Está en la página 1de 18

TUGAS FOTOKATALIS

APLIKASI FOTOKATALIS PADA TEKNOLOGI PEMUTIHAN


GIGI

Disusun oleh:
Andan Rismanasari

3335121047

Falah Ayulilah Sapar Wulan

3335120100

JURUSAN TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2016

APLIKASI FOTOKATALIS PADA TEKNOLOGI PEMUTIHAN GIGI

PENDAHULUAN
Gigi menjadi faktor yang menentukan kecantikan dan artestik dengan
perawatan yang baik, saat ini banyak pasien yang menginginkan prosedur secara
klinis untuk merawat gigi sehingga menuntut perkembangan yang lebih baik dari
teknologi perawatan gigi, salah satunya adalah dengan pemutihan gigi atau yang
dikenal dengan prosedur bleaching tooth.
Pemutihan gigi adalah metode yang efktif untuk memutihkan gigi.
Pemilihan perawatan untuk menambah estetika dari gigi yang telah dilakukan
sejak tahun 1918 (Dwinelle, 1850). Hidrogen peroksida adalah oksidator yang
biasa digunakan pada proses pemutihan gigi dan dapat diaplikasikan secara
langsung pada gigi atau diproduksi pada reaksi kimia dari natrium perborat atau
carbamida peroksida (Price dkk, 2000).
Sifat alami pemutihan dari pemutihan gigi dapat diklasifikasikan menjadi
pemutihan yang terjadi akibat faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik
adalah faktor yang sering terjasi yang diakibatkan oleh akumulasi pewarna yang
dihasilkan dari bahan yang terkansung dalam kopi, teh dan pewarna makanan lain
atau zat yang terkandung dalam rokok (Kwon, 2011). Bahan pemutih gigi secara
umum adalah bahan yang berupa hidrogen peroksida atau karbamida peroksida
(Tredwin dkk, 2006).

Tabel 1 Faktor faktor ekstrnsik dan intrinsik yang menyababkan gigi


berubah warna (Fang dan Grace 2013)

Warna yang
mempengaruh
i gigi

Ekstrinsik

Intrinsik (lokal)

intrinsik
(regional)

intrinsik (umum)

Warna Coklat

- produk rokok

- Plak gigi
- teh, kopi, wine, dan
minuman lain

- makanan
- iodin
- metal

Warna hitam

- kloroheksidin
- Cetylpyridinium
chloride
- Fatannous flouride
- daun khat
- doxycycline
- produk rokok
- kacang betel
- plak gigi

trauma
selama
- infeksi peripical
pembentukan
pada gigi primer
enamel (gigi
kedua)
infeksi peripical
- fluorosis
pada gigi primer
- trauma pada
trauma luka pada
pembentukan gigi primer
gigi primer
komposit, ionomer
kaca, atau akrilik
restorasi
caries
trauma pada pulpal
dengan
hemorrhage

- amalgan restorasi - tetracycline


- ionomer kaca atau
akrilik restorasi
- trauma pulpal
dengan
hermorrhage

kongenital
ertorpoetik
porfira
tetracycline
okronosis

alkaptonuria

- tetracycline
- terapi minosiklik

- bakteri kromogenik
- eh, kopi, wine dan
minuman lain
- makanan
- metal
Warna hijau

- penyakit akibat - penyakit akibat


hiperbilirubinim
hiperbilirubinem
ia
ia

- bakteri kromogenik

Warna oranye

- teh
- metal
- bakteri kromogenik
- metal
- doxycycline

Warna kuning

- trauma selama
pembentukan
enamel (gigi
kedua)
- infeksi peripical pad gigi primer
- trauma tanpa
hemorrhage
- komposit, ionomer
kaca, atau akrilik restorasi
- caries
- abrasi gigi

Warna putih

penyakit akibat
hiperbilirubine - Fluorosis
mia
regional abrasi
atau erosi gigi
epidermolisis
bullosa

- akibat
amelogenesis
- akibat
dentinogenesis

defisiensi nutrisi - dentinal sisplasia


trauma pada
pembentukan
gigi primer

- fluorosis

- epidermolisis
bulosa
- penyakit akibat
hiperbiliruninem
ia
- penuaan
- haemoglobin dan
haem moietis

- trauma kecil pada


- trauma pada
gigi selama
pembentukan
pembentukan
gigi primer
enamel
- infeksi peripikal
- fluorosis
pada gigi primer
- aries insipien
- defisiensi nutrisi

Perkembangan Teknologi Pemutihan Gigi


Perkembangan teknologi pemutihan gigi pertama kali diperkenalkan yaitu
pada tahun 1848 dengan menggunakan CaCl2 (Dwinelle, 1850). Pada tahun 1918,
Abbot mendiskripsikan metode chairside bleaching yang dikenal hingga sekarang
yaitu dengan menggunakan 35% H2O2 bersamaan dengan menggunakan panas
dan cahaya untuk menaikkan reaksi oksidasi. Penelitian lain menerangkan bahwa
home bleaching diinginkan oleh pasien pad proses pemutihan oleh 10% carbimida
peroksida pada tahun 1989. Banyak produk home bleaching yang mengandung
5

sejumlah kecil bleaching agent yang diaplikasikan ke gigi melalui custom yang
dilapisi pelindung mulut dan dilakukan selama setidaknya 2 minggu (Kishi dkk,
2011).
Mekanisme dari pemutihan gigi menggunakan hidrogen peroksida tidak
diketahui secara pasti. Tidak diketahui apakah radikal peroksida membuat gigi
lebih putih dengan deprotonasi, demineralisasi atau oksidasi lapisan gigi (Eimar
dkk, 2012).
Macam Macam Metode Pemutihan Gigi
Terdapat macam macam metode pemutihan gigi (Kishi dkk, 2011):
a. Home bleaching
Produk perawatan pemutihan gigi yang dilakukan sendiri di rumah disebut
produk home bleaching. Tekinik ini menggunakan tray. Pertama tama pasien
dicetak menggunakan tray yang sesuai dengan rahangnya. Tray ini berfungsi
untuk menjaga bahan bleaching hanya terfokus mengenai gigi saja dan tidak
mengenai jaringan lunak (gusi dan sekitarnya). Secara umum produk home
bleaching mengandung bleaching agent yang relatif pada tingkat rendah yang
diaplikasikan di gigi melalui pelindung pelapis mulut dan diaplikasikan selama
dua minggu (Kishi dkk, 2011).

Gambar 1 home bleaching


b. Office bleaching
Pada Office Bleaching biasanya menggunakan bahan hidrogen peroksida
35% dan dapat dilakukan bantuan penyinaran atau dengan bantuan laser.
Dibandingkan dengan home bleaching agent, produk office bleaching biasanya
mengandung bleaching agent yang relatif tinggi misalnya 35% H2O2 dan
diaplikasikan pada periode yang singkat (Kishi dkk, 2011). Proses office
bleaching termasuk mengisolasi gigi untuk menghindari kontak bahan pemutih
dengan lapisan gingivital gigi (Kennedy, 2012). Hidrogen peroksida (H2O2)
merupakan agen pemutih gigi yang sering digunakan dalam prosedur pemutihan
gigi yang paling umum. Hidrogen peroksida yang digunakan pada konsentrasi
30%-35% pada metode office bleaching dimana memunculkan kondisi hipertesia
dan menimbulkan efek yang kurang baik pada gigi padat dan peridontal tissue.
Untuk meminimalisir efek yang buruk tersebut penelitian saat ini menggunakan
TiO2 pada pigmen pemutih, kosmetik, cat dan tambahan dalam makanan dan
aplikasi pemutih gigi (Komatsu dkk, 2014). Office bleaching yang mengandung
visible light mengaktifkan TiO2 dan H2O2 yang sudah mulai dikembangkan (Kishi
dkk, 2011).
Faktor Faktor Pemutihan Gigi
Pada prosedur pemutihan gigi haruslah dilihat faktor faktor dari efisiensi
dari office bleaching karena office bleaching memiliki peranan penting dalam
keberhasilan proses pemutihan gigi. Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi
office bleaching dinyatakan oleh Kishi dkk pada jurnalnya yang dirilis 2011:
a. Temperatur
Absorbansi dari energi pada bleaching gel akan memproduksi panas yang
mempercepat reaksi oksidasi pada office bleaching agent. Pada sistem

