Está en la página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Akutansi Pertanggungjawaban

Akuntansi Pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi

manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat

pertanggungjawaban yang ada di dalam organisasi. Akuntansi pertanggungjawaban

muncul sebagai akibat dari pemberian wewenang oleh manajer lebih kepada manajer

yang lebih rendah untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan otoritas secara

eksplisit dari manajer pemberi wewenang pada waktu wewenang tersebut akan

dilaksanakan. Menurut Trisnawati (2006) ada tiga alasan mengapa manajer

mendelegasikan wewenangnya, yaitu:

a. Banyaknya pekerjaan seorang manajer sehingga tidak mungkin

dikerjakan oleh manajer tersebut.


b. Mengikutsertakan bawahan serta memberikan kesempatan

dalam menunjukkan prestasinya di perusahaan.


c. Perlunya orang-orang untuk menggantikannya apabila manajer tidak

berada dalam perusahaan.

Walaupun ada tugas dan wewenang yang didelegasikan atasan kepada

bawahan, namun otoritas pimpinan tetap dipertahankan. Sebagai konsekuensi dari

orang yang menerima wewenang, harus mempertanggungjawabkan wewenang

tersebut kepada atasannya. Tanggung jawab merupakan suatu kewajiban untuk

melaksanakan wewenang yang dilimpahkan, dimana terjadi pelimpahan suatu

peranan perorang atau dalam kelompok, untuk berperan dalam kegiatan.

Akuntansi pertanggungjawaban bukan hanya untuk menunjukkan terjadinya

penyimpangan biaya yang diperlihatkan dalam laporan kinerja manajer, tetapi yang
terutama adalah sebagai manfaat dengan memberi informasi bagaimana kegiatan

yang menjadi tugas manajer pusat pertanggungjawaban dilakukan. Melalui informasi

ini diharapkan akan timbul motivasi bagi manajer untuk bekerja lebih efektif dan

efisien serta dapat melakukan tindakan korektif yang diperlukan agar hasil yang

diperoleh merupakan yang terbaik dengan tidak mengesampingkan tujuan

perusahaan.

Sebelum sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun, harus lebih dahulu

dipelajari garis wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan sehingga dapat

ditentukan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi.Sistem

akuntansi pertanggungjawaban dirancang khusus sesuai dengan struktur organisasi

untuk dapat menyajikan laporan-laporan kinerja yang berguna dalam menilai

sumbangan manajer tingkat tertentu dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Supriyono(2001:374) akuntansi pertanggungjawaban dapat

digunakan dengan baik apabila terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut:

a. Luas wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan harus

ditentukan dengan baik melalui standar organisasi.


b. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan tujuan

yang digunakan untuk mengukur kinerjanya.


c. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan

yang ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjawabannya.


d. Manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas

kegiatan pusat pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya.


e. Hanya biaya, pendapatan, laba da investasi yang terkendalikan oleh manajer

pusat pertanggungjawaban yang harus dimasukkan ke dalam laporan kinerjanya.


f. Laporan kinerja dan umpan baliknya untuk manajer pusat

pertanggungjawaban harus disajikan tepat waktu.


g. Laporan kinerja harus menyajikan secara jelas selisih yang terjadi,

tindakan koreksi, dan tindak lanjutnya sehingga memungkinkan diterapkannya

prinsip pengecualian.
h. Harus ditentukan denga jelas peranan kinerja manajemen terhadap struktur

balas jasa atau perangsang dalam perusahaan.


i. Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu kinerja manajer

pusat pertanggungjawaban, yaitu kinerja keuangan. Selain kinerja

keuangan, seorang manajer dapat dinilai kinerjanya atas dasar tingkat

kepuasan karyawan, moral dan sebagainya.

Pusat pertanggungjawaban adalah setiap unit kerja dalam organisasi yang

dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Suatu pusat

pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan

menjadi keluaran. Menurut Hansen dan Mowen (2009) Pusat pertanggungjawaban

adalah suatu segmen bisnis yang manajemennya bertanggungjawab terhadap

pengaturan kegiatan kegiatan tertentu. Sedangkan pusat pertanggungjawaban

menurut Robert N Anthony dan Vijay G (2009) adalahmerupakan organisasi yang

dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang

dilakukan.

