Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun oleh :
Ahmad Pramono1, Bayu Setya Hertanto1, Joko Riyanto1, Muhammad Cahyadi1, Susi Dwi
1
Dosen Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Surakarta.
2
Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan
Surakarta.
ABSTRAK
1
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan lama pembekuan terhadap kualitas fisik dan
kimia daging bagian triceps brachii (TB) sapi simmental peranakan ongole (simpo). Penelitian
dilaksanakan pada 26 Desember 2015 sampai 2 Mei 2016. Sampel yang digunakan adalah daging sapi
bagian paha depan pada otot TB. Sampel uji kualitas kimia yang berjumlah 15 sampel dengan berat
masing-masing 120 gr, sedangkan untuk kualitas kimia berjumlah 15 sampel dengan berat masing-
masing 50 gr. Sampel terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan (P1: daging segar, P2: daging dibekukan
selama 2 bulan, P3: daging dibekukan selama 4 bulan). Peubah kualitas fisik yang diamati berupa nilai
pH, daya ikat air, susut masak dan keempukan, sedangkan kualitas kimia berupa kadar air, kadar
protein, kadar lemak dan kadar kolesterol. Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap pola searah. Data dianalisis menggunakan analisis variansi dengan uji lanjut menggunakan
dunnett. Hasil analisis variansi menunjukkan nilai pH tertinggi sebesar 6,02 pada pembekuan 4 bulan.
Nilai keempukan terendah sebesar 7,81 kg/cm2 pada pembekuan 2 bulan. Hasil analisis variansi
menunjukkan kadar kolesterol tertinggi yaitu pada pembekuan 4 bulan (51,83%) dan terendah pada
pembekuan 2 bulan (42,32%). Kesimpulan dari lama pembekuan terhadap kualitas fisik yaitu
berpengaruh meningkatkan nilai pH daging dan nilai keempukan daging semakin menurun, akan tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap daya ikat air dan susut masak daging. Kesimpulan dari lama
pembekuan terhadap kualitas kimia yaitu pembekuan selama 2 bulan menurunkan kadar kolesterol
daging, sedangkan pembekuan selama 4 bulan tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas kimia daging
sapi simpo yang dibekukan.
Kata kunci : Daging Sapi, Lama Pembekuan, Daging Beku, Kualitas Fisik Dan Kualitas Kimia.
ABSTACT
The research aimed to find out the difference a longer freezing to the quality physical and
chemical meat simmental cattle TB on simmental cow of ongolian breed (simpo). The research was
conducted on 26 December 2015 to 2 May 2016. The sample used was the beef part of the quadriceps
muscle on TB. Sample physical quality tests that add up to 15 samples each with a weight of 120 gr
while for chemical quality amounted to 15 samples with the weight of each 50 gr. The sample consisted
of 3 treatments and 5 replications (P1: fresh meat, P2: meat frozen for 2 months, P3: meat frozen for 4
months). Variables physical qualities observed as pH value, water holding capacity, cooking losses and
tenderness, while the quality of chemicals such as moisture content, protein content, fat content and
cholesterol levels. The research design used was completely randomized design pattern unidirectional.
The Data were analyzed using analysis of variance with advanced test using dunnett. Variansi analysis
results show the highest pH values of 6.02 on freezing for 4 months. Lowest tenderness value of 7.81
kg / cm2 at 2 months of freezing. Variansi analysis results show the highest cholesterol levels in 4
months of freezing (51,83%) and lowest in freezing 2 months (42,32%). The conclusion of the long
freezing of the physical quality which increased the pH value of meat and meat tenderness value
decreased, but not significantly affect water holding capacity and cook meat shrinkage. The conclusion
of the long freezing of the chemical quality of freezing during the two months that lowering cholesterol
levels of meat, while freezing for 4 months did not significantly affect the chemical quality of frozen
beef Simpo.
Keywords : Beef, Longer Freezing, Frozen Meat, Physical Quality and Chemical Quality.
