Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan perdarahan antepartum secara komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah dan diskusi kelompok, mahasiswa diharapkan dapat :
a) Mengetahui dan memahami pengertian, jenis-jenis, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan, komplikasi, pemeriksaan penunjang pada pasien dengan perdarahan
antepartum.
b) Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan perdarahan antepartum
c) Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perdarahan
antepartum
d) Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada
klien dengan perdarahan antepartum.
e) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Plasenta Previa
Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak
normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro, 2005).
Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau ari-ari
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau
ari-ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan ari.
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim akan tetapi
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu jelas.
Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum menerima
implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari
untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di ketahui atau belum
jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne menekankan
bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologinya :
1) Umur dan Paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di bawah 25 tahun.
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil, hal ini
disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih
belum matang.
2) Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan
manual plasenta.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6) Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).
Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga,
akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka.
Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah
rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah
letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005)
Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari 35 tahun kira-kira 10
kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang kehamilan pertamanya berumur kurang dari
25 tahun. Pada Ibu yang sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35
tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang dari 25 tahun.
(Winkjosastro, 2003)
Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya
ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis
bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya),
persalinan prematur dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)
Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)
Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum
yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
1) Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya perdarahan
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
4) Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan
jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba
plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya karena adanya
rangsangan koagulum darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari
yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat
merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan
Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun. Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun
menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan
persalinan buatan (Mochtar, 2003).
2. Solusio Plasenta
Pengertian Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat perlekatannya
yang normal pada rahim sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2006).
Klasifikasi Solusio Plasenta
Menurut derajat lepasnya plasenta
1) Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat perletakannya.
2) Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat perlekatannya
3) Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi
diantara serabut otot rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding rahim. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila
sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan
gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan
ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin hebat terjadinya
komplikasi (Manuaba, 2010).
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari jalan
lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.
Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio plasenta,
pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan fisik secara umum
2) Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi, pemeriksaan dalam serta
ditunjang dengan pemeriksaan ultrasonogravi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
B. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio
sasaria curettage yang berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
Perdarahan tanpa rasa nyeri
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
3. Riwakat kesehatan keluarga
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular.
4. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
E. Pemeriksaan fisik
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
Mata biasanya konjugtiva anemis
Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
Abdomen
Inspeksi : terdapat strie gravidarum
Palpasi :
- Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah.
- Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
- Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
- Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflek lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
F. Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu 500 ribu).
G. Data Sosial Ekonomi
Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang dimilikinya.
3. Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta.
Tujuan : Gawat janin tidak terjadi.
Intervensi :
a. Istirahatkan klien
Rasional : Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah.
b. Anjurkan klien agar miring kekiri.
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung.
c. Anjurkan klien untuk nafas dalam.
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi.
d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen.
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada
janin meningkat.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit.
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada
janin.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
perut.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
b. Jelaskan pada klien penyebab nyeri.
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan
mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
c. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
d. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa
nyeri.
e. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam).
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar
dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
f. Kontrol vital sign klien.
Rasional : Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau
kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik.
Rasional :Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat berkurang.
3. 4 Evaluasi
1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan tepat, serta terapi mulai
diberikan.
2. Ibu dan bayi menjalani persalinan dan kelahiran yang aman
ANALISA DATA
Nama klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Tgl/jam Data Masalah Etiologi
2 Maret DS: Gangguan Hipovolemia
2015 Klien mengatakan mengalami perdarahan sejak perfusi jaringan karena kehilangan
Jam tanggal 1 Juni 2009 mulai jam 01.30 WIB. (plasental) tidak darah
12.00 Klien mengatakan usia kehamilannya saat ini baru efektif. (perdarahan).
30 minggu.
Menurut klien, perdarahan pertama yang keluar
bentuknya bergumpal.
Klien mengatakan saat ini perdarahan yang keluar
sudah agak berkurang dari pada kemarin.
DO:
Hasil USG diperoleh gambaran plasenta previa
menutupi orifisium uteri interna dengan disertai
gambaran hipoekoik diantaranya.
Hb 9,1 gr/dL
Ht 28 %
Eritrosit 3,61 jt/ L
Konjungtiva klien pucat
Suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, TD 100/70 mmHg,
RR 20 X/mnt.
