Está en la página 1de 17

DETEKSI DINI PERTUMBUHAN

DAN
PERLAKUAN NUTRISIONAL
PADA KEHIDUPAN 1000 HARI

Dr. JC. Susanto, Sp.A(K)

BAB I
HAMBATAN PERTUMBUHAN DAN GAGAL TUMBUH
(GROWTH FALTERING DAN FAILURE TO THRIVE)

Dr. JC Susanto, SpA(K)

Pendahuluan

Dengan menggunakan grafik WHO child growth standard diharapkan anak akan
tumbuh normal mengikuti salah satu garis dalam WHO standard. Terdapat 7 garis.
Diharapkan seorang anak balita dapat tumbuh mengikuti salah satu garis tersebut. Tidak
harus mengikuti yang paling atas atau harus mengikuti yang paling tengah, tetapi mengikuti
salah satu garis dalam KMS dari lahir sampai 5 tahun itu sudah tumbuh normal. Sudah bagus.

Menurut penelitiannya Shrimpton R 2001 dan Victora CG 2010, yang meneliti


pertumbuhan anak dari lahir sampai 5 tahun pada anak dari 54 negara menunjukkan bahwa
hambatan pertumbuhan itu sudah terjadi sejak lahir, baik pada pertumbuhan berat badan
menurut umur, panjang badan menurut umur dan berat badan menurut panjang. Dari ketiga
grafik tersebut yang paling ringan adalah grafik berat badan menurut panjang badan dan yang
paling parah adalah panjang badan menurut umur. Pada grafik ini terjadi penurunan
pertumbuhan dari lahir dan mencapai puncaknya pada saat bayi umur 24 bulan atau akhir
kehidupan 1000 hari. Sedang grafik berat badan menurut panjang badan berada di paling atas
atau mendekati median atau 0 SD. Jadi pada umumnya anak mengalami hambatan
pertumbuhan berat badan maupun panjang badan tetapi karena ke duanya yang menurun jadi
proporsional baik. Artinya anak-anak ini tidak kelihatan kurus, atau tingkat kegemukannya
normal. Tetapi sebetulnya anak ini pendek. Hal ini sesuai sekali dengan kondisi di Indonesia
dimana angka kejadian pendek pada ansk balita tinggi, 36.8% pada tahun 2007. Kejadian
pendek ini menggambarkan terjadinya kekurangan gizi jangka panjang. Dan kekurangan gizi
yang berlangsung pada awal kehidupan akan berakibat pada kesrhatan dan perkembangan
pada masa anak maupun dewasa. Oleh karena itu hambatan pertumbuhan tersebut harus
dikenali sejak dini, agar penyimpangan yang terjadi segera diketahui, dianalisa dan diberi
solusi.

Mengenali hambatan pertumbuhan dan gagal tumbuh dari KMS

1. Hambatan pertumbuhan
A. T1 atau growth faltering
B. T2 atau flat growth: arah garis pertumbuhan datar, atau berat saat ini sama
dengan berat badan periode yang lalu
C. T3 atau loss of growth : arah garis pertumbuhan menurun. Berat badan saat ini
lebih rendah dibanding berat badan periode sebelumnya.
2. Gagal tumbuh. Arah garis pertumbuhan menurun melewati dua standard deviasi
dalam waktu 3-6 bulan.

1
Mengenali hambatan pertumbuhan itu dapat dilakukan dengan mengamati garis
pertumbuhan dalam KMS. Makin muda anak makin cepat pertumbuhannya. Pertumbuhan
anak umur 0-6 bulan lebih cepat dibanding anak umur 6-12 bulan. Begitu juga pertumbuhan
anak umur 6-12 bulan lebih cepat dibanding anak umur 12-24 bulan. Pada anak laki yang
lahir dengan berat badan 3 kg, akan menjadi 3x nya pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kalinya
pada umur 2 tahun. Jika pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan teratur maka sedikit
penyimpangan saja akan segera dapat diketahui.

Hambatan perrumbuhan ini tidak tergantung status gizinya maupun aktivitasnya. Anak
yang bergizi baik bisa saja pertumbuhannya T1, tetapi anak yang BGM dapat saja mengalami
T1. Anak yang mengalami hambatan pertumbuhan sering tidak ada tanda sama sekali. Anak
masih aktif, tidak sakit bahkan nafsu makannya masih baik. Dan tidak ada tanda pengurusan.
Hambatan pertumbuhan awal hanya dapat diketahui dengan mengamati grafik pertumbuhan
dari bulan ke bulan. Satu bulan saja terjadi hambatan pertumbuhan, misalnya 1T1, atau satu
bulan T1, sudah merupakan masalah yang harus ianalisa dan ditindaklanjuti. Hanya terdapat
dua penyebab hambatan pertumbuhan yaitu faktor makanan dan faktor penyakit dan
lingkungan.

Jika hambatan pertumbuhan ini dibiarkan akan berlanjut berlarut-larut sehingga akan
berangsur-angsur status gizi nya menurun. Menjadi kurus secara klinis dan index
antropommetri BB/PB akan terus menurun. Di samping itu, semakin lama seorang anak
mengalami hambatan pertumbuhan berat badan, akan diikuti hambatan pertumbuhan panjang
badan. Pada awalnya BB/U normal, PB/U normal dan BB/PB normal juga. Lama kelamaan
terjadi BB/U rendah, PB/U rendah dan PB/PB rendah atau malnutrisi kronik atau BB/U
rendah PB/U rendah tetapi BB/PB normal jika anak tersebut tingkat kegemukannya normal
tetapi mengalami malnutrisi masa lalu (normally fat with past history of malnutrition). Dari
ke dua kondisi ini anak mengalami pendek. Dan pendek tersebut menggambarkan kronisitas
proses hambatan pertumbuhan. Semakin awal terjadinya hambatan pertumbuhan (yang terjadi
pada awal kehidupan), semakin banyak sequelenya. Sehingga tepatlah yang dikatakan Ferrari
Branca 2002 bahwa Stunted just not only short stature. Cebol itu bukan cuma perawakan
pendek Akan kita bicarakan di tempat lain hambatan pertumbuhan pada awal khidupan bagi
masa anak maupun masa dewasa.