2
PENDAHULUAN mengandung arah serabut otot yang jelas dan
Sapi potong yang umumnya dikonsumsi 1998). Selain itu, Rahim (2009) menjelaskan
oleh masyarakat adalah Limousin, Simmental, otot TB merupakan otot paha yang besar
Brahman, Peranakan Ongole (PO), Simpo dan dengan keempukan yang sedang dan memiliki
terjangkau oleh masyarakat (Kuswaryan et al., Kandungan gizi yang baik dalam daging
2004). Sapi simpo memiliki keunggulan yaitu merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan
presentase daging yang tinggi sebesar 45 - 58% mikroorganisme dan aktivitas enzim, sehingga
dan kualitas daging yang baik (Siregar, 2003). daging cepat mengalami kerusakan apabila
Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk disimpan lebih dari 24 jam pada temperatur
Indonesia cenderung terus meningkat sejalan ruang setelah pemotongan (Tranggono et al.,
dengan meningkatnya jumlah penduduk 1980). Kerusakan yang terjadi dalam daging
Indonesia dan kesadaran masyarakat akan dapat dicegah dengan menggunakan cara
pentingnya protein hewani (Ditjennak, 2010). pengawetan pada suhu beku atau pembekuan.
Pemilihan daging sapi sebagai bahan pangan Pembekuan merupakan salah satu cara
karena mengandung sumber protein hewani untuk memperpanjang masa simpan daging,
yang berkualitas tinggi dan sumber vitamin meskipun memberikan keuntungan namun cara
larut dalam lemak (Soeparno, 2005). Bagian ini juga menyebabkan terjadinya kerusakan
daging yang banyak diminati oleh konsumen fisik maupun kimia daging (Utami et al., 2006).
adalah Logissimus dorsi (LD), Biceps femoris Soeparno (2005) menjelaskan batas maksimum
(BF), Triceps brachii (TB) dan Pectoralis penyimpanan beku daging sapi mentah pada
profundus (PP) serta sering digunakan sebagai suhu -12oC adalah 4 bulan, sedangkan untuk
pembekuan pada temperatur tertentu, tingkat keempukan daging beku sapi simpo
menyebabkan hampir semua cairan dalam yang dibekukan selama 6 bulan sebesar 1,91 -
daging membeku, sehingga aktivitas mikrobia 3,17 kg/cm2, sedangkan untuk nilai daya ikat air
maupun enzim-enzim terhenti sehingga pada pembekuan 1 bulan sebesar 16,26% dan
kerusakan dan penurunan kualitas daging dapat pada pembekuan 6 bulan sebesar 13,84%.
ditekan seminimal mungkin. Lestari (2008) Selanjutnya Rahim (2009) menjelaskan bahwa,
menyatakan bahwa, lamanya pembekuan nilai susut masak daging beku yang dibekukan
mengakibatkan tingkat kerusakan mikrostruktur selama 12 hari pada kisaran 28,30 - 35,09%.
Widati (2008) menyatakan bahwa daging dilakukan analisis mengenai pengaruh lama
sapi dengan dibekukan selama satu bulan pada pembekuan terhadap kualitas fisik dan kimia
-10C. Kristal es yang lembut tidak merusak sel Penelitian dilaksanakan pada 26
dan mengurangi keluarnya drip apabila Desember 2015 sampai 2 Mei 2016. Proses
dicairkan kembali. Hal ini yang mengakibatkan pemotongan dan preparasi karkas dilaksanakan
kadar air daging tersebut lebih tinggi. Kadar di Rumah Potong Hewan Kaliyoso, Boyolali.