2 Maret DS: Cemas Perubahan yang
2015 Klien mengatakan terkadang merasa cemas dengan menyertai
Jam kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering kehamilan.
12.00 terjadi perdarahan.
Klien mengatakan takut kalu mengalami keguguran.
DO:
Klien gelisah dan lebih sering diam.
Klien lebih sering melamun.
2 Maret DS: Kurang Keterbatasan
2015 Klien mengatakan kurang mengetahui tentang pengetahuan informasi
Jam kelainan kehamilan yang dialaminya. mengenai
12.00 Klien mengatakan ingin mengetahui lebih banyak plasenta previa.
mengenai kelainan dalam kehamilannya saat ini.
DO:
Klien bingung ketika di tanya mengenai penyebab
kelainan dalam kehamilannya saat ini.
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
No Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf
Dx &
Nama
1. 2 Maret Mengkaji penyebab perdarahan Perdarahan karena plasenta previa.
2015 Memonitor TTV (nadi, suhu, TD, N = 84 x/mnt, S = 360C, TD = 100/60, RR
Jam 14.00 RR). = 21 x/mnt.
Jam 16.00Memonitor KU klien. Klien mengeluh agak lemes dan
Jam 17.30Mengobservasi membran mukosa mengantuk. KU cukup, kesadaran CM.
Aman
Jam 20.30 (konjungtiva) klien. Konjungtiva klien masih agak pucat.
3 Maret Memonitor dan mengobservasi Perdarahan masih keluar, dari tadi pagi
2015 perdarahan. sampai sekarang sudah ganti pembalut 2x.
Jam 08.00Mengobservasi jumlah dan bentuk Jumlah perdarahan dalam 2x ganti
Jam 10.30 perdarahan. pembalut penuh semua. Perdarahan
Mengecek suhu klien. bentuknya gumpalan dan cair.
Mengganti plabot infus dengan Suhu klien 36,60C.
tranfusi set. Darah masuk melalui tranfusi set sebanyak
Mengobservasi pengeluaran urin. 500cc.
Mengecek kapiler revil pada jari Dalam sehari klien sudah BAK 4x, jumlah
tangan. setengah gelas belimbing.
Mengobservasi DJJ janin. Kapiler revil baik (<>
Memposisikan klien yang nyaman. DJJ +
Memonitor TTV ( suhu, nadi, TD). Tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi
Memonitor masukan cairan dan fowler.
makanan. S = 36,90C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70
Observasi Ku klien. mmHg.
Mengganti transfusi set dengan RL. Cairan infus + RL 500 cc sudah masuk
Mengobservasi perdarahan. setengahnya, tranfusi set (PRC) 500 cc,
Mengobservasi KU klien. makanan dari RS habis, minum sudah 5
Mengecek TTV (suhu, nadi,TD). gelas belimbing.
Mengobservasi dan memeriksa KU klien cukup, kesadaran CM.
warna konjungtiva klien. Infus RL masuk.
Memonitor perdarahan, jumlah, Perdarahan masih ada, jumlah mulai
bentuk perdarahan. berkurang dari jam 14.00 siang sampai
Mengobservasi kondisi janin. sekarang belum ganti pembalut lagi.
Mengobservasi kapiler revil. Ku klien cukup, kesadaran CM.
Melepas/ aff infus. S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70
Memberikan discharge planning mmHg.
sebelum klien pulang meliputi: Konjungtiva klien sudah tidak pucat.
Menganjurkan klien untuk tetap Perdarahan yang keluar hanya bercak-
mengkonsumsi makanan dengan bercak, di pembalut tidak penuh, dan
gizi seimbang. ganti pembalut baru 1x setelah mandi pagi
Menganjurkan klien untuk tadi.
mengurangi aktifitas/lebih banyak DJJ +
istirahat. Kapiler revil baik (<>
Menganjurkan klien untuk kontrol Klien persiapan pulang.
rutin. Klien mau menyimak discharge planning
Menganjurkan klien untuk tidak yang diberikan.
melakukan hubungan sex selama
kehamilan ini.
2. 2 Maret Memberikan informasi mengenai Klien mau mendengarkan dan menyimak
2015 plasenta previa kepada klien. informasi yang diberikan.