1.2 Manajemen Biaya Lingkungan


Akuntansi manajemen lingkungan merupakan sub bagian dari

akuntansi lingkungan. Menurut EPA (1995) mendefinisikan akuntansi

manajemen lingkungan sebagai proses pengidentia fikasian, pengumpulan dan

penganalisisan informasi tentang biaya-biaya dan kinerja untuk membantu

pengambilan keputusan organisasi.


Akuntansi manajemen lingkungan pada dasarnya lebih menekankan

pada akuntansi dari biaya-biaya lingkungan. Biaya lingkungan ini tidak

hanya mengenai informasi tentang biaya-biaya lingkungan dan informasi lainnya

yang terukur, akan tetapi juga tentang informasi material dan energi yang

digunakan.
Konsep akuntansi manajemen lingkungan digunakan untuk melakukan

pemonitoran dan pengevaluasian informasi yang terukur dari keuangan

maupun manajemen serta arus data tentang bahan dan energi yang saling

berhubungan secara timbal balik guna meningkatan efisiensi pemanfaatan bahan-

bahan maupun energi, mengurangi dampak lingkungan dari operasi perusahaan,

produk-produk dan jasa, mengurangi risiko-risiko lingkungan dan

memperbaiki hasil-hasil dari manajemen perusahaan (Arfan Ikhsan, 2009).

Menurut Hansen (2007), ekoefisiensi menyarankan sebuah

kemungkinan modifikasi untuk pelaporan biaya lingkungan. Secara khusus, selain

melaporkan biaya lingkungan, mengapa tidak melaporkan keuntungan

lingkungan? Dalam suatu periode tertentu, ada tiga jenis keuntungan:

pemasukan, penghematan saat ini, dan penghindaran biaya. Pemasukan mengacu

pada pendapatan yang mengalir ke dalam organisasi karena adanya tindakan

lingkungan seperti mendaur ulang kertas, menemukan aplikasi baru untuk

limbah yang tidak berbahaya, dan meningkatkan penjualan karena penguatan citra

lingkungan. Penghindaran biaya mengacu pada penghematan berjalan yang

dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya


Penghematan saat ini mengacu pada pengurangan biaya lingkungan yang

dicapai tahun ini. Dengan membandingkan keuntungan yang didapat dengan biaya

tahun ini.dengan membandingkan keuntungan yang didapat dengan biaya

lingkungan yang terjadi dalam periode tertentu, dapat disusun suatu laporan keuangan

lingkungan. Manajer dapat menggunakan laporan tersebut untuk menilai

kemajuan (keuntungan yang dihasilkan) dan potensi kemajuan (biaya lingkungan).

Laporan keuangan lingkungan dapat juga menjadi bagian dari laporan kemajuan

lingkungan yang disediakan bagi pihak pemegang saham setiap tahunnya. Berikut ini

adalah contoh laporan keuangan lingkungan.


BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Akutansi Pertanggungjawaban


Berikut beberapa pertanyaan untuk akutansi pertanggungjawaban :
a. Departemen listrik menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan 3

Departemen produksi X, Y, dan Z. Kapasitas Departemen listrik per

tahun adalah 320.000 Kwh dengan jumlah biaya listrik tersebut sebesar

Rp 1.000.000 yang terdiri dari biaya tetap Rp 700.000 dan biaya

variabel Rp 300.000. kebutuhan minimum departemen X, Y, dan Z

masing-masing 80.000 Kwh, 70.000 Kwh, dan 50.000 Kwh.


b. Anggaran Penjualan

PT Bentara Kasih
Anggaran Penjualan, Januari 1990
Harg
Volume
a Jual
Produk Penjual Total
Per
an
Unit
2000
1000 200
A 00
3000
1000 300
B 00
5000
2000
Jumlah 00
Tabel 2.1
Anggaran Penjualan