yaitu pada temperatur -20C yaitu 20,41% lebih Laboratorium Industri Pengolahan Hasil Ternak
tinggi dari pada temperatur -10C yaitu Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
19,62%. Kadar lemak dan kadar kolesterol Laboratorium Matematika dan Pengetahuan
4
Alam Terpadu Sub Kimia dan Biologi, Desain penelitian yang digunakan
Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola
menganalisis uji nilai pH, susut masak, daya searah dengan 3 perlakuan. Masing-masing
ikat air, sedangkan untuk uji nilai keempukan perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5
daging, kadar air, kadar protein dan kadar kali. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai
Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Uji dibekukan selama 4 bulan. Apabila hasil
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis variansi data nilai pH, daya ikat air, susut masak dan keempukan
Tabel 1. Kualitas fisik daging sapi beku pada otot triceps brachii
Peubah Penelitian Lama Pembekuan (bulan)
Rata-rata
0 2 4
(rerata (rerata SD) (rerata SD)
SD)
Nilai pH 5,65 5,61 6,02
a a 5,76 0,21
0,15 0,05 0,07b
Daya Ikat Air 20,31 2,26 17,79 1,70 19,05 1,47 19, 05
(%) 2,01
Susut Masak 27,67 2,05 26,65 5,33 31,66 3,33 28,66
(%) 4,18
Keempukan 10,82 7,81 9,1
2 a b 9,24 1,63
(kg/cm ) 1,45 1,12 0,52a
Keterangan : a,b superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05)
Nilai pH
Lama pembekuan otot TB meningkatkan nilai pH bulan ke-4, hal ini diduga lama pembekuan
daging menyebabkan daging banyak mengandung muatan ion negatif karena selama proses pembekuan
menyebabkan terjadinya oksidasi H2O yang banyak melepas muatan H + dan mengikat OH- sehingga
menghasilkan nilai pH lebih tinggi dari titik isoelektrik. Hal ini didukung oleh pendapat Soeparno
(2005), bahwa pada pH yang lebih tinggi dari pH isoelektrik protein daging, sejumlah muatan positif
dibebaskan dan terdapat surplus muatan negatif yang mengakibatkan penolakan dari miofilamen dan
peningkatan nilai pH pada pembekuan 4 bulan. Perubahan nilai pH ini diduga karena adanya asam
amino acidic hasil degradasi protein selama proses pembekuan berlangsung dan selama penyimpanan
beku, sehingga menghasilkan nilai pH yang tinggi pada pembekuan 4 bulan dan menyebabkan kualitas
daging menurun. Menurut Lawrie (2003), semakin lama daging disimpan, maka akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kestabilan daging yang disebabkan oleh pembentukan kristal-kristal es.
Pembentukan Kristal-kristal es tersebut semakin lama akan merusak protein sarkolema dalam daging,
sehingga kestabilan daging menjadi terganggu, yang nantinya akan berpengaruh pada nilai pH daging.
Sejalan dengan pendapat Lestari (2008), yang menjelaskan nilai pH daging sapi yang disimpan selama
3 bulan dalam kisaran 5,19 - 5,34, hal ini karena semakin lama penyimpanan beku maka tingkat
kerusakan serabut otot semakin besar, sehingga diduga asam acidic ikut terdegradasi dan memengaruhi
nilai pH daging. Hal ini didukung oleh pendapat Triasih (2014) bahwa, nilai pH daging beku sapi
simpo jantan otot TB yang dibekukan selama 24 bulan meningkat sebesar 6,51. Lawrie (2003)
berpendapat bahwa, daging yang mengalami penyimpanan pada suhu dingin dalam waktu yang cukup
lama akan mengalami peningkatan pH. Nilai pH normal pada daging sapi dalam kisaran 5,4 - 5,8.
Lama pembekuan otot TB tidak berpengaruh terhadap nilai DIA (Tabel 1). Hal ini diduga
karena kadar protein daging sama pada setiap perlakuan (Pambudi, unpublished data) P1 21,06%; P2
20,78% dan P3 20,90% sehingga menghasilkan nilai DIA yang sama. Selain itu umur sapi setiap
perlakuan yang relatif sama yaitu berumur 1,5 tahun. Soeparno (2009) menyatakan bahwa kualitas
daging yang berhubungan dengan umur, kadar protein daging dan lemak intramuskuler mempunyai
pengaruh terhadap DIA daging. Riyanto (1998) menambahkan bahwa lemak intramuskuler
melonggarkan mikrostruktur daging, sehingga memberi lebih banyak kesempatan protein daging untuk
mengikat air.
Nilai DIA daging yang dibekukan selama 4 bulan pada penelitian ini dalam kisaran 17,79 -
20,31%, hal ini sejalan dengan Jamhari (2000) bahwa nilai DIA daging yang dibekukan selama 6 bulan
berada pada kisaran 13,84 - 18,37%. Rerata prosentase DIA pada penelitian ini lebih rendah apabila
dibandingkan dengan rerata DIA sapi simpo pada penelitian Raharjo (2011) yaitu sebesar 24,55%.