Jam 14.00 Menjelaskan penyebab, tanda dan Sekarang klien mengetahui mengenai
3 Maret gejala, hasil pemeriksaan USG, kelainan dalam kehamilannya saat ini dan
2015 cara mencegah komplikasi dari kondisi kehamilannya.
Jam 10.30 plecenta previa. Klien mau mengikuti saran yang Aman
Menganjurkan klien untuk tidak diberikan.
melakukan hubungan sex selama Klien lebih banyak tiduran saat diberikan
kehamilan ini. informasi.
Menganjurkan klien untuk lebih Klien merasa senang karena telah diberi
banyak istirahat/tidak banyak penjelasan mengenai masalah
melakukan aktivitas. kehamilannya.
Mengevaluasi dan mengobservasi Klien bisa menjawab dengan benar cara
pengetahuan klien mengenai cara mencegah perdarahan berulang pada
mencegah perdarahan yang plasenta pervia.
berulang pada plasenta previa. Klien mau menyimak discharge planning
Memberikan discharge planning yang diberikan dan mau mengikuti saran
sebelum klien pulang meliputi: yang diberikan.
Menganjurkan klien untuk tetap
mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang.
Menganjurkan klien untuk
mengurangi aktifitas/lebih banyak
istirahat.
Menganjurkan klien untuk kontrol
rutin.
Menganjurkan klien untuk tidak
melakukan hubungan sex selama
kehamilan ini.
3. 2 Maret Mengidentifikasi penyebab cemas Klien mengatakan khawatir dengan
2015 yang dialami klien. kondisi kehamilannya saat ini.
Jam 16.00 Mengajari klien teknik relaksasi Klien mau diajari cara mengontrol cemas
Jam 17.30 dengan cara distraksi dan napas dengan distraksi dan napas dalam.
Aman
3 Maret dalam. Klien mengatakan sudah mulai berkurang
2015 Mengobservasi perasaan klien. rasa cemasnya.
Jam 08.30 Mengobservasi perasaan klien Klien merasa sudah tidak cemas.
Jam 10.30 mengenai kecemasan yang Klien menggunakan napas dalam untuk
dialaminya. mengatasi kecemasan.
Mengobservasi teknik relaksasi Klien mau menyimak discharge planning
yang digunakan klien untuk yang diberikan dan mau mengikuti saran
mengatasi kecemasan. yang diberikan.
Memberikan discharge planning
sebelum klien pulang meliputi:
Menganjurkan klien untuk tetap
mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang.
Menganjurkan klien untuk
mengurangi aktifitas/lebih banyak
istirahat.
Menganjurkan klien untuk kontrol
rutin.
Menganjurkan klien untuk tidak
melakukan hubungan sex selama
kehamilan ini.
Menganjurkan klien untuk tetap
menggunakan teknik relaksasi yang
telah diajarkan untuk mengurangi
perasaan cemas.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Tgl/Jam No Status perkembangan masalah klien Paraf
Dx &
Nama
2 Maret 1. S:
2015 1. Klien mengeluh agak lemes dan mengantuk.
Jam 21.00 Klien mengatakan perdarahan masih keluar, dari tadi pagi sampai sekarang
3 Maret sudah ganti pembalut 2x. Aman
2015 Klien mengatakan perdarahan masih ada, jumlahnya mulai berkurang dari
Jam 14.00 jam 14.00 siang sampai sekarang belum ganti pembalut lagi.
O:
S = 36,90C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70 mmHg.
Cairan infus + RL 500 cc sudah masuk setengahnya, tranfusi set (PRC) 500
cc, makanan dari RS habis, minum sudah 5 gelas belimbing.
KU cukup.
Konjungtiva klien masih agak pucat.
Dalam sehari klien sudah BAK 4x, jumlah setengah gelas belimbing.
Kapiler revil baik (<>
DJJ +
Posisi klien tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi fowler.
A:
Masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan KU klien cukup, kapiler refil
baik (<>
P:
Lanjutkan intervensi:
Observasi perdarahan
Pantau tanda vital
Cek Hb
Berikan injeksi Dexametason 2x5 mg sesuai instruksi dokter.
