Está en la página 1de 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan manusia pada masa
lampau melalui tinggalan-tinggalan baik berupa artefak, ekofak, dan fitur-fitur. Yang
termasuk didalam kategori fitur adalah bangunan- bangunan dalam bentuk yang utuh
seperti rumah, sarana peribadahan (candi, gereja, dan lain sebagainya), kantor
pemerintahan dan bangunan-bangunan lainnya maupun dalam bentuk sisa bangunan
saja seperti pondasi (denah), dinding, tiang. Diantara bangunan yang ditinggalkan dari
masa kolonial di Indonesia adalah gereja, dalam agama kristen.
Setiap benda yang terdapat pada zaman itu memiliki sebuah arti dan kisah
berbeda-beda yang perlu kita gali kejelasannya, Dengan adanya benda-benda
arteologi kita dapat mengetahui bagaimana sejarah awal mula adanya agama kristen
dan bersatunya dengan agama lainnya. Seiring makin berkuranya dan hilangnya
benda-benda peninggalan agama itu dapat membuat generasi muda tidak mengetahui
sejarah agamanya.
Hal positif yang dapat dipetik adalah adanya saling ingin satu tahu sejarah dari
masing-masing agama, Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya
merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam
perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat
untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu
tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah
lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan
antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun
dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya
agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-
kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan
antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan,
pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam
masyarakat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah pengertian dari arkeologi ?
2. Apa sajakah arkeologi agama kristen katolik ?
3. Apakah hubungan arkeologi agama kristen dengan pemerstuan agama lain?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian arkeologi
2. Untuk mengetahui arkeologi agama kristen katolik
3. Untuk mengetahui hubungan arkeologi dengan pemersatuan agama lain

1.4 Manfaat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Arkeologi
Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti kuno dan logo, ilmu.
Nama alternatif arkeologi adalah studi sejarah budaya material. Arkeologi adalah studi tentang
budaya manusia masa lalu melalui pengulangan sistematis dari kiri materi data. Sebuah
tinjauan sistematis yaitu adalah penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa
artefak budaya material, seperti kapak batu dan bangunan candi dan ekofak benda lingkungan,
seperti batuan, tanah halus, dan fosil dan fitur artefaktual yang tidak dapat dihapus dari
tempatnya dari situs arkeologi.
Teknik penelitian yang khas adalah penggalian arkeologi penggalian, meskipun survei
juga mendapatkan porsi yang cukup besar. Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan
panjang. Di antaranya adalah apa yang disebut paradigma arkeologi, yang menyusun sejarah
kebudayaan, memahami perilaku manusia, serta memahami proses perubahan budaya. Karena
bertujuan untuk memahami budaya manusia, ilmu ini termasuk ke dalam kelompok humaniora.
Meskipun demikian, ada berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain, sejarah, antropologi,
geologi untuk ilmu membentuk lapisan bumi adalah referensi umur relatif dari arkeologi
temuan, geografi, arsitektur, paleoantropologi dan bioantropologi, fisika, antara lain , dengan
karbon C-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak, ilmu metalurgi untuk mendapatkan
unsur-unsur benda logam, serta filologi mempelajari naskah kuno.
Arkeologi pada saat ini mencakup berbagai bidang terkait. Sebagai contoh, penemuan
mayat dikuburkan akan menarik para ahli dari berbagai bidang untuk belajar tentang pakaian
dan jenis bahan yang digunakan, bentuk keramik dan cara penularan. Kepercayaan melalui apa
mayat yang dikuburkan bersama-sama, ahli kimia dapat menentukan usia penggalian melalui
cara-cara seperti metode pengukuran karbon 14. Sementara ahli genetik yang ingin mengetahui
pergerakan migrasi manusia purba, meneliti DNA.
Secara khusus, budaya arkeologi studi terakhir, yang sudah tua, terkenal di zaman
prasejarah sebelum menulis, serta di zaman sejarah ketika ada bukti tertulis. Pada
pengembangan, arkeologi juga dapat mempelajari budaya masa kini, seperti yang dipopulerkan
dalam studi budaya material modern budaya material modern. Karena hal itu bergantung pada
objek peninggalan masa lalu, yang membutuhkan pelestarian benda purbakala seperti sumber
data. Oleh karena itu, kemudian dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumber daya
arkeologi Arkeologi Sumber Daya Manajemen, atau lebih luas adalah CRM manajemen
sumber daya budaya, Budaya Manajemen Sumber Daya.