Soeparno (2005) menyebutkan, rerata prosentase DIA yang rendah menunjukkan daging masih layak
dikonsumsi. Aberle et al. (2001) menyatakan bahwa, selama pembekuan memungkinkan terjadinya
degradasi kolagen dari protein yang menyusun ikatan silang diantara serat daging. Perubahan struktur
protein dalam daging seiring dengan lama waktu penyimpanan dapat melemahkan kemampuan daging
untuk mengikat cairannya. Semakin banyak cairan yang keluar dari daging menunjukkan DIA oleh
protein daging semakin rendah, akan tetapi dengan lama pembekuan selama 2 bulan dan 4 bulan yang
telah dilakukan belum menimbulkan perubahan terhadap nilai DIA daging segar. Hal ini didukung oleh
pendapat Soeparno (2005), yang menyatakan lemak intramuskular menghambat cairan daging yang
Susut Masak
Lama pembekuan otot TB tidak berpengaruh terhadap nilai susut masak (Tabel 1). Nilai susut
masak daging yang dibekukan selama 4 bulan berkisar 26,65 - 31,66%, hal ini diduga karena lama
pembekuan selama 4 bulan belum mampu membentuk kristal-kristal es yang sempurna, sehingga
menyebabkan nilai susut masak yang sama, selain itu nilai susut masak yang sama disebabkan oleh
nilai DIA yang sama pula pada hasil penelitian. Hal ini didukung oleh Rahim (2009) bahwa nilai susut
masak daging yang dibekukan selama 12 hari berkisar 28,30 - 35,05%. Nilai susut masak pada
penelitian sejalan dengan penelitian Soeparno (2005) yang menyebutkan bahwa nilai susut masak
berada pada kisaran 1,5 - 54,5% yang menunjukan nilai susut masak pada penelitian ini normal.
Rerata nilai susut masak daging tidak terlalu tinggi dari kisaran normal, hal ini menunjukkan
bahwa daging tersebut masih memiliki kualitas yang bagus. Pernyataan ini didukung oleh Yanti et al.
(2008), bahwa daging yang mempunyai nilai susut masak yang semakin menurun menyebabkan
juiciness semakin meningkat sehingga daging semakin empuk. Menurut Soeparno (2005), bahwa susut
masak mempunyai hubungan erat dengan DIA daging. DIA daging yang rendah akan menghasilkan
nilai susut masak yang relatif tinggi sehingga kualitas dagingnya menjadi menurun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai DIA daging berturut-turut yaitu P1 20,31 2,26; P2 17,79 1,70 dan
P3 19,05 1,47. Nilai DIA daging beku yang tidak berpengaruh menyebabkan susut masak daging
Keempukan
Lama pembekuan otot TB menurunkan nilai keempukan pada bulan ke-2, hal ini diduga karena
lama pembekuan 2 bulan menyebabkan penurunan kestabilan daging, sehingga menyebabkan lama
pembekuan 2 bulan menurunkan nilai keempukan daging dan lama pembekuan 4 bulan nilai
keempukannya sama dengan nilai keempukan daging segar. Hal ini didukung oleh pendapat
Lawrie (1990), bahwa lama pembekuan mengakibatkan terjadinya penurunan kestabilan daging yang
disebabkan oleh terbentuknya kristal-kristal es yang merusak protein sarkolema daging, sehingga
kestabilan daging menjadi terganggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih nilai keempukan 2
bulan dengan 0 bulan sebesar 38,5% sedangkan selisih nilai keempukan 2 bulan dengan 4 bulan sebesar
16,5%. Lama pembekuan 2 bulan menyebabkan panjang sarkomer miofibril daging meningkat
dikarenakan pembekuan dalam waktu yang pendek mencegah terjadinya pengerutan otot sehingga nilai
keempukan daging menurun sebesar 7,81 kg/cm2 dan kualitas keempukan daging menjadi lebih empuk.