PT Bentara Kasih
Anggaran Penjualan, Januari 1990
Har
Volume ga
Produk Penjual Jual Total
an Per
Unit
2280
A 1200 190
00
2880
B 900 320
00
5160
Jumlah 2100
00
Tabel 2.2
Realisasi Penjualan

Anggaran Penjualan Rp. 500.000


Realisasi Penjualan Rp. 516.000
---------------
Selisih Pendapatan PenjualanRp. 16.000 Laba

BAB III
KAJIAN TEORI
3.1 Manajemen Akutansi Pertanggung jawaban

Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seorang

manajer harus dibebani tanggung jawab atas kinerjanya sendiri dan kinerja bawahannya.

Konsep akuntansi pertanggungjawaban menjadi pedoman departemen akuntansi untuk

mengumpulkan, mengukur dan melaporkan kinerja sesungguhnya, kinerja yang


diharapkan dan selisih yang timbul dalam setiap pertanggungjawaban. Akuntansi

Pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa

sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan

pusat pertangungjawaban dalam organisasi Mulyadi (2001). Definisi tersebut mengatakan

bahwa akuntansi pertanggungjawaban mengelompokkan organisasi atas pusat-pusat

pertanggungjawaban, sehingga apabila terjadi penyimpangan atas anggaran, maka

pihak manajemen dapat mencari orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan

yang terjadi.

Dari pengertian akuntansi pertanggungjawaban menyampaikan, bahwa syarat

untuk dapat menerapkan akuntansi pertanggungjawaban yaitu:

a. Struktur Organisasi

Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur oraganisasi harus

menggambarkan aliran tanggung jawab, wewenang, dan posisi yang jelas

untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus

menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula. Dengan demikian

wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan

tanggungjawab adalah sebaliknya.

b. Anggaran

Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban harus

ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran

rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam

penilaian kerjanya.
c. Penggolongan Biaya

Pemisahan biaya ke dalam biaya terkendalikan dan tidak terkendalikan perlu

dilakukan dalam akuntansi pertanggungjawaban, karena tidak semua biaya

yang terjadi di dalam satu bagian dapat dikendalikan oleh manajer, maka

hanya biaya-biaya terkendalikan yang harus dipertanggungjawabkan olehnya.

d. Sistem Akuntansi Biaya

Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani dengan

biaya-biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya

terkendalikan dengan biaya yang tidak terkendalikan. Oleh karena biaya yang

terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajer maka biaya

harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang

terdapat dalam struktur organisasi.

e. Sistem Pelaporan Biaya

Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan

pertanggungjawaban untuk setiap pusat-pusat biaya. Isi dari laporan

Pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan

menerimanya.

Pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Hansen dan Mowen (2009)

adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk

mengoprasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Sedangkan menurut Samryn (2001),

akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk

mengukur kinerja setiap pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan

manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bahan dari

sistem pengendalian manajemen.

Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai akuntansi

pertanggungjawaban sebagai berikut:

a. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem kuntansi yang disusun

berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas,

wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat manajemen.


b. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong para individu, terutama para

manajer untuk berperan aktif dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif

dan efesien.
c. Penyusunan anggaran dalam akuntansi pertanggungjawaban adalah

berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawaban. Dari laporan

pertanggungjawaban dapat diketahui perbandingan antara realisasi dengan

anggaranya, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat dianalisis dan dicari

penyelesaianya dengan manajer pusat pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kinerja yang

berguna bagi pemimpin dalam penyusunan rencana kerja periode mendatang, baik untuk

masing-masing pusat pertanggung jawaban maupun untu kepentingan perusahaan secara

keseluruhan.
Dari beberapa definisi yang dikemukan para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan

akuntansi pertanggungjawaban adalah mengajak para karyawan untuk melakukan

pekerjaan yang benar serta dapat bertanggungjawab atas penyimpangan biaya

maupun penghasilan (pendapatan) perusahaan. Adapun keuntungan dari akuntansi

pertanggungjawaban itu sendiri adalah individu dalam organisasi ikut berperan serta

dalam mencapai sasaran perusahaan secara efektif dan efisien.