Jika hambatan pertumbuhan tersebut berlangsung sangat cepat, terjadilah gagal


tumbuh. Pada kondisi ini penyimpangan pertumbuhan sehingga melewati dua standard
deviasi dalam waktu 3-6 bulan. Proses ini sangat cepat. Tentu hal ini hanya dapat terjadi pada
awal kehidupan. Paling sering pada umur kurang dari 1 tahun sekalipun dapat terjadi pad
umur balita. Sama halnya dengan hambatan pertumbuhan berat badan pada umumnya, gagal
tumbuh pada berat badan menurut umur, juga diikuti hambatan pertumbuhan panjang badan.
Kadang anak belum pernah periksa atau lama tidak memeriksakan diri dan ketika datang
memeriksakan diri didapatkan posisi berat badan pada grafik BB/U dan atau panjang badan
pada grafik PB/U berada di -3 SD atau kurng.

Gagal tumbuh ini dapat terjadi sekalipun anak tersebut tiap bulan melakukan
pemeriksaan dan konsultasi. Bahkan dokter juga telah mengetahui faktor penyebabnya.

2
Penyebabnya kemungkinan hal yang sepele saja tetapi dampak begitu berat dan kompleks,
sehingga untuk mengatasi hal itu juga perlu pengelolaan yang komprehensif. Misalnya
seorang bayi yang tumbuh normal dari saat lahir sampai umur 2 bulan. Kemudian pada umur
dua bulan ibunya harus masuk kerja, tidak memeras ASI ditempat kerja dan mendapat susu
formula yang terlalu encer dan salah menyiapkannya. Akibatnya anak kurang asupan gizi dan
diare berulang. Akibatnya anak mengalami gagal tumbuh.

Jika kita mendapatkan hambatan pertumbuhan hendaknya kita berpikir dengan pola :
what, why, how. Ada apa, apa penyebabnya dan apa solusinya. Sehingga setiap
penyimpangan akan dapat dikenali dianalisa dan diberi solusi sehinga akan kembali ke
garisnya. Tetapi hal yang sederhana tetapi sangat bermanfaat bagi masa depan anak tersebut
sangat jarang dipraktekkan, di level apapun.

Di puskesmas atau rumah sakit tidak pernah ada evaluasi pertumbuhan karena tidak
ada anak yang datang ke puskesmmas atau rumah sakit yang membawa KMS. Di tempat
tersebut juga tidak pernah ditanyakan berat badan sebelumnya. Sendainya anak tersebut
dirawat inap, anak tersebut tidak diketahui status gizinya karena tidak ada pemeriksaan
panjang badan untuk anak tersebut, apalagi untuk menentukan status pertumbuhannya.
Kadang ada petugas rumah sakit berpendapat bahwa KMS itu hanya digunakan oleh kader
Posyandu. Bukan untuk petugas kesehatan. Demikian juga dokter anak. Sangat jarang dokter
speaialis anak yang menggunakan KMS sebagai alat pemantau perrumbuhan. Padahal ciri
khas anak adalah tumbuh kembang, dan gangguan tumbuh kembang di awal kehidupan
menentukan masa depan anak tersebut baik secara fisik, psikis, cognitif dan ekonomi (Black
RE, 2008).

3
BAB II

4
AKIBAT ANAK YANG TIDAK TUMBUH
Dr. JC Susanto, SpA(K)

Dalam penilaian pertumbuhan, yang dinilai adalah arah garis pertumbuhan. Bukan
letak titik dalam grafik. Terdapat lima arah garis pertumbuhan. Dalam menilai arah garis
tidak ditentukan periode pemeriksaannya. Dapat tiap tahun, boleh juga 2 bulan atau 3 bulan.
Dilkukan satu minggu atau dua minggu sekali juga boleh. Penempatan titik plot pada grafik
(KMS), tidak harus diletakkan pada garis tegak. Yang harus diingat adalah plot di garis tegak
jika saat itu sedang ulang bulan. Lahir tanggal 10 Agustus, plot di garis tegak bulan
september jika pemeeiksaan dilakukan pada tanggal 10 september. Jika dilakukan pada
tanggal 25 september berarti letak plot ditengah-tengah antara september dan oktober.

Hambatan pertumbuhan adalah proses perburukan dari seorang anak yang semula
bergizi baik dan secara pelahan tetapi pasti berangsur-angsur semakin mundur sehingga
berubah menjadi status gizi kurang dan menjadi gizi buruk. Atau dengan menggunakan istilah
yang benar untuk membaca grafik BB/U, semula gizi baik berangsur-ngsur menjadi BBR
(berat badan rendah) dn aelanjutnya menjadi BBSR (Bert badn sangat rendh).

Dikatakan BBSR (Severe Underweight menurut WHO), jika seorang anak dengan
BB/U z score <-3SD, atau menurut bahasa Kemenkes sebagai BGM (bawah garis merah).
Tetapi WHO standard menempatkan garis merah tidak pada garis -3 SD, tetapi WHO
standard menempatkan garis merah pada -2SD dan + 2 SD. Artinya WHO mengharapkan
anak itu tumbuh di antara dua garis yaitu +2SD dan -2SD. Pada penyimpangan pertumbuhan
yang berarti penurunan pertumbuhan, diharapkan oleh WHO jangan menyeberangi sehingga
melewati garis -2SD. Sedang kebiasaan di Posyandu, anak yang mengalami hambatan
pertumbuhan, dianggap tidak bermasalah, karena masih bergizi bik karena masih di atas
garis merah. Setelah berat badn anak di bawah garis merah barulah anak tersebut disebut
bergizi buruk. Yang sebetulnya adalah BBSR. Bahwa BGM tersebut adalah gizi buruk
ditetapkan dalam Permnkes tahun 2002 dan 2010.