2.2 Arkeologi agama kristen katolik

Temuan arkeologis yang kembali hangat belakangan ini dan penggunaannya untuk
sebuah pembuktian Yesus Historis perlu ditempatkan secara jelas dalam kerangka cara kerja
demirakulisasi para peneliti yang terlibat di dalamnya. Hasil proses semacam inilah yang
tersaji ke kalangan publik. Film dokumenter The Lost Tomb of Jesus dengan produser
pelaksana James Cameron, buku karangan Simcha Jacobovici dan Charles Pellegrino The
Jesus Family Tomb: The Discovery, the Investigation, and the Evidence that Could Change
History, dan buku James D Tabor The Jesus Dynasty adalah bukti hasil kerja peneliti yang
berprinsip "yang ajaib pasti tidak historis." Sikap terhadap publikasi semacam ini akan sangat
ditentukan oleh penerimaan atau penolakan terhadap prinsip tersebut. Bila menerima prinsip
tersebut, berarti orang harus menolak kebenaran empiris yang justru masih berlangsung
sampai hari ini, yakni bahwa "yang ajaib bisa sungguh historis".
Hal yang sama berlaku dalam bersikap terhadap kebangkitan Yesus. Kebangkitan
Yesus dengan seluruh tubuh-Nya adalah peristiwa ajaib. Maka, bagi para peneliti ini harus
disimpulkan bahwa hal itu pasti tidak historis. Yang historis adalah bahwa Yesus tidak
bangkit dengan seluruh tubuh-Nya. Untuk membuktikannya, temuan makam di Talpiot
dijadikan sebagai argumen penting. Pertanyaan untuk sebuah temuan arkeologis senantiasa
berkaitan dengan hubungan antara artefak arkeologis dan data dalam Alkitab.

Fakta pertama. Pada tahun 1980 ditemukan 10 osuarium (tempat tulang) di makam
Talpiot, sebelah selatan kota lama Jerusalem. Satu di antaranya dinyatakan hilang. Pada
sembilan osuarium itu ada enam yang memiliki inskripsi nama-nama: Yesus anak Yusuf,
Maria, Mariamene e Mara (Maria Magdalena), Yoses, Matius, Yudas anak Yesus. Seluruh
inskripsi tersebut tertulis dalam bahasa Aram, kecuali inskripsi Maria Magdalena yang
tertulis dalam bahasa Yunani.

Fakta kedua. Nama-nama tersebut adalah nama-nama yang sangat umum dimiliki
oleh orang pada zaman itu di wilayah tersebut. Meskipun demikian, bahwa nama-nama
semacam itu ditemukan sebagai sebuah kesatuan di satu kompleks makam adalah sebuah
kenyataan yang sangat unik. Peluang empat nama (Yesus anak Yusuf, Maria, Maria
Magdalena, Yoses) dalam cluster semacam itu adalah 1:600. Demikian pendapat Prof Andrey
Feuerverger, pakar statistik dari Universitas Toronto.

Fakta ketiga. Hasil uji DNA terhadap endapan organik pada osuarium "Yesus anak
Yusuf" dan osuarium "Maria Magdalena" tak memperlihatkan adanya hubungan persaudaraan
di antara keduanya menurut garis ibu.

Bila ingin setia pada data-data empiris semacam ini, kesimpulan yang harus diambil
adalah: (1) Ada sebuah kompleks makam keluarga tempat ditemukan 10 osuarium; satu dari
osuarium itu telah hilang; enam dari yang masih ada memiliki inskripsi nama-nama yang
sangat umum; (2) Kesatuan nama-nama umum itu hanya terjadi satu kali dari antara 600
kasus; (3) Yesus anak Yusuf dan Maria Magdalena bukan saudara-saudara sekandung.