S:
Menurut klien perdarahan yang keluar sekarang hanya bercak-bercak, di
pembalut tidak penuh, dan ganti pembalut baru 1x setelah mandi pagi tadi.
Klien persiapan pulang.
Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan.
O:
Ku klien cukup, kesadaran CM.
S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg.
Konjungtiva klien sudah tidak pucat.
DJJ +
Kapiler revil baik (<>
A:
Masalah teratasi sebagian yang ditandai perdarahan yang keluar saat ini
hanya bercak-bercak, dan baru ganti pembalut 1x setelah mandi pagi. Dan
pasien persiapan untuk pulang.
P:
Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:
Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.
Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.
Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan
ini.
2 Maret 2. S:
2015 2. Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan yaitu tidak
Jam 21.00 malakukan hubungan sex selama kehamilannya ini dan banyak beristirahat.
3 Maret Klien merasa senang karena telah diberi penjelasan mengenai masalah
2015 kehamilannya.
Aman
Jam 14.00 O:
Klien mau mendengarkan dan menyimak informasi yang diberikan.
Sekarang klien mengetahui mengenai kelainan dalam kehamilannya saat ini
dan kondisi kehamilannya.
Klien lebih banyak tiduran saat diberikan informasi.
A:
Masalah teratasi yang ditandai dengan klien merasa senang mengenai
penjelasan yang telah diberikan, klien mengerti cara penataksanaan
kehamilan dengan placenta previa.
P:
Pertahankan intervensi.
S:
Klien mengatakan cara-cara mencegah terjadinya perdarahan berulang pada
plasenta previiak boleh melakukan hubungan sex selama kehamilannya ini.
Klien mengatakan mau mengikuti saran yang telah diberikan.
O:
Klien menyimak discharge planning yang diberikan.
A:
Masalah teratasi.
P:
Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:
Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.
Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.
Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan
ini.
2 Maret 3. S:
2015 3. Klien mengatakan khawatir dengan kondisi kehamilannya saat ini.
Jam 21.00 Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol cemas dengan distraksi dan
3 Maret napas dalam.
Aman
2015 Klien mengatakan sudah mulai berkurang rasa cemasnya.
Jam 14.00 O:
Teknik relaksasi distraksi dan napas dalam telah diajarkan.
A:
Masalah teratasi sebagian yang ditandai klien sudah berkurang rasa
cemasnya.
P:
Lanjutkan intervensi:
Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relksasi distraksi dan napas
dalam bila rasa cemasnya muncul.
S:
Klien merasa sudah tidak cemas.
Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan.
Klien mengatakan menggunakan napas dalam untuk mengatasi kecemasan.
O:
Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan
A:
Masalah teratasi
P:
Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:
Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.
Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.
Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan
ini.
Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi yang telah
diajarkan untuk mengurangi perasaan cemas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa perdarahan yang
terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan yang terjadi dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan (plasenta previa,
solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, dan perdarahan vasa previa) dan perdarahan
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan (pecahnya varises, perlukaan serviks,
keganasan serviks, dll). Perdarahan antepartum yang berhubungan dengan kehamilan harus
segera dilakukan tindakan agar tidak berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. Sedangkan
perdarahan antepartum yang tidak berhubungan dengan kehamilan tidak membahayakan
janin tapi hanya memberatkan ibu.
4.2 SARAN
Sebagai seorang calon bidan kita harus mampu mendiagnosis dini kelainan atau
keabnormalan yang terjadi pada ibu masa antepartum, intrapartum maupun postpartum. Oleh
sebab itu kita harus memahami setiap gejala-gejala yang ditimbulkan dari keabnormalan yang
terjadi agar mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan efisien.
Secara khusus, seperti pembahasan dalam maklah ini yaitu tentang perdarahan
antepartum. Sebagai seorang bidan harus memahami apa saja perdarahan antepartum yang
bisa terjadi, gejal yang ditimbulkan, dan mampu memberikan asuhan yang tepat serta mampu
melakukan rujukan secara cepat apabila terjadi suatu kegawatan obstetris.
DAFTAR PUSTAKA
https://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep- pada-pasien-
perdarahan-antepartum/ (diakses 17 Oktober 2016)
Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk.
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Hanafi Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina