Está en la página 1de 7

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKHITIS

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Bronkitis adalah penyakit pernapasan obstruktif yang sering

dijumpai yang disebabkan oleh peradangan bronkus. Penyakit ini

biasanya berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri atau inhalasi

iritan misalnya asap rokok dan zat-zat kimia yang terdapat dalam

polusi udara (Corwin, 2010).


Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru

obstruktif yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran

napas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam

setahun untuk 2 tahun berturut-turut (Underwood, 2009).


2. Etiologi (Underwood, 2009)
a. Bronkitis akut
Bronkitis akut mungkin sebagai akibat cedera bahan

kimia secara langsung dari polutan udara, seperti asap, sulfur

dioksida dan klorin.


b. Bronkitis kronik
Tidak dapat diingkari bahwa bronkitis kronik hampir

seluruhnya disebabkan oleh merokok. Di Inggris, sebelum

Undang-undang Udara Bersih tahun 1956, polusi udara kota

merupakan faktor yang signifikan. Tetapi insiden bronkitis

kronik dalam waktu lebih dari 10 tahun tetap sama walaupun

polusi udara telah berkurang.


3. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi

lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-

kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat


1
2

jumlahnya, fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang

dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit dan

tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat

menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan

fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam

menghancurkan partikel asing, termasuk bakteri. Pasien kemudian

menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan

bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang

terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi

perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan

emfisema dan bronkiektasis (Underwood, 2009).


4. Manifestasi Klinik (Corwin, 2010)
a. Bronkitis akut
1) Produksi mukus kental.
2) Batuk produktif dengan dahak purulen.
3) Dispneu
4) Demam
5) Suara serak
6) Ronki (bunyi paru diskontinyu yang halus atau kasar)

terutama sewaktu inspirasi.


7) Nyeri dada kadang-kadang timbul.
b. Bronkitis kronik
1) Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk

oleh iritan-iritan inhalan, udara, atau infeksi.


2) Sesak napas dan dispneu.
5. Komplikasi
a. Hipertensi paru akibat vasokonstriksi hipoksik paru yang kronik,

yang akhirnya dapat menyebabkan kor pulmonale.


b. Dapat timbul kanker paru akibat metaplasia dan dysplasia

(Brunner & Suddart, 2006).


6. Pemeriksaan Penunjang (Marilynn, 2000)

2
3

a. Bronkitis akut
1) Pemeriksaan sinar-X toraks mungkin memperlihatkan

bronkitis akut.
2) Bronkitis kronik
3) Analisis gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri

dan peningkatan karbon dioksida arteri.


4) Polisitemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi

akibat hipoksia kronik yang disertai sianosis, menyebabkan

kulit berwarna kebiruan.


5) Pemeriksaan sinar-X toraks dapat membuktikan adanya

bronkitis kronik.
7. Penatalaksanaan
a. Bronkitis akut
1) Antibiotik untuk mengobati infeksi.
2) Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk

mengencerkan dahak.
3) Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
b. Bronkitis kronik
1) Penyuluhan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih

lanjut, terutama asap rokok.


2) Terapi antibiotik profilaktik, terutama pada musim-musim

dingin, untuk mengurangi insidens infeksi saluran napas

bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkatkan

pembentukan mukus dan pembengkakan.


3) Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran napas

akibat bronkitis kronik yang mirip dengan spasme pada asma

kronik, maka sering diberikan bronkodilator.


4) Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk

mengencerkan mukus.
5) Mungkin diperlukan terapi oksigen (Brunner & Suddart,

2006).

3
4

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Marilynn, 2000)
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas,

ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk

tinggi, dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas

atau latihan.
Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/

kehilangan massa otot.


b. Sirkulasi
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda: Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/

takikardia berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit berat),

edema dependen, bunyi jantung redup, warna kulit/membran

mukosa: normal atau abu-abu/ sianosis; kuku tabuh dan sianosis

perifer, pucat dapat menunjukkan anemia.


c. Integritas ego
Gejala: Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup.
Tanda: Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala: Mual/muntah, ketidakmampuan untuk makan karena

distres pernapasan, peningkatan berat badan menunjukkan

edema.
Tanda: Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat,

palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali.


e. Higien
Gejala: Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

melakukan aktivitas sehari-hari.


Tanda: Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernapasan

4
5

Gejala: lapar udara kronis, batuk menetap dengan produksi

sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum

3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, produksi

sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat banyak sekali, riwayat

pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan

pernapasan dalam jangka panjang, penggunaan oksigen pada

malam hari atau terus menerus.


Tanda: Pernapasan: biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasi

memanjang dengan mendengkur, lebih memilih posisi tiga titik

(tripot) untuk bernapas, penggunaan otot bantu pernapasan,

dada: dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP

(bentuk-barrel); gerakan diafragma minimal, bunyi napas:

menyebar, lembut, atau krekels lembab kasar, perkusi: bunyi

pekak pada area paru, kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4

atau 5 kata sekaligus, warna: pucat dengan sianosis bibir dan

dasar kuku; abu-abu keseluruhan; warna merah biru

menggembung.
g. Keamanan
Gejala: Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor

lingkungan, adanya/berulangnya infeksi.


h. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido.
i. Interaksi social
Gejala: Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,

kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat,

penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.

5
6

Tanda: Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara

karena distres pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian

hubungan dengan anggota keluarga lain.


j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan

menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur,

kegagalan untuk membaik


Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,9 hari.
Rencana pemulangan: Bantuan dalam berbelanja, transportasi,

kebutuhan perawatan diri, perawatan rumah/mempertahankan

tugas rumah, perubahan pengobatan/program terapeutik.


2. Diagnosa Keperawatan (Marilynn, 2000)
a. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokonstriksi,

peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi

bronkopulmonal.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual/muntah,

dispnea, kelemahan.
d. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan

upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.


e. Koping individu tidak efektif b/d kurang sosialisasi, ansietas,

depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk

bekerja.
f. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai

penyakit yang dideritanya.

6
7

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2006. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. EGC.

Jakarta.

J.C.E. Underwood. 2009. Patologi Umum dan Sistematik Ed.6 Vol 2. EGC.

Jakarta

También podría gustarte