Está en la página 1de 10

ANCAMAN RADIKALISME

TERHADAP NKRI
OLEH ADMIN / SHW 9 1437 / BANTAH RADIKALISME
Ancaman terorisme radikalisme terus mengintai. Di Indonesia, terorisme radikalisme
bisa muncul dilatari pemahaman:
1. Khawarij
Para teroris yang menganut pemahaman ini di antaranya ISIS, al Qaidah, Jamaah
Islamiyah, dan yang sejenis.
2. Syiah Rafidhah
Keterlibatan kaum Syiah Rafidhah bisa ditelusuri dari dukungan Iran terhadap kaum
pemberontak Hutsi di Yaman.
Iran melakukan pelatihan terhadap para teroris di Bahrain bekerja sama dengan
organisasi teroris Hizbullah, Lebanon.
3. Komunisme
Doktrin komunisme mengarahkan penganutnya untuk bersikap militan. Berani
memberontak terhadap penguasa dan menghalalkan segala cara. Di antaranya,
menggunakan aksi teror radikal dalam memperjuangkan merebut kekuasaan.
4. Separatisme
Di Indonesia separatisme seringkali melakukan aksi teror dan radikal kepada penduduk
yang setia dengan NKRI. Separatisme dahulu muncul di Aceh dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Gerakan separatisme lainnya, seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM)
di Papua dan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.
5. Liberalisme
Kaum liberal berkontribusi terhadap aksi terorisme radikalisme dengan membuka katup-
katup kebebasan dan demokrasi. Ketika semua orang memiliki kebebasan dalam alam
demokrasi, maka semua orang bebas menganut dan menyebarkan pemahaman yang
diyakininya. Termasuk pemahaman terorisme radikalisme (seperti Khawarij dan Syiah
Rafidhah) sekalipun. Liberalisme dan demokratisme merupakan media penyubur
perkembangbiakan embrio radikalisme terorisme dari berbagai paham.
Di sisi lain, apabila dihembuskan ke tengah kaum muslimin, liberalisme akan merusak
cara pandang terhadap Islam. Ketika cara pandang terhadap Islam ditaburi pola pikir
liberal, maka bisa melemahkan kekuatan kaum muslimin. Kaum muslimin bisa terpecah-
belah dan tidak menampakkan sikap yang satu.
Mencermati fenomena di atas, kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Hanya dengan
kembali kepada Islam dengan pemahaman yang benar, sebagaimana yang diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan dijalankan oleh para sahabat
radhiyallahu anhum , niscaya bangsa ini akan tetap terjaga dengan izin Allah Taala.
Kata al-Imam Malik rahimahullah,

Tidak akan menjadi baik akhir umat ini kecuali dengan apa yang telah menjadikan baik
(umat) di awalnya dahulu.
Allahu alam.
dari Majalah asy-Syariah edisi khusus : AWAS! KOMUNISME BANGKIT KEMBALI | PKI
Organisasi Teroris | al-Ustadz Abufaruq Ayip Syafruddin | hlm 34
Makalah Gerakan Separatisme Dalam Perspektif Pancasila sebagai Ideologi Negara
Fakultas Hukum Antariksa Muhammad 00:02 Latar Belakang Pancasila merupakan refleksi
jiwa seluruh rakyat Indonesia, falsafah serta ideologi bangsa yang telah dilegitimasi sebagai
dasar negara, namun saat ini mengalami berbagai interpretasi sesuai dengan berbagai
kepentingan yang tidak lagi sejalan dengan pandangan dan pedoman hidup bangsa
Indonesia yang tercermin pada tujuan nasional pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
makna bahwa segenap bangsa Indonesia merupakan warga negara Indonesia yang berhak
mendapat perlindungan dan seluruh tumpah darah Indonesia berarti seluruh wilayah
Indonesia yang harus kita jaga keutuhannya. Karena Pancasila yang berperan sebagai
ideologi bangsa dan juga sebagai alat pemersatu yang menjunjung tinggi kemanusiaan,
keadilan, persatuan, kesatuan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan. Pancasila
mengajarkan agar kita memiliki wawasan Nusantara yang artinya cara pandang bangsa
Indonesia terhadap diri dan lingkungannya yang kini berganti zaman kian memudar karena
banyak rakyat yang sudah tidak bisa memaknai secara mendalam apa itu wawasan
Nusantara. Pada masa sekarang terjadi banyak kegagalan dari penerapan Pancasila salah
satunya adalah adanya gerakan separatisme di Papua yang mengancam kedaulatan NKRI.
Hal ini menyangkut masalah tidak terlaksananya kelima sila Pancasila. 1) Secara
keseluruhan luas Provinsi Papua adalah 934,4 km. Secara geografis, Provinsi Papua pada
daerah barat berbatasan langsung dengan Provinsi Papua Barat, disebelah timur dengan
Papua Nugini, di utara dengan Samudra Pasifik, sedangkan di selatan dengan Laut Arafuru.
Dalam aspek fisiografi Provinsi Papua terdiri dari dataran rendah yang memanjang dari
Sarmi kearah Danau Sentani, dan pada bagian selatan Papua adalah berupa dataran
rendah. Sedangkan pada bagian tengah Provinsi Papua memiliki pegunungan tengah yang
menjulang tinggi yaitu Pegunungan Jaya Wijaya dan Pegunungan Sudirman[]. Bukan hal
yang baru lagi tanah Papua merupakan tanah konflik. Di tengah situasi konflik inilah para
pemimpin penganut agama Kristen, Katolik, Islam, Hindu, dan Budha Provinsi Papua
melancarkan kampanye perdamaian yang terkenal dengan moto Papua Tanah Damai.
Para pimpinan agama bertekad mewujudkan Papua Tanah Damai (PTD) sebagai suatu visi
bersama dari masa depan tanah Papua yang wajib diperjuangkan dengan semangat juang
yang tinggi oleh setiap orang yang hidup di tanah Papua, sekalipun diakui oleh hampir
setiap individu di dunia bahwa damai merupakan hasrat terdalam nurani manusia. 1) Papua
yang terletak di wilayah paling timur Nusantara masuk dalam NKRI pada tanggal 19
November 1969 melalui resolusi PBB No. 2504[]. Hal tersebut juga sekaligus menjadi dasar
pengakuan atas integrasi Papua dengan NKRI menurut hukum Internasional. Akan tetapi,
ketika menjadi bagian NKRI sebagian penduduk Papua merasa kurang puas karena secara
fakta mereka masih marginal dan miskin. Ketidakpuasan secara ekonomis tersebut menjadi
salah satu faktor munculnya semangat untuk memerdekakan diri. Padahal Papua memiliki
luas 4 kali lebih besar dari Pulau Jawa yang seharusnya menyimpan potensi akan kekayaan
sumber daya alam yang melimpah. Secara korelasi, seharusnya sumber daya alam tersebut
dapat membuat rakyat Papua tidak berada dibawah garis kemiskinan dan mampu membuat
rakyat Papua sejahtera. Hingga sekarang kondisi kemiskinan tersebut tampak pada
terisolirnya sebagian besar penduduk Papua yang tempat tinggalnya relatif jauh dan tidak
memiliki sarana transportasi yang memadai ke pusat pelayanan ekonomi, kesehatan,
pendidikan, pemerintahan dan pelayanan sosial. Namun kini bangsa Indonesia sedang
menghadapi ujian yang cukup berat berkenaan dengan kelangsungan NKRI. Maraknya
gerakan separatisme yang mengancam kedaulatan menjadi pemicu masalah kesenjangan
sosial, kurangnya kesejahteraan, keamanan, dan timbulmya paham rasisme. Menghadapi
situasi dan kondisi demikian, kita harus memiliki satu visi. Baik para pemimpin
pemerintahan, sipil maupun militer, dan juga para elit politik, bahkan tokoh masyarakat,
tokoh agama dan tokoh partai turut berperan serta aktif dalam mewujudkan visi bersama
tersebut. Penyamaan visi memang penting untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang
dapat menimbulkan permusuhan. Karena tidak ada satu pun negara di dunia toleran
terhadap aspirasi rakyat di sebagian wilayah teritorial yang berniat mengembangkan wacana
dan berkeinginan memisahkan diri akibat dari ketidakpuasan yang mendasar terhadap
keadilan sosial, keseimbangan pembangunan, dan pemerataan di bidang Pembangunan
nasional yang diharapkan dapat menghasilkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat. Sehingga dapat dijadikan sebagai landasan kokoh dalam upaya mencapai
masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, damai dan sejahtera yang berlandaskan
Pancasila, tetapi pada kenyataannya belum terwujud, karena Pancasila sebagai ideologi
negara yang lahir dari ide-ide bangsa semakin terkikis oleh ideologi asing. Oleh karena itu,
diharapkan setiap warga negara harus dapat mengendalikan sikap buruk yang ada pada
setiap manusia dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia
dapat terhindar dari semua situasi dan kondisi bernuansa konflik yang dapat mengakibatkan
disintegrasi bangsa. Pembahasan Hakikat Pancasila: 2.1 HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA Hakikat pancasila sebagai Ideologi Bangsa Pancasila
selalu merupakan satu kesatuan, sila yang satu tidak bisa dipisah-pisahkan dari sila yang
lainnya. Keseluruhan sila di dalam merupakan suatu kesatuan organis atau suatu kesatuan
keseluruhan yang bulat. Adapun susunan sila-sila Pancasila adalah sistematis-hierarkhis,
artinya kelima sila Pancasila itu menunjukan suatu rangkaian urut-urutan yang bertingkat
(hierarkhis). Tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan
kesatuan itu. Sehingga tidak dapat digeser-geser atau dibalik-balik. Sekalipun sila-sila di
dalam Pancasila itu merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dilepas-pisahkan satu dari
yang lainya, namun dalam hal memahami hakekat pengertiannya sangatlah diperlukan
uraian sila demi sila. B.Hakekat Pengertian Pancasila 1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang
Maha Esa. Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Alloh, pencipta segala yang ada dan
semua makhluk. Atas keyakinan yang demikianlah, maka Negara Indonesia memberikan
jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Dengan kata lain di dalam Negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh
ada paham yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (atheisme). Sebagai sila pertama
Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa
Indonesia, menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil
dan beradab. 2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab Kemanusiaan berasal
dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi pikir, rasa, karya dan cipta.
Kemanusiaan terutama bersifat manusia yang merupakan esensi dan identitas manusia
karena martabat kemanusiaannya. Adil terutama mengandung arti, bahwa suatu keputusan
dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, jadi tidak subjektif apalagi
sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya, jadi beradab arti
kebudayaan. Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan manusia didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama
manusia maupun terhadap alam dan hewan. Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan
baradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat dan hakikat
manusia yang berbudi, sadar nilai, dan berbudaya. 3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah belah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kesatuan. 1) Pertama, makna geografis, yang berarti sebagian bumi yang membentang dari
9501410 Bujur Timur dan dari 60 Lintang Utara sampai 110 Lintang Selatan[]. Kedua,
makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah tersebut.
Indonesia dalam sila III ini ialah Indonesia dalam pengertian bangsa. Jadi Persatuan
Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. 4. Sila
Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Kerakyatan berasal dari kata Rakyat, yang berarti
sekelompok manusia yang berdiam di suatu wilayah tertentu. Hikmat kebijaksanaan berarti
penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
untuk merumuskan dan atau memutuskan suatu hal yang berdasarkan kehendak rakyat,
hingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan
adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara. Antara lain dilakukan dengan melalui
badan-badan perwakilan. Jadi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya
melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah
yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan
Yang Maha Esa maupun kepada rakyat dan wakilnya. 5. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
disegala bidang kehidupan, baik materil maupun spirituil. Seluruh rakyat Indonesia berarti
setiap orang yang menjadi Rakyat Indonesia, baik yang berdiam diwilayah kekuasaan
Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang berada diluar negeri. Jadi,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang Indonesia
mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Sesuai dengan UUD 1945 makna keadilan sosial mencakup pula pengertian
adil dan makmur. Sila keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,
merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata-
masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila. C. Penghayatan Pancasila Penghayatan
Pancasila secara pokok dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Falsafah Pancasila yang
abstrak tercermin dalam pembukaan UUD 1945. 2. Pancasila yang dirumuskan dalam
pembukaan 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh dan tersusun secara teratur
(sistematis dan bertingkat (hierarkhis)). Sila yang satu menjiwai dan meliputi sila yang
lainnya secara bertingkat. 3. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam pokok-pokok yang terkandung
dalam pembukaan UUD 45. 4. Berdasarkan penjelasan Otentik UUD 1945. 5. Berhubung
dengan itu kesatuan Tafsir Sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan
pembukaan dan berdasarkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. 6. Nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia yang belum tertampung dalam pembukaan UUD
1945 perlu diselidiki untuk memperkuat dan memperkaya nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. 7. Penafsiran Sila-sila
Pancasila 2.2 Pengertian Gerakan Separatis Separatis atau lebih dikenal dengan gerakan
separatisme merupakan suatu gerkan yang bertujuan untuk mendapatkan kedaulatan dan
memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran
nasional yang tajam) dari satu sama lain, gerakan ini muncul dari berbagai aspek kehidupan
dalam kehidupan manusia. Salah satu gerakan separatisme yang cukup berpengaruh di
Indonesia adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) . Organisasi ini memiliki basis
pergerakan di Papua, organisasi ini sudah banyak melakukan gerakan aktif yang sudah
banyak memakan korban. 1) Organisasi Papua Meredeka (OPM) adalah sebuah organisasi
yang dibentuk pada tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan
yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama
Irian Jaya. Memisahkan diri pada Indonesia dan menolak pembangunan ekonomi dan
modernitas. Menurut tokoh Papu Nicholas Jouwe, organisasi Papua Meredeka dibentuk
pada 1965 pada saat pecahnya peristiwa gerakan G30S oleh para serdadu Belanda di
Papua dengan tujuan untuk memusuhi Republik Indonesia dan mengganggu keamanan di
wilayah Paling Timur dan paling baru wilayah Indonesia. Organisasi ini sempat
mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Khadafi dan pelatihan dari
grup gerilya New People Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris
asing oleh departmen keamanan nasional Amerika Serikat. [] Organisasi ini dianggap
tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat Provinsi dapat dituduh
sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha
mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan
sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera
bintang kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan: Hai tanah ku
Papua dan lambang nasional. Selama Perang Dunia II, Hindia Belanda (kelak menjadi
Indonesia) dipandu oleh Soekarno untuk menyuplai minyak demi upaya perang Jepang dan
langsung menyatakan merdeka dengan nama Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Nugini Belanda (Nugini Barat) dan Australia yang menjalankan pemerintahan di teritori
Papua dan Nugini Britania menolak penjajahan Jepang dan menjadi sekutu pasukan
Amerika Serikat dan Australia sepanjang Perang Pasifik. Hubungan Belanda dan Nugini
Belanda sebelum perang berakhir dengan diangkatnya warga sipil Papua ke pemerintahan
sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan tahun 1963. Meski sudah ada perjanjian antara
Australia dan Belanda tahun 1957 bahwa teritori milik mereka lebih baik bersatu dan
merdeka, ketiadaan pembangunan di teritori Australia dan kepentingan Amerika Serikat
membuat dua wilayah ini berpisah. OPM didirikan bulan Desember 1963 dengan
pengumuman, "Kami tidak mau kehidupan modern! Kami menolak pembangunan apapun:
rombongan pemuka agama, lembaga kemanusiaan, dan organisasi pemerintahan. Nugini
Belanda mengadakan pemilu pada Januari 1961 dan Dewan Nugini dilantik pada April 1961.
Akan tetapi, di Washington, D.C., Penasihat Keamanan Nasional McGeorge Bundy melobi
Presiden A.S. John F. Kennedy untuk menegosiasikan transfer pemerintahan Nugini Barat
ke Indonesia. Perjanjian New York dirancang oleh Robert Kennedy dan ditandatangani oleh
Belanda, Indonesia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Agustus 1962. Walaupun
Belanda menuntut agar rakyat Nugini Barat boleh menentukan nasib sendiri sesuai piagam
PBB dan Resolusi 1514 (XV) Majelis Umum PBB dengan nama "Act of Free Choice",
Perjanjian New York memberikan jeda tujuh tahun dan menghapuskan wewenang PBB
untuk mengawasi pelaksanaan Akta tersebut Kelompok separatis mengibarkan bendera
Bintang Kejora Papua Barat pada tanggal 1 Desember setiap tahunnya. Tanggal tersebut
mereka anggap sebagai hari kemerdekaan Papua. Kepolisian Indonesia berspekulasi
bahwa orang-orang yang melakukan tindakan seperti ini bisa dijerat dengan tuduhan
pengkhianatan yang hukumannya berupa kurungan penjara selama 7 sampai 20 tahun di
Indonesia. Separatis atau lebih dikenal dengan gerakan separatisme merupakan suatu
gerkan yang bertujuan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau
kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu
sama lain . gerakan ini muncul dari berbagai aspek kehidupan dalam kehidupan manusia.
Konflik Kekerasan Sosial di Papua. Konflik kekerasan di Papua pada umumnya
disebabkan adanya kondisi sosial yang timpang antara masyarakat asli Papua dengan
masyarakat migran yang datang dari luar Papua, sebagai akibat dari adanya kekeliruan
kebijakan pembangunan di Papua yang berlangsung lama, sebagai berikut: A. Terjadinya
Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) Pembangunan yang hanya mengejar kemajuan
material, atau kemajuan fisik dengan memakai indikator ekonomi semata-mata, telah
menempatkan masyarakat Papua pada posisi marginal di Papua Barat. Pembangunan
diarahkan pada eksploitasi sumber daya alam, seperti tanah, hutan, tambang dan laut untuk
kepentingan yang kurang jelas maksudnya. Sedangkan untuk kepentingan masyarakat
Papua sebagai pemegang hak adat atas SDA justru kurang mendapat perhatian yang layak.
Eksploitasi SDA telah menampilkan suatu ketidakadilan, berdasar fakta-fakta masyarakat
Papua, pemegang hak adat atas SDA tidak dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan, padahal semua konsekuensi negatif pasti dipikul oleh mereka bukan oleh
pengambil keputusan. SDA merupakan sumber penghidupan utama bagi mereka dengan
batas-batas pemilikan, pengakuan, dan penghargaan yang jelas dan tegas di antara para
pemegang hak adat. Sebaliknya, agen-agen pembangunan yang mengeksploitasi SDA
justru tidak memberikan pengakuan yang memadai terhadap hak-hak masyarakat asli
Papua dan tidak memikirkan alternatif. Sebagai contoh: Kasus pengalihan hak atas tanah
untuk keperluan transmigrasi telah mengurangi bahkan menghilangkan sumber-sumber
ekonomi keluarga. Masyarakat kehilangan binatang buruan sebagai sumber protein, kayu
untuk bangunan, kayu api, rusaknya ekosistem lokal sebagai sumber protein yang
mendukung kehidupan masyarakat lokal, hilangnya sagu sebagai sumber karbohidrat bagi
masyarakat. Eksploitasi tambang juga memberi dampak negatif yang besar buat penduduk
lokal. Sebagai contoh: kasus Freeport, limbah tailing, telah mencemari sumber-sumber
ekonomi seperti Moluska, sumber protein masyarakat Kamoro-Sempan di Omawita.
Demikian pula eksploitasi sumber daya laut seperti di Biak, Sorong, Merauke dan Fak-Fak
juga merusak ekosistem dan mengganggu populasi ikan, penduduk lokal yang masih
menggunakan teknologi penangkapan tradisional, makin sulit mengakses dan
memanfaatkan sumber daya laut bagi kesejahteraannya. Eksploitasi SDA oleh para investor
di bawah fasilitasi pemerintah, berlangsung secara cepat. Sementara, persiapan sosial yang
dapat membantu menyiapkan dan memfasilitasi penduduk asli agar mengakses program-
program atau proyek-proyek yang berhubungan dengan pengelolaan SDA tidak terjadi.
Akibatnya, masyarakat menjadi penonton dan terasing di tanahnya sendiri. Masyarakat
Papua sebagai komunitas lokal tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi,
karena memang tidak dipersiapkan, dilatih, dan diberi kesempatan. B. Dominasi Migran di
Berbagai Bidang-Bidang Kehidupan Perlakuan yang kurang tepat terhadap masyarakat
Papua juga terjadi dalam bidang pemerintahan, dan proses-proses politik. Sadar atau tidak,
selama pemerintahan Orde Baru, orang Papua kurang diberikan peran dalam bidang
pemerintahan. Posisi-posisi utama selalu diberikan kepada orang luar dengan dalih orang
Papua belum mampu. Walaupun untuk sebagian peran, dalih itu mungkin ada benarnya,
tetapi pada umumnya untuk mencekal orang Papua. Seleksi ketat yang dikenakan terhadap
orang Papua dilatarbelakangi oleh kecurigaan dan tuduhan terhadap semua orang Papua
sebagai OPM. Adanya kepentingan politik dari sejumlah elite di pemerintahan agar
penduduk asli tidak memiliki akses dan duduk di pemerintahan, tidak bisa bersuara untuk
membela hak-hak dan kekayaan SDA-nya dengan menggunakan tuduhan OPM sebagai
stigma. Tuduhan OPM ini, dijadikan stigma supaya orang Papua dapat dihambat untuk
memiliki akses di pemerintahan atau jika mereka bereaksi dapat ditangkap demi suatu
proyek menaikkan kegiatan atau anggaran militer di Irian Jaya. Dominasi masyarakat
pendatang bukan hanya pada sektor pemerintahan saja, tetapi juga pada sektor swasta.
Pada kegiatan di sektor industri manufaktur yang memanfaatkan eksploitasi sumber daya
alam (SDA) eksploitasi sumber daya alam sebagai bahan baku lebih banyak menggunakan
tenaga kerja dari luar, seperti antara lain pabrik Plywood PT. Wapoga, Pabrik Pengalengan
Ikan di Biak dan pabrik Pengalengan Ikan PT. Usaha Mina di Sorong. Sektor perbankan juga
didominasi oleh pekerja dari kaum pendatang. Jika kondisi itu dipertanyakan, jawaban yang
lazim adalah orang Irian belum siap. Tetapi kenapa belum siap dan bagaimana menyiapkan
kesiapan itu, sejauh ini belum mendapat perhatian yang serius dari para pengambil
kebijakan. Dominasi dan tekanan-tekanan tersebut makin mematangkan nasionalisme
Papua dan memungkinkan tuntutan Papua Merdeka makin gencar di era reformasi. C.
Penyeragaman Identitas Budaya dan Pemerintahan Lokal Kekuasaan pemerintah Indonesia
melalui para petugas negara yang didatangkan dan migran spontan dari luar Papua sebagai
agen-agen pembangunan. Mereka melihat dan mengukur budaya orang Papua dari sudut
budaya, kepentingan dan ideologi pembangunan. Unsur kebudayaan lokal menjadi salah
satu sasaran yang harus diamankan supaya sesuai dengan kepentingan budaya dan
ideologi pembangunan dan kepentingan pusat. Pengembangan SDM pun diarahkan kepada
kepentingan ini.Kepemimpinan modern juga diintroduksikan kepada masyarakat Papua
untuk menggantikan kepemimpinan tradisional dan diharapkan membawa dampak positif
bagi penduduk lokal. Tetapi yang terjadi, justru menjadi sumber ketidakpastian dan
kekacauan. Padahal pada masa sebelumnya kepemimpinan adat pada umumnya telah
menciptakan ketertiban.Secara singkat, pengembangan SDM justru tidak berpijak pada
pengetahuan dan kearifan lokal. Menyadari ancaman terhadap eksistensi orang Papua,
tokoh seperti Arnold Ap berusaha untuk menggali dan mengembangkan unsur-unsur budaya
lokal. Tetapi, kelihatannya penguasa melalui aparat militer melihatnya secara sempit dan
dipahami sebagai ancaman. Arnold Ap dibunuh dengan cara yang melukai hati orang Papua
khususnya dan kemanusiaan pada umumnya. Dominasi dan penindasan tersebut,
menjadikan identitas dan nasionalisme Papua makin mantap menopang tuntutan Papua
Merdeka. D. Tindakan Represif oleh Militer Penindasan militer di tanah Papua meliputi
beberapa bentuk, antara lain intimidasi, teror, penyiksaan, dan pembunuhan. Intimidasi,
teror dan penyiksaan dilakukan berkenaan dengan pengambilalihan hak-hak adat
masyarakat Papua atas SDA secara paksa untuk berbagai keperluan, seperti HPH,
transmigrasi, pertambangan, dan industri manufaktur maupun jasa wisata. Ketika penduduk
asli berusaha mempertahankan hak-haknya atas SDA mereka diintimidasi dan diteror.
Dominasi tentara atau militer dalam jangka waktu yang lama dalam arena politik dan jabatan
pemerintahan sipil, telah mengakibatkan tumbuhnya budaya kontra produktif bagi rakyat
yang beranggapan bahwa militer adalah representasi kekuasaan, militer adalah warga
negara kelas satu yang dapat berbuat apa saja tanpa pertanggungjawaban hukum yang
jelas pada publik, akibatnya muncul budaya militerisme di berbagai kalangan partai politik
maupun masyarakat luas lainnya. Berbagai konflik horizontal yang terjadi maupun konflik
politik vertikal yang dimanifestasikan dengan tuntutan Papua merdeka sebagai reaksi atas
pelaksanaan PEPERA yang tidak demokratis maupun atas dominasi pusat pada daerah,
dalam kurun waktu lama dilakukan melalui kebijakan dalam mengelola konflik yang represif
dan kontra produktif, yaitu dengan cara mengirim pasukan militer dan merekayasa para
tokoh atau elit masyarakat untuk berdamai secara seremonial. 2.3 OPM Sebagai Ancaman
Ideologi Bangsa Dampak dari konflik Papua Di Papua, masalah separatisme
akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Bila situasi keamanan terus memburuk, banyak
pengamat yang memperkirakan Papua bakal lepas dari NKRI. Tanda-tanda Papua akan
segera lepas dari NKRI sudah sangat jelas. Mereka saat ini ditengarai sudah memiliki
sponsor yang siap mendukung kemerdekaan wilayah di timur Indonesia ini, bahkan Papua
saat ini sudah sangat siap untuk lepas dari Indonesia. Maraknya aksi penembakan
dan penghadangan oleh kelompok separatis Papua telah meresahkan masyarakat Papua.
Sasaran tembak kini tidak hanya kepada aparat TNI dan Polisi, namun masyarakat umum
serta karyawan Freeport kini dijadikan target. Sehingga tak mengherankan bila hampir tiap
hari terjadi penghadangan dan penembakan oleh orang tak dikenal yang diyakini banyak
orang adalah separatis Papua. Penyebab separatisme Papua yang lain adalah tidak
meratanya distribusi sumber daya ekonomi, sehingga meskipun Papua memiliki kekayaan
yang luarbiasa, rakyatnya tetap miskin. Tambang tembaga raksasa Freeport adalah sebuah
contoh bagaimana kapitalisme mengeksploitasi sumber daya lokal dengan sepuas-puasnya.
Potensi konflik antar agama di Papua tinggi karena konflik yang bertikai menganggap dirinya
sebagai korban. Warga Papua asli merasa terancam dengan mengalir masuknya pendatang
baru yang mengatasnamakan agama baru, dimana dalam jangka panjang mereka akan
menghadapi diskriminasi atau bahkan pengusiran. Jadi akibat dari penyerangan tersebut
bisa membuat perpecahan bangsa yang membuat rusaknya ideologi bangsa Indonesia.
Meskipun ada keretakan dan perpecahan yang signifikan di kedua belah pihak masyarakat,
terutama mengenai nasionalisme yang bersaing perkembangan di Manokwari dan Kaimana
mungkin menjadi pertanda lebih banyak bentrokan yang akan terjadi. Perubahan dalam
demografi adalah bagian dari persoalan, tapi bahkan kalau besok para pendatang dari luar
Papua distop datang, polarisasi antar agama mungkin akan terus berlanjut karena
perkembangan lain. Warga Papua sangat menyadari terjadinya penyerangan-penyerangan
terhadap tempat-tempat ibadah di daerah lain di Indonesia dan melihat Indonesia secara
keseluruhan bergerak menuju dukungan yang lebih banyak kepada ajaran agama. 2.4Peran
Ideologi Pancasila dalam Menghadapi Gerakan Separatisme di Papua
Pancasila pada dasarnya merupakan ideologi bangsa Indonesia, yang berarti merupakan
pandangan hidup bangsa yang harus dijadikan dasar setiap tindakan masyarakat Indonesia.