Menurut Mulyadi (2001), informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa

informasi yang akan datang bermanfaat untuk:

a) Informasi akuntansi sebagai dasar penyusunan anggaran.


b) Informasi akuntansi sebagai penilaian kinerja manager pusat

pertanggungjawaban.
c) Informasi akuntansi sebagai pemotivasi manager.
d) Informasi akuntansi memungkinkan pengelolaan aktivitas.

Informasi akuntansi memungkinkan pemantauan efektivitas program

pengelolaan aktivitas.

Siagian (2004) menjelaskan bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban

berfungsi sebagai berikut :

a. Pencatatan

Pusat pertanggungjawaban akan mengumpulkan semua biaya yang terjadi pada pusat

pertanggungjawabannya dan melakukan pencatatan terhadap biaya-biaya tersebut.

b. Pelaporan

Setelah kegiatan-kegiatan pada pusat pertanggungjawaban terjadi, pusat

pertanggungjawaban akan mempertanggungjawabkan semua aktivitasnya dengan


membuat suatu laporan pertanggungjawaban. Tidak semua biaya menjadi

tanggungjawab manajer pusat pertanggungjawaban, melainkan hanya biaya-biaya

terkendali saja (controllable cost).

c. Pengawasan

Akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat pengawasan biaya karena

akuntansi pertanggungjawaban mengumpulkan semua informasi akuntansi dari pusat-

pusat pertanggungjawaban mengenai biaya maupun pendapatan, baik yang berupa

anggaran maupun hasil produksi maupun hasil aktivitas sebenarnya.Dengan akuntansi

pertanggungjawaban pimpinan perusahaan dapat melakukan pengawasan biaya secara

efisien dari performance report masing-masing pusat pertanggungjawaban.

Menurut Ikhsan (2009) tujuan dari mengembangkan laporan pusat

pertanggungjawaban adalah untuk:

a. Mengijinkan manajemen puncak untuk mendelegasikan tanggungjawab dan

otoritas terhadap kepala departemen sehingga mereka dapat mencapai tujuan operasi

departemen.
b. Menyediakan manajemen puncak dengan informasi (umumnya terhadap dasar

akuntansi)untuk mengukur kinerja dari setiap departemen dalam pencapaian tujuan

operasi.

Laporan pertanggungjawaban yang disajikan harus memuat ciri-ciri pokok

sebagai berikut:

a. Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi;


b. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali diterbitkan. Perubaha- perubahan

hanya bisa dilakukan dengan alasan yang tepat disertai keterangan yang jelas untuk

para pemakai.
c. Laporan harus cepat dan tepat waktu.
d. Laporan harus diterbitkan secara teratur.
e. Laporan harus mudah dimengerti.
f. Laporan harus memberikan perincian yang cukup namun tidak berlebihan.
g. Laporan harus memberi angka-angka yang dapat diperbandingkan

(perbandingan antara angka aktual dengan anggaran, atau antara standar yang

ditentukan dengan hasil aktual) harus menunjukkan varians-varians yang terjadi.


h. Laporan harus bersifat analisis.
i. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan baik dalam unit fisik maupun

dalam nilai uang.


j. Laporan dapat cenderung menonjolkan keefisiensian dan ketidak efisiensian

dalam departemen.

Ada empat tipe pusat pertanggungjawaban yang didasarkan kepada sifat masukan

dalam bentuk biaya dan sifat keluaran dalam bentuk pendapatan ataupun secara bersama-

sama, yaitu sebagai berikut.

a. Pusat Biaya (Cost Center)

Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban atas suatu unit organisasi

dalam suatu organisasi yang kinerja manajernya dinilai atas dasar beban biaya dalam pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Pusat biaya digolongkan menjadi dua yaitu :

Pusat biaya teknik, sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dan

nyata dengan keluaranya. Departemen produksi merupakan contoh pusat biaya teknik.