sebelumnya, menggunakan spatula yang dipanaskan atau panas panas lampu yang
direkomendasikan untuk mempercepat reaksi kimia. Efek panas dari office
bleaching dilaporkan bahwa dengan menambah 10oC dapat menggandakan rasio
reaksi kimia. Bagaimanapun temperatur didapatkan oleh instrumen sangat tinggi
yang dapat merusak pulp tissue pada gigi. Bagian dari efek pemanasan pada office
bleaching, banyak office bleaching mengandung photosensitif agent dan didesain
komponen untuk mengabsorb energi dari sumber cahaya. Energi yang diabsorbi
bisa mempercepat reaksi oksidasi H2O2 dan akibatnya menambah efektivitas dan
kecepatan pemutihan (Kishi dkk, 2011). Lewinstein dkk pada tahun 1994 meneliti
komponen keras dari manusia, enamel dan dentin menyatakan 30% hidogen
peroksida digunakan pada temperatur 37oC dan 50oC.
Penelitian lain oleh Fang dan Grace (2013) menyebutkan bahwa efek
pemanasan pada perubahan warna, E, dari pewarna akibat teh, Bovine teeth
dengan pengaplikasian gel peroksida dimana penelitian dilakukan pada temperatur
ruang 35oC. Panas menunjukkan adanya efek katalitik hanya setelah
pengaplikasian pada 60 menit. Penambahan temperatur sampai 40oC memberikan
hasil yang sama dengan penambahan waktu 30 menit tetapi tidak memiliki efek
katalitik pada waktu 60 menit (Fang dan Grace, 2013).

Gambar 2 Grafik batang efek temperatur terhadap efisiensi pemutihan gigi dengan
gel peroksida (Fang dan Grace, 2013).

b. Konsentrasi H2O2
Konsentrasi hidrogen peroksida harus diatur agar tidak menimbulkan
iritasi ketika dilakukan proses pemutihan gigi. Apabila konsentrasi hidrogen
peroksida terlalu tinggi dapat mengakibatkan hiperestesia (Kishi dkk, 2011). Efek
yang terjadi akibat potensial racun dari hidrogen peroksida adalah merusak
struktur gigi dan lapisan mukosa mulut yang dikenal dengan ingesti sistemik.
c. Waktu pengaplikasian
Waktu pengaplikasian pemutihan gigi bergantung dari jenis pemutih dan
konsentrasi pemutih gigi. Bleaching agent yang diaplikasikan ke gigi melalui
custom yang dilapisi pelindung mulut dan dilakukan selama setidaknya 2 minggu
(Kishi dkk, 2011).
d. Sumber energi cahaya
Cahaya yang digunakan sebagai sumber cahaya dalam proses pemutihan
gigi adalah LED biru dan ungu, cahaya LED biru maupun lampu halogen
konvensional (Kishi dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Fang dan Grace
pada tahun 2013 menyatakan bahwa efek cahaya hanya efektif pada proses
pemutihan setelah 60 menit dengan aplikasi panjang gelombang 490nm,
memperlihatkan bahwa terjadi perubahan warna. Berikut ini merupakan grafik
hubungan efisiensi pemutihan gigi terhadap waktu dan panjang gelombang
aplikasi pemutihan gigi yang dilakukan oleh Fang dan Grace.

Gambar 3 Grafik batang efek pemanasan cahaya terhadap efisiensi pemutih gel
peroksida pada gigi (Fang dan Grace, 2013)
e. Pesensi katalis
Kombinasi faktor faktor dapat mempercepat proses office bleaching dan hasil
yang baik dalam waktu yang singkat.
Penggunaan TiO2 sebagai Bahan Pemutih Gigi
A. Reaksi Umum TiO2 dalam Fotokatalisis
TiO2 mengabsorb cahaya diatas energi band gab (sekitar 3,1 eV) dan
elektron tereksitasi ke pita konduksi. Elektron tereksitasi mereduksi oksigen,
menghasilkan superoksida radikal seperti O2-. Hole dihasilkan di pita valensi
mereduksi ion hidroksida dan menghasilkan radikal hidroksil (Komatsu dkk,
2014).