Dalam hal munculnya gerakan separatisme disinilah Pancasila berperan dalam
mempertahankan keutuhan bangsa. Gerakan Separatisme Papua meruapakan salah satu
ancaman terbesar bagi bangsa Indonesia, apabila sebuah bangsa tidak memiliki ideologi
negara yang menjadi pondasi kuat bagi rakyatnya maka bangsa tersebut akan sangat
mudah terdisintegrasi atau terpecahkan apalagi gerakan separatisme Papua sangat mudah
di tanamkan kepada masyarakat yang berpendidikan rendah dan faktor ekonomi yang
kurang baik, maka rakyat tersebut akan sangat mudah untuk terpengaruh dan menjadi
bagian dari gerakan separatisme atau bergabung di OPM. Pancasila yang merupakan
cerminan dari kebudayaan bangsa Indonesia sangat memegang teguh arti kesatuan dan
kedaulatan Indonesia sehingga masyarakat harus memaknai dengan dalam nilai- nilai yang
terkandung di dalam Pancasila, bukan hanya melafalkan saja tetapi harus meresapi makna
yang terkandung di dalam Pancasila. Disinilah peran Pancasila sebagai tameng dan pijakan
untuk menghadapi munculnya gerakan separatisme yang dapat merusak kedaulatan NKRI.
Upaya Penyelesaian Konflik di Papua Hasil eksplorasi terhadap berbagai kebijakan
dan peristiwa dalam konteks penyelesaian konflik di Papua, terdapat 2 kebijakan yang
dilakukan pemerintah Indonesia, yaitu: A. Pendekatan Kekerasan Pendekatan kekerasan
dilakukan dengan menggunakan kekuatan senjata atau sering dikenal dengan istilah
pendekatan keamanan dilakukan oleh militer atau ABRI untuk menumpas setiap bentuk
perlawanan masyarakat yang dianggap sebagai pemberontakan OPM di Papua yang
dimulai sejak awal pemberontakan tahun 1970 sampai sekitar tahun 1996. Kebijakan
operasi militer untuk menumpas OPM dilakukan dengan nama operasi tersendiri sesuai
dengan kebijakan pimpinan militer Indonesia atau ABRI, dan kegiatan itu dilakukan dengan
menetapkan sebagian kawasan Papua, terutama di daerah perbatasan dengan Negara
Papua New Guinea, sebagai Daerah Operasi Militer (DOM). Beberapa tindakan yang
menjadi ciri mengawali adanya suatu operasi militer, dilakukan dengan mengumpulkan
kepala-kepala suku untuk dimintai pendapat, saran serta sekaligus memberikan
penerangan, menyiapkan pasukan cadangan yang diperlukan; mengadakan penangkapan
dan pengusutan terhadap orang-orang yang tersangkut dalam gerakan OPM; melakukan
pencatatan terhadap orang-orang yang termasuk mengikuti gerakan OPM, mengadakan
peringatan-peringatan dengan jalan melalui keluarga yang ditinggalkan untuk memanggil
mereka yang melarikan diri agar kembali melaporkan diri. B. Pendekatan Non kekerasan
Sejak Papua masuk dalam wilayah Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963, maka
kegiatan utama yang menjadi tugas pokok dari semua petugas Indonesia Papua
menggantikan posisi petugas Belanda adalah meng-Indonesiakan orang-orang Papua.
Aktivitas ini dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti lembaga pendidikan dan lembaga
penerangan. Tema yang digunakan adalah menyatakan bahwa Indonesia, termasuk Papua
dijajah oleh Belanda selama lebih dari 350 tahun. Masa penjajahan itu membuat rakyat
Papua seperti halnya rakyat Indonesia lainnya, miskin, tertindas, dan melarat. Konsep
miskin, tertindas, dan melarat untuk Papua menjadi tidak tepat, sebab Belanda telah
mengubah sistem penjajahannya sehingga rakyat di Papua tidak mengalami hal yang
dialami oleh daerah lain. Malah justru sebagian besar masyarakat simpati dan mendukung
OPM justru menilai dan mempunyai opini bahwa pemerintah Indonesia adalah penjajah
baru. Indonesia merupakan penjajah adalah hasil generalisasi yang dibuat atas pengalaman
dan pengamatan terhadap berbagai tindakan personal ABRI yang tidak terpuji. Seperti,
mengambil dengan paksa barang-barang milik rakyat yang ditinggalkan oleh Belanda,
menyiksa rakyat di depan umum tanpa melalui proses hukum yang pasti, menghina
masyarakat dengan ucapan di depan umum dengan memberikan stigma OPM untuk
membenarkan tindakan kekerasan tersebut. Dalam rangka meng-Indonesiakan orang
Papua atau memantapkan integrasi politik di Papua maka tema yang tepat dan dapat
diterima oleh orang Papua adalah tema ketertinggalan atau tema keterbelakangan
karena tema dianggap tepat dengan pengalaman dan keadaan nyata di Papua. Kebijakan
tersebut bermaksud untuk menjadikan orang asli Papua sebagai pimpinan atau kepala
dalam berbagai struktur dalam jajaran pembangunan di Papua. Sebab sebelumnya
masyarakat Papua merasa adanya ketidakpercayaan Pemerintah Pusat terhadap orang asli
Papua untuk diberikan kesempatan memimpin dengan berbagai alasan yang sebenarnya
direkayasa untuk kepentingan pribadi para pejabat migran. Akan tetapi dalam kenyataannya
kedua kebijakan pemerintah dalam upaya menyelesaikan konflik kekerasan yang terjadi di
Papua tersebut berjalan tidak efektif atau tidak berhasil. Penyebab utamanya adalah karena
kebijakan tersebut dilakukan secara parsial dan reaktif terhadap kasus-kasus tertentu.
