Está en la página 1de 16

Soal

1. Jelaskan apa saja tgas dan wewenang SKPD dan PPKD


2. Jelaskan siklus pengelolaan keuangan daerah
3. Jelaskan apa saja tugas PPTK d SKPD
4. Jelaskan organisasi pengguna anggaran/barang pada SKPD
5. Terdapat dua cara dalam system pembayaran dpemerntahan, yaitu dengan system
LS(langsung) dan UP(Uang Persediaan). Jelaskan kedua hal tersebut
6. Secara umum akuntansi terbabgi dua, yaitu sector privat dan sector public jelaskan
kedudukan akuntansi keuangan daerah dalam hal tersebut.
7. Dalam penyusunan laporan keuangan pemerintahan, digunakan standar akuntansi
pemerintahan yang diatur dengan PP 24 Tahun 2005 dan diganti dengan PP 71 tahun 2010.
Jelasan apa perbedaan dalam kedua PP tersebut
8. Jelaskan lembaga yang berwenang dalam mengaudit laporan keuangan pemerintah, jelaskan
bagaimana prosedur auditnya serta standar yang digunakan dalam pembuatan opni audit
tersebut

Jawaban:

1. A. SKPD
Menyusun RKA SKPD
Menyusun DPA SKPD
Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja
Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
Melaksanakan pemungutan penerimaan atas pajak
Mengadakan ikatan / perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran
yang telah ditetapkan
Menandatangai SPM
Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya
Mengelola barang milik daerah / kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
Mengawasi pelaksanaan anggaran yang dipimpinnya
Melaksanakan tugas tugas pengguna anggaran / pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris
daerah

B. PPKD (Tugas)
Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD
Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah
Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD)
Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD
Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah

(Selaku BUD berwenang)


Menyusn kebijakan dan pedoman pelakasanaan APBD
Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD
Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
Memberkan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
daerah
Melaksanakan pemungurtan pajak daerah
Menetapkan SPD
Menyiapkan pelaksana pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah
Melaksanakan system akuntansi dan pelaporan keuangan daerah
Melaksanakan kebjakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah

2. Siklus pengelolaan keuangan daerah


A. PERENCANAAN

Selain dua arahan yang tercakup dalam sistem perencanaan pembangunan nasional
diatas, pada pasal 8 UU No. 25 Tahun 2004 juga dijelaskan empat tahapan perencanaan
pembangunan, yaitu terdiri dari:

1. Penyusunan rencana

Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap dari suatu
rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:
(a) Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan
terukur.
(b) Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
(c) Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan
pembangunan.
(d) penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan rencana

Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, sedangkan rencana
pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah dan rencana pembangunan tahunan
Nasional/ Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.

3. Pengendalian pelaksanaan rencana

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya


tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan.

4. Evaluasi pelaksanaan rencana

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang
secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan inforrnasi untuk menilai
pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan
indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan.
Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result),
manfaat (benefit) dan dampak (impact).

Keempat tahapan tersebut harus diselenggarakan secara sistematis, terarah, terpadu,


menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, sehingga dapat membentuk suatu siklus
perencanaan pembangunan nasional yang utuh.

B. PENGANGGARAN

Penganggaran merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dalam perencanaan.


Penganggaran dalam sistem pengelolaan keuangan negara tergambarkan pada penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD). Adapun fungsi anggaran, baik APBN maupun APBD yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi otorisasi,

mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi perencanaan,
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi pengawasan,

mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara telah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

4. Fungsi alokasi,

mengandung arti bahwa anggaran pemerintah harus diarahkan untuk mengurangi


pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian.

5. Fungsi distribusi,

mengandung arti bahwa kebijakan anggaran pemerintah harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.

6. Fungsi stabilitasasi,

mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Anggaran adalah alat akuntabilitas, pengendalian manajemen dan kebijakan ekonomi.


Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut,
telah dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran. Selain itu, dalam rangka reformasi bidang keuangan
negara, penyempurnaan penganggaran juga dilakukan melalui pendekatan berikut ini:

1. Pengintegrasian Antara Rencana Kerja dan Anggaran

Dalam penyusunan anggaran dewasa ini digunakan pendekatan budget is a plan, a plan is
budget. Oleh karena itu, antara rencana kerja dan anggaran merupakan satu kesatuan, disusun
secara terintegrasi. Untuk melaksanakan konsep ini Pemerintah harus memiliki rencana kerja
dengan indikator kinerja yang terukur sebagai prasyaratnya.