Manajer pusat biaya teknik beretanggung jawab atas efesiensi dan efektifitas pusat biaya

yang dipimpinnya.
Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak

mempunyai hubungan fisik yang erat dengan keluaranya. Departemen administrasi dan

umum, penelitian dan pengembangan, serta departemen pemasaran merupakan contoh

dari pusat biaya kebijakan


b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawbaan dalam suatu organisasi yang

kinerja manajerialnya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang

dipimpinnya. Prestasi manajer pusat pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang dicapai

oleh unitnya. Peniliaan prestasi manajernya dapat dilihat dari anggaran pendapatan yang

telah ditentukan dengan kenyataanya. Perbedaan antara anggaran pendapatan dengan

realisasinya dianalisis untuk mengetahui penyebab timbulnya perbedaan tersebut.

Pengukuran prestasi manajer pemasaran hanya mendasarkan penjualan dipandang terlalu

sempit. Oleh karena itu disarankan untuk menganalisis prestasi manajer atas laba bruto atau

laba kontribusi bruto.


c. Pusat Laba
Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang kinerja

manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan beban biayanya dalam pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya.


d. Pusat Investasi (Investment Centre)
Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu oraganisasi yang

kinerja manajernya dinilai atas dasar pendapatan, beban dan sekaligus investasi (aktiva

atau modal) pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.


3.2 Manajemen Biaya Lingkungan
Akuntansi manajemen lingkungan adalah hal yang tak terpisahkan dari unsur

manajemen perusahaan, akuntansi manajemen lingkungan sendiri merupakan proses

pengidentifikasian, pengumpulan, perkiraan - perkiraan, analisis, laporan dan

pengiriman informasi tentang:


1. Informasi berdasarkan arus bahan dan energy
2. Informasi berdasarkan biaya lingkungan
3. Informasi lainnya yang terukur,
dibentuk berdasarkan akuntansi manajemen lingkungan untuk pengambilan

keputusan bagi perusahaan.


Faktor- faktor yang mendorong manajemen lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Regulatory demand, yaitu tanggung jawa perusahaan terhadap lingkungan yang pada

awalnya merupakan desakan masyarakat kepada pemerintah untuk menetapkan peraturan

pemerintah seagai dampak meluasnya polusi. Dengan adanya regulasi perusahaan merasa

sangat penting untuk menerapkan prinsip TQEM secara efektif, misalnya dengan

menggunakan teknologi pengontrol polusi melalui penggunaan clean technology.


b. Cost Factor, konseksensi perusahaan mengurangi polusi berdampak pada munculnya

berbagai biaya, seperti penyediaan pengolahan limbah, penggunaan mesin clean

technology, dan biaya pencegahan kebersihan.


c. Stackholder forces, perusahaan akan selalu berusaha untuk memuaskan kepentingan

stakeholder yang bervariasi dengan menemukan berbagai kebutuhan akan manajemen

lingkungan yang proaktif.


d. Competitive requirements, adanya persaingan nasional maupun internasional juga

merupakan salah satu faktor pendorong manajemen lingkungan dimana terjadinya

berbagai kesepakatan perdagangan yang bepengaruh pada munculnya gerakan

standarisasi manajemen kualitas lingkungan.

Perusahaan sering menggunkan pendekatan sistem akutansi keuangan konvesional dalam

mengimplementasikan pendekatan praktik akutansi manajemen lingkungan perusahaan.

Secata konvensional pedekatan praktik akutansi keuangan konvesional perusahaan

mencakup:

a. Akutansi keuangan (pembukuan, neraca, konsolidasi, auditing dari laporan keuangan dan

laporan)
b. Akutansi biaya (disebut juga akutansi manajemen)
c. Statstik perusahaan dan indicator (orientasi masa lalu)
d. Penganggaran (orientasi masa depan)
e. Penilaian investasi (orientasi massa depan)

Kunci utama dalam akutansi manajemen lingkungan perusahaan meliputi :

1. Akutansi manajemen lingkungan terpusat pada biaya-biaya internal perusahaan, akutansi

manajemen lingkungan tidak termasuk biaya-biaya eksternal dari individu, masyarakat,

atau lingungan dimana suatu perusahaan tidak menurut dan bertanggungjawab secara

hukum.
2. Akutansi manajemen lingkungan menempatkan penekanan tertentu pada akutansi untuk

biaya-biaya lingkungan.
3. Akutansi manajemen lingkungan meliputi tidak hanya lingkungan dan informasi lain,

informasi juga menjelaskan tentang arus dan ketentuan-ketentuan fisik dari bahan-bahan

dan energy.
4. Informasi akutansi manajemen lingkungan dapat digunakan pada kebanyakan jenis-jenis

dari aktivitas dapat digunakan pada kebanyakan jenis-jenis dari aktivitas manajemen atau

pengambilan keputusan-keputusan dalam satu organisasi, terutama sekali bermanfaat

dalam aktivitas manajemen lingkungan yang proaktif.

Jenis-jenis informasi termasuk dibawah akutansi manajemen lingkungan sebagai berikut :

a. Informasi fisik dibawah akutansi manajemen lingkungan


Selain data moneter tetapi juga data non moneter pada penggunaan materi jam personalia

dan pengaruh biaya lain akutansi manajemen lingkungan menempatkan pada satu

penekanan tertentu pada materi dan materi memandu biaya karena : 1) penggunaan

energy air dan materi, seperti halnya hasil dari limbah dan emisi, secata langsung terkait

pada banyak dampak organisasi lingkungan mereka; 2) biaya pembelian material

merukan satu pemicu biaya utama pada beberapa organisasi. Contoh yang paling nyata
dari dampak lingkungan adalah hasil dari limbah dan emisi, yang dapat mempengaruhi

kesehatan manusia dan ekosistem alam. Lingkup luas kedua dari bahan terkait dampak

lingkungan adalah dapak potensial dari produk fisik (termasuk dengan produk dan

kemasan) yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Untuk secara efektif mengatur dan

mengurangi dampak lingkungan yang potensial dari limbah dan emisi, sebaik seperti

setiap produk fisik, organisasi harus memiliki data yang akurat pada jumlah dan tujuan

dari seluruh energy, air, dan materi yang digunakan untuk mendukung aktivitas ini.

Informasi akutansi fisik ini tidak menyediakan semua data yang diperlukan untuk seccara

efektif mengelola seluruh dampak lingkungan potensial, tetapi informasi pokok adalah

bahwa fungsi akutansi dapat disediakan.


b. Informasi moneter dibawah akutansi manajemn lingkungan
Taksonomi biaya yang menonjol dikembangkan untuk kepentingan pelaporan keuangan

dan pelaporan nasional, dan telah mempengaruhi jenis lingkungan terkait biaya yang

terkumpul dan dilaporkan terhadap steakholder eksternal. Akuntansi manajmen

lingkuungan meliputi tidak hanya perlindungan pembelanjaan lingkungan, tetapi juga

informasi keuangan penting lainnya yang memerlukan efektivitas biaya untuk mengukur

kinerja lingkungan. Perkembangan terbaru lainnya dalam area akuntansi manajemen

lingkungan adalah sebuah dorongan untuk melihat biaya pembelian dari seluruh sumber

daya alam (enargi, air, bahan-bahan ) saat lingkungan saling berhubungan.

Contoh dari beberapa biaya terkait dengan lingkungan dan manfaat bagi akuntansi manajemen

lingkungan meliputi : pencegahan polusi, design untuk lingkungan, penilaian daur hidup

lingkungan atau pembiayaan / design, jaringan manajemen lingkungan, pembeliaan dengan sarat

lingkungan, memperluas produk yang dihasilkan/tanggungjawab produk, sistem manajemen

lingkungan, evaluasi kinerja lingkungan dan tolak ukur, pelaporan kinerja lingkungan. Oleh
karena itu, akuntansi manajemen lingkungan bukan hanya suatu alat manajemen lingkungan

diantara banyak alat-alat lainnya, akuntansi manajemen lingkungan adalah suatu himpunan yang

luas dari prinsip-prinsip dan pendekatan yang mempersiapkan arus bahan-bahan, energi dan

biaya.

Beberapa keuntunagn yang dicapai oleh perusahaan ketika menerapkan akuntansi

manajemen lingkungan anatara lain :

1. Akuntansi manajemen lingkungan dapat menghemat pengeluaran usaha


2. Akuntansi manajemen lingkungan dapat membantu pengambilan keputusan
3. Akuntasi manajemen lingkungan meningkatkan performa lingkungan usaha
4. Akuntansi manajemen lingkungan akan mampu memuaskan semua pihak yang terkait
5. Akuntansi manajemen lingkungan memberikan keunggulan usaha atau kegiatan.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Manajemen Akutansi Pertanggungjawaban
Berikut merupakan jawaban berdasarkan contoh soal yang terdapat dalam

identifikasi masalah dalam Bab 2


a. Data Departemen Listrik
Biaya Tetap Rp 700.000
Biaya Variable Rp 300.000
Total Biaya Produksi Listrik Pertahun Rp 1.000.000
Data Pemakaian Listrik Per Tahun
Kapasitas yang tersedia 320.000 Kwh
Kebutuhan Pokok Departemen
Departemen X 80.000 Kwh
Departemen Y 70.000 Kwh
Departemen Z 50.000 Kwh
200.000 Kwh
Kapasitas yang bebas pakai 120.000 Kwh

METODE PEMBEBANAN TANGGUNG JAWAB BIAYA LISTRIK


Metode 1 (Pembebanan berdasarkan kapasitas pelayanan)
Departemen X = (80.000/200.000) x Rp 1.000.000 = Rp 400.000
Departemen Y = (70.000/200.000) x Rp 1.000.000 = Rp 350.000
Departemen Z = (50.000/200.000) x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Rp1.000.000

Metode 2 (Pembebanan berdasark an kapasitas pelayanan dan pemakaian)


Departemen X
Biaya Tetap (80.000/200.000) x Rp 700.000 Rp 280.000
Biaya Variable (300.000/120.000) Rp 2,5 / Kwh
Departemen Y
Biaya Tetap (70.000/200.000) x Rp 700.000 Rp 245.000
Biaya Variable (300.000/120.000) Rp 2,5 / Kwh
Departemen Z
Biaya Tetap (50.000/200.000) x Rp 700.000 Rp 175.000
Biaya Variable (300.000/120.000) Rp 2,5 / Kwh
Metode 3 (Pembebanan Berdasarkan Pemakaian)
Departemen X (Rp 1.000.000 / 320.000) = Rp 3,125 / Kwh
Departemen Y (Rp 1.000.000 / 320.000) = Rp 3,125 / Kwh
Departemen Z (Rp 1.000.000 / 320.000) = Rp 3,125 / Kwh
b.

PT Bentara Kasih
Rencana Anggaran Penjualan, Januari 1990
Harg
Volume
a Jual
Produk Penjual Total
Per
an
Unit
2000
1000 200
A 00
3000
1000 300
B 00
5000
2000
Jumlah 00

PT Bentara Kasih
Realisasi Anggaran Penjualan, Januari 1990
Har
Volume ga
Produk Penjual Jual Total
an Per
Unit
2280
A 1200 190
00
2880
B 900 320
00
5160
Jumlah 2100
00

Anggaran Penjualan Rp. 500.000


Realisasi Penjualan Rp. 516.000
---------------
Selisih Pendapatan PenjualanRp. 16.000 Laba
- Selisih Harga Jual
SHJ = (KS x HJA) (KS x HJS)
= KS (HJA HJS)
A = 1.200 (Rp. 200 Rp.190) = Rp. 12.000 Rugi
B = 900 (Rp. 300 Rp. 320) = Rp. 18.000 Laba
==============
Jumlah selisih harga jual Rp. 6.000
- Selisih Kuantitas Penjualan
SKP = (KA x HJA) (KS x HJA)
(KA KS) HJA
A = (1000 1200) 20 = Rp. 40.000 Laba
B = (1000 900) 300 = Rp. 30.000 Rugi
======
Jumlah Rp. 10.000 Laba

- Selisih Komposisi Penjualan

Komposisi Harga Jual Selisih


Jenis Komposisi Selisih
Sesungguh Per Unit Komposisi
Produk Anggaran Komposisi
nya Anggaran Penjualan
(1.000:2.000)
Rp. 30.000
A 1200 x 2.100 150 (Laba) Rp 200
(Laba)
= 1.050
(1.000:2.000)
Rp. 45.000
B 900 x 2.100 150 (Rugi) Rp 300
(Rugi)
= 1.050
Rp. 15.000
2100 2100 -
(Rugi)

Tas Selisih Komposisi penjualan juga dihitung dengan kuantitas sesungguhnya


setiap jenis produk pada harga
(1.200 x Rp. 200) + (900 x Rp. 300) = Rp. 510.000

Total kuantitas penjualan sesungguhnya pada harga jual rata-rata yang


dianggarkan :
(1.200 + 900) [(Rp. 200 + Rp. 300) : 525.000 = Rp. 15.000 (rugi)

4.2 Manajemen Biaya Lingkungan.

Biaya Lingkungan % Biaya Operasi


1. Biaya Pencegahan
1.1 Pelatihan Karyawan 600000
1.2 merancang produk 1800000
1.3 Memilih Peralatan 400000 2800000 14%
2. Biaya Deteksi
2.1 Memeriksa Proses 2400000
2.2 Mengukur Perkembangan 800000 3200000 1.6%
3. Biaya Kegagalan Internal
3.1 Polusi Operasi Peralatan 4000000
3.2 Mempertahankan Peralatan
Polusi 2000000 6000000 3.00%
4. Biaya Kegagalan Eksternal
4.1 Membersihkan Danau 9000000
4.2 Memulihkan Tanah 5000000
4.3 Menimbulkan klaim
kerusakn property 40000000 18000000 9%
Jumlah 30000000 15%

DAFTAR PUSTAKA

Adharawati, Athena 2010, Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan anggaran


sebagai
alat pengendalian biaya (studi kasus pada PT. PELNI Kantor Cabang
Makassar), Universitas Diponegoro, Semarang.
Akuntansi Manajemen (https://simponi.mdp.ac.id/materi201120121/SI332/092175/SI332-
092175-907-14.ppt). (diakses 25 februari)

Fita, Fione 2011, Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Salah Satu Dasar
Penilaian Prestasi Manajemen pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, Diakses
pada tanggal 25 Agustus 2013, dari
http:// ejour nal.unsrat.ac.id/index.php/index/search/authors/view?firstName=Fione& m
iddleNa me=Fita&lastName=Pangow&affiliation=Universitas%20Sam%20Ratulangi
%20Manado&country=ID.

Hansen, D. R., Mowen, M.M. 2009, Akuntansi Manajerial, Salemba Empat, Jakarta

Ihsan, Arfan. 2009, Akuntansi Manajemen Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta

Krimiaji, Aryani, Y Anni 2011, Akuntansi Manajemen, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN,
Yogyakarta.

Rani, Nartasari, Diah, 2011, Pengaruh Penyerapan Pertanggungjawaban dan Implementasi


Strategi Terhadap Kinerja Perusahaan PT. Clasies Star Probolinggo, Penelitian,
Surabaya,
ASMI.

Mulyadi 2007, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Edisi Ketiga, Salemba
Empat,Jakarta

Pratiwi, Mega Pratiwi. 2013. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan dan
Pengungkapan Tanggung Jawab Lingkungan Pada Perusahaan Manufaktur. (diakses
24 februari 2017)

Rudianto 2006, Akuntansi Manajemen Informasi Untuk Pengambilan Keputusan


Manajemen,
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Sugiyono 2009, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat, Jakarta

También podría gustarte