Sejalan dengan pendapat Dewi (2012), bahwa selama penyimpanan postmortem dan penyimpanan
beku selama 2 bulan protein miofibril merupakan kontributor utama dalam pengempukan daging
yang berdampak terjadinya aktin dan miosin tumpang tindih sehingga tidak dapat mengikat air lagi
dengan baik dan menyebabkan otot mengkerut serta otot menjadi agak alot, hal ini terjadi pada
pembekuan selama 4 bulan. Pada penelitian ini daging yang dibekukan selama 4 bulan memiliki tingkat
keempukan dalam kisaran 7,81 - 10,82 kg/cm2. Utami et al. (2006) menjelaskan bahwa, daging beku
yang telah disimpan selama 2 minggu tingkat keempukan berada pada kisaran 5,47 16,88 kg/cm 2. Hal
ini sejalan dengan Jamhari (2000), yang menjelaskan bahwa daging beku sapi simpo yang telah
disimpan selama 6 bulan tingkat keempukannya berada pada kisaran 1,91 3,17% kg/cm 2, perbedaan
tingkat keempukan ini disebabkan karena lamanya waktu pembekuan pada masing-masing penelitian.
Kadar Air
Rerata pengaruh perbedaan lama pembekuan terhadap kadar air dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa lama pembekuan tidak berpengaruh nyata
Perlakuan
Pembekuan
Ulangan 0 bulan 2 bulan 4 bulan
Hal ini diduga selama proses pembekuan yang terjadi kristal es yang terbentuk dalam daging
adalah kristal lembut yang menyebabkan pengeluaran drip sedikit sehingga kadar air dalam daging
tetap stabil. Soeparno (1992) memaparkan bahwa laju pembekuan dan ukuran kristal es yang terbentuk
menentukan jumlah drip daging. Penelitian daging beku selama 1 bulan oleh Widati (2008)
menjelaskan bahwa kadar air pada suhu -20C lebih tinggi dari suhu -10C. Hal ini dikarenakan pada
pembekuan suhu yang semakin rendah kristal es yang terbentuk semakin lembut. Kristal es yang
lembut di dalam jaringan otot daging tidak akan merusak dinding sel apabila daging beku dicairkan
kembali, sehingga keluarnya drip sedikit dan mengakibatkan kadar air tinggi.
Situmorang (2008) menjelaskan bahwa suhu beku membuat kadar air daging yang diawetkan
semakin rendah. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan suhu daging oleh suhu pendinginan,
sehingga suhu daging dapat sama dengan media pendinginan, akibatnya kadar air akan rendah.
Menurut Gracey (1986) menyatakan bahwa kecepatan pembekuan menentukan ukuran kristal es yang
terbentuk. Penurunan suhu pembekuan sangat cepat akan terbentuk kristal es ultra mikroskopik (sangat
lembut), kristal yang terbentuk akan mempengaruhi jumlah cairan yang keluar pada saat daging
dicairkan kembali (drip), sehingga akan mempengaruhi jumlah cairan dalam daging.
Hasil penelitian ini menunjukkan kadar air daging beku kisaran 70,01 - 72,05%. Widati (2008)
menjelaskan kisaran kadar air daging sapi dibekukan 1 bulan 71 - 73%. Krisdiani (2014) memaparkan
pembekuan daging 24 bulan memiliki kadar air 70,03 - 71,31% dan Lawrie (1995) menyatakan kadar
air daging segar 65 - 80%. Sehingga daging sapi yang disimpan selama 4 bulan masih baik dan layak
untuk dikonsumsi.
Kadar Protein
Rerata hasil perbedaan lama pembekuan terkadap kadar protein daging sapi dapat dilihat pada
Tabel 2. Berdasarkan hasil analisi variansi lama pembekuan tidak berpengaruh nyata pada kadar protein
daging. Hal ini diduga selama pembekuan dapat mempertahankan nutrien dalam daging karena
pembekuan tidak merubah daging dalam bentuk olahan atau proses pemasakan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Widati (2008) bahwa kadar protein daging sapi yang mengalami pembekuan selama 1
bulan dengan temperatur -20 C adalah 20,41%, sedangkan pada temperatur -10C adalah 19,62%.
Perbedaan yang terjadi ini disebabkan nutrien yang hilang dalam drip pada saat thawing.
