik sampai benang centering mendekati titik patok
4. Apabila benang centering sudah mendekati titik patok, tancapkan kembali
2 kaki statif yang diangkat tadi
5. Atur nivo tabung dengan cara menaik-turunkan kaki statif

10
6. Setelah nivo tabung tepat ditengah, atur nivo kotak dengan memutar 3
sekrup A,B,C secara secara searah dan bersamaan sampai gelembung
udara nivo kotak tepat di tengah lingkaran
7. Kemudian, cek kembali apakah benang centering optik masih tepat berada
di atas titik patok. Apabila tidak tepat lagi, longgarkan sekrup pengunci
theodolit dan gerakkan theodolit secara perlahan sambil melihat pada
centering optik sampai benang centering optik benar-benar tepat berada di
atas titik patok. Bila sudah tepat kencangkan kembali sekrup pengunci
theodolit

I.2.1.5 Global Positioning System (GPS)

11
Sistem Pemosisi Global (Global Positioning System (GPS)) adalah sistem
untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan
(synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang
mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat

penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah,


dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara lain GLONASS Rusia, Galileo
Uni Eropa, IRNSS India.
GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL
(Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak
posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking
memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat
sebuah objek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital.

I.2.1.6 GPS Geodetik

GPS ini adalah GPS yang paling canggih, mempunyai akurasi satuan
millimeter, dan biasa digunakan dalam bidang survey pemetaan.

GPS Geodetik adalah alat ukur GPS dengan mengunakan satellite dimana
Akurasi yang sangat tinggi serta ketelitian yang dihasilkan sangat akutrat, alat ini
dapat digunakan dalam pengukuran lahan, seperti Hutan, perkebunan, dengan
akurasi sampai 5-10mm.

12
GPS Geodetic adalah GPS yang mempunyai kemampuan untuk
menangkap signal L1, L2, atau GNSS. GPS Geodetic mempunyai kemampuan
untuk merekam Raw data, yang secara umum mempunyai Format RINEX. GPS
ini mempunyai ketelitian lebih tinggi dari GPS Navigasi. Beda dengan GPS
Navigasi, untuk GPS Geodetic minimal untuk mendapatkan ketelitian tinggi harus
menggunakan dua alat waktu pengukuran. Jadi satu set GPS Geodetic terdiri dari
dua alat, sebagai base station dan sebagai rover.

I.2.2 Survey Tidak Langsung Remote Sensing

Penginderaan Jauh atau Remote Sensing adalah Pengambilan atau


pengukuran data /informasi mengenai sifat dari sebuah fenomena,obyek atau
benda dengan menggunakan sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung
dengan bahan study.
Survey tidak langsung lebih cocok diaplikasikan untuk areal survey yang
luas, dengan menggunakan informasi dari hasil penginderaan jauh (remote
sensing) seperti citra satelit, foto udara, atau medium format photo. Survey seperti
ini sangat efisien menggali informasi yang sifatnya global, tapi tidak menutup
kemungkinan untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi juga, misalnya dengan
menggunakan citra satelit (quikcbird & Ikonos) yang dikontrol dengan
BenchMark di areal survey, akan menghasilkan peta situasi yang cukup teliti. Dari
survey tidak langsung ini, dapat diperoleh hasil yang merupakan sebuah peta garis
seperti hasil survey teristris
Untuk ketelitiannya sangat bergantung pada peralatan dan data awal yang tersedia,
faktor SDM juga menentukan pastinya.

13
Komponen Penginderaan Jauh :

I.2.2.1 Sumber Tenaga

Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :

Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari


Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti
gelombang mikro

Jumlah tenaga yang diterima oleh objek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Waktu penyinaran

Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang
hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang
diterima objek, makin cerah warna objek tersebut

2. Bentuk Permukaan Bumi

Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada
permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan
permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah
bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas

3.Keaadan Cuaca

Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga


dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut
menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.

I.2.2.2 Atmosfer

Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2,
nitrogen, hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam
atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi
elektromagnetik.

14
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum
elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi
penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi
cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai
permukaan bumi.

I.2.2.3 Interaksi antara tenaga dan objek

Interaksi antara tenaga dan objek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan
oleh foto udara. Tiap-tiap objek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam
memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang mempunyai daya
pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan objek yang daya pantulnya
rendah akan terlihat gelap pada citra. Contoh: Permukaan puncak gunung yang
tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah,
daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.

15
I.2.2.4 Sensor dan Wahana

Sensor

Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat


maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua :

1. Sensor fotografik, merekam objek melalui proses kimiawi. Sensor ini


menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan
citra foto (foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan
citra satelit (foto satelit)

2. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal


elektrik ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat
diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan

komputer. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra.

16
Wahana

Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna


mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat
pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:

1. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya


antara 1.000 9.000 meter di atas permukaan bumi

2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih


dari 18.000 meter di atas permukaan bumi

3. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km 900 km di luar

atmosfer bumi.

17
I.2.2.5 Perolehan Data

Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :

Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna


melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu
bernama stereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek
dalam bentuk tiga dimensi.

Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus


penginderaan jauh yang diterapkan pada komputer.

DAFTAR PUSTAKA
1) https://belajar.kemdikbud.go.id/file_storage/modul_online/MO_124/Image
/geo104_03.gif
2) http://image.slidesharecdn.com/penginderaanjauh-121022214609-
phpapp01/95/penginderaan-jauh-4-638.jpg?cb=1350942554
3) http://image.slidesharecdn.com/penginderaanjauh-121022214609-
phpapp01/95/penginderaan-jauh-3-638.jpg?cb=1350942554
4) http://image.slidesharecdn.com/penginderaanjauh-121022214609-
phpapp01/95/penginderaan-jauh-5-638.jpg?cb=1350942554
5) http://teknologisurvey.com/gps/gps-geodetik
6) https://id.wikipedia.org/wiki/Penginderaan_jauh
7) http://cakitpit.blogspot.nl/2012/11/alat-ukur-total-station.html
8) http://joinsurveynusa.blogspot.nl/2014/07/total-station.html
9) https://www.academia.edu/7655084/PENGENALAN_waterpass
10) http://faniberpikir.blogspot.nl/2010/04/pengertian-sistem-akuisisi-
perkembangan.html
11) https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwiiqe__yJvQ
AhVKo48KHc3VAwsQFggiMAE&url=http%3A%2F
%2Finformatika.unsyiah.ac.id%2Flabgis%2Fberkasupload
%2FGIS_Session_03.pdf&usg=AFQjCNGC3lTjvsfoY_09hq8RX9WcJ5h
Npw&sig2=WUKJmbTCRfu8v6qEWZzKLw&cad=rja

18

También podría gustarte