Está en la página 1de 4

Standar Auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat dicapai sebagaimana

mestinya yang harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor
independen. Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan
3. Standar Pelaporan
A. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor
Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi
auditor.
Pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.
Pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor. Ada 3 aspek independesi, yaitu :
Independensi senyatanya
Independensi dalam penampilan.
Independensi dari sudut keahliannya atau kompetensinya.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar,yaitu:
1. Bukti
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengertian sebagai
dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang di tuangkan dalam pendapat auditor.
Secara umum usaha untuk memperoleh bukti dilakukan dengan cara , yaitu :
a. Authoritarianisme, Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain. Misalnya keterangan
lisan manajemen dan karyawan, dan pihak luar lainnya, serta keterangan lisan tertulis
berupa doklumen.
b. Mistikisme, Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar, dan
penelaahan terhadap keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi, Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya penghitungan
kembalioleh auditor, dan pengamatan terhadap pengendalian intern.
d. Emperikisme, Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan dan
pengujian secara fisik.
e. Pragmatisme, Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal selesainya
pekerjaan lapangan.
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (due care)
Artinya melakukan pekerjaan dengan sangat hati-hati dan selalu mengindahkan norma-
norma profesi dan norma moral yang berlaku. Konsep kehati-hatian yang di harapkan auditor
yang bertanggung jawab. Dalam auditing tersebut sebagai prudent auditor. Tanggung jawab yang
di maksud adalah tanggung jawab profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih di
kenal dengan konsep konservatif.
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar
Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak),
tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan,hasil operasi, dan aliran kas perusahaan. Konsep
ini dijabarkan lagi dalam 3 sub konsep, yaitu :
1) Accounting Propriety : berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi tertentu dalam
kondisi tertentu.
2) Adequate Disclosure : berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau penyajian
informasi
3) Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen dalam
memberikan pendapat.
4. Independensi
Merupakan suatu sikap mental yang di miliki auditor untuk tidak memihak dalam
melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan independen
terhadap laporan keuangan yang di periksa dan pembuat dan pemakai laporan keuangan. Jika
posisi auditor terhadap kedua hal tersebut tidak independen maka hasil kerja auditor menjadi
tidak berarti sama sekali.
5. Etika perilaku
Dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor profesional yang
independen dalam melaksanakan audit.

Terdapat lima pendapat yang mungkin diberikan oleh akuntan publik atas laporan
keuangan yang diauditnya Pendapat tersebut adalah:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika:
a. Tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran.
b. Penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan.
c. Auditor bersifat independen.
d. Dalam pemeriksaan auditor telah menerapkan Standar Profesional Akuntan Publik.
e. Konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan
memadai dalam laporan keuangan.
2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
(Unqualified Opinion Report with Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan dari hasil
usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor
menjumpai kondisi-kondisi berikut ini:
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh
informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan
secara konsisten.
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika:
a. Laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan
arus kas perusahaan klien.
b. Jika ada pembatasan lingkup auditnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten
yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
c. Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak klien tidak disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan.
d. Terjadi kesalahan yang cukup material sehingga dapat mempengaruhi mengenai kewajaran
laporan keuangan.
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini
disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
c. Ada ketidakpastian yang cukup material.

También podría gustarte