10

Gambar 4 Reaksi fotokatalitik titanium oksida


Radikal tersebut sudah digunakan untuk memutihkan komponen organik
seperti gigi dengan oksidasi dan degradasi. Sifat dari bahan fungsional seperti
fotokatalis secara besar dipengaruhi oleh adsorbsi permukaan molekul. Bahan
dengan ukuran partikel kecil dan area permukaan spesifik memperlihatkan dengan
sifat yang lebih baik (Komatsu dkk, 2014).
Proses fotokatalis berlangsung berdasarkan energi yang cukup dari adsorbsi
dari radiasi cahaya diamana sama atau lebih besar dari energi ban gap
semikonduktor. Energi tersebut akan mempegaruhi eksitasi dan transfer elektron
dari pita valensi ke pita konduksi, meninggalkan lubang di pita valensi. Elektron
akan bereaksi dengan elektron akseptor seperto O 2 diadsorbsi ke permukaan
katalis atau air dan mereduksi radikal anion superoksida (O 2-). Sementara itu
lubang untuk mengarahkan oksidasi terhadap molekul organik atau reaksi grup
hidroksil dan oksidasi hidroksil radikal (OH). Hasil radikal dapat mengantarkan
reaksi oksidasi untuk meminimalkan organik polutan (Pang dkk, 2014).
TiO2 + energi (cahaya panas) -> Hvb+ + ecbO2(ads) + ecb- -> O2H2O + Hvb+ -> OH + H+
Hvb+ + warna akibat tanin+ -> produk terdegradasi
O2- + warna akibat tanin -> produk terdegradasi + CO2
OH + warna akibat tanin -> produk terdegradasi + CO2
Dimana h+ dan e- adalah holes dan elektron,dengan diwakilkan bahwa dihasilkan
akibat UV eksitasi dai demikonduktor dengan energi dari cahaya lebih besar sama
dengan energi bangab dari semikonduktor (3,2 eV untuk anatase).
B. Perkembangan Teknologi TiO2

11

Perkembangan pemutihan gigi dengan menggunakan TiO2 sebagai berikut:


Tahun
2001

2011

2014

Tabel 2 Perkembangan teknologi pemutihan gigi


Perkembangan Teknologi pemutihan Gigi
Peneliti
Metode pemutihan gigi dengan
mencampurkan TiO2 serbuk dengan 3%
larutan hidrogen peroksida
Menggunakan agen pemutih gigi yang
mengandung fotokatalis TiO2 yang dapat
bereaksi dengan cahaya tampak (VL-TiO2)
Menggunakan aplikasi TiO2 nanotube pada
pemutihan gigi dengan TiO2 yang disintesis
dengan metode sistesis kimia pada
temperatur rendah

Ishibashi T., Ishibashi K.,


Taoda H., dan Nonami T.
Kishi A., Otsuki M., Sadr
A., Ikeda M. dan Tagami
J.
Komatsu O., Nishida H.,
Sekino T., Yamamoto K.

