Está en la página 1de 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH


(BBLR)

OLEH :
I GUSTI NGURAH HARDIANATA
12C10804

PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
2016

LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A.

PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir (Amru Sofian, 2012). WHO mengganti istilah
premature dengan BBLR disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi premature.
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi
yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan.
3. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
4. Dismaturasi
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara pertumbuhan
janin dengan lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir dengan BB tidak
sesuai dengan tuanya kehamilan. Atau bayi dengan gejala intrauterine
malnutrion or wasting.
5. Large for date
Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan,
misalnya pada diabetes militus.

Bayi berat lahir rendah berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi menjadi 3 yaitu
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500
gram sampai 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara
1000 gram sampai kurang 1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

4. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
berhubungan, yaitu :
5. Faktor ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun
b. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
c. Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok.
6. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum.
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia atau eklamsia, ketuban pecah dini.
7. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
8. Faktor yang masih belum diketahui
Amru Sofian, 2012
9. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu
akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di


bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas
ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
10. MANISFESTASI KLINIS
11. Pada system pencernaan
Reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna, lingkar kepala kurang
dari 13 cm, PB kurang dari 45cm, BB <2500 gram
12.

Pada system pernafasan


Kecepatan respirasi lebih dan 60x/menit, rintihan waktu inspirasi, nafas
cuping hidung, kadar oksigen arteri menurun, konsentrasi, CO2 meningkat.

13.

Pada system intergumen


Struktur kulit halus dan tipis, lewat sub kutan yang kurang

14. Pada system imunologi


Daya tahan tubuh lemah, gerakan kurang.
Amru Sofian, 2012
15. KOMPLIKASI
a. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin.
b. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
c. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak.
d. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah.
e. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC).

f. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal.


Amru Sofian, 2012
16. PEMERIKSAAN PENUNJANG
17. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
18. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
19. Titer Torch sesuai indikasi
20. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
21. Pemantauan elektrolit
22. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( misal : foto thorax )
Amru Sofian, 2012
23. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen.
2. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
4. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
Amru Sofian, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


24.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan (Allen Carol V. 1993 : 28).
Data subyektif terdiri dari
-

Biodata atau identitas pasien :


Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (TalbottLaura A, 1997 : 6).
-

Riwayat kesehatan

1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
3)Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral
atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
a)

Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%

b)

Kebutuhan nutrisi enteral


BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

c)

Kebutuhan minum pada neonatus :


Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)

d)

Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

BAK : frekwensi, jumlah


e)

Latar belakang sosial budaya


Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.

f)

Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi
akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR
karena memerlukan perawatan yang intensif

b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi
Nasrul, 1995)
1) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2)

Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh <
37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal
antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter
Patricia A, 1996 : 87).

3)

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk


menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
a) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
b) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
c) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
d) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
e) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

f) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
g) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
h) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
i) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
j) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
k) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
l) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks
m) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
n) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

25.

PERENCANAAN

a. Priorotas Masalah
1) Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh berhubungan dengan
BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan ingest/digest/absorb
3) Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
4) Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder
terhadap defisiensi surfaktan
5) Risiko

tinggi

hipotermi

atau

hipertermi

b/d

imaturitas

fungsi

termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan


6) Risiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik
7) Kecemasan berhubungan b/d kurangnya informasi tentang penyakit anak
b. Intervensi
1) Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh berhubungan dengan
BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
KH : Suhu tubuh normal.
Intervensi
1. Observasi TTV

Rasional
1. Memantau terjadinya peningkatan /
penurunan suhu tubuh.

2. Hindarkan bayi kontak langsung

2. Menurunkan

dengan benda sebagai sumber

risiko

hipotermi

hipertermi.

dingin/panas.
3. Tempatkan bayi pada inkubator atau

3. Mempertahankan
termonetral,

dalam keadaan hangat

lingkungan

membantu

mencegah

stres karena dingin


4.

Rawat bayi dengan suhu

4. Menurunkan

lingkungan sesuai.

hipotermi

hipertermi.
5.

5. Ganti popok bila basah.

risiko

Menghindarkan kontak langsung


dengan kelembaban.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan ingest/digest/absorb
KH : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.

Intervensi
1. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
2. Timbang BB setiap pagi.
3. Anjurkan ibu untuk memberikan
ASI setiap 2 jam.
4. Kolaborasi dalam pemberian
vitamin

Rasional
1. Mengevaluasi masukan nutridsi
2. Mengetahui perkembangan bayi.
3. Untuk membantu pemenuhan nutrisi
bayi
4. Untuk membantu mempercepat proses
pemenuhan nutrisi.

3) Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru


KH : Pola nafas yang efektif
Intervensi Tindakan
1. Observasi irama, kedalaman dan

Rasional
1. Mengetahui irama, kedalaman dan

frekuensi pernafasan.

frekuensi pernafasan.

