Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Batu bata Roma memiliki ketebalan yang sangat tipis dibanding dengan
panjangnya. Dimana bata-bata tersebut diletakkan di atas lapisan mortar
(campuran untuk melekatkan batu bata) yang tebal. Setelah jatuhnya/runtuhnya
Roma pada 410 M, maka seni membuat batu bata tersebut hilang di seluruh eropa
hingga awal dari abad ke 14. Industri batu bata kembali marak setelah Flemish
masuk ke Inggris pada abad tersebut.
1
dihasilkan pada masa lampau mungkin agak sulit untuk dikenali karena spesifikasi
yang sangat berbeda. Misalnya batu batadari Assyria, ditengah Mesopotamia
beratnya lebih dari 18 kilogram, atau batu bata dengan bentuk segitiga digunakan
untuk membangun Coloseum Roma, lagi pula batu bata umum yang beredar di
pasaran sangat tipis menyerupai tegel lantai saat ini.
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Disamping itu juga pembuatan batu bata merah dipengaruhi oleh cuaca
maka!apabila kondisi cuaca yang kurang baik akan sangat mempengaruhi
pembuatan batu bata dan produktivitas akan menurun sehingga batu bata akan
sulit untuk didapatkan. Sedangkan bahan dasar bata merah pejal" biasanya
diambil dari galian tanah sawah yang subur atau tanah liat", hal ini dapat merusak
lingkungan lokal disebabkan karena pertambangan tanah liat secara berlebihan.
Batu batayang banyak tersedia kebanyakan-mudah retak, hancur, permukaan
yang tidak rata,dan sudut yang tidak siku akibat kualitas batu bata yang kurang.
Maka dalam hal ini pada pembuatan batu bata-perlunya peningkatan mutu yang
dihasilkan secara efektif, ramah lingkungan, praktis dan murah.-Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan memperbaiki karakteristik mekanis dan fisis! batu
bata, hal ini dapat dilakukan dengan cara mencampurkanbahan bahan yang
3
bersifat pozzolan seperti abu sekam padi (rice husk ask / RHA) dengan limbah
karbit (calciumcarbideresidue / CCR) kedalam bahan dasar pembuatan batu bata.
1.3. BATAKO
Bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya membuat jumlahkebutuhan
bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan meningkat.
Pada umumnya konsumsi bangunan tidak lepas dari penggunaan batubata sebagai
salah satu pembentuk konstruksi dinding dalam suatu pembuatan bangunan.
Kebutuhan batu bata yang semakin meningkat dan kerusakan tanah yang
disebabkan oleh pembuatan batu bata menjadi masalah di lapangan yang harus
segera diatasi. Batako sebagai alternatif pengganti batu bata untuk pembuatan
dinding diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu dalam
4
pelaksanaannya, batako dapat disusun 4 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk
semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata.
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak yang terbuat
dari pasir, semen portland dan air yang ukurannya hampir sama dengan batu bata.
Karakteristik bata beton normal adalah mempunyai berat isi 2.200 2.400 kg/m3
(SK.SNI.T.15.1990) . Ditinjau dari karakteristiknya, batako tergolong cukup berat
sehingga untuk proses pemasangan sebagai konstruksi dinding memerlukan
tenaga yang cukup kuat dan waktu yang lama (Simbolon T. 2009). Inovasi
perbaikan yang dilakukan yaitu pembuatan bata beton ringan dengan cara
mensubsitusi atau mencampur material beton dengan bahan yang ringan sehingga
berat isi bata beton cenderung lebih kecil dari berat isi bata betonnormal.
Keuntungan lain penggunaan bata beton ringan adalah karena sifatnya yang
ringan sehingga daya redam terhadap rambatan panas maupun suara akan jauh
lebih bagus, dan membuat struktur menjadi ringan. Dalam penelitian yang akan
dilakukan, penulis mencoba melakukan pembuatan batako dengan memanfaatkan
bahan-bahan bekas yang didaur ulang.
