Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagian-
bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian ini
disebut komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki
komponen-komponen yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk
mencapai tujuan itu.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas kami ingin memperjelas dengan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja komponen Pengembangan kurikulum ?
2. Bagaimana Keterkaitan antara Komponen Kurikulum?
3. Bagaimana Pengembangan Kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANG KURIKULUM
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagian-
bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian ini
disebut komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki
komponen pokok dan komponen penunujang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka
dukungannya untuk mencapai tujuan itu. Kurikulum adalah sebuah sistem, Sistem adalah suatu
kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait dalam proses
atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu
tujuan. Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah
komponen yasng terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki
sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk
mencapai tujuan.1[1]
Menurut Tabrani Rusyan komponen kurikulum terdiri dari 3 komponen yaitu : (1)
Komponen Tujuan, (2) Komponen Struktur Program, (3) Komponen Strategi Pelasanaan.2[2]
Sedangan Menurut S. Nasution komponen Kurikulum yaitu (1) Tujuan pelajaran, umum
dan spesifik, (2) Bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3) Strategi belajar-mengajar serta
kegiatan-kegiatannya, (4) Sistem Evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.3[3]
Lain halnya dengan Ralph W.Tyler sebagaimana dikutip S.Nasution, mengajukan 4 pertanyaan
pokok, yakni : (1) Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?, (2) Bagaimanakah memilih bahan
1. KOMPONEN TUJUAN
Tujuan pendidikan memegang peranan peting dalam pendidikan, sebab tujuan akan
memberikan arah bagi segala kegiatan pendidikan. Dalam penyusunan kurikulum , perumusan
tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen lainnya. Tujuan pendidikan
suatu negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau filsafat
negara. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan negara,
yakni membentuk manusia seutuhnya berdasarkan UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila
sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia.5[5]
b) Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan,
berupa kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
kejuruan, dan pendidikan tinggi.
Bagi SMA misalnya tujuan institusional umum ialah agar lulusannya :
- Menjamin warga negara yang baik sebagai manusia yang u tuh sehat, kuat lahir batin.
- Menguasai hasil-hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di Sekolah
Menengah Umum tingkat Pertama.
- Memiliki bekal untuk melanjutan studinya ke lembaga pendidikan yang lebih tinggin dengan
menempuh: (1) program umum yang sama bagi semua siswa, (2) Program pilihan bagi mereka
yang mempersiapkan dirinya untuk studi di lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
c) Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler ialah tujuan yang diemban dan harus dicapai oleh setiap bidang studi pada
lembaga pendidikan tertentu. Artinya kualifikasi atau kemampuan yang harus dicapai oleh setiap
siswa setelah ia menyelesaikan program bidang studi yang bersangkutan.9[9]
d) Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang paling rendah tingkatannya sebab yang langsung
berhubungan dengan anak didik. Tujuan instruksional berkenaan dengan tujuan setiap
pertemuan. Artinya, kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah ia
menyelesaikan pengalaman belajar suatu pertemuan. Tujuan instruksional di bedakan ke dalam
dua jenis yakni tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
Perbedaan TIU dan TIK terdapat dalam hal perumusannya, TIU dirumuskan dengan kata-kata
tingkah laku yang bersifat umum, sedangkan TIK menggunakan kata-kata yang tingkah laku
yang bersifat khusus, artinya dapat diukur setelah pelajaran itu selesai.10[10]
Contoh Tujuan Instruksional :
Bidang Studi : Ilmu pengetahuan sosial
Mata Pelajaran : Ekonomi dan koperasi
Topik : Produksi nasional dan pendapatan Nasional
Kelas : I (Satu)
Semester : I (pertama)
Waktu : 3x45 menit
Tujuan Instruksional
8[8] Ibid...,hal 38
10[10] Ibid....,hal 6
I. Tujuan Istruksional Umum
Agar siswa menegetahui serta memahami Produksi Nasional dan Pendapatan Nasional.
