Está en la página 1de 13

ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN

Posted on May 1, 2011 | Leave a comment

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENULISAN

Dalam kehidupan kita tentu tidak lepas dari masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang
dihadapi tentunya harus memiliki manajemen yang baik. Dan dalam hal ini, pemerintah turut
campur tangan di bawahi oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Sebagai suatu lembaga yang
mengatur jalannya sistem kesehatan di Indonesia, Kementrian Kesehatan sangat bertanggung
jawab akan hal ini. Kemenkes selaku pembuat kebijakan kesehatan juga perlu melakukan
analisis terhadap setiap kebijakan kesehatan yang dibuat supaya derajat kesehatan di Indonesia
lebih terarah untuk mencapai Indonesia Sehat. Lebih lanjut penjelasan mengenai Analisis
Kebijakan Kesehatan, akan dibahas dalam makalah ini.

1.2. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas kelompok Dasar AKK. Selain itu
juga, agar para pembaca sekalian dapat menambah pengetahuan dalam lingkup Dasar
Administrasi Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai Analisis Kebijakan Kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN

Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau dimensi yang luas,
yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.

Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan,
kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk
perkaranya (Balai Pustaka, 1991).

Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternative
yang bermuara kepada keputusan tentang alternative terbaik[8]. Kebijakan adalah rangkaian dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai
sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan bangsanya.
Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk
mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika penduduk dalam negaranya
(Balai Pustaka, 1991).[8]

Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka, 1991), kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya
(berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi
kesulitan.[11] Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu
yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan,
keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung makna melanggar segala sesuatu yang
pernah ditetapkan karena alasan tertentu.[8]

Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan
ekonomi (RI, 1992).[9] Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh
WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental,
kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.[13] Menurut UU No. 36,
tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. [12]

Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen
untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat
dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.[5][6]

2.2. PERAN ANALISIS KEBIJAKAN

Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis kebijakan publik.
Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan analisis kebijakan dalam
bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis kebijakan kesehatan muncul.

Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan
fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:

Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus pada
masalah yang akan diselesaikan.

Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin
kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan
menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah
keilmuan.
Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis tindakan
kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.

Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas suatu


masalah yang awalnya tidak pasti.

Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul kemudian
akibat dari produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan. [1] [2]

2.3. PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN

Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi dapat
diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan masalah tergantung
pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling panting.

Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi kebutuhan), cenderung
memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai masalah mandasar dari pada orang yang
punya komitmen pada kualitas pelayanan kesehatan.

Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah:

1. Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali


mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini
menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan
Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.

2. Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,


diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat
diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (a.l. gang-guan kesehatan,
lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi problematis, bukan problem itu sendiri.

3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat
menimbulkan masalah kebijakan.

4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus
menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.

5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.[3][10]

2.4. PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN


Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).

1. Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu
itu ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat
dari kebijakan publik. Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan
pembelanjaan negara untuk kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang
dihasilkan adalah Penandaan.

2. Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan
penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis
informasi yang dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi
berbagai macam kebijakan KIA KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk
mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.

3. Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa
yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah
problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran
atau rekomendasi. Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300
menjadi Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di
puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat. [1][3]

Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan
berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim
digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau praktis.

Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif, dan
anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode penelitian).
Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan,
antara lain:

1) Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai


sebab akibat kebijakan di masa lalu.

2) Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai


akibat kebijakan di masa depan.

3) Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa
datang.

METODE ANALISIS
METODE ANALISIS UMUM
KEBIJAKAN

Perumusan Masalah
Deskripsi
Peliputan (monitoring)

Prediksi Peramalan (forecasting)

Evaluasi Evaluasi (evaluation)

Preskripsi Rekomendasi (recommendation)

(petunjuk) Penyimpulan Praktis

(Practical inference)

Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah
kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan kesimpulan
yang diambil dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab
kesalahpahaman mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang
kurang operasional atau kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang sesungguhnya.

Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan anjuran,
maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:

1) Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan


memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan.

2) Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan


memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, dan
rekomendasi.

3) Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan


memanfaatkan seluruh (6) jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan,
peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis. [5][6]

2.5. ARGUMEN KEBIJAKAN

Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi. Analisis
kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen
yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik.
Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan
dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.