C. Potensi Penggunaan TiO2 sebagai Agen Pemutih Gigi


Potensi penggunaan titanium dioksida sebagai agen pemutih gigi yang
ditambahkan pada larutan hidrogen peroksida dengan penambahan iradiasi cahaya
efektif pada rentang watu yang relatif pendek yaitu pada rentang 10 menit 30
menit seperti yang dinyatakan Nonami pada jurnalnya yang berjudul Bleaching
with TiO2 Photocatalyst, Institusi Penelitian Keramik.
Terdapat beberapa alasan mengapa titanium diokasida digunakan dalam
pemutihan gigi, banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa TiO 2 yang relatif
murah karena ketersediannya melimpah di alam, tidak beracun dan aman bagi
manusia sebab kestabilan kimianya. TiO2 digunakan sebagai fotokatalis karena
reaksi redoks melewati holes dan elektron yang dihasilkan absorbsi cahaya. TiO2
sendiri menjadi superhidropilik ketika terlapisi sebagai lapisan tipis, sehingga
TiO2 memang dimanfaatkan juga pada aplikasi bersih dengan reaksi
semikonduktor sinar UV.
D. Hasil Penelitian TiO2 pada Aplikasi Pemutihan Gigi
Hidrogen peroksida adalah oksidator yang biasa digunakan pada proses
pemutihan gigi dan dapat diaplikasikan secara langsung pada gigi atau diproduksi
pada reaksi kimia dari natrium perborat atau carbamida peroksida (Price dkk,
2000). Hidrogen peroksida adalah jenis oksigen yang reaktif bersama dengan

12

superoksida (O2-), hidroksil (HO), peroksil (ROO) dan alkoksil (RO) (Walsh,
2000). Mekanisme bagaimana hidrogen peroksida pada pemutihan gigi
berdasarkan reaksi oksidasi, walaupun prosesnya tidak diketahui secara pasti.
Proses pemutihan terjadi akibat oksidator menghilangkan semua bahan organik
yang menempel pada gigi tanpa membuka matrik enamel tetapi mungkin
mengubah posi warna menjadi tanpa warna (Haywood, nd).
Produksi hidrogen peroksida dapat diikuti oleh pembebasan jenis oksigen
yang reaktif tinggi di badan dengan enzimatik dan reaksi redoks yang sepontan,
melibatkan interaksi dengan transisi metal seperti besi atau tembaga. Enzim
seperti enzim katalase dekomposisi H2O2 dalam air dan oksigen. Radikal oksigen
yang rekatif adalah sumber potensial untuk merusak sel yangdapat menyebabkan
DNA rusak, genotoksisiti dan citotoksisiti tetapi radikal dapat melewati lapisan
biologi dan atau melewati jarak yang lebar antar sel. Antioksidan menyediakan
sumber elektron yang dapat mereduksi radikal hidroksil dalam air (Tredwin,
2006).
TiO2 digunakan sebagai bahan yang ditambahkan pada hidrogen peroksida
sebagai agen pemutih gigi. Berdasarkan peneliti Taga pada tahun 2009 bahwa
masalah pemutihan gigi dapat di selesaikan dengan penggunaan TiO2-xNx (TiO 2
yang didopping dengan Nitrgen) serbuk yang dikombinasikan dengan hidrogen
peroksida

pada

pelapisan

pasta,

dimana

dibuat

memungkinkan

untuk

menggunakan cahaya tampak seperti cahaya ungu atau biru yang memancarkan
dioda. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 oleh Kishi
dengen menggunakan modifikasi TiO2 cahaya tampak. Visible light-TiO 2 (VLTiO2) termodifikasi dari fotokatalis TiO 2 dan aplikasi dari visible light pada
bleaching agent mengandung H2O2 dan TiO2 dapat menambah kemampuan
pemutihan. VL-TiO2 bekerja sebagai fotokatalis yang bereaksi dengan cahaya
tampak khususnya pada gelombang panjang rendah.
Fotokatalis TiO2 yang digunakan pada penelitian prosedur pemutihan
terbaru terbaru menujuk pada jenis titanium dioksida nanotube. TNT memiliki
kemampuan fotokatalitik yang dan fungsi fisik-kimia melalui spesifik co-existing
struktur nanotube dan kristal yang berbeda. Titanium dioksina nanotube (TNT)