Ulangan Perlakuan
Pembekuan
0 bulan 2 bulan 4 bulan
Menurut Lawrie (1995) bahwa zat-zat yang meningkatkan cairan lelehan (drip) adalah berupa
protein. Dua faktor yang mempengaruhi jumlah drip yaitu besarnya cairan yang keluar dari daging dan
faktor yang berhubungan dengan daya ikat air oleh protein daging. Protein tidak mengalami denaturasi
maka akan mengikat air selama konversi otot menjadi daging (Soeparno, 2005)
Proses pembekuan yang cepat dengan suhu yang stabil membuat kristal es daging lembut dan
tidak merusak dinding sel daging. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman et al. (2003) adanya
kekuatan dari luar akan meningkatkan daya ikat air oleh protein daging, seperti halnya dengan
pengaruh suhu. Pengaruh suhu yang terlalu tinggi saat proses thawing akan menyebabkan daging
mengalami shock temperatur pada serabut ototnya. Kondisi ini akan mempengaruhi pengerutan serabut
daging beserta proteinnya untuk memaksa mengeluarkan cairan lebih banyak. Kehilangan nutrien
dalam drip yang keluar pada saat thawing tergantung pada kecepatan pembekuan daging dan proses
penelitian Hidayat et al. (2009) bahwa kadar protein sebesar 20,25 - 21,12%. Mulyono (2011)
memaparkan kadar protein daging segar adalah 17,73 - 20,58%. Widati (2008) menjelaskan daging sapi
pembekuan 1 bulan memiliki kadar protein sebesar 19,62 - 20,41%. Penelitian ini dengan pembekuan
daging selama 4 bulan memperoleh hasil kisaran sebesar 20,67 - 21,06%. Kondisi ini menunjukkan
Hasil analisis variansi menunjukkan lama pembekuan tidak berpengaruh nyata pada kadar lemak
daging. Hal ini diduga pada penyimpanan beku dapat menghambat reaksi oksidasi sehingga dapat
mempertahankan kadar lemak dalam daging. Hasil penelitian Widati (2008) menyatakan bahwa
temperatur pembekuan dari suhu -20C menyebabkan reaksi oksidasi lebih mudah dihambat dari pada
suhu -10C. Kondisi ini menyebabkan semakin rendahnya suhu beku kadar lemak yang terbentuk
Perlakuan
Pembekuan
Ulangan 0 bulan 2 bulan 4 bulan
Simorangkir (2008) menjelaskan bahwa semakin rendah suhu pendinginan maka kadar lemak
daging yang diawetkan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena kecepatan oksidasi lemak daging
yang rendah. Berdasarkan pendapat Desrosier (1969) menyatakan bahwa pada temperatur beku, lemak
sapi masih memberikan kualitas yang terbaik. Salah satu cara mengurangi kerusakan dan supaya tahan
lama terdapat bahan pangan berlemak dapat dilakukan dengan cara menyimpan lemak dalam ruang
sebesar 4,94 - 7,19%. Buckle et al.(2007) menjelaskan kandungan lemak sapi berkisar antara 0,5
13,0%. Kadar lemak daging dibekukan 24 bulan 9,87 - 10,06% (Krisdiani, 2014).Hal ini menunjukkan
Kadar Kolestrol
Rerata hasil perbedaan lama pembekuan terhadap kadar kolestrol dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan perbedaan lama pembekuan berpengaruh nyata
dengan kadar kolestrol daging (P<0,05). Pembekuan selama 2 bulan menurunkan kadar koesterol
Perlakuan
Pembekuan
Ulangan 0 bulan 2 bulan 4 bulan
Kondisi ini diduga karena peningkatan suhu setelah pencairan dan suhu lingkungan yang tinggi
sehingga daging mengalami peningkatan suhu dan menyebabkan kerusakan pada struktur molekul
kolesterol. Lawrie (1995) memaparkan bahwa kolesterol yang terkena suhu tinggi akan terjadi oksidasi
sehingga struktur kolesterolnya mengalami kerusakan. Hal ini menyebabkan pada saat dilakukan uji
reagen LibermanBurchard tidak dapat bereaksi dan menghasilkan warna hijau. Daging sapi dan ayam
yang terlalu panas akan mengalami penurunan kadar kolesterol (Lawrie, 1995).
