Está en la página 1de 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PADA PASIEN DENGAN TUMOR MAXILLA
DI RUANG OK 10 IBS RSUP SANGLAH

Oleh:

YUDIANUS MBAY HUPU AMAH


NIM. 1502116009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MAXILLA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN
Pengertian tumor secara umum : suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung
menginvasi jaringan sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.
Pengertian tumor secara khusus : suatu pertumbuhan yang terjadi di maksillaris yang
cenderung mengimvasi jaringan sekitarnya dan bermetastase ketempat-tempat jauh.
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen dan
adanya kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya
memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang
ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia. Tumor dapat
dibagi menjadi tumor odontogenik dan non-odontogenik. Tumor odontogenik adalah
neoplasma yang melibatkan jaringan perkembangan gigi. Tumor odontogenik dibagi lagi
menjadi tumor yang berasal dari ektodermal, mesodermal, dan campuran mesio-
ektodermal. Sedangkan tumor non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik tumor
jaringan vaskuler, dan tumor jaringan syaraf.

B. ETIOLOGI
Cara dan mekanisme terjadinya tumor disebut karsinogenesis
Penyebabnya belum diketahui secara pasti
Perubahan dari sel normal menjadi sel tumor dipengaruhi oleh banyak faktor (multi
faktor) dan bersifat individual atau tidak sama pada setiap orang.
Bahan kimia
Berbagai bahan kimia dapat merangsang sel-sel untuk meningkatkan atau
menurungkan tingkat reproduksi sel diantaranya : interleukin yang dikeluarkan
oleh sel sistem immun merangsang proliferasi sel, intermin yang dihasilkan oleh
sel-sel yang terinfeksi virus dan sel-sel sistem immun dan peradangan dapat
mempengaruhi kecepatan reproduksi berbagai sel tubuh.

C. PATOFISIOLOGI
Tumor menyebar secara lokal sewaktu tonjolan-tonjolan mencederai dan mematikan
sel-sel yang disekitarnya tumor yang sedang tumbuh dapat mematikan sel-sel sekitarnya
dengan menekan sel-sel tersebut atau dengan menghancurkan suplai darah dan
mengeluarkan bahan kimia serta enzim yang menghancur kan integritas membran sel
disekitarnya, sehingga sel tersebut mengalami lisis dan kematian, setelah sel-sel
disekitarnya mati tumpor dapat dengan mudah tumbuh untuk menempati ruang yang
ditinggalkan.

D. STADIUM TUMOR MAXILLA


Menurut UICC stadium tumor maxilla sebagai berikut:

T1 : tumor terbatas pada mukosa antrum ,tidak ada destruksi tulang

T2 : tumor dengan erosi dan destruksi infra struktur meliputi palatum durum dan
meatus media

T3 : tumor invasi ke kulit pipi, dinding posterior sinus maksila, dasar atau dinding
medial orbita

T4 : tumor invasi ke orbita dan isinya dan atau invasi lamina kribiformis, sinus etmoid
posterior atau sinus sfenoid, nasofaring, palatum molle, fossa pterigo maksila atau
fosa temporal, dasar tengkorak.

N0 : tidak ada metastasis ke kelenjar limf

N1 : metastasis kelenjar limf soliter ipsilateral < 3 cm

N2 : A. metastasis kelenjar limf soliter ipsilateral > 3 cm

B. metastasis kelenjar limf multipel ipsilateral < 6 cm

C. metastesis kelenjar limf bilateral > 6 cm


N3 : metastasis kelenjar limf > 6 cm

M0 : tidak ada metastasis jauh

M1 : ada metastasis jauh

Std 1 : T1N0M0

Std 2 : T2N0M0

Std 3 : T3N0M0, T(1-3)N1M0

Std 4 : T4N0M0, T4N1M0, T1-4N2-3M0, T1-4N1-4M1

E. TANDA DAN GEJALA


Peninggian atau peningkatan tekanan intrakranial
Ataksia
Perubahan tingkah laku
Paralisis saraf kranial
Adanya massa
Nyeri bila ada metastasis
Pertumbuhan polipoid

Gejala akibat pengobatan:


Tindakan pembedahan : nyeri pasca bedah, ileus paralitik, gangguan nutrisi,
mutilasi, risiko infeksi
Kemoterapi : pansitopenia, imunosupresi, gangguan metabolik, alopesia,
muntah, peningkatan berat badan, mukositis, konstipasi, pankreatitis, dan
kardiotoksik
Radioterapi : reaksi kulit dan mukositis, mual dan muntah, pertumbuhan
yang terlambat, kerusakan otak, sindrom somnolen pascaradiasi, alopesia,
kegagalan kelenjar eksokrin dan endokrin.

F. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum :
Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh.
Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
2) Head to toe :
Kepala
- Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
- Palpasi : nyeri tekan di kepala.
Wajah
- Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
- Palpasi : nyeri tekan di wajah.
Mata
- Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil,
- Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa
sclera
Hidung
- Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret
- Dipalpasi : nyeri tekan pada hidung
Mulut
- Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi
- Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi
Leher
- Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher
- Palpasi : nyeri tekan pada leher.
Dada
- Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
- Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri
tekan.
- Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
- Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
Payudara dan Ketiak
- Inspeksi : bentuk, benjolan
- Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
Abdomen
- Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen
- Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
- Perkusi : batas hepar, batas ginjal, batas lien, ada/tidaknya penimbunan cairan
diperut
- Palpasi : adanya nyeri tekan pada abdomen

Genitalia
- Inspeksi : bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna rambut kelamin,
benjolan
- Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
Integumen
- Inspeksi : warna kulit, benjolan
- Palpasi : nyeri tekan pada kulit
Ekstremitas
Atas :
- Inspeksi : warna kulit, bentuk tangan
- Palpasi : nyeri tekan, kekuatan otot
Bawah :
- Inspeksi : warna kulit, bentuk kaki
- Palpasi : nyeri tekan, kekuatan otot.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan foto polos sinus paranasal dan paru untuk melihat adanya metastasis
1) Foto polos dengan posisi Cald Well, waters, lateral dan submentovertikal.
2) CT Scan, sarana terbaik untuk melihat perluasan tumor ke jaringan lunak dan tulang
3) MRI (Magnetic resonance imaging), baik untuk melihat perluasan tumor ke
jaringan padat dan untuk membedakan jaringan tumor dari jaringan normal

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terbaik untuk tumor ganas adalah kombinasi operasi, radio terapi,
dan kemoterapi. Satu pengobatan saja tidak cukup. Kemoterapi bermanfaat pada tumor
ganas dengan metastase atau yang residif atau jenis yang sangat baik dengan kemoterapi,
misalnya limfoma malignum.
Pada tumor jinak dilakukan ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perlu dilakukan
cara pendekatan rinotomi lateral atau degloving.
Untuk tumor ganas dilakukan tindakan radikal seperti maksilektomi, dapat berupa
maksilektomi media, total dan radikal. Maksilektomi biasanya di lakukan misalnya pada
tumor yang sudah infiltrasi ke orbita, terdiri dari pengangkatan maksila secara endblok
disertai eksterasi orbita, jika tumor meluas ke rongga intrakranial dilakukan reseksi
kraniofasial atau kraniotomi, tindakan dilakukan dalam tim bersama dokter bedah saraf.
Sesudah maksilektomi, harus dipasang prostesis maksila sebagai tindakan-tindakan
rekonstruksi dan rehabilitasi, supaya pasien dapat berbicara dengan baik, disamping
perbaikan kosmetik melalui operasi bedah plastik. Dengan tindakan ini pasien dapat
bersosialisasi kembali dalam keluarga dan masyarakat

I. KOMPLIKASI
Infeksi
Sering terjadi pada stadium lanjut pada para pengidap tumor.
Kematian
Hasil akhir dari tumor yang tumbuh akan menghancurkan sel-sel yang hidup.

J. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosisnya kurang baik, beberapa hal yang mempengaruhi prognosis
antara lain:
1) Diagnosis terlambat dan tumor sudah meluas sehingga sulit mengangkat tumor.

2) Sulit evaluasi paska terapi karena tumor berada dalam rongga


3) Sifat tumor yang agresif dan mudah kambuh

K. PENCEGAHAN
Menghindari merokok
Makanan yang kaya buah dan rendah lemak
Uji penapisan secara dini
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

a) Pengkajian
Pre Operatif :
Kaji status klinis pasien (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan koping terhadap pembedahan yang
akan datang
Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Kaji tingkat kecemasan pasien
Breath Kaji status pernafasan pasien
Penggunaan otot bantu pernafasan
Penggunaan alat bantu pernafasan
Blood Kaji tekanan darah pasien, nadi, akral, turgor kulit, CRT dan
adanya nyeri dada
Brain Kaji tingkat kesadaran pasien
Bladder Kaji penggunaan kateter dan nyeri saat berkemih
Bowel Kaji penggunaan NGT, mual, muntah dan puasa
Bone Kaji kekuatan otot atau adanya deformitas

Intra Operatif :
Catat waktu mulai dan selesai operasi
Catat waktu mulai dan selesai anesthesi
Catat jenis anesthesi
Kaji satus klinis pasien (brain, blood, breath, bowel, blader, dan bone)
Monitor adanya perdarahan
Breath Kaji status pernafasan pasien, penggunaan otot bantu pernafasan,
penggunaan alat bantu pernafasan
Blood Kaji tekanan darah pasien, nadi, akral, turgor kulit, CRT dan adanya
nyeri dada dan kaji adanya perdarahan
Brain Kaji tingkat kesadaran pasien
Bladder Kaji penggunaan kateter dan nyeri saat berkemih
Bowel Kaji penggunaan NGT, mual, muntag dan puasa
Bone Kaji kekuatan otot atau adanya deformitas

Post Operatif :
Kaji status pasca bedah pasien (tanda-tanda vital, bising usus, distensi
abdomen)
Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
Kaji adanya komplikasi
Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Kaji adanya tanda-tanda anemia
Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Kaji kemampuan pasien dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.

Breath Kaji status pernafasan pasien


Penggunaan otot bantu pernafasan
Penggunaan alat bantu pernafasan
Blood Kaji tekanan darah pasien, nadi, akral, turgor kulit, CRT dan
adanya nyeri dada
Brain Kaji tingkat kesadaran pasien
Bladder Kaji penggunaan kateter dan nyeri saat berkemih
Bowel Kaji penggunaan NGT, mual, muntag dan puasa
Bone Kaji kekuatan otot atau adanya deformitas

b) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Pre Operatif
Data Diagnosa keperawatan
DS: pasien mengatakan cemas dalam Ansietas berhubungan dengan
menjalani operasinya prosedur infasiv ditandai dengan
DO: pasien terlihat gelisah
pasien tampak gelisah.

Intra Operatif
Data pasien Diagnose Keperawatan
DS: - Hipotermia berhubungan dengan
DO: akral dingin, suhu tubuh dibawah pemajanan lingkungan yang dingin
kisaran normal ditandai dengan kulit dingin, suhu
tubuh di bawah kisaran normal

DS: Ketidakefektifan bersihan jalan napas


DO: terdapat suara nafas tambahan berhubungan dengan prosedur anastesi
ditandai dengan hipersalivasi

DS: - Risiko Cedera berhubungan dengan


DO: pasien dalam kondisi tidak sadar prosedur invasif

DS: - Risiko perdarahan berhubungan


DO: terdapat perdarahan dan TD dengan kerusakan jaringan
menurun

Post Operatif
Data pasien Diagnosa Keperawatan
DS: - Risiko infeksi berhubungan dengan
DO: dilakukan insisi untuk luka insisi
pengangkatan tumor
DS: pasien mengeluh nyeri Nyeri akut berhubungan dengan agen
DO: pasien tampak meringis cedera fisik ditandai dengan
melaporkan nyeri secara verbal,
mengekspresikan perilaku.
DS:- Risiko cedera berhubungan dengan
DS: pasien tidak mampu melakukan penurunan efek anastesi
mobilisasi secara mandiri

c) Evaluasi Keperawatan
Pre Operatif
Diagnosa keperawatan Evaluasi
Ansietas berhubungan dengan prosedur Cemas Pasien Berkurang
infasiv ditandai dengan pasien tampak
gelisah.
Intra Operatif
Diagnose Keperawatan Evaluasi
Hipotermia berhubungan dengan Akral pasien hangat
pemajanan lingkungan yang dingin
ditandai dengan kulit dingin, suhu
tubuh di bawah kisaran normal

Ketidakefektifan bersihan jalan napas Bersihan jalan napas pasien efektif


berhubungan dengan prosedur anastesi
ditandai dengan hipersalivasi

Risiko Cedera berhubungan dengan Tidak terjadi cedera


prosedur invasif

Risiko perdarahan berhubungan Tidak ada perdarahan


dengan kerusakan jaringan

Post Operatif
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Risiko infeksi berhubungan dengan Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
luka insisi
Nyeri akut berhubungan dengan agen Pasien mengatakan nyeri terkontrol
cedera fisik ditandai dengan
melaporkan nyeri secara verbal,
mengekspresikan perilaku.
Risiko cedera berhubungan dengan Tidak terjadi cedera
penurunan efek anastesi

d) Kriteria Pemindahan Pasien Ruang Operasi


1) Alderate Score

Objek Kriteria Nilai


Respirasi - Mampu nafas dalam dan batuk 2
1
- Sesak atau pernafasan terbatas 0

- Henti nafas

Tekanan darah - Berubah sampai 20% dari pra 2


bedah 1
0
- Berubah 20%-50% dari pra
bedah

- Berubah >50% dari pra bedah

Warna kulit - Kemerahan 2


1
- Pucat agak suram 0
- Sianosasis

Kesadaran - Sadar baik dan orientasi baik 2


1
- Sadar setelah dipanggil
0
- Tak ada tanggapan terhadap
rangsangan

Aktifitas - Mampu menggerakan empat 2


esktreimitas
1
- Mampu menggerakan dua
esktremitas 0

- Tidak mampu menggerakan


ekstremitas

Penilaian dilakukan saat masuk dan lima belas menit setelah masuk.
Nilai minimal untuk pengiriman pasien ke bangsal adalah 7-8.

2) Bromage score

Kriteria Score
Dapat mengangkat tungkai bawah 0
Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat mengangkat kaki 1
Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih dapat menekuk 2
lutut
Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3
Pasien dapat di pindah ke bangsal apabila score kurang dari 2.

3) Steward Score

Objek Kriteria Score


Pernafasan - Batuk, menangis 2
1
- Pertahankan jalan 0
nafas

- Perlu bantuan

Pergerakan - Gerak bertujuan 2


1
- Gerak tak bertujuan 0

- Tidak bergerak

Kesadaran - Menangis 2
1
- Berekasi terhadap
rangsangan 0

- Tidak bereaksi
terhadap rangsangan

Pasien dapat dipindah apabila score >5.

4) Kriteria Dengan Loka Anastesi

Kriteria Respon Klien


Nyeri -
Perdarahan -
Kesimpulan
Pasien dapat dipindahkan ke ruangan apabila tidak ada nyeri dan perdarahan
e) Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pre Operasi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a. Ansietas berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC label (Anxiety Control): NIC label (Anxiety Control):
1. Observasi tanda verbal serta non
dengan krisis situasional keperawatan....x.jam 1. Untuk mengetahui
verbal dari kecemasan
(rencana operasi) ditandai diharapkan ansietas dapat kecemasan pasien dan
2. Gunakan pendekatan yang
dengan mengekspresikan diatasi dengan criteria hasil keluarga
menenangkan
2. untuk membuat klien lebih
kekhawatiran, gelisah, NOC label (Anxiety level): 3. Dorong keluarga pasien untuk
tenang
ketakutan terhadap a) Keluarga klien tampak mengungkapkan perasaan,
3. untuk mengetahui tingkat
konsekuensi yang tidak tenang ketakutan persepsi
kecemasan klien
b) Keluarga klien 4. Beri kesempatan pada keluarga
spesifik. 4. Kecemasan klien dapat
mengatakan dapat untuk menanyakan hal hal yang
berkurang dengan
menerima keaadaan ingin diketahui sehubungan dengan
mengetahui tentang tindakan
klien prosedur tindakan 5. Mengurangi kecemasan
5. Jelaskan semua prosedur yang akan
keluarga terhadap prosedur
dilaksanakan termasuk sensasi yang
tindakan.
akan dirasakan selama prosedur
berlangsung.

2. Intra Operasi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC Label (Hypotermia NIC Label (Hypotermia
dengan pemajanan keperawatan selama ....x.... Management) Management)
lingkungan yang dingin jam diharapkan tidak terjadi 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui kondisi umum
2. Berikan selimut dan bed warmer
ditandai dengan kulit hipotermia dengan kriteria pasien
3. Sesuaikan kamar operasi dengan
2. Agar pasien dapat beradaptasi
dingin, suhu tubuh dibawah hasil :
kondisi pasien
NOC label dengan suhu ruangan
kisaran normal, pucat 4. Bungkus pasien/ tutupi daerah
3. Agar pasien tidak kedinginan
(Thermoregulation)
yang tidak dilakukan operasi 4. Air hangat dapat mencegah
1. Suhu tubuh dalam rentang 5. Gunakan pencucian luka dengan
pasien mengalami hipotermia
normal air hangat 5. Agar pasien tidak kedinginan
2. Tidak teraba dingin 6. Berikan cairan hangat/infus
3. Akral hangat
hangat saat operasi
4. Tidak menggigil
2 Risiko cedera berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC label (Environmental NIC label (Environmental
dengan disfungsi sensori keperawatan selama ....x.... Management) Management)
jam diharapkan risiko cedera 1. Periksa kesiapan alat (diathermy 1. Mengetahui apakah alat siap
dapat dicegah dengan kriteria plat) digunakan atau tidak
2. Periksa kebutuhan kulit yang 2. Agar tidak terjadi cedera pada
hasil :
NOC label ( Fall Prevention terpasang diathermy plat kulit
3. Tempatkan diathermy plat di 3. Mencegah timbulnya risiko
Behaviour)
tempat yang berotot dan kering cedera
1. Tidak terjadi cedera
4. Ciptakan lingkungan yang aman 4. Lingkungan yang aman
2. Pelindung terpasang
bagi pasien menjadikan pasien terbebas dri
dengan baik
5. Hilangkan objek yang dapat
3. Eliminasi benda-benda risiko cedera
melukai pasien 5. Mencegah pasien untuk
yang dapat menyebabkan
6. Lakukan time-out sign out
mengalami risiko cedera
cedera
6. Sesuai dengan waktu yang
NOC label (Tissue and Skin ditentukan
Integrity)
1. Kebutuhan kulit dan
jaringan terjaga.
3 Ketidakefektifan bersihan NIC : Airway Management 1 Agar pertukaran gas maksimal
NOC: Respiratory status: 1 Posisikan pasien untuk 2 Untuk mengurangi sesak
jalan nafas
3 Mengetahui ada tidaknya suara
airway potency memaksimalkan ventilasi
2 Keluarkan sekret dengan batuk nafas yang abnormal
4 Untuk memperlebar bronkus
oksigenasi pasien adekuat atau suction
5 Agar tidak terjadi dehidrasi
tidak ada tanda sianosis 3 Auskultasi suara nafas, catat
6 Mengetahui kadar O2
sesak pasien berkurang adanya suara tambahan
tidak ada pernafasan ciping 4 Berikan bronkodilator
5 Atur intake untuk cairan
hidung
tidah ada retraksi intercostae mengoptimalkan keseimbangan.
1. Mengetahui
tidak ada suara nafas 6 Monitor respirasi dan status O2
NIC Label: Respiratory Monitoring ketidakabnormalan yang
abnormal 1. Catat pergerakan
dialami klien
dada,amati kesimetrisan,
NOC: Vital sign status 2. Mengetahui
penggunaan otot tambahan,
pola nafas klien
retraksi otot supraclavicular dan
RR,Nadi, suhu dalam rentang
intercostal
normal
2. Monitor pola nafas :
Pola, kedalaman, irama nafas
bradipena, takipenia, kussmaul,
normal
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
4 Risiko Perdarahan Setelah dilakukan Asuhan Vital Signs Monitoring 1. Memonitor adanya gangguan
keperawatan selama . x 24 1. Monitor tekanan darah, nadi, sistemik akibat perdarahan
jam, diharapkan perdarahan saturasi oksigen, dan status 2. Perubahan tekanan darah secara
tidak terjadi dengan kriteria respirasi fluktuatif merupakan indikasi
hasil: 2. Catat apabila terjadi perubahan terjadinya perdarahan
Blood Loss Severity tekanan darah yang fluktuatif 3. Penurunan volume
Tidak terjadi perdarahan 3. Monitor warna, suhu dan intravaskuler menurunakn
pasca operasi kelembaban kulit perfusi perifer
Kulit dan membrane 4. Monitor adanya sianosis 4. Penurunan perfusi perifer
mukosa tidak pucat berakibat sianosis

Hypotension Severity
Tidak pucat
Tidak ada espirasi dalam
Tekanan darah sistolik Bleeding Precaution 1. Dapat memperkirakan dan
rendah 1. Monitor kondisi yang dapat mencegah terjadinya
menyebabkan perdarahan perdarahan
2. Monitor jumlah dan kenampakan 2. Memonitor jumlah darah yang
kehilangan darah hilang dapat digunakan untuk
3. Catat hemogblobin dan menentukan jumlah caitran
hematocrit pengganti
4. Monitor statius intake dan output 3. Hb dan hematocrit merupakan
cairan komponen penting dalam
5. Monitor protein koagulasi perfusi jaringan dan indicator
(PT/PTT, fibrinogen, jumlah volume cairan
platelet) 4. Mengetahui adanya dehidrasi
6. Monitor faktor yang 5. Memastikan status pembekuan
mempengaruhi distribusi oksigen darah pasien baik
(PaO2, SaO2, dan hemoglobin 6. Memastikan oksigen dapat
serta kardiak output) terdistribusi ke seluruh tubuh
7. Perkirakan kemungkinan
transfusi darah 7. Dapat melakukan persiapan
Berikan produk darah prosuk darah
8. Untuk mengganti kehilangan
darah

3. Post Operasi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan (Wound care): (Wound care):
dengan gangguan keperawatan xjam 1. Kaji area sekitar luka dan 3. Kaji area sekitar luka
pertahanan tubuh primer diharapkan tidak terjadi kebutuhan wound dressing yang dan kebutuhan wound
infeksi dengan kriteria hasil diperlukan dressing yang diperlukan
Rasional : mengetahui Rasional : mengetahui
NOC label (infection control):
management luka yang management luka yang
a) Tidak terdapat
diperllukan diperllukan
peningkatan nilai leukosit
2. Lakukan perawatan luka sesuai 4. Lakukan perawatan luka
b) Suhu tubuh dalam batas
kebutuhan sesuai kebutuhan
normal 36,5-37,5 derajat
celcius Rasional : mencegah masuknya Rasional : mencegah
c) Warna daerah
kuman ke area port the entry masuknya kuman ke
pembedahan merah muda
area port the entry
tanpa eksudat purulen dan
tidak berbau.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management 1. Untuk memahami nyeri
keperawatan selama ... x ... 1. Lakukan pengkajian komprehensif pasien secara keseluruhan
jam diharapkan nyeri teratasi
erhadap nyeri sehingga mampu memberi
dengan kriteria hasil:
Pain Level 2. Kaji respon nonverbal terhadap intervensi yang tepat
Pasien mengatakan nyeri nyeri 2. Mengetahui adanya nyeri
berkurang
3. Kaji adanya ketegangan otot akibat yang tidak diverbalisasi oleh
Skala nyeri turun
Tidak ada ekspresi nyeri nyeri pasien
4. Berikan pasien posisi yang nyaman 3. Nyeri dapat meningkatkan
Pain Control 5. Ajarkan pasien teknik tonus otot sehingga terjadi
Pasien dapat melaporkan
nonfarmakologi dalam mengatasi ketegangan
nyeri
Pasien dapat melakukan dan mengontrol nyeri 4. Posisi yang tepat dapat
teknik nonfarmakologi (distraksi/relaksasi) meningkatkan rasa nyaman
dalam mengontrol nyeri 6. Laukan tindakan kolaborasi yang dapat mengurangi
Pasien melaporkan nyeri
pemberian obat analgetik yang telah sensasi nyeri
terkontrol
diresepkan sesuai instruksi dokter 5. Teknik nonfarmakologi dapat
digunakan untuk mengurangi
nyeri sebelum dan
pascaoperasi
6. Analgetik dapat menurunkan
nyeri dengan mensupresi
pusat nyeri
3. Risiko cedera berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC label (Environmental NIC label (Environmental
dengan disfungsi sensori keperawatan selama ....x.... Management) Management)
1. Mengetahui apakah alat siap
jam diharapkan risiko cedera 1. Periksa kesiapan alat (diathermy
digunakan atau tidak
dapat dicegah dengan kriteria plat)
2.Agar tidak terjadi cedera pada
2. Periksa kebutuhan kulit yang
hasil :
kulit
NOC label ( Fall Prevention terpasang diathermy plat
3.Mencegah timbulnya risiko
3. Tempatkan diathermy plat di
Behaviour)
cedera
tempat yang berotot dan kering
4. Tidak terjadi cedera 4.Lingkungan yang aman
4. Ciptakan lingkungan yang aman
5. Pelindung terpasang
menjadikan pasien terbebas dri
bagi pasien
dengan baik
5. Hilangkan objek yang dapat risiko cedera
6. Eliminasi benda-benda
5.Mencegah pasien untuk
melukai pasien
yang dapat menyebabkan
mengalami risiko cedera
cedera
NOC label (Tissue and Skin
Integrity)
Kebutuhan kulit dan jaringan
terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Ed. 8.
EGC: Jakarta.
Docthwrman, Joanne McCloskey. (2004). Nursing Interventions Classification. St
Louis, Mossouri, Elsevier inc.
Herdman, T Heather, dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi.
Edisi 10. Jakarta: EGC
Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
NIC NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction
Odontogenic and Non-odontogenic Tumour. (2014, Apr 2). Retrieved from:
http://www.jaypeedigital.com/books/9788180616372/Chapter%20wise
%20Pdf/10155/Chapter-13_Odontogenic%20and%20Non-odontogenic
%20Tumors.pdf
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta, EGC

También podría gustarte