Kesimpulan yang lebih dari itu adalah hipotesis. Satu hipotesis yang belum
berdasarkan fakta justru dijadikan sebagai kesimpulan oleh Tabor. Di sini Tabor sudah
berkeyakinan bahwa osuarium lain dengan inskripsi "Yakobus, anak Yusuf, saudara dari
Yesus" adalah satu osuarium yang hilang dari makam keluarga di Talpiot itu. Hipotesis lain
adalah ikatan perkawinan antara "Yesus anak Yusuf" dan "Maria Magdalena". Hipotesis
lanjutan dari ini adalah bahwa "Yudas anak Yesus" adalah anak dari perkawinan antara
"Yesus anak Yusuf" dan "Maria Magdalena" itu. Masih perlu dilihat bagaimana uji DNA
terhadap endapan organik dalam osuarium "Yudas anak Yesus" tersebut.

Hipotesis paling berani adalah dengan mengatakan kemungkinan bahwa "Yesus anak
Yusuf" itu adalah Yesus yang dikisahkan dalam Injil. Ini sama saja dengan seorang peneliti
asing di abad-abad kemudian yang bisa menyimpulkan bahwa sebuah makam dengan nama
"Bambang anak Suharto" di sebuah tempat di bumi ini adalah makam Bambang anak dari
seorang bernama Suharto yang selama bertahun-tahun menjadi penguasa tunggal di sebuah
negeri di bumi ini. Tidak mustahil bahwa Bambang yang dimakamkan di sana adalah
Bambang preman pasar di kampung sekitar makam itu yang bapaknya bernama Suharto yang
punya toko kelontong dekat alun-alun.

Di sinilah letak persoalan paling serius dalam penelitian Yesus Historis berdasarkan
temuan arkeologis saat ini. Ada sebuah makam dengan osuarium bernama "Yesus anak
Yusuf". Sungguh tidak mustahil bahwa artefak yang tersedia ini adalah sebuah keunikan
istimewa, satu dari 600 kemungkinan kasus, yang merupakan makam dari seorang yang sama
sekali lain. Hipotesis berikut ini sama kuatnya dan harus bisa diterima.

Ada seorang pedagang yang cukup kaya di Jerusalem pada dekade pertama abad Masehi.
Nama orang itu adalah Yusuf. Seorang anaknya yang bernama Yesus itu bekerja sebagai
seorang ahli hukum yang mencapai puncak kariernya setelah berhasil menentang dan
menghukum mati seorang guru eksentrik berasal dari Nazaret yang juga bernama Yesus.
Suatu hari Yusuf dan Maria istrinya memutuskan mengadopsi seorang anak putri dari
Magdala, dan mereka beri nama Maria Magdalena. Yesus sang ahli hukum itu pernah punya
hubungan dekat dengan seorang perempuan sehingga ia punya anak, tetapi lalu ditinggal
pergi oleh kekasihnya itu. Yesus ini akhirnya harus menitipkan anaknya yang bernama Yudas
untuk diasuh oleh Yusuf dan Maria. Demikianlah pada akhirnya satu per satu mereka mati.
Jasad-jasad Yusuf, Maria, Maria Magdalena, Yesus anak Yusuf, dan Yudas anak Yesus ini
akhirnya dimakamkan di kompleks makam keluarga yang sudah mereka siapkan di Talpiot.

Berabad-abad kemudian sekelompok peneliti menemukan makam itu dan mulai


menduga- duga bahwa Yesus dalam makam itu adalah Yesus yang diyakini oleh orang
Kristiani sebagai Tuhan yang bangkit dengan seluruh tubuh-Nya. Maka, sungguh masih
terlalu dini untuk membuat kesimpulan seperti itu. Terlalu dini juga untuk mulai yakin bahwa
kebangkitan Yesus dari Nazaret itu adalah sebuah metafora belaka, bukan persitiwa historis;
sebuah metafora yang bergerak hanya dalam ranah subyektif, bukan obyektif. Maka,
pilihannya kembali antara prinsip "yang ajaib pasti tidak historis" atau "yang ajaib bisa
sungguh historis".

2.3 Hubungan arkeologi dengan pemersatuan agama lain


Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis,
Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat dikalangan
bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan-
kalangan atas/orang kaya saja.

Karena, Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua
masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia. Mungkin faktor yang
paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi
sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi
lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah
mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama
terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik,
bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang
paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun ketika
kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma
dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori
terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain
yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling pengertian. Di masa lampau, kita
berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama selain agama kita
sebagai lawan yang sesat serta penuh kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain,
maka sekarang kita lebih mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu
sama lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
http://arkeologiudayana.wordpress.com/2007/06/16/hello-world/.

También podría gustarte