II. Tujuan Instruksional Khusus
a. Agar Siswa dapat menjelaskan perbedaan dan persamaan antara produksi Nasional dan
Pendapatan Nasional.
b. Agar siswa dapat menyebutkan unsur dari produksi Nasional dan Pendapatan Nasional.
c. Agar siswa dapat menghitung Pendapatan Nasional.
d. Agar siswa dapat menyebutkan kegunaan pengetahuan besarnya pendapatan Nasional.
e. Agar siswa dapat mengukur tingkat kemakmuran suatu negara.
f. Agar siswa dapat menyebutkan akibat dari pendapatan Nasional yang
konstan dari tahun ke tahun.
(Dari: Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) 1975. Pedoman pelaksanaan Kurikulum,
Buku: III.A.2, Model Satuan Pelajaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, PN Balai
Pustaka, Jakarta,1976, h.156) yang dikutip oleh S.Nasution.11[11]
a. Pendidikan Umum.
Pendidikan umum ialah program pendidikan yang bertujuan membina siswa agar menjadi
warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini adalah wajib diikuti oleh setiap siswa pada
semua lembaga pendidikan dan tingkatannya. Bidang studi-bidang studi yang termasuk dalam
kelompok pendidikan umum misalnya pendidikan Agama. PMP, Olah raga kesehatan, Kesenian
dan Bahasa Indonesia.
b. Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik adalah program pendidikan yang bertujuan untuk mencapai
pembinaan intelektual sehingga diharapkan memperoleh kualifikasi pengetahuan yang
fungsional menuntut disiplin ilmu masing-masing. Tujuannya ialah untuk memberi bekal kepada
lulusan agar dapat melanjutkan studi ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi. Sifat pendidikan
c. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan mempersiapkan siswa untuk menyandang keahlian
pekerjaan tertentu, sesuai dengan jenis pendidikan yang ditempuhnya. Pendidikan kejuruan ini
lazimnya terdapat pada sekolah-sekolah kejuruan, bukan pada sekolah umum (SMP dan SMA).
Misalnya untuk SMEA kelompok bidang studi ekonomi, untuk STM sekelompok bidang-bidang
studi teknik, dan lain sebagainya.
Kadar bobot setiap struktur program di atas untuk setiap lembaga pendidikan
tentu tidak sama, baik dalam hal jumlah jam maupun jumlah bidang studinya.12[12]
3. KOMPONEN STRATEGI
Komponen ketiga dari kurikulum ialah penetapan strategi pelaksanaan kurikulum. Komponen ini
tidak lain ialah pengaturan pelaksanaan kurikulum yang terdiri atas :
a. Sistem penyampaian/proses belajar mengajar.
b. Penilaian hasil belajar.
c. Bimbingan dan layanan.
d. Administrasi dan Supervisi pendidikan.
Penyampaian keempat komponen diatas diarahkan agar kurikulum dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Tanpa adanya strategi yang tepat, tak mungkin kurikulum terlaksana dengan
baik, sebab :
a) Sistem penyampaian/proses belajar mengajar ialah penetapan sistem belajar yang efektif dan
berdayaguna. Dalam kurikulum yang berlaku ditetapkan bahwa sistem penyampaian pelajaran
harus menggunakan prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI) dan satuan pelajaran
(Stapel).
b) Penilaian sebagai strategi pelaksanaan kurikulum artinya penetapan pola-pola dan cara-cara
yang betul-betul memadai sebagai alat ukur keberhasilan pengajaran.
Melalui penilaian formatif dan sumatif, diharapkan hasil-hasil yang diperoleh dapat diakui secara
obyektif dan komprehensif. Penilaian adalah tolak ukur proses belajar mengajar.