2. Penyatuan Anggaran
Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran adalah mempunyai satu dokumen
anggaran, artinya Menteri/Ketua Lembaga /Kepala SKPD bertanggung jawab secara formil
dan materiil atas penggunaan anggaran di masing-masing instansinya. Tidak ada lagi
pemisahan antara anggaran rutin dan pembangunan. Dengan pendekatan ini diharapkan tidak
terjadi duplikasi anggaran, sehingga anggaran dapat dimanfaatkan secara lebih efisien dan
efektif.

3. Penganggaran Berbasis Kinerja

Konsep yang digunakan dalam anggaran ini adalah alokasi anggaran sesuai dengan hasil
yang akan dicapai, terutama berfokus pada output atau keluaran dari kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk keperluan ini diperlukan adanya program/kegiatan yang
jelas, yang akan dilaksanakan pada suatu tahun anggaran. Dalam penerapan anggaran
berbasis kinerja ini diperlukan adanya: indikator kinerja, khususnya output (keluaran) dan
outcome (hasil), standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh pemerintah, standar
analisa biaya, dan biaya standar keluaran yang dihasilkan.

4. Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

Pemerintah dituntut untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan fungsi pemerintahan.


Oleh karena itu, Pemerintah wajib menyusun Rencana Kerja Jangka Panjang, Rencana Kerja
Jangka Menengah/Rencana Strategis, dan Rencana Kerja Tahunan. Dalam rangka menjaga
kesinambungan program/ kegiatannya, pemerintah dituntut menyusun anggaran dengan
perspektif waktu jangka menengah. Selain menyajikan anggaran yang dibutuhkan selama
tahun berjalan, pemerintah juga dituntut memperhitungkan implikasi biaya yang akan
menjadi beban pada APBN/APBD tahun anggaran berikutnya sehubungan dengan adanya
program/kegiatan tersebut.

5. Klasifikasi anggaran

Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi keuangan, Pemerintah menggunakan


klasifikasi anggaran yang dikembangkan mengacu pada Government Finance Statistic (GFS)
sebagaimana yang sudah diterapkan di berbagai negara. Klasifikasi anggaran dimaksud
terdiri dari klasifikasi menurut fungsi, menurut organisasi, dan menurut jenis belanja.

Penyempurnaan tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan yang erat antara perencanaan


dengan penganggaran, sekaligus memperlihatkan hubungan antara Undang-undang
Keuangan Negara dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Lebih jelasnya hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinir oleh Bappenas sedangkan pada
pemerintah daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap penganggaran
dipimpin oleh Kementerian Keuangan pada Pemerintah Pusat, sedangkan pada pemerintah
daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Setiap tahun, penyusunan
APBN/APBD dimulai dari penyusunan RKP dengan menyiapkan rancangan kebijakan
umum, program indikatif, dan pagu indikatif. Rancangan RKP/RKPD ini selanjutnya
disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah
disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan umum anggaran, program prioritas
dan plafon anggaran sementara, akan menjadi dasar bagi Kementrian/Lembaga/SKPD untuk
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). RKA ini selanjutnya digunakan untuk
menyusun Rancangan APBN/RAPB yang wajib disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas
dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD.
DPR/DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan APBN/APBD. Proses pengesahan Rancangan APBN
dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, sedangkan pada pengesahan Rancangan APBD
ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui oleh DPRD
dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan Mendagri untuk RAPBD
provinsi. Proses evaluasi tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan umum,
menyelaraskan dan menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dan/atau peraturan daerah lainnya.

C. Pelaksanaan Anggaran / Pembendaharawan

Pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran /


DIPA. Ada dua system yang terkait dengan pelaksanaan anggaran yaitu system penerimaan
dan sistem pembayaran

1. System penerimaan
Seluruh penerimaan Negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum
Negara/daerah dan tdak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja
yang melakukan pemungutan (Azaz Bruto). Pendapatan diakui setelah uang disetor
kerekening kas umum Negara/daerah (basis kas)
2. System Pembayaran
Belanja membebani anggaran daerah setelah barang/jasa diterima.

D. Akuntansi

Pelaksanaan anggaran dilakukan dengan mengikuti suatu system dan prosedur akuntansi.
Sistem ini diperlukan untukn tujuan tiga hal
1. Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait
sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka
2. Untuk terselenggarakannya pengendalian intern untuk menghindari terjadinya
penyelewengan
3. Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban
pengelolaan keuangan dimana jenis dan isi diatur oleh PP 24/2005 tentang SAP.

System akuntansi pemerintah terdiri dar 2 bagian utama:


1. System yang berlaku untuk instansi yang bertindak sebagai pengguna anggaran yang
diterapkan pada satuan kerja
Akan menghasilkan 3 laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
LO, LPE, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
2. System yang berlaku untuk bendahara umum
Laporan keuangan yang dihasilkan yaitu LRA, LO, Neraca, LPE, SAL LAK dan
CaLK

E. Pemeriksaan

Dalam rangka pelaksanaan anggaran diperlukan pemeriksaan atas laporan keuangan yang
disajikan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah. Pemeriksaan ini
dillakukan oleh BPK dalam rangka pemberian pernyataan pendapat (opini) tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

Hasil pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan opini yang merupakan
pernyataan professional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan.
Kriteria untuk pemberian opini adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan


2. Kecukupan pengungkapan
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
4. Efektifitas system pengendalian intern

Penilaian atas empat hal diatas akan menentukan suatu opini. Ada empat macam opini
yang diberikan pemeriksa yaitu:

1. Wajar tanpa pengendalian


2. Wajar dengan pengecualian
3. Tidak wajar
4. Menolak memberikan opini

F. Pertanggungjawaban
Pemerintah daerah wajib mempertanggung jawabkan pelaksanaan APBD baik dalam
bentuk laporan keuangan (financial accountability) maupun laporan kinerja (performance
accountability). Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah
No. 71/2010 tentang standar Skuntansi Pemerintahan dan Laboran Kinerja disusun sesuai
dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang Laboran Keuangan dan Knerja Instansi
Pemerintahan.

3. Tugas PPTK mencakup:


Mengendalikan pelaksanaan kegiatan
Melaporkan perkembangan pelaksanaan keggiatan
Menyiapkan dokumen anggagran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan

4. Organsasi penggunaan Anggaran/Barang


a. Kepala SKPD selaku PA/PB
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya memiliki bawahan yang membantu
jalannya kegiatan pada SKPD masng-masing

b. PPK SKPD
Dalam rangka melaksanakan wewenang atas pengggunaan anggaran yang dimuat dalam
DPA-SKPD, kepala SKPD sebagai pejabat penatausaha keuangan SKPD.

c. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran


Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD

d. PPTK
Tugas PPTK mencakup:
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan
Melaporkan perkembangan pelaksanaan keggiatan
Menyiapkan dokumen anggagran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan

5. Model pencairan dana bagi sebuah satker ada 2 jenis, yaitu melalui model uang persediaan
dan model langsung (LS) melalui KPPN. Kepada setiap satuan kerja dapat
diberikan Uang Persediaan. Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran
belanja barang pada klasifikasi belanja 5211, 5212, 5221, 5231, 5241, dan 5811. Besarnya UP
yang dapat diberikan Tergantung dari jumlah belanja yang dapat
dimintakan UP. Bendahara Pengeluaran melakukan pengisisan kembali Uang Persediaan
setelah Uang Persediaan digunakan (revolving ) sepanjang masih tersedia pagu dana dalam
DIPA. Pengisian kembali UP dapat diberikan apabila UP telah dipergunakan sekurang-
kurangnya 75% dari dana UP yang diterima.Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75%,
sedangkan satker/SKS ybs memerlukan pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia,
satker/SKS dimaksud dapat mengajukan TUP. Syarat untuk mengajukan Tambahan UP :

1. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangatmendesak/tidak dapat tidak ditunda;


2. Digunakan paling lama satu bulan sejaktanggal SP2D diterbitkan.
3. Apabila tidak habis digunakan dalam satubulan sisa dana yang ada pada
bendahara, harus disetor ke Rekening kas Negara;
Pembayaran dengan menggunakan model LS artinya pembayaran melalui
transfer dari rekening kas Negara ke rekening bank penerima setelah memenuhi
persyaratan yg diharuskan. Pembayaran dengan menggunakan model LS biasa
dilakukan untuk:
1. Pengadaan Tanah
2. LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/vakasi
3.. LS non Belanja Pegawai, yaitu :
Pembayaran Pengadaan barang dan jasa,Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listri
k, Telepon dan Air), dan Pembayaran Belanja Pejalanan Dinas.

6. Dalam definisi akuntansi terdapat kata entitas. Entitas adalah satuan, yang dapat diartikan
sebagai satuan organisasi. Contoh satuan organisasi adalah organisasi perusahaan atau
organisasi pemerintah. Contoh organisasi pemerintahan adalah pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Akuntansi yang berkaitan dengan organisasi perusahaan biasanya dikenal
dengan akuntansi sektor privat, dan yangberkaitan dengan organisasi pemerintahan atau
lembaga nonprofit dikenal dengan akuntansi pemerintahan atau akuntansi sektor public. Oleh
karena itu pemerintah daerah merupakan satuan organisasi nonprofit, maka akuntansi yang
berkaitan dengan pemerintah daerah, yakni akuntansi keuangan daerah termasuk ke dalam
akuntansi sektor publik.

7. Perbedaan PP 24 tahun 2005 dengan PP 71 tahun 2010

PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010


LAPORAN PERUBAHAN SAL LAPORAN PERUBAHAN SAL

Tidak ada laporan tersendiri Laporan Perubahan SAL menyajikan secara


komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos
berikut:

1. Saldo Anggaran Lebih awal;

2. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;

3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran


tahun berjalan;

4. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun


Sebelumnya; dan

5. Lain-lain;

NERACA 6. Saldo Anggaran Lebih Akhir.

Ekuitas Dana terbagi;

Ekuitas Dana Lancar: selisih antara NERACA


aset lancar dan kewajiban jangka
pendek, termasuk sisa lebih Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih
pembiayaan anggaran/saldo anggaran pemerintah yang merupakan selisih antara aset
lebih dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.

Ekuitas Dana Investasi: Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir
mencerminkan kekayaan pemerintah ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas
yang tertanam dalam investasi jangka
panjang, aset tetap, dan aset lainnya,
dikurangi dengan kewajiban jangka
panjang

Ekuitas Dana Cadangan:


mencerminkan kekayaan pemerintah
yang dicadangkan untuk tujuan
tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

LAPORAN ARUS KAS

Disajikan oleh unit yang mempunyai


fungsi perbendaharaan (Par 15) LAPORAN ARUS KAS

Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan Disajikan oleh unit yang mempunyai
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset fungsi perbendaharaan umum (Par 15)
non keuangan, pembiayaan, dan non
anggaran Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan
LAPORAN KINERJA KEUANGAN aktivitasoperasi, investasi, pendanaan,
dan transitoris
Bersifat optional

Disusun oleh entitas pelaporan yang


menyajikan laporan berbasis akrual LAPORAN OPERASIONAL

Sekurang-kurangnya menyajikan pos- Merupakan Laporan Keuangan Pokok


pos :
Menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1. a) Pendapatan dari kegiatan
operasional; 1. a) Pendapatan-LO dari kegiatan
operasional;
2. b) Beban berdasarkan klasifikasi
fungsional dan klasifikasi ekonomi; 2. b) Beban dari kegiatan operasional ;

3. c) Surplus atau defisit. 3. c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non


Operasional, bila ada;
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
4. d) Pos luar biasa, bila ada;
Bersifat optional
5. e) Surplus/defisit-LO.
Sekurang-kurangnya menyajikan pos-
pos: LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

1. a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Merupakan Laporan Keuangan Pokok


Anggaran;
Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos:
2. b) Setiap pos pendapatan dan belanja
beserta totalnya seperti diisyaratkan 1. a) Ekuitas awal;
dalam standar-standa lainnya, yang
diakui secara langsung dalam ekuitas; 2. b) Surplus/defisit-LO pada periode
bersangkutan;
3. e) Efek kumulatif atas perubahan
3. c) Koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi ekuitas, misalnya:
koreksi kesalahan mendasar dari
persediaan yang terjadi pada periode-
kebijakan akuntansi dan koreksi
periode sebelumnya dan perubahan nilai
kesalahan yang mendasar diatur
aset tetap karena revaluasi aset tetap.
dalam suatu standar terpisah .
4. d) Ekuitas akhir.
CALK
CALK
Pada dasarnya hampir sama dengan PP baru
Perbedaan yang muncul hanya dikarenakan
komponen laporan keuangan yang berbeda
dengan PP lama.

8. Lembaga yang berwenang untuk mengaudit laporan keuangan pemerintah adalah BPK.
Dengan mekanisme pengauditan sebagai berikut:

Pemeriksaan keuangan negara adalah meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan


negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara.

Pemeriksaan keuangan negara ada 3 : 1) Pemeriksaan keuangan, 2)pemeriksaan kinerja,


3)PDTT

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan


keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri
atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta aspek efektivitas. Dalam melakukan
pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan serta pengendalian intern.

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu
hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di
bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian
intern.

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola


keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanan pengawasan dan pertanggungjawaban

Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan


pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan

Dasar Hukum :

a) Undang-undang Dasar 1945

b) Undang-undang nomor 17 tahun 2003 : Keuangan Negara

c) Undang-undang nomor1 tahun 2004 : Perbendaharaan Negara

d) Undang-undang nomor 15 tahun 2004 : Pemeriksaan Pengelaan dan Tanggung


jawab Keuangan Negara

e) Undang-undang nomor 15 tahun 2006 : Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Obyek Pemeriksaan keuangan

a) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;

b) Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga;

c) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah;

d) Laporan Keuangan BI;

e) Laporan Keuangan BUMN;

f) Laporan Keuangan BUMD; dan


g) Laporan Keuangan badan-badan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Ruang lingkup pemeriksaan keuangan

a) Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan

b) Posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana

c) Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA)
dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dana dalam neraca; dan

d) Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SPKN.

e) Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang- undangan yang terkait dengan pelaporan keuangan dalam LK

Kriteria pemeriksaan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005


jo. PP No. 71/2010. Dikembangkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, (UU
nomor 17 tahun 2003 dan UU nomor 1 tahun 2004). Terdiri dari sebuah kerangka konseptual
dan 11 pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP)

Auditor : BPK RI dan KAP/pihak lain yg melakukan pemeriksaan keuangan untuk dan
atas nama BPK-RI

Kode etik : Peraturan BPK no. 2/2007 tentang kode etik Badan Pemeriksa Keuangan.
Hal2 yg diatur :

a) Nilai-Nilai Dasar BPK

1) mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.

2) mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

3) menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas.

4) menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK.

b) Kode Etik bagi Anggota BPK


1) Independensi (objektif, netral, menghindari conflict of interest, tidak rangkap
jabatan dll)

2) Integritas (tegas, jujur, tidak menerima imbalan langsung/tak langsung dll)

3) Profesionalisme (hati-hati, teliti, menghindari pemanfaatan kabatan/rahasia negara


dll)

c) Kode Etik bagi Pemeriksa : idem diatas

d) Majelis Kehormatan Kode Etik : menegakkan kode etik berdasarkan pengaduan

Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma yang harus
dipatuhi oleh setiap Anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya.

STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

SPKN memuat pernyataan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan


persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional

Tujuan Standar Pemeriksaan adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.

Dasar penyusunan : Pasal 5 UU nomor 15 tahun 2004 dan Pasal 9 ayat (1) huruf e UU
nomor 15 tahun 2006
TUGAS KELOMPOK
AKUNTANSI PEMERINTAH
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

DI SUSUN OLEH
EKA FITRI NOR WAHYUNI
INDAH RAHMADANI N
NADIA SISKA PUTRI
THALIA MARCHIKA

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2016/2017

También podría gustarte