Penggunaan limbah kertas merupakan salah satu contoh usaha untuk
menemukan jenis bahan bangunan baru dan untuk mengurangi masalah
pencemaran lingkungan akibat sampah kertas. Penggunaan bubur kertas ke dalam
campuran (mix design) ini sering juga disebut dengan beton kertas (papercrete).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Mujiyono (2004) beton kertas
dengan variasi adukan semen : kertas : pasir 1:2:0, 1:2:1,5, dan 1:2:3 dengan
menggunakan perbandingan campuran bubur kertas (kertas : air) sebesar 1:10 ini
termasuk di dalam golongan beton ringan dengan berat volume rendah karena
memiliki berat jenis 834 kg/m3 1557 kg/m3 dan memiliki kuat tekan antara 2,66
MPa - 3,83 MPa . Penulis juga merencanakan menambah pozzolan buatan yang
berasal dari hasil pemanfaatan limbah batubara yang berupa abu terbang (fly ash).
Fly ashmengandung silika dan alumina yang reaktif yang dapat bereaksi dengan
hasil hidrasi semen berupa Calsium Hidroksida Ca(OH)2 sehingga
penggunaannya padacampuran beton kertas (papercrete) diharapkan dapat
meningkatkan kepadatan dan rekatan antara partikel-partikel beton kertas.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. BATAKO
2.1.1. Pengertian Batako
Batako merupakan beton tanpa agregat kasar yang disusun oleh
semen dan agregat halus saja. Batako adalah batu-batuan atau batu cetak
yang tidak dibakar dari tras dan kapur, kadang-kadang juga dengan sedikit
semen portland, sudah banyak dipakai oleh masyarakat untuk pembuatan
rumah dan gedung. Batako mempunyai sifat-sifat panas dan ketebalan
total yang lebih baik dari pada beton padat. Semakin banyak produksi
batako semakin ramah lingkungan dari pada produksi bata tanah liat
karena tidak harus dibakar. Pemakaiannya bila dibandingkan dengan batu
merah, terlihat penghematan dalam beberapa segi, misalnya : per m2 luas
tembok lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif
terdapat penghematan. Terdapat pula penghematan dalam pemakaian
adukan sampai 75%. Beratnya tembok diperingan sampai 50%, dengan
demikian juga fondasinya bisa berkurang. Bentuk batu batako yang
bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang cukup, dan jikalau
kualitas batu batako mengizinkan, tembok ini tidak usah diplester dan
sudah cukup menarik. Universitas Sumatera Utara
Batako pada umumnya dibuat dengan bahan baku yang terdiri dari
pasir, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Bahan-bahan tersebut
dicampur pada tempat yang bersih dan mempunyai atap dan memakai alas
agar tidak bercampur dengan tanah. Masa perawatan 3-5 hari, guna
memperoleh pengeringan dan kemantapan bentuk. Untuk memperoleh
proses pengerasan biarkan selama 3-4 minggu. Di samping itu diusahakan
agar di tempat sekitarnya udara tetap lembab (Frick,H.,1996). Karena
mencegah penguapan akibat suhu yang tinggi. Penguapan dapat
menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti sehingga
mengakibatkan terhentinya proses hidrasi, dengan konsekuensi
berkurangnya peningkatan kekuatan. Penguapan juga dapat menyebabkan
penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat, sehingga berakibat
6
timbulnya tegangan tarik yang mungkin menyebabkan retak
(Murdock,L.J.,1991).
Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari
batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako
berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari
batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan
lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di
samping itu keunggulan lain batako berlubang adalah kedap panas dan suara
(Muller,C, Fitriani,E, Halimah, & Febriana,I. 2006).
7
2.1.1.1. Cara Membuat Batako Dengan Cetakan Manual
Bahan.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan Batako adalah Menggunakan pasir,
Tras untuk menghasilakn batako yang baik pasir/Tras memiliki ciri-ciri:
Mesin/Peralatan
Cetakan Batako manual satu unitnya terdiri dari, ring plat tebal yang tengahnya
berlubang dua atau tiga sebagai tempat botolan, botolan biasaya berbentuk perseg
iempat danada yang lonjong dan luas atas lebih lebar, jumlahnya sesuai lubang
ring yang digunakan ,dinding cetakan yang dilasposisisiku ( L) ini ada dua buah
dan dilengkapi baut pengikat, solet/baji satu buah biasanya terbuat dari potongan
permobil yang diberitangkai pipa besi, berfungsi untuk memadatkan adukan
didalam cetakan. Adapun peralatan pembantulainny adiantaranya adalah,
Cangkul/sekop untuk pengaduk, cungkir/potongan plat yang ditekuk untuk
memudahkan memasukan adukan kedalam cetakan, ember untuk tempat air,
palu/martil dan lempeng kayu untuk tatakan pada saat mencetak.