13

merupakan bahan yang memiliki fungsi yang baik dengan sifat fotokatalis yang
ditambahkan pada titanium dioksida dengan mengkombinasikan sifat berbeda dari
struktur nanotube spesifik dan kristal nanotube (Komatsu dkk, 2014).
Kishi 2011 meneliti bahwa dengan mengunakan material yang
mengandung 35% H2O2 di syringe A dan 30% carbamide peroxide di syringe B.
Campuran dri dua syringe tersebut mengasilkan gel yang mengandung 23% H2O2
dimana diaplikasikan pada permukaan gigi yang sudah berubah warna akibat
adanya paparan tanin dari teh. Aktivitas katalitik dari VL-TiO 2 yang diberikan
dopan Nitrogen baik untuk prosedur ini. Hasil pemutihan gigi pada penelitian
tersebut dapat ditampilkan sebagai berikut:

Gambar 2 Gigi yang dilakukan pemutihan dari warna coklat akibat teh. a) sebelum
dilakukan pemutihan pada permukaan. b) setelah pertama kali dilakukan
pemutihan. c) setelah dilakukan enam kali pemutihan. d) setelah dilakukan
sembilan kali pemutihan. e) penampang melintang dari bovine tooth sebelum
pemutihan f) penampang melintang setelah sembilan kali pemutihan.
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa cahaya LED biru dan ungu lebih
efektif daripada cahaya LED biru dan lampu halogen konvensional untuk
pemutihan gigi dengan fotokatalis VL-TiO2.

14

Peneliti Komatsu dkk (2014) menyatakan tentang sintesis TiO 2 dengan


kristal anatase yang dilakukan untuk pemutihan gigi. Sintesis dilakukan seperti
penelitian Kasuga dkk dimana TiO2 (P-25, Nippon Aerosil CO., LTD., Tokyo,
Jepang) ditambahkan 100mL dari 10M/L larutan natrium hidroksida dan diaduk
pada temperatur 110oC selama 24 jam. Slurry yang dihasilkan dipisahkan dengan
pemisah padatan-cairan oleh suction filtration. Kemudian dicuci dengan air murni
untuk mencuci padatan. Prosedur pencucian dilakukan berulang ulang sampai
konduktifitas filtrat yaitu <70s/cm. Suction filtration dikonduksi dengan 0,1 M/L
asam klorida diikuti oleh pencucian dengan air deionisasi sampai konduktifitasnya
5s/cm untuk menghilangkan natrium. Hasilnya berupa serbuk yang dikeringkan
untuk membentuk TNT. Sebagian hasil serbuknya tidak dilakukan pemanasan dan
sebagian lagi dipanaskan pada temperatur 400oC selama 2 jam untuk
menghasilkan dua jenis TNT. Sintesis dengan tanpa pemanasan memberikan efek
yang baik pada pemutihan gigi untuk cahaya tampak yang diaplikasikan untuk
LED iradiator alat kedokteran gigi.

Gambar 2 Perubahan nilai warna L* (Komatsu dkk, 2014)


Grafik diatas menyatakan bahwa hasil pemutihan menggukan campuran
yang mengandung TiO2 memiliki perubahan nilai perubahan nilai yang baik

15

setelah pemutihan adalah dengan menggunakan TiO2 nanotube tanpa adanya


pemanasan ketika sistesis TiO2 sebelum pengaplikasian terhadap gigi pada rentang
waktu 5 menit selama 15 menit penelitian.
Efek Pemutihan Gigi
Pemutihan gigi adalah perawatan yang aman jika prosedurnya diikuti
sesuai petunjuk. Namun, seperti halnya semua prosedur perawatan lain, terdapat
efek samping yang perlu dipahami:
a) Sensitivitas
Gigi yang baru diputihkan akan sensitif terhadap perubahan suhu, tekanan dan
sentuhan. Hal ini paling mungkin terjadi pada gigi yang diputihkan di dokter gigi,
di mana konsentrasi peroksida yang digunakan lebih tinggi. Beberapa orang
bahkan merasakan ngilu pada gigi mereka. Sensitivitas ini biasanya berlangsung
hanya beberapa hari. Beberapa dokter gigi merekomendasikan pasta gigi dan gel
yang mengandung kalium nitrat untuk gigi sensitif.
b) Iritasi gusi
Gusi dapat mengalami iritasi akibat kontak dengan pemutih berkonsentrasi
peroksida tinggi. Namun, iritasi tersebut biasanya hanya terasa dalam beberapa
hari dan menghilang setelah proses pemutihan selesai.
Kesimpulan
Pemanfaatan TiO2 yang mengalami perkembangan ini memungkinkan
bahwa prosedur ini dapat berlangsung dalam waktu singkat dan adanya
pengurangan resiko terhadap iritasi hidrogen peroksida. Namun tidak dijelaskan
secara pasti tentang macam macam aspek pengembangan terbaru kecepatan
bleaching agent dengan jenis cahaya yang dapat digunakan dan bagaimana cahaya
dengan panjang gelombang tertentu dapat bereaksi dengan agen pemutih gigi
yang mengandung TiO2 termodifikasi.