4. KOMPONEN EVALUASI
Untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum, maka
diperlukan evaluasi. Mengingat komponen evaluasi ini sangat berhubungan erat dengan semua
18 [18] http://anisroiyatunisa.blogspot.com/2013/02/komponen-komponen-
pengembangan-kurikulum.html.Diakses pada tanggal 13 oktober 2014 jam 15.20
wib
Keempat komponen itu saling berhubungan. Setiap komponen berkaitan erat dengan
komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang akan dipelajari, bagaimana proses
belajarnya dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi komponen
lainnya. Pada saat dipentingkannya evaluasi dalam bentuk ujian, misalnya UN, SBMPTN, maka
timbul kecenderungan untuk menjadikan bahan ujian sebagai tujuan kurikulum, proses belajar
mengajar cenderung mengutamakan latihan dan hafalan.19[19]
Bila salah satu komponen berubah, misalnya ditonjolkanya tujuan yang baru, atau cara
penilaian, maka semua komponen lainnya turut mengalami perubahan. Kalau tujuannya jelas,
maka bahan pelajaran, PBM, maupun evaluasi pun lebih jelas.20[20]
Masing-masing komponen tersebut berkaitan erat, saling menunjang, dan merupakan
kesatuan yang tak dapat lepas satu dengan lainnya. Apabila satu komponen saja memiliki
kelemahan, maka akan berpengaruh dan menjadi lemah pula komponen-komponen lainnya, yang
pada akhirnya akan menyebabkan lemahnya kurikulum itu. Komponen tujuan misalnya, yang
diantaranya memuat berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki lulusannya, harus
ditunjang oleh kesesuaian materi (bahan) pelajaran, proses Belajar Mengajar (PBM), dan
evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan tujuan tersebut.21[21]
B. PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum secara menyeluruh tak mungkin dipisahkan dari
perkembangan sistem pendidikan nasional dalam urutan waktu. Dari studi pengembangan
20[20] Ibid.
a. Prinsip Relevansi.
Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi
internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-
komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk
melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukan keutuhan suatu kurikulum.23[23]
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar
siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ada tiga
macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:
pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya, bahwa proses
pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan
sekitar siswa.
Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan
datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang.
Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada
waktu yang akan datang.
Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan
disekolah harus mampu memenuhi dunia dunia kerja.24[24]
b. Prinsip Fleksibilitas.
24[24] Ibid
Prinsip Fleksibilitas memiliki dua sisi: (1) Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum
harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai
dengan kondisi yang ada. (2) fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan
berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minta siswa.25[25]
c. Prinsip Kontiunitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari
suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi telah diberikan dan dikuasai oleh siswa
pada waktu mereka berada pada jenjang sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya
untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang
memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan
siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.Untuk menjaga agar
prinsip kontiunitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama antara pengembang kurikulum pada
setiap jenjang pendidikan, misalkan para pengembang kurikulum pada jenjang sekolah dasar,
jenjang SLTP, SLTA dan bahkan dengan para pengembang di perguruan tinggi.26[26]
d. Efektifitas.
Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan
dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu
pengembangan kurikulum. (1) efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam
melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. (2) Efektivitas kegiatan
siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan
keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. 27[27]
27[27] Ibid
e. Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang
dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan tingkat efisiensi yang tinggi
apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas. Dapat memperoleh hasil
yang maksimak. Betapapun bagus dan idealnya suatu
kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang sangat khusus, serta mahal
pula harganya, maka kurikulum itu btidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum
harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan.28[28]
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
komponen pengembangan kurikulum terdiri dari 4 komponen, yaitu :
a) Komponen Tujuan
b) Komponen Struktur Program dan Materi
c) Komponen Strategi
d) Dan komponen Evaluasi.
Masing-masing komponen tersebut berkaitan erat, saling menunjang, dan merupakan
kesatuan yang tak dapat lepas satu dengan lainnya. Apabila satu komponen saja memiliki
kelemahan, maka akan berpengaruh dan menjadi lemah pula komponen-komponen lainnya, yang
pada akhirnya akan menyebabkan lemahnya kurikulum itu. Komponen tujuan misalnya, yang
diantaranya memuat berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki lulusannya, harus
ditunjang oleh kesesuaian materi (bahan) pelajaran, proses Belajar Mengajar (PBM), dan
evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010.
Nasution S,Kurikulum Dan Pengajaran,Jakarta:Bima Aksara,1989.
Nasution S.Asas-Asas Kurikulum,Jakarta:Bumi Aksara,1994.
Malik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum,Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2010.
Syarif, Hamid.Pengembangan kurikulum. Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1993.
Rusyan, Tabrani. Strategi Penerapan Kurikulum Di Sekolah, Jakarta:Bina Mulia.1989.
Sanjaya Wina, Kurikulum Pembelajaran,Jakarta:Kencana,2008.
http://anisroiyatunisa.blogspot.com/2013/02/komponen-komponen pengembangan- kurikulum
.html.Diakses pada tanggal 13 oktober 2014 jam 15.20 wib