8
A. Memilih lokasi kerja.
- Dekatdenganbahanbaku.
- Dekatsumber air.
- Jauhdaritempatbermainanak-anak.
- Tersediabakperendaman.
B. Proses Pencampuran.
Bahan baku pembuatan batako terdiri dari, Pasir/Tras, Semen Portlan, air,
sedangkan perbandingananya sangat tergantung dari sifat pasir/tras yang
digunakan namun demikian dapat kita perkirakan antara 7:1 s/d 12:1, untuk itu
sebagai produsen batako sebelum memproduksi secaramasal, kita perlu
mengadakan percobaan terlebih dahulu sehingga akan menghasilkan produk yang
optimal dan dapat diterima di masyarakat.
C. Proses Pengadukan.
Adukan untuk pembuatan batako berbeda dengan adukan untuk beton, pasangan
maupun untuk adukan lepa, adukan yang digunakan untuk bembuatan batako
menggunakan adukan kering caranya cukup mudah, setelah adonan sudah
homogen (rata), kita perciki air sambil diaduk bilaa dukan kita kepal sudah tidak
berantakan/ambrol berarti sudah dapat digunakan, adukan siap cetak.
D. Proses Pencetakan.
Setelah adonan siap cetak, kita siapkan alat cetakan dan lempeng kayu sebagai
tatakan, alat cetakan kita rakit diatas lempeng kayu dengan posisi terbalik jangan
lupa baut pengikat kita kencangkan, setelah betul betul presisi mulai kita isi
dengan adonan yang telah disiapkan sedikit demi dekit dan sambil kita padatkan
9
menggunakan lempeng besi sebagai alat pemadat/penekan, setelah padat kita
tambah lagi sambil dipadatkan sampai cetakan betul betul penuh.
Setelah cetakan sudah penuh dan betul-betul padat, kita angkat dibawa kelokasi
yang telah disediakan, cetakan kitaletakan dengan posisi berdiri dilokasi yang
betul-betul rata untuk menghindari keretakan pada saat cetakan dilepas caranya
adalah, disetiap sudut dan bagian atas cetakan kita getok-getok dengan palu, agar
adonan dengan cetakan tidak lengket, lalu kita lepas botolan satu persatu, langkah
berkutnya kita kendorkan kedua baut pengikat baru kita lepaskan bagian dari
cetakan secara pelan-pelan, langkah terakhir kita angkat plat Ring yang ada diatas
batako tersebut.
Setelahlokasi yang tersedia telah penuh dengan Batako dan bila lokasi tanpa atap
batako tersebut kita tutupi dengan kantong semen atau bahan lainnya untuk
menghindari panas langsung sinar matahari, Batako kita biarkan sampai hari
berikutnya, pengeringan batako yang baik dengan jalan diangin-anginkan.
Perawatan Batako yang baik dan ideal melalui perendaman.
Bila tidak tersedia kolam perendaman, batako yang telah dibiarkan selama
satu malam tadi, langsung kita susun minimal ditempat yang sejuk dan setiap pagi
kita siram air sampai batako tersebut betul-betu lkeras dan proses persenyawaan
antara semen dengan pasir betul-betul sempurna.
1. BATU BATA
1.1. Pengertian Batu Bata
10
Bata merah merupakan salah satu jenis bahan dasar pembangun
rumah yang sudah sangat umum digunakan di indonesia, dari zaman dulu
hingga zaman modernseperti saat ini bata merah sudah menjadi bahan
wajib didalam membangun rumah . cukup bisa di maklumi batu bata
merah masih lebih banyak digunakan dari pada bata ringan atau batako
press, karena selain sudah teruji kuatnya, mendapat kan jenis material ini
pun tidak susuah.