Sedangkan secara makro masih tetap berlaku kebijakan penyelenggaraan pemerintahan
yang sangat sentralistis atau Jakarta sentries serta masih tetap berlangsungnya kebijakan
penyeragaman penyelenggaraan pemerintahan lokal, yang sangat bertentangan dengan
kondisi keragaman pemerintahan adat sebagai representasi pemerintahan lokal di Papua.
Saran: Permasalahan Papua tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan kekerasan atau
militer, melainkan dengan pendekatan kesejahteraan. Keinginan tersebut tentunya harus
disambut baik oleh pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia serta seluruh elemen bangsa.
Papua cinta Indonesia, Papua Tanah Damai, Papua tidak ingin mereka, Papua ingin hidup
sejahtera. Untuk itu pemerintah telah memiliki komitmen untuk membangun Papua dengan
hati. Beberapa waktu yang pemerintah telah membuktikan komitmennya untuk membangun
Papua dengan hati. Papua bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
kesatuan harga mati, meskipun Amerika, Eropa, dan PBB bersatu mendesak Indonesia
untuk memberi ruang diskusi di tingkat Internasional. Untuk itu OPM perlu memahami
perasaan dan pengorbanan Indonesia untuk tetap mempertahankan Papua sebagai bagian
dari NKRI Kesimpulan: 1. Pancasila selalu merupakan satu kesatuan, sila yang satu tidak
bisa dipisah-pisahkan dari sila yang lainnya. Keseluruhan sila di dalam merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Tiap-tiap sila mempunyai
tempatnya sendiri di dalam setiap rangkaian susunan kesatuan sehingga tidak dapat
digeser-geser. Jadi di kelima sila tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan dalam
memahami hakekat pengertiannya perlu pemahaman di setiap uraian sila demi sila. 2.
Separatis atau lebih dikenal dengan gerakan separatisme merupakan suatu gerkan yang
bertujuan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok
manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain,
gerakan ini muncul dari berbagai aspek kehidupan dalam kehidupan manusia.Organisasi
Papua Meredeka (OPM) adalah sebuah organisasi yang dibentuk pada tahun 1965 dengan
tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan yang saat ini berdiri di provinsi Papua
dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya. Memisahkan diri pada
Indonesia dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Menurut tokoh Papu
Nicholas Jouwe, organisasi Papua Meredeka dibentuk pada 1965 pada saat pecahnya
peristiwa gerakan G30S oleh para serdadu Belanda di Papua dengan tujuan untuk
memusuhi Republik Indonesia dan mengganggu. 3. Bila situasi keamanan terus
memburuk, banyak pengamat yang memperkirakan Papua bakal lepas dari NKRI. Tanda-
tanda Papua akan segera lepas dari NKRI sudah sangat jelas. Mereka saat ini ditengarai
sudah memiliki sponsor yang siap mendukung kemerdekaan wilayah di timur Indonesia ini,
bahkan Papua saat ini sudah sangat siap untuk lepas dari Indonesia. Potensi konflik antar
agama di Papua tinggi karena konflik yang bertikai menganggap dirinya sebagai korban.
Warga Papua asli merasa terancam dengan mengalir masuknya pendatang baru yang
mengatasnamakan agama baru, dimana dalam jangka panjang mereka akan menghadapi
diskriminasi atau bahkan pengusiran. Jadi akibat dari penyerangan tersebut bisa membuat
perpecahan bangsa yang membuat rusaknya ideologi bangsa Indonesia. Meskipun ada
keretakan dan perpecahan yang signifikan di kedua belah pihak masyarakat, terutama
mengenai nasionalisme yang bersaing perkembangan di Manokwari dan Kaimana mungkin
menjadi pertanda lebih banyak bentrokan yang akan terjadi. 4. Pancasila pada
dasarnya merupakan ideologi bangsa Indonesia, yang berarti merupakan pandangan hidup
bangsa yang harus dijadikan dasar setiap tindakan masyarakat Indonesia. Dalam hal
munculnya gerakan separatisme disinilah Pancasila berperan dalam mempertahankan
keutuhan bangsa. Gerakan Separatisme Papua meruapakan salah satu ancaman terbesar
bagi bangsa Indonesia, apabila sebuah bangsa tidak memiliki ideologi negara yang menjadi
pondasi kuat bagi rakyatnya maka bangsa tersebut akan sangat mudah terdisintegrasi atau
terpecahkan apalagi gerakan separatisme Papua sangat mudah di tanamkan kepada
masyarakat yang berpendidikan rendah dan faktor ekonomi yang kurang baik, maka rakyat
tersebut akan sangat mudah untuk terpengaruh dan menjadi bagian dari gerakan
separatisme atau bergabung di OPM.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

También podría gustarte