16

DAFTAR PUSTAKA
Dwinelle WW., 1850, Ninth Annual Meeting of American Society of Dental
Surgeons, Article X. Am J Dent Sci
Eimar H., Siciliano R., Abdallah M. N., Nader S. A., Amin W. A., Martinez P. P.,
Celemin A., Cerruti M., Tamimi F., 2012, Hydrogen Peroxide Whitens Teeth
by Oxidizing the Organic Structure, Journal of Dentistry 40s (2012) e25-e33
Fang dan Grace C., 2013, Reaction Kinetic of Hydrogen Peroxide in Teeth for
Teeth Whitening Application, UCLA Electronic Theses and Dissertation.
Ishibashi T., Ishibashi K., Taoda H., dan Nonami T., 2001, Method for Bleaching
Discolored Tooth by Titanium dioxide Photocatalyst, United Stated Patent
US 6231343B1
Kennedy N. R., 2012, Effect og Dehydration on In-Office Bleaching Color
Changes, Theses and Dissertetion Iowa Research Online, University of
Iowa

17

Kishi A., Otsuki M., Sadr A., Ikeda M. dan Tagami J., 2011, Effect of Light Unit
on Tooth Bleaching with Visible-Light Activating Titanium dioxide
Photocatalyst, Dental Material Journal 2011; 30(5): 723-729, Jepang
Komatsu O., Nishida H., Sekino T., Yamamoto K., 2014, Application of Titanium
dioxide Nanotube to Tooth Whitening, Nano Biomedicine 6(2), 63-72,
Jepang
Kwon S. R., 2011, The Relationship of Hydrogen Peroxide Exposure Protocol to
Bleaching Efficacy, Theses and Dissertation, Iowa Research Online,
University of Iowa
Lewinstein, I., Hirschfeld, Z., Stabholz, A., Rotstein, I., 1994, Effect of hydrogen
peroxide and sodium perborate on the microhardness of human enamel and
dentin, J Endodontics 20: pp. 6163
Nonami T., 2002, Bleaching with TiO2 Photocatalyst, Ceramics Research
Institute, AIST Today vol 2, No 1 (2002) 10.
Pang L. Y., Lim S., Ong H C., Chong W.T., 2014, A Critical Review on the Recent
Progress of Synthetizing Techniques and Fabrication of TiO2-based
Nanotube Photocatalyst, Applied Catalysis A: General 481 (2014) 127142
Price RB, Sedarous M, Hiltz GS., 2000, The pH of tooth-whitening Products,
Journal of Canadian Dental Association
Taga Y., 2009, Titanium oxide Based Visible Light Photocatalyst: Material Design
and Application, Thin Solid Film 517 (2009) 3167-3172, Jepang:
Universitas Chubu
Tredwin C. J., Naik S., Lewis N.J., Scully C. CBE., 2006, Hydrogen Peroxide
Tooth-Whitening (Bleaching) Product: Review of Adverse Effect and Savety
Issues, British Dental Journal 2006; 200: 371376
Walsh L J., 2000, Safety issues relating to the use of hydrogen peroxide in
dentistry, Aust Dent J 2000; 45: 257-269.
Zita J., Krysa J., dan Mills A., 2009, Correlation of Oxidative and Reductive Dye
Bleaching on TiO2 Photocatalyst Film, Journal of Photochemistry and
Photobiology A: Chemistry 203 (2009) 119-124.

18

También podría gustarte