Bata merah yang dimaksud adalah bata yang dibuat dari tanah yang
dicetak kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-
benar kering, mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang
digunakan pun bukan lah sembarang tanah, tapi tanah yang agak liat
sehingga dapat menyatu dalam proses pencetakan. Karena itulah, rumah
yang dindingnya dibangun dari material bata merah akan terasa lebih
nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama, sehingga
jarang sekali yang terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material
bata merah. Selain itu material ini sangat tahan panas sehingga daat
menjadi pelindung tersendiri bagi bangunan anda dari bahaya api.
11
1. Pertama-tama carilah lahan tanah merah yang berbentuk perbukitan dan
tekstur tanah meranya sangat liat, jangan terlalu banyak mengandung
pasir, tanah yang bertektur tersebut akan mengurangi kekuatan dari batu
bata. Juga dekat dengan sumber air, sebagai bahan campuran tanah merah.
2. Selanjutnya jika sudah didapat, bersihkan tanah liat tersebut dari sisa
sampah yang ada seperti rumput batu-batu kecil dan sebagainya
3. Rendam tanah liat ( lempung) tersebut kedalam suatu lubang yang sudah
anda buat minimal 15 jam atau lebih tergantung tanah liat ditempat anda
berasal. Lalu buang air tersebut sampai kering, setelah itu anda harus
menghaluskan tanah liat tersebut, bisa menggunakan cangkul. Mengapa
harus dengan cangkul? Karena kali ini kita membahas dan
mengerjakannya dengan menggunakan teknik manual bukan dengan
mesin, nanti bisa anda kembangkan lagi.
4. Hancurkan tanah tersebut dengan cara menginjak-injak tanah tersebut
hingga menjadi lumpur. kalau dengan skala yang cukup banyak bisa
menggunakan bantuan hewan seperti kerbau. Jangan sampai terlalu
lembek (seperti bubur) karena tidak akan bisa di cetak.
6. Setelah sudah bisa langsung di cetak jangan lupa menaruh sedikit abu
dicetak agar tidak lengket
7. Bila tanah liat tersebut sudah berbentuk persegi seperti batu bata, anda
sudah bisa melakukan pengeringan
8. Tahap pendindingan tujuannya agar batu bata cepat kering bisa dilakukan
dengan cara menumpukan bata yang masih berbentuk tanah tadi dengan
memiringkannya
9. Lalu jika sudah kering, tahap selanjutnya menyusun batu bata dari kilang
tempat produksi ke dapur pembakaran
10. Tahap pembakaran batu bata ini adalah langkah penentuan dimana anda
bisa di katakan berhasil dikarenakan pada tahap ini akan dilakukan
12
pembakaran didapur tempat anda bekerja dan biasa nya memakan waktu
cukup lama, tergantung banyaknya batu bata yang anda bakar
13
bakar(misalnya kalau 60.000 buah batu bata, anda memerlukan waktu 6hari
6malam nonstop)
B. BATU BATA
a. KELEBIHAN
1) Tidak memerlukan keahlian khusus untuk
memasang.Ukuranya yang kecil memudahkan untuk
pengangkutan.
2) Mudah untuk membentuk bidang kecil.
3) Murah harganya.
4) Mudah mendapatkanya.
14
5) Perekatnya tidak perlu yang khusus.
6) Tahan panas sehingga dapat menjadi pelindung terhadap
api.
b. KELEMAHAN
1) Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi.
2) Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin
pada musim dingin sehingga suhu ruang tidak dapat
dikondisikan atau tidak setabil.
3) Cenderung lebih boros dalam penggunaan meterial
perekatnya.
4) Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang
sama membuat wastenya dapat lebih banyak.
5) Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi maka
dibutuhkan plester yang cukup tebal untuk menghasilkan
dinding yang cukup rata.
6) waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding
lainya.
7) Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada
struktur bangunan.
15
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
ASTM, Croncrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
Departemen Pekerjaan Umum, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989.
Mulyono, Tri, 2005, Teknologi Beton, Edisi 2, Andi, Yogyakarta.
Samekto, 2001, Teknologi Beton, Bandung.
Tjokrodimulyo, K., 1996, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta
Nawy, Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach, Terjemahan,
cetakan pertama, Bandung : PT. Eresco, 1990
Iptekda Lipi, 2004, Pembuatan Batako dan Paving Block secara Maksimal
(Http://www.iptekda.lipi.go.id/.../buletin) diakses 5 Desember 2009.
16