Kandungan kolesterol yang bervariasi dapat disebabkan oleh bahan bahan yang digunakan,
jenis daging yang digunakan, metode pemasakan dan oksidasi kolesterol (Bragagnolo, 2009). Faktor
yang mempengaruhi kadar kolestrol daging adalah macam otot, spesies dan pembatasan pemberian
pakan (Soeparno, 2009). Hal ini sesuai dengan otot yang digunakan pada penelitian ini yaitu tricebs
brachii. Otot ini merupakan bagian yang tingkat aktivitasnya tinggi sehingga tidak terjadi penumpukan
kolesterol yang tinggi. Kadar kolestrol daging segar maksimal adalah 73 mg/ 100 gr (Soeparno, 2009),
70 mg/ 100 gr (Simonsen et al., 1989), 45 mg/ 100 gr (Rusman, 1997). Krisdiani (2014) menjelaskan
kadar koleterol pembekuan daging 24 bulan sebesar 12,25 -18,67 mg/ 100 gr. Saidin (2000)
memaparkan hasil pembekuan daging sapi 4 hari sebesar 57 mg/ 100gr. Penelitian dengan
penyimpanan daging selama 4 bulan memiliki kisaran kadar kolesterol 46,58 50,53 mg/ 100gr.
Kondisi ini menunjukkan daging sapi masih baik dan layak dikonsumsi.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah lama pembekuan 4 bulan meningkatkan
nilai pH daging dan nilai keempukan daging semakin menurun pada lama pembekuan 2 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, E.D., C.J. Forest, H.B. Hedrick, M.D. Judge and R.A. Merkel. 2001. The Principle of Meat
Science. W.H. Freeman and Co. San Fransisco.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta. (Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono).
Dewi. S.H.C. 2012. Populasi Mikrobia dan Sifat Fisik Daging Sapi Beku Selama Penyimpanan. Jurnal
Agriculture Sains. 3: 1 - 12
Ditjennak. 2010. Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian.
Jamhari. 2000. Perubahan sifat fisik dan organoleptik daging sapi selama penyimpanan beku. Buletin
Peternakan. 24: 43 - 50.
Kuswaryan, S., S. Rahayu, C. Firmansyah dan A. Firman. 2004. Manfaat ekonomi dan penghematan
devisa impor dari pengembangan peternakan sapi potong lokal. Jurnal Ilmu Ternak 4: 41 46.
Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Lestari, E.D. 2008. Pengaruh Metode Pengemasan dan Lama Simpan Terhadap Kualitas Fisik dan
Mikrostruktur Daging Beku. Skripsi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Raharjo, A.P.N. 2011. Pengaruh Penggunaan Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Ikan Lemuru
Terproteksi Dalam Ransum Terhadap Kualitas Fisik Daging Sapi Simmental Peranakan Ongole
(SIMPO). Skripsi Peternakan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rahim, S. 2009. Pengaruh jenis otot dan lama penyimpanan terhadap kualitas daging sapi. Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 12: 67 71.
Riyadi, S. 2008. Sifat Fisik dan Asam Lemak Daging Domba yang diberi Pakan Ransum Komplit dan
Hijauan dengan Persentase yang Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Riyanto, J. 1998. Karakteristik Kualitas Daging Sapi Jantan Peranakan Ongole pada Berbagai Macam
Otot. Tesis. Program Pascasarjana Magister Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung.
Siregar, S.B. 2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-5. Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.
Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Penerjemah Bambang Sumantri.
Gramedia Pustaka. Jakarta.
Triasih, D. 2014. Karakteristik Perbedaan Macam Otot Terhadap Kualitas Fisik Daging Beku Sapi
Jantan Peranakan Simmental Ongole. Skripsi Peternakan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Utami, U.R., Jamhari dan Rusman. 2006. Pengaruh Metode Thawing Terhadap Kualitas Fisik dan
Mikrostruktur Daging Beku Sapi Peranakan Ongole Jantan Dewasa. Buletin Peternakan. 30:
143 - 153
Yanti, H., Hidayati dan Elfawati. 2008. Kualitas daging sapi dengan kemasan plastik PE (polythylen)
dan plastik PP (polypropylene) di pasar arengka kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 5: 22 - 27.