Está en la página 1de 11

TUGAS

PANCASILA

OLEH:
HERLIN
C1C4 13 017

JURUSAN ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

1. Jelaskan pengertian:
a) Ideologi Pancasila
b) Pancasila Sebagai Etika
c) Filsafat Pancasila
2. Mengapa mata kuliah pancasila dijadikan sebagai mata kuliah umum wajib seperti tertuang
dalam undang-undang no. 12 tahun 2012?
3. Sebutkan dan jelaskan landasan dari pendidikan pancasila?
4. Uraikan maksud dari ontology pancasila, epistimologi pancasila, dan aksiologi pancasila?
5. Jabarkan pengertian dan perbedaan dari etika, moral, norma, dan nilai serta berikan
contohnya?
6. Bandingkan perbedaan antara ideology terbuka dan ideology tetutup di lihat dari materi isi
dan cirri-ciri karakteristiknya?
7. Bagaimana cara untuk mengamalkan dan menanamkan nilai-nilai pancasila agar tetap
kukuh dan kuat sebagai ideology dan sumber nilai dalam mengatur tata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.?
8. Jelaskan maksud dari pacasila sebagai pandangan hidup bangsa dan pancasila sebagai dasar
negara?
Jawab :
1. Pengertian:
a) Ideologi Pancasilamerupakan nilai-nilai luhur budaya dan religius bagi bangsa
indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai ideologi negara atau bangsa jadi pengertian
ideologi pancasila adalah kumpulan nilai/norma yang berdasarkan sila-sila pancasila
b) Pancasila pada hakekatnya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat
normatif ataupun praktis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang
merupakan sumber norma.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang dan bagaimana kita dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
c) Pengertian Filsafat Pancasila menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat
negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa
Indonesia. Mengapa pancasila dikatakan sebagai filsafat, hal itu karena pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu
kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.
Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.

2. Dalam substansi UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi perlu kita cermati
beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan.
Pasal 50

Kerja sama internasional Pendidikan Tinggi merupakan proses interaksi dalam


pengintegrasian dimensi internasional ke dalam kegiatan akademik untuk berperan
dalam pergaulan internasional tanpa kehilangan nilai-nilai keindonesiaan.

Kerja sama internasional harus didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling
menghormati dengan mempromosikan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan nilai
kemanusiaan yang memberi manfaat bagi kehidupan manusia.

Kerja sama internasional mencakup bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian


kepada Masyarakat.

Kerja sama internasional dalam pengembangan Pendidikan Tinggi

Kebijakan nasional mengenai kerja sama internasional Pendidikan Tinggi ditetapkan


dalam Peraturan Menteri.
Pasal 62

Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan Tridharma.

Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi.

Dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan otonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dievaluasi secara mandiri oleh Perguruan Tinggi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan
Tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.

3. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA


Landasan pendidikan pancasila terdiri dari 4 landasan pendidikan, yaitu landasan
historis, landasan kultural, landasan yuridis, dan landasan filosofis. Berikut merupakan
penjelasan dari masing-masing landasan pendidikan pancasila:
1. Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk dengan melalui proses yang begitu panjang mulai dari
jaman kerajaaan kerajaan kutai, sriwijaya, majapahit, hingga datangnya para penjajah
ke negara ini. Bangsa Indonesia memiliki berbagai nilai-nilai kebudayaan, adat istiadat
serta nilai-nilai agama yang secara historis melekat pada bangsa ini, sehingga dengan
demikian bangsa Indonesia berjuang agar dapat menemukan jati diri sebagai suatu
bangsa yang merdeka dan memiliki prinsip dalam pandangan hidup serta filsafat hidup
yang tersimpul pada cirri khas dan karakter bangsa yang membedakannya dengan
bangsa lain. Bangssa Indonesia juga harus memiliki visi serta misi yang kuat
(nasionalisme) agar tidak terombang-ambing ditengah masyarakat internasional yang
dilaksanakan atas kesadaran berbangsa yang bertumpu pada sejarah bangsa.
2. Landasan Kultural
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan telah melekat pada diri bangsa
itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila bukanlah merupakan suatu hasil konseptual dari seseorang saja, melainkan
merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai
kultural yang dimiliki melalui berbagai proses refleksi filosofi para pendiri Negara