Berdasarkan struktur argumen, dapat diketahui bahwa seorang analisis kebijakan dapat
menempuh langkah yang benar, dengan memanfaatkan informasi dan berbagai metode menuju
kepada pemecahan masalah kebijakan; dan tidak sekedar membenarkan alternatif kebijakan yang
disukai. [5][6]
2.6. BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN

Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan. Pilihan bentuk
analisis yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara mendalam, sebab kondisi masalah
yang cenderung menentukan bentuk analisis yang digunakan.

Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991) dapat diuraikan
beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.

2.6.1. Analisis Kebijakan Prospektif

Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum tindakan kebijakan
ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri analisis ini adalah:

mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat dipilih dan
dibandingkan.

diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan keputusan


kebijakan.

secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.

2.6.2. Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)

Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya adalah penciptaan dan
pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa analisis kebijakan
restropektif, adalah:

1. Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian teori
dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan. Contoh: Upaya
pencarian teori dan konsep kebutuhan serta kepuasan tenaga kesehatan di Indonesia,
dapat memberi kontribusi pada pengembangan manajemen SDM original berciri
Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan sasaran kebijakan tidak terlalu dominan.
Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan memerlukan kajian tambahan
agar lebih operasional.

2. Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab akibat dari
kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh: Pendidikan dapat
meningkatkan cakupan layanan kesehatan. Orientasi tujuan bersifat umum, namun dapat
memberi variabel kebijakan yang mungkin dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan
dan sasaran khusus, seperti meningkatnya kualitas kesehatan gigi anak sekolah melalui
peningkatan program UKS oleh puskesmas.

3. Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam untuk


mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya. Informasi yang
dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan khusus, merumuskan
masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang baru, dan mengarah pada
pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat memperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas. Informasi
yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pemecahan masalah kebijakan KIA di
puskesmas.

2.6.3. Analisis Kebijakan Terpadu

Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan memindahkan
informasi gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan dilakukan.
Menggabungkan bentuk prospektif dan restropektif, serta secara ajeg menghasilkan informasi
dari waktu ke waktu dan bersifat multidispliner.

Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif berbeda yang, bila
ditinjau dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan deksriptif dan normatif), yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

1) Teori Keputusan Deskriptif, bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan tindakan


dengan fokus menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah kebijakan terjadi. Tujuan
utama keputusan adalah memahami problem kebijakan, diarahkan pada pemecahan masalah,
namun kurang pada usaha pemecahan masalah.

2) Teori Keputusan Normatif, memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan, menjadi
bagian dari metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih ditujukan pada usaha
pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung. [5][6]

2.7. PERANAN POLITIK

Analisis kebijakan merupakan proses kognitif. Pembuatan kebijakan merupakan proses Politik.
Dengan demikian Informasi yang dihasilkan belum tentu digunakan oleh pengambilan kebijakan.

Seorang analis harus aktif sebagai agen perubahan, paham struktur politik, berhubungan dengan
orang yang mempengaruhi kebijakan yang dibuat, membuat usulan yang secara politis dapat
diterima pengambil kebijakan, kelompok sasaran, merencanakan usulan yang mengarah kepada
pelaksanaan.

Analis hanya satu dari banyak pelaku kebijakan, dengan pelaku kebijakan merupakan salah satu
elemen sistem kebijakan. Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan,
yang satu sama lain mempunyai hubungan.

Dapat dijelaskan bahwa 3 elemen sistem kebijakan saling berhubungan:

1) Kebijakan publik, merupakan serangkaian pilihan yang dibuat atau tidak dibuat oleh badan
atau kantor pemerintah, dipengaruhi atau mempengaruhi lingkungan kebijakan dan kebijakan
publik.
2) Pelaku kebijakan, adalah kelompok masyarakat, organisasi profensi, partai politik, berbagai
badan pemerintah, wakil rakyat, dan analis kebijakan yang dipengaruhi atau mempengaruhi
pelaku kebijakan dan kebijakan publik.

3) Lingkungan kebijakan, yakni suasana tertentu tempat kejadian di sekitar isu kebijakan itu
timbul, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pelaku kebijakan dan kebijakan publik.

Berdasarkan uraian di atas, maka seorang analis kebijakan dapat dikategorikan sebagai aktor
kebijakan yang menciptakan dan sekaligus menghasilkan sistem kebijakan, disamping aktor
kebijakan yang lainnya. [5][6]

2.8. SISTEM KESEHATAN

Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.

2.9. KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA

2.9.1. Isu strategis

Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum optimal

Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum optimal

Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang memadai

Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan masih


terbatas.