2. Berikan posisi kepala sedikit ekstensi

2. Melancarkan jalan nafas

3. Berikan oksigen dengan metode yang


3. Memenuhi kecukupan oksigen

sesuai.

dalam tubuh

4). Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder


terhadap defisiensi surfaktan
KH : Pertukaran gas yang adekuat
Intervensi Tindakan
1. Observasi warna kulit.
2. Observasi tanda-tanda perburukan
pernafasan

Rasional
1. Mengetahui adanya sianosis.
2. Mengetahui adanya tanda-tanda
perburukan pernafasan

3. Berikan oksigen dengan metode

3. Memenuhi kebutuhan oksigen

yang sesuai.

dalam tubuh

4. Ukur saturasi oksigen

4.

Memantau

kebutuhan

saturasi

oksigen
5. Lakukan isap lendir kalau perlu
6. Kolaborasi

dalam

analisa gas darah.

5. Melancarkan jalan nafas.

pemeriksaan
6. Memantau hasil laboratorium.

5) Risiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
KH : Suhu bayi stabil
Intervensi Keperawatan
1. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau
kalau perlu.

Rasional
1. Memantau terjadinya peningkatan /
penurunan suhu tubuh.

2. Hindarkan bayi kontak langsung

2. Menurunkan risiko hipotermi /

dengan benda sebagai sumber

hipertermi.

dingin/panas.

3. Rawat bayi dengan suhu lingkungan


sesuai.

3. Menurunkan risiko hipotermi /


hipertermi.
4. Menghindarkan kontak langsung

4. Ganti popok bila basah.

dengan kelembaban.

6).Risiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik


KH : Bayi tidak terinfeksi
Intervensi Keperawatan
1. Hindari bayi dari orang-orang

Rasional
1.Menghindari penularan infeksi.

yang terinfeksi kalau perlu rawat


dalam incubator.
2.

Cuci

tangan

sebelum

dan

2.Menghindari penularan infeksi.

sesudah kontak dengan bayi.


3. Lakukan tehnik aseptik dan
antiseptik

bila

melakukan

3.Menghindari penularan infeksi.

prosedur invasive.
7). Kecemasan orang tua berhubungan b/d kurangnya informasi tentang penyakit
anak.
KH : Kecemasan teratasi
Intervensi Keperawatan
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua

Rasional
1. Mengetahui pengetahuan yang 2.

khususnya ibu tentang penyakit anak.

dimiliki orang tua pasien.

2. ajarkan orang tua untuk

2. Mencegah dan mengurangi

mengekspresikan perasaannya

ansietas pada orang tua.

dengarkan rasa takutnya.


3. Jelaskan setiap tindakan yang

3. Mengetahui tujuan setiap tindakan

dilakukan pada pasien.

keperawatan.

4. jelaskan komplikasi dengan

4. Jika komplikasi terjadi orang tua

mengenal tanda dan gejala kekuatan

dapat dengan cepat melaporkan untuk

otot, menangis terus, kejang dan tidak

tindakan lanjut.

mau makan/minum, meningkatkan


suhu tubuh.

4. Implementasi
Menurut Nursalam (2001) pelaksanaan keperawatan adalah inisiatif
dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Lyer et al, 1996).
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan

dengan

harapan untuk

memodifikasi

faktor-faktor

yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien mencakup peningkatan kesehatan,


pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan
BBLR yang harus diperhatikan adalah timbang berat badan setiap hari dan
observasi tanda-tanda vital, memberikan minum, rawat klien dalam inkubator,
berikan posisi semi fowler dan kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitorkealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Suhu tubuh normal.


Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Pola nafas yang efektif
Pertukaran gas yang adekuat
Suhu bayi stabil

6. Bayi tidak terinfeksi


7. Kecemasan teratasi

5. WOC
Factor ibu

Factor kehamilan

Periode kehamilan memendek

Factor janin

Pertumbuhan intra uteri yang lambat

Bayi lahir

Prematur

Cukup bulan

BBLR (tidak ditangani


dengan tepat)

System
pencernaan
imatur

Reflek isap dan


penelanan
belum
sempurna

System
pernafasan
imatur

Pertumbuhan
dinding dada dan
vesikuler paru
belum sempurna

System
integument
imatur

System
imonologi
imatur

Struktur kulit
halus dan tipis
lapisan lemak
sub kutan

Daya tahan
tubuh
lemah

Akral tubuh hangat /


dingin
Ketidakseimb
angan nutrisi

Cairan surfaktan
Ketidakefektifa
inkubator
n termoregulasi

Paru-paru terisi
cairan
Kecemasan

Gangguan
perfusi pentilasi

Resiko
tinggi
terjadinya
infeksi

AGD menurun
Sesak

CO2 naik O2 arteri


menurun

Gangguan
pertukaran gas

Nafas cepat

Suara nafas whezing

Pola nafas tidak efektif

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Mitayani.2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba medika
Doenges, M E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

LEMBAR PENGESHAN

LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH


Tabanan,

September 2016

Mengetahui,
Pembimbing Ruang

Mahasiswa

( I Gusti Ngurah Hardianata )

NIP :

NIM: 12C10804

Pembimbing Akademik

(Ns. IGNM Kusuma Negara S.Kep.,MNS)


NIR

También podría gustarte