Anak yang BBSR atau disebut Kemenkes sebagai gizi buruk gambaran klinisnya
belum tentu sangat kurus. Bisa normal atau kurus atau sangat kurus dan pada umumnya
pendek (stunted). Ketika saudara sebagai okter ataupun dokter anak dan dilapori ditemukan
seorang anak gizi buruk (= BGM), saudara akan mendapatkan anak yang normal secara
proporsional, artinya tidak kurus, tidak sakit, anak masih mau makn dan masih beeaktivitas.
Memang sebagian terdapat anak yang kurus tetapi sebagian besar normal. Hal ini terjadi
karena ketika anak tersebut mengalami hmbatan pertumbuhan berat badan, proses ini akan
disusul dengan hambatan pertumbuhan panjang badan. Anak anak tersebut saya beri nama
punakawan sebagai Gareng, Petruk dan Bagong.Gareng dan Bagong ini karena di KMS
diletakkan di bawah garis merah, ke duanya disebut sebagai gizi buruk. Tentu bagi kita
sebagai dokter akan bingung. Disebut sebagai gizi buruk tetapi tidak ada tanda klinis gizi
buruk (untuk Bagong). Sebaliknya si Petruk yang sangat kurus karena pada pengukuran BB
menurut PB berada di <-3 SD, tidak disebut sebagai gizi buruk. Hal ini terjadi karena BB

5
Petruk pada grafik BB menurut umur, berada di atas garis merah. Petruk menjadi sangat
kurus karena menderita kekurangan gizi yang sangat cepat atau akut, baik karena kurangnya
asupan makanan atau karena sakit yang berat. Prosesnya sangat cepat sehingga proses
hambatan pertumbuhan BB belum sempat diikuti oleh hambatan pertumbuhan panjang badan
(PB).

Jadi, di sini terjadi kerancuan:

- Ada anak dikategorikan gizi buruk tetapi anaknya tidak kurus/ sangat kurus, tetapi
masih dapat beraktivitas secara normal (Bagong).
- Ada anak yang sangat kurus secara klinis, dan sangat memerlukan bantuan untuk
memperbaiki kesehatan dan gizinya, tetapi anak ini tidak dimasukkan ke dalam
kategori gizi buruk.
Pertanyaan berikutnya apakah Petruk tidak dimasukkan sebagai gizi buruk ? (karena
tidak BGM) padahal kondisinya sangat memprihatinkan. Apakah Bagong yang pendek
normal atau gemuk justru mendapat bantuan pangan karena dikategorikan gizi buruk. Jika hal
ini terjadi, Petruk akan semakin berat kondisinya dan Bagong akan bertambah gemuk.
Keduanya ini berbahaya. Petruk bisa jadi tidak tertolong, sedang Bagong akan banyak
mengalami banyak masalah diusia dewasa, seperti metabolic syndrome dll.

Tentang pelaporan di Posyandu, yang ada dalam pencatatan sistem informasi


posyandu adalah pencatatan berapa yang ditimbang, berapa yang naik dan tidak naik dan
berapa yang BGM. Untuk naik dan tidak naik, interpretasinya tidak dengan menolai arah
garis pertumbujan dalam KMS tetapi yang dinilai adalah selisih berat badan bulan ini dan
bulan yang lalu. Alasannya, banyak KMS yang tidak diisi garis atau kurvenya, tetapi pada
KMS terdapat lamporan catatan berat badan. Yang memuat tanggal dan berat badan. Artinya
interpretasi pertumbuhan todak berdasarkan arah garis dalam KMS tetapi selisih berat badan.
Naik atau turun. Kalau dengan cara pwnolaian semacam ini tidak arah garis pertumbuhan T1,
dan arah T1 dianggap sebagai naik (N). Apa dampaknya? Anak dengan arah garis
pertumbuhan yang seharusnya diberi solusi, tetapi karena dianggap naik, maka anak akan
dibiarkan mengalami hambatan pertumbuhan terus menerus, akhirnya anak ini akan masuk ke
BGM.

Sebaliknya anak yang diketahui sebagai BGM akan dilakukan beberapa tindakan
antara lain, diberi tahu bahwa anak ini menderita BGM, diberi nasehat makan, dirujuk atau
dilaporkan ke Puskesmas. Pada anak BGM yang dirujuk akan menimbulkan masalah baagi
keluarga tersebut. Yang mereka pikirkan : Anakku tidak sakit, kenapa dirujuk? Untuk ke
Puskesmas siapa yang mengantar, nanti akan diapakan? Berapa biayanya? Biaya dari mana?
Seandainya anak tersebut jadi dikirim ke Puskesmas dan diperiksa antropometrinya atau
ukuran tubuh, mungkin Petugas Puskesmas akan menjawab ternyata anak normal dan status
gizinya baik. Lho kata Posyandu anak saya bergizi buruk kenapa petugas Puskesmas
menyatakan anak saya bergizi buruk? Anak memang BGM atau disebut gizi buruk tetapi anak
ini oleh petugas Puskesmas diperiksa antropometri, dan dalam pmeriksaan antropometri
BB/PB didapatkan anak ini masih normal, atau gizi baik. Begitu petugas Puskesmas

6
menyampaikan. Hanya BGM saja. Anjurannya: Beri makanan bervariasi. Kata petugas
Puskesmas.

Selanjutnya anak (BGM) ini kan terus BGM. Mungkin berkali-kali diperiksa oleh
petugas Puskesmas dan hasilnya tetap sama. Masih gizi baik. Sampai suatu ketika anak ini
mendapat kekurangan gizi yang berat baik karena makanan yang sangat kurang atau sakit
yang berat atau ke duanya. Kemudian anak terlihat sangat kurus. Saat diperiksa lagi oleh
petugas Puskesmas barulah sekarang diketahui bahwa anak tersebut sangat kurus karena
BB/PB <-3 SD. Tetapi saaat ini anak umurnya sudah lebih dari 2 tahun. Anak yang
mengalami malnutrisi kronis dan sudah berumur lebih dari 2 tahun sulit akan menjadi tumbuh
kembang optimal sesuai potensi genetiknya. Pertanyaannya : adakah Puskesmas yang
melakukan pemeriksaan status gizi ? Adakah Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan
gizi buruk dengan benar (dengan memberikan obat dan makanan secara gratis).

Pernahkah saudara melihat laporan bulanan dari kabupaten/kota di sebuah propinsi?


Jumlah kasus gizi buruk baru 250 anak, sembuh 200 anak dan belum sembuh 50 anak. Dari
kabupaten lain dilaporkan kasus gizi buruk tahun ini 1150, sembuh 950 dan belum sembuj
250. Hebat banget. Berapa lama penyembuhannya dengan pemberian makanan jenis apa dan
berapa biayanya?.