seperti Soekarno, M. Yamin, M. Hatta, Soepomo, serta para tokoh pendiri Negara
lainnya. Oleh karena itu sangat penting bagi para penerus bangsa agar mampu
meneruskan tanggung jawab dalam melestarikan serta mengembangkan bangsa agar
menjadi suatu bangsa yang lebih maju lagi sesuai dengan tuntutan jaman.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi
tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai system Pendidikan Nasional, dimana
pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa system pendidikan nasional berdasarkan Pancasila
yang artinya bahwa pancasila merupakan sumber hukum pendidikan nasional. Pada UU
No. 2 tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan bahwa
isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Landasan Filosofis
Pancasiala merupakan dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia,
oleh karna itu sudah mejadi suatu keharusan moral bagi anak bangsa untuk secara
konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Syarat mutlak suatu negara adalah dengan adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat (unsur pokok negara), dengan demikian rakyat merupakan
dasar ontologis demokrasi karena rakyat merupakan asal mula terbentuknya dan
kekuasaan suatu negara. Setiap aspek penyelanggaraan Negara harus bersumber pada
nilai-nilai pancasila termasuk sistem peraturan perundang-undangan Indonesia. Oleh
sebab itu dalam perealisasian kenegaraan termasuk dalam suatu proses reformasi
dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam
pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hokum,
sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.

4. Kajian Ontologis

Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar
ontologis Pancasila adalah manusia. Mengapa?, karena manusia merupakan subjek hukum
pokok dari sila-sila Pancasila.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusian yang
adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan, 2005).
Dengan demikian. secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Untuk hal ini. Notonagoro lebih lanjut mcngemukakan bahwa manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, serta jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai
makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, secara hierarkis sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila (Kaelan,
2005).
Kajian Epistemologi
Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena epistemologi
merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu).
Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh
karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya
tentang hakikat manusia.
Kajian Aksiologi
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada ivakikatnya membahas tentang nilai praksis atau
manfaat suatu pengeiahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu
sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai yang terkandung
dalamnya pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
5. Pengertian Moral, Etika, Norma, Nilai
a) Pengertian Moral : Secara bahasa moral berasal dari kata Latin Mos yang dalam
bentuk jamaknya Mores yang berarti juga adat atau cara hidup. Moral dan etika sama
artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau
moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. moral juga merupakan istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik

atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang
tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah
lakunya baik. Contoh : Perbuatan itu bermoral Sesuai dengan norma Etika
b) Pengertian Etika : Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di
dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa
yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
merupakan perbuatan. Etika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani ethos
yang berarti: adat istiadat Sebagai cabang dari filsafat, maka etika berangkat dari
kesimpulan logis dan rasio guna untuk menetapkan ukuran yang sama dan disepakati
mengenai sesuatu perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah dan
pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan. Etika dapat diartikan dengan ilmu yang
mempelajari segala soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenal gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan, sampai mengenal tujuannya yang dapat merupakan
perbuatan.
c) Pengertian Norma : Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang
harus atau tidak boleh dilakukan manusia dan bersifat mengikat. Hal ini berarti manusia
wajib mentaati norma yang ada. Norma adalah kaidah atau ketentuan yang mengatur
kehidupan dan hubungan antarmanusia dalam arti luas. Norma merupakan petunjuk
bagi manusia dan pedoman perilaku sesorang yang berlaku di masyarakat. Keberadaan
norma sangat diperlukan untuk memberi petunjuk kepada manusia tentang bagaimana
manusia harus bersikap, bertingkah laku dalam masyarakat agar tercipta kehidupan
bersama yang tertib, tenteram, aman dan harmonis. Norma berisi perintah dan larangan.
Perintah adalah keharusan yang harus dilakukan seseorang untuk berbuat sesuatu
dengan kebaikan. Larangan adalah keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat
sesuatu karena menimbukan kerugian.
d) Pengertian Nilai : Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,
dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang
berharga, kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku ksusus
(Znowski, 1974).
Nilai juga dapat diartikan sebagai sebuah pikiran (idea) atau konsep mengenai apa yang
dianggap penting bagi seseorang dalam kehidupannya (Fraenkel dalam Toha, 1996).
Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidak menuntut adanya pebuktian empirik,
namun lebih terkait dengan penghayatan dan apa yang dikehendaki atau tidak
dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi oleh seseorang. Nilai-nilai penting untuk

mempelajari perilaku organisai karena nilai meletakkan fondasi untuk memahami sikap
dan motivasi serta mempengaruhi persepsi kita.
6. IDEOLOGI TERBUKA DAN IDEOLOGY TERTUTUP
a) IDEOLOGY TERBUKA
Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Ideologi ini memiliki ciri
sebagai berikut.
Merupakan kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi bukan

keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat.


Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia milik

seluruh rakyat, dan bisa digali serta ditemukan dalam kehidupan mereka.
Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu
menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi

kekinian mereka.
Tidak pernah membatasi kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan

falsafah itu.
Mengahargai pluralitas, sehingga dapat diterima masyarakat yang berasal dari

berbagai latar belakang budaya dan agama.


b) IDEOLOGI TERTUTUP
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak, ideologi ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar

untuk mengubah masyarakat.


Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu
akan dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma dan

berbagai segi masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.


Bersifat Totaliter, artinya mencakup / mengurusi semua bidang
kehidupan. Karena itu ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat
berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan sebab kedua
bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk memengaruhi perilaku

masyarakat.
Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak
dihormati.

Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan

untuk berkorban bagi ideologi tersebut.


Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi juga tuntutan
konkret dan operasional yang keras,mutlak dan total.

7. Kita telah mengetahui bahwa kedudukan Pancasila di Indonesia sangat penting,


disamping sebagai Dasar Negara juga merupakan Jiwa dan Kepribadian Bangsa,
Pandangan hidup Bangsa, Ideologi Negara, Tujuan yang ingin dicapai, dan
Perjanjian luhur Bangsa Indonesia saat mendirikan negara Indonesia. Mengingat
pentingnya Pancasila itu seharusnya kita semua baik para penyelenggara negara
maupun anggota masyarakat tidak hanya hafal kelima silanya, tetapi akan lebih
baik lagi apabila mau mempelajari, menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu
mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila dalam
kehidupan yang nyata sehari-hari.
Pada masa lampau kita pernah mengenal P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila) yang diatur dalam Tap MPR Nomor : II/MPR/1978.
Ketetapan tersebut kini telah dicabut oleh MPR dan dinyatakan tidak berlaku
dengan alasan demi tegaknya demokrasi. Ketetapan tersebut kini tinggal sejarah,
namun kita tak ragu bahwa subtansi ketetapan tersebut yang hakekatnya nilai-nilai
luhur Pancasila sebagai pedoman bersikap dan bertindak dalam kehidupan seharihari tetap lestari dan diyakini kebenarannya serta dapat kita gunakan sebagai
pedoman untuk mengamalkan Pancasila di masa kini dan masa mendatang.
Dengan mengamalkan Pancasila secara jujur kita yakini bangsa dan negara
Indonesia akan menjadi bangsa yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, adil dan beradab, hidup rukun dilandasi semangat kekeluargaan dan
persatuan, cinta tanah air dan bangsa, setia dan patuh pada aturan perundangundangan, demoktaris, serta sejahtera yang berkeadilan dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu saya mengajak semua siswa dan
pengunjung blog yang budiman dimanapun berada untuk mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan kita masing-masing.

Untuk

memudahkan

dalam

melaksanakan

dan

mengamalkan

Pancasila

sebagaimana dimaksud, saya share 45 nilai luhur sebagai pedoman pengamalan


Pancasila dari setiap silanya yang kita yakini mampu membawa kesejahteraan bagi
bangsa dan negara kita.

8. Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dasar negara dapat berupa suatu falsafah yang dapat merangkum atau menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka. Dasar negara
merupakan fondasi atau landasan yang kuat dan kokoh serta tahan terhadap segala
gangguan, hambatan maupun rintangan dari dalam maupun dari luar, sehingga bangunan
gedung di atasnya dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Bangunan itu ialah Negara
Republik Indonesia yang ingin mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Adapun yang dimkasud Pancasila sebagai pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup
dan jalan hidup (way of life). Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila berfungsi
sebagai pedoman atau petunjuk dalam kehidupan sehari-ahari. Ini berati, Pancasila sebagai
pandangan hidup merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan
kehidupan di segala bidang
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila selalu dijunjung
tinggi oleh setiap warga masyarakat, karena pandangan hidup Pancasila berakar pada
budaya dan pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan hidup yang ada dalam
masyarakat Indonesia menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang dirintis sejak
jaman Sriwijaya hingga Sumpah Pemuda 1928. Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh
para pendiri negara ini serta disepakati dan ditentukan sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Dalam pengertian yang demikian, maka Pancasila selain sebagai pandangan
hidup negara, sekaligus juga sebagai ideologi negara.

Pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar budaya dan nilainilai religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia, maka dengan pandangan hidup yang
diyakini inilah bangsa Indonesia dapat dan mampu memandang dan memecahkan masalah
yang dihadapi secara tepat. Pandangan hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun,
sebab dengan pandangan hidup yang dipegang teguh maka bangsa tersebut memiliki
landasan fundamental yang menjadi pegangan dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.

También podría gustarte