2.9.2. Strategi kesehatan di Indonesia

Mewyjudkan komitmen pembangunan kesehatan

Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan

Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan

2.9.3. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE)

Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda

Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

2.9.4. Kebijakan program lingkungan sehat

Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar

Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan

Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan

Pengembangan wilayah sehat

2.9.5. Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya

Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya

Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial

Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi


kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana

Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

2.9.6. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS

Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif

Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit

Pengadaan obat dan perbekalan RS

Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan

Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga

Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan


2.9.7. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit

Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

Peningkatan imunisasi

Penemuan dan tatalaksana penderita

Peningkatan surveilans epidemologi

Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit

2.9.8. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat

Peningkatan pendidikan gizi

Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat gizi
mikro lainnya

Penanggulangan gizi lebih

Peningkatan surveilans gizi

Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

2.9.9. Kebijakan program sumber daya kesehatan

Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk
miskin

Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

2.9.10. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

Pengkajian dan penyusunan kebijakan

Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran, pelaksanaan dan pengendalian,


pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan

Pengembangan sistem informasi kesehatan

Pengembangan sistem kesehatan daerah

Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan


2.9.11. Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan

Penelitian dan pengembangan

Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian

Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan[4][7]

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat
dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.

Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan
fungsi dalam pelaksanaannya.

Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah
Interdepensi (saling tergantung), Subjektif, Artifisial, Dinamis dan Tidak terduga.

Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).

Metode analisis kebijakan, yaitu Metode peliputan (deskripsi), Metode peramalan (prediksi) dan
Metode evaluasi. 3 jenjang Metode analisis kebijakan, yaitu Pendekatan modus operandi,
Pendekatan modus evaluative dan Pendekatan modus anjuran.

Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi. Analisis
kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen
yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik.
Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan
dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.

Bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan, yaitu Analisis Kebijakan Prospektif, Analisis
Kebijakan Restropektif (AKR) dan Analisis Kebijakan Terpadu.

Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu sama lain
mempunyai hubungan, yaitu Kebijakan public, Pelaku kebijakan dan Lingkungan kebijakan.

Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.
Kebijakan kesehatan di Indonesia, yaitu Kebijakan program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, Kebijakan program lingkungan sehat, Kebijakan program upaya
kesehatan dan pelayanan kesehatan, Kebijakan program upaya kesehatan perorangan, Kebijakan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit, Kebijakan program perbaikan gizi
masyarakat, Kebijakan program sumber daya kesehatan, Kebijakan program kebijakan dan
manajemen pembangunan kesehatan dan Kebijakan program penelitian dan pengembagan
kesehatan.

3.2.SARAN

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam masalah kesehatan, disarankan dilakukan
dahulu analisis kebijakan kesehatan. Dengan demikian, dapat memberikan keputusan yang fokus
pada masalah yang akan diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]
AnneAhira.com. Konsep dan Implementasi Analisis Kebijakan Kesehatan (online)
http://www.AnneAhira.com/artikel/analisis-kebijakan-kesehatan.html. Minggu, 13 Maret 2011
pkl 18.52
[2]
Arif Kurniawan. Kebijakan Kesehatan (online)
http://images.albadroe.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Rt5PkgoKCsAAABj74Sc1/ke
bijakan%20kesehatan.ppt?nmid=56606948. Minggu, 13 Maret 2011 pkl 14.45
[3]
Ayun Sriatmi. Sejarah analisis kebijakan dan kerangka analisis kebijakan (online)
http://eprints.undip.ac.id/6256/1/Kerangka_analisis_kebijakan_-_ayun_sriatmi.pdf Senin, 14
maret 2011 pukul 14.01
[4]
Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
[5]
Dunn WN. 1988. Analisa Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta : PT. Hanindita
[6]
Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
[7]
Juanita. Kesehatan dan Pembangunan Nasional (online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3737/1/fkm-juanita2.pdf Jumat, 4 Maret 2011
pkl 18.59
[8]
Pasolong Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
[9]
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan. Penerbit
Sinar Grafika 1992
[10]
Siagian SP. 1985. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi Organisasi.
Jakarta : PT. Gunung Agung
[11]
Surya Utama. Dasar-Dasar Analisis Kebijakan Kesehatan (online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3765/1/fkm-surya4.pdf. Jumat, 11 Maret 2011
pkl 15.31
[12]
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Undang-Undang Kesehatan dan Rumah Sakit 2009.
Yogyakarta : Penerbit Pustaka Yustisia
[13]
Tulchinsky Ted., Varavikova Elena. The New Public Health (text book)

También podría gustarte