Lalu, bagaimana agar mereka (Gareng, Bagong dan Petruk), ini diklasifikasikan
secara benar dan mendapat bantuan bagi yang membutuhkan. Ada sebuah cara pengukuran
yang sangat sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan sekalipun, dengan nilai
ketepatan yang tinggi, yaitu dengan mengukur Lingkar Lengan Atas. Alat ini sudah dikenal
sejak tahun 70 an dengan nama pita Shakir, kemudian menjadi alat skrining untuk
menentukan anak dengan SAM (severe acut malnutrition) oleh Collins 2006 dan WHO 2007
dan 2009 (11,5 cm). Bahkan pada tahun 2013 WHO menggunakan LILA sebagai salah satu
kriteria diagnosis dan sebagai kriteria sembuh (12,5 cm).

Pita LILA ini dapat menentukan apakah anak ini kurus (wasting), dengan pita LILA
antara 11,5 12,5 cm dan sangat kurus (severe wasting), jika pita LILA <11.5 cm. Pita LiLA
<11.5 cm ini sesuai dengan BB/PB <-3SD atau masuk dalam kriteria severe wasting atau saat
ini sangat kurus (SAM) untuk anak kelompok umur 6-59 bl.Jadi dengan menggunakan pita
LILA akan diketemukan anak-anak yang sangat kurus yang sangat memerlukan bantuan bagi
kehidupannya dan masa depannya. Anak anak ini mortalitas dan morbiditas sangat tinggi
sehingga memerlukan bantuan untuk penyembuhannya. Sekalipun pita LILA ini sangat
sederhana dan murah dan ketelitian tinggi, sampai saat ini alat ini belum dipergunakan secara
masal baik untuk skrining maupun untuk diagnose.

Dari tiga anak tersebut (Gareng, Petruk dan Bagong), Gareng dan Petruk memerlukan
bantuan segera, karena mereka mengalami malnutrisi berat akut. Atau saat ini sangat kurus.
Sedang Bagong masa kritisnya sudah terlewati. Tetapi bukannya tanpa masalah. Saat ini dia
pendek. Stunted just not only short stature (Ferari Branca, 2002).

7
BAB III

MP ASI UNTUK ANAK 6 12 BULAN


Dr. JC Susanto, SpA(K)

Terdapat banyak masalah ketika seorang bayi harus mendapat MP ASI. Sebagin
berpendapat bahwa bayi itu harus segera diberi makan. Alasannya agar bayi cepat besar. Hal
ini banyak dilakukan masyarakat tradisional yang kadang memberikan makanan setengah
pada pada umur 2 bulan, bahkan pada umur yang lebih muda, sekitar 2 minggu. Tentu hal ini
sering menimbulkan masalah baik masalah gizi maupun masalah keswhatan. Sampai tahun
2001 MP ASI muli diberikan umur 6 bulan. Sebelumnya bayi udah diberi makan umur 4
bulan. Dua alasan yang digunakan untuk menunda pemberian MP ASI adalah : ASI saja
masih dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi, dan yang ke dua, jika ASI saja diberikan sampai
umur 6 buln, akan menurunkan kejadian diare (Dewey, WHO, 2003).

King 1996 sudah wanti-wanti : weaning period is critical period. Artinya masa
penyapihan itu masa yang kritis. Alasan yang diajukan adalah: ketika bayi mulai diberi
makan, asupan gizi sering kurang karena mutu makanan kurang baik sementara anak tetap
tumbuh dan perlu energi dan nutrisi yang lebih baik dan lebih banyak. Kekebalan menurum
karena ASI bukan satu- satunya makanan bayi lagi. Saat itu anak sudah sering memasukkan
tangan ke mulutnya yang menyebabkan anak sering sakit atau diarr. Dan yang terakhir anak
sudah sering diajak jalan, baik di dalam kota maupun luar kota, termasuk mendatangi tempat
yang agak kotor dan bertemu banyak orang termasuk yang sedang sakit.

Harus difahami bahwa pemberian MP ASI itu harus dilakukan secara bertahap.
Memberikan makanan pendamping dan bukan makanan pengganti (WHO, 1998). Yang
sering terjadi bayi umur 6 bulan diberkan makanan yang banyak dua kali sehari pada jam 10
dan 12. Makanan tersbut adalah jus buah atau pisang uleg, atau pure buah pada jam 10 dan
bubur (kosong), baik berbahan beras putih atau berah, orgaanik atau biasa atau pure sayur.
Saat bayi mendapat makan, pemberian ASI ditunda. Pemberian ASI terakhir jam 8 dan
pemberian ASI lagi pada jam 14. Jik bayi mendapat complementary food dan ASI seperti ini
dapat dipastikan akan terjadi hambatann pertumbuhan (growth faltering/T1).

Penjelasannya: Seandainya anak ini mendapat ASI pada jam 10 dan 12, bayi ini akan
mendapat nutrisi yang leebih baik kualitasnya dibanding mendapat buah saja (jus buah),
maupun beras saja. Tetapi orang tua sudah dipuaskan dengan penampilan bayinya yang doyan
makan dan cepat menghabiskan makan. Di lain fihak, penundaan pemberian ASI selama 6
jam (dari jam 8 sd jam 14) akan menyebabkan engorgement/mbangkaki yang merupakan
inhibitor prolactin, dan akibatnya akan mengurangi produksi ASI. Kumulatif dari hal ini yang
menyebakan pertumbuhannya growth faltering. Solusinya, beri MPASI bertahap dari sekali
menjadi berkali-kali, dari halus menjadi kasar dan dari sedikit makin lama makin banyak.
Dan yang paling penting: berikan MPASI setelah ASI. Dengn demikian produksi ASI akan
dapat dipertahankan (sampai 2 tahun), karena produksi akan tetap banyak jika payudara

8
sering disusu. Sering, itu artinya 2-3 jam sekali. Setidaknya seorang ibu harus menyusui atau
memeras ASI setidaknya 3 jam sekali baik ibu bersama anak atau ibu berpisah dengan anak
(bekerja).

Kalau MPASI diberikan setelah ASI, bukannya bayi sudah kenyang karena habis
menyusu? Apa makanan/MPASI cukup?.MPASI itu pada awalnya ( 5 hari pertama), hanya
diberikan satu suap saja berupa Tim saring dan bukan diblender, sekali sehari (AAP, 1998),
dan baru hari ke enam dst diberikan satu kali dan semau bayi. Mungkin 6 suap mungkin 9
suap.WHO 2003 menganjurkan pemberian MPASI 2-3 kali sehari dengan energi sebanyak
200 kkal, kemudian 300 kkal pada umur 9-11 bulan dan 550 kkal untuk anak 12-23 bulan.
Karena pemberian makanan tersebut harus bertahap (WHO 1998), rekomendasi WHO 2003
saya menjadi : umur 6 bulan Tim 1x saring, umur 7 bulan Tim saring 2x dan buah saat
makan, dan umur 8 bulan Tim 3x saring dengan buah saat makan dan snack antara makan.
Sedang umur 9 bulan berupa Tim kasar atau tidak saring.

MPASI yang dianjurkan Global Strategy of complementary feeding WHO 2003


adalah makanan pabrikan yang dibuat mengikuti Codex Alimentariius, atau makanan
keluarga yng lengkap. Penelitian Krebs 2006 yang membandingkan bayi umur 6 bulan yang
diberi makanan pabrikan dan makanan rumahan dengan daging didapatkan bayi yang diberi
makanan rumahan pada umur 9 bulan lebih baik pertumbuhan, perkembangan dan status
besinya.WHO 2003 juga memberikan makanan rumahan untuk bayi yang mendapat ASI.

Daging menjadi pilihan sumber protein yang paling baik karena daging ini merupakan
sumber protein yang baik dan sumber mineral yang baik. Daging merah, sapi dll lebih baik
dibandingkan daging putih, seperti pada ikan dan ayam. Tetapi karena daging merah ini lebih
mahal, maka lebih jarang dianjurkan, dan yang sering digunakan sebagai alasan adalah kadar
kolesterol yang lebih tinggi. Salah satu yang lebih baik sebagai sumber mikronutrient adalah
absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan lain. Ini berbeda dengan mikronutrien dari
sumber makanan nabati yang dipengaruhi makanan yang dikonsumsi bersamaan.

Dari rekomendasi WHO 2003 (Guidance priciple of complementary feeding for


breastfed infant) menganjurkan lemak untuk bayi 6-24 bulan, sekitar 30-45%. Hal ini berbeda
dengan rekomendasi minyak untuk orang dewasa yang tidak boleh melebihi 30%. Kenapa
demikian? Karena anak harus tumbuh. Apa lagi pada anak di bawah dua tahun tidak hanya
tumbuh cepat fisik tetapi juga tumbuh cepat otak. Sebaliknya pada orang dewasa tidak boleh
tumbuh lagi, alias berat badannya tidak bolewh bertambah. Oleh karena itu sumber energi
utama pada anak adalah minyak atau lemak, sedang sumber energi utama untuk orang dewasa
adalah karbohidrat (WHO 2003). Lemak ini sangat cocok dengan masa pertumbuhan cepat
pada anak karena lemak itu merupakan sumber energi yang sangat efisien, sumber asam
lemak esensial dan juga pembawa vitamin yang larut dalam air, minyak itu menambah energi
tanpa menambah volume.

WHO 2003 selanjutnya membagi bayi umur 6 bulan yang mendapat ASI menjadi 3
kelompok. Bayi dengan ASI dengan kadar lemak tinggi, sedang dan rendah. Mungkin hal ini
dapat diinterpretasikan sebagai bayi yang dari umur 0-6 bulan tumbuh cepat (N1), tumbuh
normal (N2), atau growth faltering (T1). Pada bayi dengan pertumbuhan kurang baik ini
9
memerlykan tambahan minyak sebesar 19% untuk bayi umur 6-8 bulan dan perlu
tambahan/pasokan minyak sebesar 24% pada umur 9-11 bulan. King 1996, menganjurkan
bayi umur 6-12 bulan perlu tambahan minyak sebanyak 20 gram atau 23 ml atau 4,5 sendok
obat sehari. Kita akan sangat sulit menentukan bayi ini mendapat ASI yang tinggi lemak atau
rendah lemak. Kita mungkin juga salah menginterpretasikan, saat umur 6 bulan mungkin
tinggi lemak dalam ASI tetapi ketika kita tidak memberikan minyak malah terjadi T1. Dari
pengalaman saya sebaiknya MPASI diberi minyak bertahap, 1.5 sendok obat per kali makan.
Jika terjadi T1 kita cari penyebabnya. Yang paling sering, minyak yang diberikan kurang.
Harusnya sudah diberikan 4,5 sendok obat minyakuntuk anak umur 8 bulan atau lebih,
ternyata yang diberkan hanya 1 sendok teh minyak. Pada umumnya orang tua sangat takut
memberikan minyak untuk bayi atau anaknya. Alasannya minyak menyebabkan batuk,
santan menyebabkan sakit perut. Minyak atau lemak dapat menyebabkan kadar cholesterol
tinggi dan jantung koroner.

Sehingga sering muncul keheranan pada orang tua. Bayi saya harus diberi minyak
apa? Apa minyak ikan ? Berapa banyak? Atau minyak jagung atau Olive oil? King 1996
maupun WHO 2003 tidak menjelaskanjenis minyak apa, hanya memberi berapa minyak yang
harus dikonsumsi. Agostoni C 2012 mendapaatkan bahwa anak 6-24 bulan yang diberi
minyak sebanyak itu tidak berhubungan dengan peningkatan terjadinya penyakit tidak
menular/non communicable diseases/NCD. Tetapi Uauy menyarankan penggunaan minyak
dengan kualitas yang baik (Uauy 2008).

Kekurangan minyak akan menyebabkan kekurangan energy untuk metabolisme,


aktivitas atau pertumbuhan. Akibatnya anak mengalami hambatan pertumbuhan. Hambatan
pertumbuhan ini bukan Cuma pertumbuhan berat badan tetapi juga pertumbuhan panjang
badan dan diikuti hambatan pertumbuhan lingkar kepala dan jumlah sel otaknya. Artinya
hambatan pertumbuhan akan menyebab hambatan pertumbuhan otak. Uauy 2000,
menyimpulkan bahwa anak yang mendapat lemak kurang dari 22%, anak tersebut tidak dapat
tumbuh. Bahkan kekurangan salah satu atau lebih nutrien juga sudah dapat menyebabkan
hambatan pertumbuhan bagian tertentu dari otak (Georgieff 2007).Artinya sekalipun anak
tersebut mendapat kecukupan makronutrien, tetapi kekurangan satu atau beberapa
mikronutrien sudah dapat mengakibatkan kekurangan pertumbuhan di bagian otak tertentu.
Contoh kekurangan Iodium, kekurangan besi dll. Oleh karena itu Golden MH menyatakan
bahwa pertumbuhan itu baru dapat terjadi jika nutrien esensial lengkap atau lebih dari 40.Dari
sini dapat diprediksi berapa anak yang kekurangan salah satu atau beberapa nutrien makro
atau nutrien mikro yang menyebabkan hambatan pertumbuhan dengan gejala sisanya. Tidak
heran kalau stunted sebagai gejala sisa malnutrisi kejadiannya tinggi di Indonesia, 36,8%.

Sebetulnya Tuhan sudah memberikan makanan terbaik untuk bayi dan anak kurang
dari 2 tahun berupa ASI yang kadar lemaknya tinggi, sekitar 50%. Tetapi rakyat kita masih
saja ketakutan memberi minyak, mungkin karena ASI itu tidak berminyak atau nglengo.
Akibatnya anak itu diberi makanan yang rendah lemak. Alasannya makanan yang baik untuk
saya baik untuk cucu saya. Sehingga pantaslah bahwa bayi dan anak itu selalu diberi
makanan berupa bubur dan sayur bening bayam atau sup atau sayur gambas atau sop-sopan.
WHO mengatakan anak itu, umur 4 -24 bulan jangan diberi soup, sekalipun soup itu

10
berminyak (WHO 2003). Dan WHO 1988 sudah dikatakan oleh WHO : anak itu tumbuh
cepat tetapi lambingnya kecil jadi berikan kepada anak anda makanan dengan porsi kecil dan
selalu tambahkan minyak atau santan. Hal ini mengingatkan anjuran WHO 1983 bahwa
makanan sapihan (istilah yang digunakan waktu itu) berupa makanan pokok, pembangun,
pengatur dan sumber energi dan susu/asi, yang digambarkan sebagai kotak dengan 4 kuadran.
Pemberian soup tidak boleh karena anak akan cepat kenyang. King 1996 mengatakan
makanan tersebut bulky atau makanan tersebut kandungam gizinya rendah. Agar kebutuhan
nutrisi anak terpenuhi, anak tersebut harus makan dalam volume yang sangat besar. Hal itu
tidak mungkin karena lambung bayi kecil. Tetapi harus diingat bahwa lambung bayi itu
mempunyai kapasitas 30 ml/kg BB setiap kali makan atau minum. Oleh karena iti WHO 1988
menulis: Anak itu tumbuh cepat tetapi lambungnya kecil jadi berikan kepada anak makanan
dengan porsi kecil sering dan padat gizi. Jadi setiap kita mau memberikan makan kita harus
ingat padat gizi atau tidak. Jika tidak padat gizi jangan diberikan.

Oleh karena itu ketika 1996 King menulis bahwa bahan makanan untuk MPASI itu
harus mudah didapat, mudah diolah, mudah disiapkan dan bergizi, disukai anak serta diterima
budaya, dampaknya adalah anak diberi makanan nabati yang monoton sehingga tidak dapat
menunjang pertumbuhan karena makanan tersebut low density energy and nutrition. Oleh
karena itu Golden 2009 mengusulkan syarat bahan MPASI tersebut ditambah dengan : high
bioavaibility, cukup hewani dan rendah anti nutrisi. Makanan nabati yang bagi orang dewasa
bagus, bagi anak harus diberikan secara hati-hati karena tinggi anti nutrisi seperti tanin, asam
fitat, polivenol dan serat yang mengakibatkan makanan yang ada di lumen usus halus sudah
dibuang sebelum selesai diserap atau dihalangi penyerapannya. Banyak ibu bilang : kalau
kamu ingin kurus banyaklah makan sayur dan banyaklah makan buah. Anda kan ingin anak
tumbuh normal.

Buah yang dimaksudkandisini adalah buah yang mengandung vitamin C yang jika
dimakan bersama, makanan lain akan meningkatkan penyerapan mikronutrien seperti besi,
seng dll. Pemberian nasi tim dan buah yang terpisah sekutar 2 jam tidak berpengaruh pada
absorpsi mikronutrien. Buah yang diberikan tidak perlu banyak hanya sekitar 10-18 ml tiap
makan (Walker 2005).Hal ini penting karena pada bayi umur 6 bulan sering mengalami
kekurangan beberapa mikronutrien seperti Fe, Zn, vit A, vit D dan Iodium. Jumlah buah yang
diberikan bersama MP ASI tidak perlu banyak, tetapi bersamaan agar manfaat meningkatkan
penyerapan tersebut dapat terjadi. Jadi jangan berikan buah di antara makan atau jangan
berikan buah sebagai snack.

Sedang untuk snack adalah finger food yang dipegang oleh bayi, dimasukkan
kemulut, digigit, dikulum, digigit dan ditelan. Jadi bukan merupakan biskuit yang diencerkan
dengan susu formula atau air dan diberikan dengan sendok. Jadi sebetulnya di umur 8 bulan
ini bayi mulai makan kasar. Ini merupakan persiapan makan nasi Tim kasar atau tidak
disaring yang diberikan mulai umur 9 buln.

Manakala bayi umur 9 bulan diberi makan Tim kasar mau dimuntahkan, sebaiknya
bayi tersebut dalam lima hari pertama setelah umur 9 bulan mulai makan Tim kasar sehari
sekali @ satu suap. Setelah bayi mencoba makan Tim kasar satu suap tadi kemudian tunggu

11
sebentar sekitar 3 menit, setelah itu lanjutkan dengan makanan saring lagi. Setelah hari ke
enam dst bayi diberi nasi Tim kasar saja. Awalnya mungkin sedikit, makin lama makin
banyak. Sehingga dapat menunjang pertumbuhan.

Pemberian makan itu tujuannya agar anak tumbuh kembang optimal. Untuk
pertumbuhan dapat diketahui dengan pemantauan pertumbuhan berat badan, panjang badan
dan lingkar kepala. Hambatan pertumbuhan yang ditemukan harus dianalisa penyebabnya
dan diberi solusi. Pada umumnya hambatan pertumbuhan disebabkan oleh dua penyebab
utama yaitu faktor makan dan faktor sakit yang keduanya saling bersinergi.

12
BAB IV

MAKANAN KELUARGA UNTUK ANAK 1-2 TAHUN


Dr. JC Susanto, SpA(K)

Bayi atau anak umur 1-2 tahun itu masuk umur transisi. Anak ini masuk periode
complementary feeding dari 6 24 bulan. Masa ini juga masuk dalam periode 1000 hari
pertama kehidupan yang berlangsung sejak konsepsi sampai 24 bulan. Tetapi, periode ini
anak juga sudah saatnya makan makanan keluarga. Sebagai periode 1000 hari pertama
kehidupan atau periode complementary feeding, anak diharapkan dapat tumbuh kembang
optimal, sehingga nantinya masa depannya akan lebih baik, seperti yang dicita-citakan orang
tuanya menjadi anak (dewasa) yang gagah gedhe dhuwur dan pinter kalau laki-laki.

Ketika anak sudah menginjak umur 1 tahun, sebagian orang tua masih memberi
bayinya bubur atau nasi tim. Banyak alasannya, misalnya anak masih kecil, kalau makan
bubur bisa banyak atau giginya baru dua, sehingga anak masih belum dapat mengunyah
dengan baik. Dianjurkan bahwa makan makanan keluarga itu mulai satu tahun. Seperti tahap
pemberian makan yang lain, pemberian makanan keluarga pada anak umur 1 tahun juga
bertahap. Mulai dari sekali sehari, sedikit, dan lembek, kemudian berupah makin padat
makin sering dan makin banyak. Sehingga pemberian nutrisi tersebut, baik yang mendapat asi
ataupun yang tidak, dapat menunjang pertumbuhan, sehingga anak menjadi tumbuh normal.
Tugas dokter anak disini adalah untuk memberi pendampingan kepada orang tua sehingga
orang tua dapat mengantar anak ke tumbuh kembang yang optimal (bukan hanya mengobati
penyakit dan memberi imunisasi).

Apakah dengan diberi makanan keluarga anak akan tumbuh optimal?

Anak pada umur ini, mungkin kelihatan normal, artinya cukup proporsional antara
berat badan dan tinggi badannya, jarang sakit, nafsu makannya baik dan aktif. Tetapi jika
berat badan anak tersebut kita plotkan ke KMS, mungkin sebagian anak akan didapatkan
terjadinya hambatan pertumbuhan, baik yang ringan, sedang atau berat. Dengan melihat arah
garis pertumbuhan dalam KMS kita juga dapat melihat apakah hambatan perrumbuhan ini
sudah berlangsung lama atau baru saja. Kita juga dapat melihat apakah hambatan
pertumbuhan atau growth faltering itu masih berlangsung atau sudah berakhir. Hambatan
perumbuhan itu penyebabnya adalah faktor makan atau faktor penyakit.

Untuk faktor makan, dapat dibagi menjadi tiga penyebab yaitu karena sakit tidak mau
makan, atau tidak dapat menyerap makanan, tidak ada yang dimakan dan salah memberi
makan. Dari semua penyebab tersebut yang paling banyak adalah salah memberi makan. Hal
ini dapat dimengerti karena orang tua beranggapan bahwa agar anak itu sehat anak harus
banyak makan nasi dan sayur dibuat tanpa pengawet dan kalau bisa dari bahan makanan
organik. Maka anak tersebut diberi makanan nabati yang monoton karena inilah makanan
yang dianggap sehat. Dengan pola makan seperri ini anak akan tumbuh kuat, otot kawat

13
balung wesi. Tetapi yang terjadi adalah anak dengan tulang yang menonjol karena kurus dan
pendek. Jika anak ini pendek pada usia awal kehidupan atau di bawah dua tahun, proses
gangguan pertumbuhan tadi mengakibatkan gangguan pertumbuhan otak dengan segala
risikonya. Banyak orang tua yang tidak mau memberi makan kepada anaknya yang berumur
1-2 tahun dengan makanan yang bersantan, berlemak, yang amis2 (hewani), dengan berbagai
alasan seperti nanti perutnya sakit, batuk atau gatal atau tidak bisa berak. Mereka
memberikan makanan seperti ini, nasi lembek dan sayur tanpa mempedulikan dampaknya
pada pertumbuhan. Terdapat kecenderungan bahwa orang tua memberikan makanan dewasa
yang lembut. Orang tua juga tidak memperhatikan pemantauan pertumbuhan. Asal anak tidak
sakit dan masih bisa bermain dianggap tidak bermasalah.Atau kadang orang tuanya
berpendapat hal itu karena keturunan. Orang tuanya, kakek neneknya juga kecil, tetapi tanpa
memperhatikan pertumbuhan anaknya.

Padahal anak umur 1-2 tahun adalah satu tahun terakhir golden period. Satu tahun
terakhir periode tumbuh cepat otak. Jika pada tahun pertama kehidupannya bermasalah,
dalam satu tahun ini hendaknya digunakan untuk memperbaiki. Sehingga pada umur 24 bulan
anak ini tidak kurus juga tidak pendek. Tidak hanya dalam batas normal tetapi tumbuh sesuai
potensi genetiknya.

Victora CG 2010 yang meneliti tentang pertumbuhan anak dari lahir sampai umur 5
tahun pada anak dari 54 negara mendapatkan terjadinya growth faltering terutama pada
pertumbuhan berat badan menurut umur dan panjang badan menurut umur. Pertumbuhan
growth falteting panjang badan menurut umur adalah yang paling parah. Jika saat lahir anak-
anak ini dengn berat 3 kg dengan PB/U z score 0 SD, pertumbuhannya akan berangsur-
angsur menurun sehingga di umur 24 bulan berada di -1,8 SD. Golden MH 2009 mencoba
menganalisa, kenapa anak-anak dinegara sedang berkembang banyak yang stunting. Karena
anak-anak ini banyak makan makanan nabati dan monoton dan sering sakit. Saat anak sakit,
anak tidak mau makan. Tetapi setelah sakitnya sembuh, saat itu nafsu makannya baik, anak
tidak boleh makan makanan tertentu. Misalnya jangan makan gorengan atau makanan yang
berminyak nanti batuk. Jangan makan makanan yang bersantan nanti perutnya sakit.
Akibatnya anak tidal dapat catch-up growth. Dan tetap saja kurus dan bertambah pendek.

Yang sering saya temui anak umur sekitar 14-15 bulan ketika datang untuk imunisasi
diketahui pertumbuhannya growrh faltering atau T1. Orang tua baru tahu kalau
pertumbuhannya bermasalah setelah KMS diisi dan diperlihatkan kepada orang tua. Orang
tua tidak menyadari sama sekali karena anaknya tampak sehat lincah dan mau makan. Dan
setelah saya tanyakan makannya memang telah diberikan makanan keluarga berupa nasi dan
sayur (bening/sop). Setelah saya beritahu masalahnya dan anjuran diet biasa orang tua
menyadari dan pertumbuhan anaknya membaik. Memang tidak ada orang tua yang membawa
anaknya untuk kontrol kecuali ada gangguan tumbuh kembang yang berat. Mereka baru
membawa anaknya ke doter kalau sakit atau imunisasi. Jadi disini imunisasi itu sebagai entry
point pemeriksaan tumbuh kembang. Jadi jadikan pemeriksaan tumbuh kembang tersebut
sebagi komponen pemeriksaan rutin sekalipun anak tersebut diantar orang tuanya karena
sakit atau imunisasi.

14
Anak umur satu tahun hendaknya sudah makan makanan keluarga. Artinya makanan
yang dikonsumsi sebagiaan besar keluarga. Untuk Indonesia, makanan ini adalah nasi dan
lauknya. Sekali lagi Nasi. Bukan bubur. Jadi anak yang berumur 1-2 tahun ini dimasukkan ke
kelompok orang-orang yang memakan makanan keluarga. Padahal anak ini bukan dewasa
kecil. Anak perlu tumbuh. Dan untuk itu kebutuhan nutrisinya jauh lebih tinggi dibanding
kebutuhan nutrisi orang dewasa. Saat ini umur 1-2 tahun anak harus meningkat beratnya dari
9 kg menjadi sekitar 12 kg. Tetapi periode ini juga periode terakhir tumbuh cepat otak. Jika
fisik tidal tumbuh optimal, otak juga demikian. Lebih memprihatinkan lagi, setelah anak
umur ini tidak ada lagi tumbuh cepat otak seperti halnya growth spurt pada anak remaja. Jik
pada periode ini anak diberi makanan orang dewasa, anak akan sulit mencapai tumbuh
normal.Agar anak dapat mengejar pertumbuhan fisik dan otak yang cepat, anak harus
mengkonsumsi makanan yang padat gizi, yang tinggi protein, energy dan mikronutrien.
Lemak untuk anak periode ini masih diperlukan 30-45%, sedang pada orang dewasa tidak
boleh lebih dari 30%. Jadi jika anak umur 1-2 tahun diberi makanan keluarga seperti halnya
orang dewasa anak tersebut sulit tumbuh, dan itu berarti celaka untuk anak ini.

Untuk anak umur 1-2 tahun yang masih mendapat ASI anak ini hanya perlu MPASI
dengan energi 550 kal. Makanan sejumlah itu saja tidak dapat tercukupi dengan makanan
keluarga biasa (nasi dan sayur yang bulky). Buktinya tidak terjadi pertumbuhan normal.
Masih sering terjadi growth faltering atau T1. Sebaliknya, orang tuanya, justru berat
badannya bertambah cepat, bertambah gemuk. Tentu hal ini akan tidak baik karena biasanya
diikuti dengan profil lipid yang memburuk. Hal ini terjadi karena orang tua tadi
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, melebihi 30%. Sebaliknya anaknya yang
memerlukan makanan padat gizi diberi makanan yang rendah lemak. Akibatnya anak tidak
dapat tumbih dengan risiko pendek dan fungsi kognisi yang kurang baik dn produktivitas
kerja juga kurng baik.

Saya biasanya menganjurkan:

Makanan yang salah untuk ayahnya, benar untuk anaknya.


Makanan yang salah untuk anaknya benar untuk ayahnya.

Ayahnya biasanya makan makanan yang tinggi lemak seperti nasi goreng, mie goreng,
nasi opor dasi gule, nasi rawon, aop buntut, nasi pindang dll. Makanan tersebut terlalu tinggi
lemak untuk kelompok orang dewasa. Sebaliknya justru makanan ini yang diperlukan untuk
anak kelompok ini yang membutuhkan lemak 30-45%. Menurut King anak se umur ini perlu
tambahan minyak sebanyak 5,5 sendok obat sehari.

Sebaliknya makanan keluarga yang diberikan untuk anak se umur ini berupa nasi
dengan sop-sopan, nasi dengan sayur bening bayam kuni atau nasi dengan sayur gambas,
akan aulit memenuhi kebutuhan anak untik tumbuh cepat. Jadi makanan-makanan ini yang
seharusbya dikonsumsi orang tua.

Agostoni 2012 menulus bahwa pemberian makanan dengan lwmak sangat tinggi ini
tidak meningkatkan kejadian NCD (non communicable diseases).

15
Pemberian makanan padat gizi aatau padat energy tersebut hendaknya memperhatikan
kebutuhan anak. Jika anak sudah cukup pertumbuhannya dengan makanan keluarga berupa
nasi dan sayur, sebaiknya diteruskan saja. Tetapi jika anak mendapat asi dan mendapat
makanan keluarga dan syur bening tadi mempunyai pertum uhan yang kurang baik,
sebaiknya makanannya dikoreksi sehingga tercapai pertumbuhan yang diharapkan. Jika sudah
berjalan baik se aiknya dikontrol jangan sampai tumbuh berlebihan.

16

También podría gustarte