Está en la página 1de 106

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


NOMOR
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara yang
berusia 7-15 (tujuh sampai dengan lima belas) tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah
dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal
pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam
ayat (3) menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undangundang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan pendidikan

bagi seluruh siswa pada tingkat

pendidikan dasar (SD dan SMP) serta sekolah lain yang sederajat.
Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun
dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada
tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun
2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar 9 (sembilan)
tahun telah tuntas 7 (tujuh) tahun lebih awal dari target deklarasi
Education For All (EFA) di Dakar.
Konsekuensi selanjutnya dari keberhasilan program wajib belajar 9 tahun
tersebut adalah meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP
ditampung oleh sekolah jenjang menengah.

yang harus

-2-

Namun kondisi yang ada saat ini, partisipasi pendidikan masyarakat


cenderung menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan.
Angka partisipasi masyarakat pada jenjang pendidikan dasar lebih tinggi
dibandingkan dengan jenjang pendidikan menengah.

Demikian pula

angka partisipasi masyarakat pada pendidikan tinggi lebih rendah


dibandingkan dengan partisipasi pendidikan menengah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengembangkan rintisan program wajib belajar 12 tahun.
Salah satu tujuan program tersebut adalah memberikan kesempatan
kepada seluruh masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi
untuk mendapatkan layanan pendidikan jenjang menengah.
Untuk mencapai tujuan di atas, Pemerintah telah menyiapkan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang akan disalurkan ke sekolah negeri dan
swasta pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.
B.

Pengertian Bantuan Operasional Sekolah


Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang
pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia
bagi sekolah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll.

Namun demikian, ada

beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang boleh dibiayai


dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari
dana BOS dibahas pada bab selanjutnya.
C.

Tujuan BOS
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka pembelajaran
yang bermutu, serta berperan dalam mempercepat pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah yang belum memenuhi SPM, dan
pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada sekolah yang sudah
memenuhi SPM.

-3-

Tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan dasar adalah:


1. Membebaskan pungutan bagi seluruh

siswa di sekolah negeri

terhadap biaya operasi sekolah;


2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah
swasta.
Sementara tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan menengah
adalah:
1. Membantu biaya operasional sekolah non personalia;
2. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK);
3. Mengurangi angka putus sekolah;
4. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa
miskin

dengan

membebaskan

(fee

waive)

dan/atau

membantu

(discount fee) tagihan biaya sekolah dan biaya lainnya di sekolah;


5. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa
miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan
bermutu;
6. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
D.

Aturan Pelaksanaan BOS


Pelaksanaan program BOS diatur dengan beberapa peraturan, yaitu:
1. Peraturan Presiden yang mengatur Rincian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
2. Peraturan dari Kementerian Keuangan yang mengatur mekanisme
penyaluran dana BOS dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah dan perpajakan.
3. Peraturan dari Kementerian Dalam Negeri yang mengatur mekanisme
penyaluran dari kas daerah ke sekolah dan mekanisme pengelolaan
(perencanaan dan pelaporan) dana BOS di daerah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang petunjuk
teknis Bantuan Operasional Sekolah.
Hal-hal yang telah diatur dalam peraturan dari Kementerian Keuangan
dan Kementerian Dalam Negeri tentang Program BOS tidak dibahas
kembali dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

-4-

BAB II
KETENTUAN UMUM
A.

Sasaran Program
1. Sekolah negeri
a.

Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/


SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok
Pendidikan

Dasar

dan

Menengah

(Dapodikdasmen)

berhak

menerima dana BOS;


b.

Sekolah negeri yang telah masuk dalam kriteria penerima dana


BOS tidak diperkenankan untuk menolak dana BOS yang telah
dialokasikan.

2. Sekolah swasta
a.

Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/


SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) dan sudah
memiliki izin operasional berhak menerima dana BOS;

a. Sekolah swasta yang telah memenuhi kriteria sebagai penerima


dana BOS, berhak menolak dana BOS.

Akan tetapi penolakan

tersebut harus memperoleh persetujuan orang tua siswa melalui


Komite Sekolah, dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan
siswa miskin di sekolah tersebut.
B.

Besar Bantuan
Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah
siswa yang ada di sekolah.

Data jumlah siswa yang digunakan dalam

perhitungan

BOS

besar

dana

bagi

sekolah

adalah

data

dari

Dapodikdasmen dengan kriteria tertentu yang akan dijelaskan pada bab


selanjutnya.
Adapun satuan biaya untuk perhitungan besar dana BOS yang diberikan
ke sekolah adalah:
1. Jenjang SD

: Rp

800.000,-/siswa/tahun

2. Jenjang SMP

: Rp 1.000.000,-/siswa/tahun

3. Jenjang SMA dan SMK : Rp 1.400.000,-/siswa/tahun

-5-

C.

Waktu Penyaluran
Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 (tiga) bulanan, yaitu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.
Bagi

wilayah

pengambilan

yang
dana

secara
BOS

geografis

oleh

sangat

sekolah

sulit

mengalami

sehingga
hambatan

proses
atau

memerlukan biaya pengambilan yang mahal, atas usulan pemerintah


daerah dan persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
penyaluran dana BOS kepada sekolah dilakukan setiap semester, yaitu
Januari- Juni dan Juli-Desember.
D.

Ketentuan Bagi Sekolah Penerima BOS


1. Semua sekolah yang menerima dana BOS harus mengikuti petunjuk
teknis BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
2. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMP Satap harus memenuhi
ketentuan pungutan sebagai berikut:
a. Semua sekolah negeri dilarang melakukan pungutan kepada orang
tua/wali siswa;
b. Sekolah swasta yang memungut biaya pendidikan harus mengikuti
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun
2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada
Sekolah Dasar;
c. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang
tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya
yang diperlukan oleh sekolah.

Sumbangan dapat berupa uang

dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa,


tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka
waktu pemberiannya;
3. Semua

sekolah

SMA/SMALB/SMK

harus

memenuhi

ketentuan

pungutan sebagai berikut:


a. Sebagai

wujud

keberpihakan

terhadap

siswa

miskin

atas

pengalokasian dana BOS, sekolah diwajibkan untuk membebaskan


(fee waive) dan atau meringankan (discount fee) siswa miskin dari
kewajiban

membayar

iuran

sekolah

kegiatan ekstrakurikuler siswa.

dan

biaya-biaya

untuk

Dengan demikian pemerintah

-6-

tidak meninggalkan anak dari kelompok masyarakat yang kurang


beruntung di sisi ekonomi, namun sebaliknya membawa mereka
masuk ke dalam sistem pendidikan dalam rangka menyukseskan
program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun.
b. Khusus

bagi

sekolah

yang

berada

di

provinsi

yang

telah

menerapkan kebijakan lokal terkait pendidikan gratis/tidak boleh


menghimpun partisipasi pembiayaan dari masyarakat, sekolah
tidak diwajibkan memberikan pembebasan (fee waive) dan atau
meringankan (discount fee) biaya pendidikan bagi siswa miskin;
c. Agar kebijakan pembebasan atau pemberian keringanan biaya
sekolah bagi siswa miskin di jenjang menengah ini tepat dalam
implementasinya, maka mekanismenya mengikuti langkah sebagai
berikut:
i.

Kepala Sekolah mengadakan rapat di tingkat sekolah bersama


dengan Komite Sekolah dan atau perwakilan orang tua, guru
pembimbing/bimbingan konseling, wali kelas dan bagian Tata
Usaha

sekolah

diberikan

untuk

manfaat

menentukan

pembebasan

sasaran

dan

siswa

atau

yang

pemberian

keringanan biaya sekolah. Penentuan sasaran siswa penerima


manfaat sepenuhnya menjadi kebijakan sekolah sesuai konsep
MBS;
ii. Pertimbangan

penetapan

sasaran

siswa

miskin

penerima

manfaat didasarkan pada kondisi antara lain:


1) Siswa yang termasuk penerima Program Indonesia Pintar
(PIP) dan Program Keluarga Harapan (PKH);
2) Siswa yang terancam putus sekolah karena tidak mampu
membayar tagihan biaya sekolah dan atau;
3) Siswa yang tingkat kemampuan ekonomi orangtuanya
paling rendah di sekolah.
iii. Selanjutnya Kepala Sekolah menetapkan daftar siswa penerima
manfaat pembebasan dan atau pemberian keringanan biaya
sekolah.
iv. Dalam penentuan besaran pemberian pembebasan dan atau
pemberian

keringanan

biaya

bagi siswa

miskin, sekolah

memperhatikan beberapa faktor di sekolah masing-masing,


antara lain biaya pendidikan tiap siswa selama satu tahun,
jumlah siswa miskin yang ada di sekolah, kebutuhan program

-7-

dan anggaran sekolah per tahun, besar dana BOS yang


diterima sekolah dan dana dari sumber lainnya.
d. Untuk mencapai tujuan Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun pada
jenjang pendidikan menengah, khususnya untuk mengurangi
siswa putus sekolah pada saat transisi dari jenjang pendidikan
dasar, sekolah negeri berupaya menerapkan program ramah sosial
dengan cara melakukan identifikasi dan merekrut siswa miskin
lulusan SMP yang memiliki minat bersekolah dan berpotensi baik
dalam bidang akademik/non akademik dan membebaskan biaya
pendidikannya di sekolah;
e. Sekolah penerima BOS menerapkan mekanisme subsidi silang
dan/atau mencari sumber dana sejenis dari pemerintah daerah,
masyarakat, dan sumber lain yang tidak mengikat dan sukarela
bagi siswa miskin untuk memenuhi tagihan biaya sekolah lainnya
yang belum bisa dipenuhi melalui program BOS;
f.

Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang


tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya
yang diperlukan oleh sekolah.

Sumbangan dapat berupa uang

dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa,


tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka
waktu pemberiannya;
4. Pemerintah

daerah

harus

ikut

mengendalikan

dan

mengawasi

pungutan yang dilakukan oleh sekolah, dan sumbangan yang diterima


dari masyarakat/orang tua/wali siswa tersebut mengikuti prinsip
nirlaba dan dikelola dengan prinsip transparan dan akuntabel;
5. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang
dilakukan

oleh

sekolah

apabila

sekolah

melanggar

peraturan

perundang-undangan dan dinilai meresahkan masyarakat.


E.

Program BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu


Melalui program BOS SD dan SMP yang terkait pendidikan dasar 9 tahun,
setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses
pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu;

-8-

2. BOS

harus

menjamin

kepastian

lulusan

setingkat

SD

dapat

melanjutkan ke tingkat SMP;


3. Kepala Sekolah SD/SDLB menjamin semua siswa yang akan lulus
dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB;
4. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di
lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
5. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
akuntabel;
6. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya
memberikan
sekolah.

sumbangan

sukarela

yang tidak mengikat

kepada

Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat

ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta


tidak

mendiskriminasikan

mereka

yang

tidak

memberikan

sumbangan.
F.

Program BOS dan Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun


Program BOS merupakan salah satu program utama pemerintah yang
bertujuan mendukung Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun. Oleh
karena

itu

seluruh

pemangku

kepentingan

pendidikan

wajib

memperhatikan pentingnya program BOS yaitu:


1. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa
miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang
terjangkau dan bermutu;
2. Merupakan sarana penting untuk meningkatkan akses layanan
pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu;
3. Mempersempit kesenjangan angka partisipasi sekolah antar kelompok
penghasilan (kaya-miskin), dan antar wilayah (kota-desa);
4. Menyediakan sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin
putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah dan
biaya ekstrakurikuler sekolah;

-9-

5. Mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah serta


masyarakat yang mampu, untuk memberikan subsidi pembiayaan
kepada siswa miskin (subsidi silang);
6. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di
lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
7. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
akuntabel;
8. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya
memberikan
sekolah.

sumbangan

sukarela

yang tidak mengikat

kepada

Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat

ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta


tidak menimbulkan adanya diskriminasi bagi mereka yang tidak
memberikan sumbangan.
G.

Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Program BOS memberikan dukungan kepada sekolah dalam menerapkan
konsep MBS, yaitu kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan dan
pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing sekolah. Penggunaan dana semata-mata ditujukan hanya
untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan dan tidak ada
intervensi atau pemotongan dana dari pihak manapun dan untuk
kepentingan apapun.
Pengelolaan program BOS menjadi kewenangan sekolah secara mandiri
dengan mengikutsertakan Dewan Guru dan Komite Sekolah dengan
menerapkan MBS sebagai berikut:
1. Sekolah mengelola dana secara profesional dengan menerapkan
prinsip efisien, efektif, akuntabel dan transparan;
2. Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah secara rutin;
3. Sekolah harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang
disusun 4 (empat) tahunan;
4. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM),
Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kegiatan dan

- 10 -

Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian


integral dari RKAS tersebut;
5. RKJM, RKT dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah;
6. RKJM, RKT dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik
setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan
oleh

SKPD Pendidikan

Provinsi/Kabupaten/Kota

(sesuai dengan

kewenangan daerah) untuk sekolah negeri atau yayasan untuk


sekolah swasta.
H.

Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan


Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, biaya pendidikan sekolah menjadi tanggung jawab
bersama

antara

Pemerintah

pemerintah,

mengalokasikan

pemerintah
dana

memenuhi biaya operasionalnya.


pemerintah

untuk

BOS

daerah
untuk

dan

masyarakat.

membantu

sekolah

Sampai dengan saat ini kemampuan

menyediakan

pembiayaan

pendidikan

secara

keseluruhan belum dapat direalisasikan, sehingga masih diperlukan


peran serta pemerintah daerah dan masyarakat untuk memenuhi
kekurangan biaya pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah.
Jenis biaya operasional aktual yang dibelanjakan oleh sekolah sangat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan biaya operasional tiap sekolah.
Sementara itu, jenis peruntukan yang diakomodasi dalam BOS saat ini
belum seluruhnya dapat dipenuhi.
Menyikapi hal tersebut, diperlukan adanya sinergi pendanaan melalui
BOS pusat dan BOS daerah provinsi/kabupaten/kota, baik melalui
peningkatan besaran dana yang diberikan maupun jenis peruntukannya.
Adapun jenis pemanfaatan dana yang dialokasikan oleh pemerintah
daerah/masyarakat
pusat.

diharapkan

dapat

melengkapi peruntukan

BOS

- 11 -

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
A.

Tim BOS Pusat


1. Tim Pengarah
a. Menteri

Koordinator

Bidang

Pembangunan

Manusia

dan

Kebudayaan;
b. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas;
c. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Menteri Keuangan;
e. Menteri Dalam Negeri.
2. Penanggung Jawab Umum
a. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud
(Ketua);
b. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Anggota);
c. Deputi

Bidang

Pembangunan

Manusia,

Masyarakat

dan

Kebudayaan, Bappenas (Anggota);


d. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko Bidang
PMK (Anggota);
e. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemdagri (Anggota);
f.

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu (Anggota).

3. Penanggung Jawab Program BOS


a. Direktur Pembinaan SMP, Kemdikbud (Ketua);
b. Direktur Pembinaan SD, Kemdikbud (Anggota);
c. Direktur Pembinaan SMA, Kemdikbud (Anggota);
d. Direktur Pembinaan SMK, Kemdikbud (Anggota);
e. Direktur Dana Perimbangan, Kemenkeu (Anggota);
f.

Direktur Fasilitas Dana Perimbangan, Kemdagri (Anggota);

g. Direktur Pendidikan, Bappenas (Anggota);


h. Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kemdikbud
(Anggota);
i.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,


Kemdikbud (Anggota);

- 12 -

j.

Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan,


Kemdikbud (Anggota).

4. Tim Pelaksana Program BOS


a. Ketua Tim Pelaksana;
i.

Ketua tim pelaksana SD;

ii. Ketua tim pelaksana SMP;


iii. Ketua tim pelaksana SMA;
iv. Ketua tim pelaksana SMK.
b. Sekretaris Tim Pelaksana
i.

Sekretaris tim pelaksana SD;

ii. Sekretaris tim pelaksana SMP;


iii. Sekretaris tim pelaksana SMA;
iv. Sekretaris tim pelaksana SMK.
c. Penanggung Jawab Sekretariat
i.

Penanggung jawab sekretariat SD;

ii. Penanggung jawab sekretariat SMP;


iii. Penanggung jawab sekretariat SMA;
iv. Penanggung jawab sekretariat SMK;
d. Bendahara
i.

Bendahara SD;

ii. Bendahara SMP;


iii. Bendahara SMA;
iv. Bendahara SMK;
e. Penanggung Jawab Data
i.

Penanggung jawab data SD;

ii. Penanggung jawab data SMP;


iii. Penanggung jawab data SMA;
iv. Penanggung jawab data SMK;
f.

Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah

g. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan


Pengaduan Masyarakat
i.

Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan


Pengaduan Masyarakat SD;

ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan


Pengaduan Masyarakat SMP;

- 13 -

iii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan


Pengaduan Masyarakat SMA;
iv. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SMK;
v. Unit

Layanan

Terpadu

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan;
h. Unit Publikasi/Humas
B.

Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Pusat


Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Pusat adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun rancangan program;
2. Melakukan kompilasi data jumlah siswa tiap sekolah dari data yang
diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;
3. Menyusun

dan

menyiapkan

peraturan

yang

terkait

dengan

pelaksanaan program BOS;


4. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program;
5. Melatih dan memberikan sosialisasi kepada Tim BOS Provinsi/
Kabupaten/Kota;
6. Menyalurkan dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
7. Menyediakan media informasi BOS melalui situs resmi Kemdikbud;
8. Merencanakan

dan

melaksanakan

monitoring

sesuai

dengan

ketentutan yang diatur pada bab selanjutnya;


9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
10. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang
dilakukan oleh Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota;
11. Memantau laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke
sekolah;
12. Menyusun laporan pelaksanaan BOS.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Tim BOS Pusat
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
kepada Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota/Sekolah;
2. Mengelola dana operasional dan manajemen secara transparan dan
akuntabel;

- 14 -

3. Dilarang

bertindak

menjadi

distributor/pengecer

dalam

proses

pembelian/pengadaan buku/barang.
Tim BOS Pusat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan.
C.

Tim BOS Provinsi


1. Tim Pengarah
Gubernur.
2. Penanggung Jawab
a. Sekretaris Daerah Provinsi (Ketua);
b. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi (anggota);
c. Kepala Dinas/Badan/Biro Pengelola Keuangan Daerah (anggota).
3. Tim Pelaksana Program BOS
a. Ketua Tim Pelaksana;
b. Sekretaris Tim Pelaksana;
c. Bendahara;
d. Penanggung Jawab Data;
i.

Penanggung Jawab data BOS Dikdas;

ii. Penanggung Jawab data BOS Dikmen;


e. Tim Dapodikdasmen dari unsur SKPD pendidikan;
f.

Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan


Pengaduan Masyarakat;
i.

Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan


Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikdas;

ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan


Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikmen;
g. Unit Publikasi/Humas (dari unsur Dinas Pendidikan).
D.

Tugas Dan Tanggung Jawab Tim BOS Provinsi


Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Provinsi adalah
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan DPA-PPKD berdasarkan alokasi dana BOS untuk
semua jenjang yang ditetapkan dari pusat, dengan mengacu kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku;

- 15 -

2. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan lembaga


penyalur dana BOS yang telah ditunjuk dengan mencantumkan hak
dan kewajiban masing-masing pihak;
3. Melakukan

koordinasi/sosialisasi/pelatihan

kepada

Tim

BOS

Kabupaten/Kota;
4. Melakukan kompilasi data jumlah siswa di tiap sekolah dari data yang
diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;
5. Mempersiapkan Naskah Perjanjian Hibah (NPH) antara provinsi
dengan sekolah yang dilampiri dengan alokasi dana BOS tiap sekolah
berdasarkan Dapodikdasmen;
6. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sebagai penanggung jawab Tim BOS
Provinsi menandatangani NPH atas nama gubernur;
7. Melakukan pencairan dan penyaluran dana BOS ke sekolah tepat
waktu sesuai dengan jumlah siswa di tiap sekolah;
8. Menyampaikan laporan pencairan tiap triwulan kepada Tim BOS
Pusat yang terdiri atas soft copy SP2D, soft copy rincian dana per
jenjang tiap kabupaten/kota, dan soft copy data pencairan tiap
sekolah;
9. Memerintah lembaga penyalur yang ditunjuk untuk melaporkan hasil
penyaluran dana ke laman BOS Kemdikbud secara online;
10. Memonitor laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke
sekolah yang dikirim ke laman BOS Kemdikbud;
11. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program BOS di
sekolah sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
12. Melakukan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
13. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang
dilakukan oleh Tim BOS Kabupaten/Kota;
14. Mengupayakan penambahan dana dari APBD untuk operasional
sekolah dan operasional Tim BOS Provinsi;
15. Membuat dan menyampaikan laporan rekapitulasi pencairan dan
penggunaan dana ke Tim BOS Pusat sesuai ketentuan yang diatur
pada bab selanjutnya.
Karena kewenangan sekolah jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK)
dan sekolah luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB/SLB) telah beralih ke
Pemerintah Daerah Provinsi, Tim BOS Provinsi memiliki tugas lain yang

- 16 -

terkait dengan pelaksanaan BOS di sekolah-sekolah yang menjadi


kewenangannya ini, yaitu:
1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah untuk memasukkan
data pokok pendidikan dalam sistem pendataan yang telah disediakan
oleh Kemdikbud;
2. Memonitor perkembangan pemasukan/updating data yang dilakukan
oleh sekolah secara online;
3. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah siswa dan nomor rekening) di
sekolah yang diragukan tingkat akurasinya. Selanjutnya meminta
sekolah

untuk

melakukan

perbaikan

data

melalui

sistem

Dapodikdasmen;
4. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah, Komite Sekolah dan
masyarakat tentang program BOS termasuk melalui pemberdayaan
pengawas sekolah;
5. Melakukan pembinaan terhadap sekolah dalam pengelolaan dan
pelaporan dana BOS;
6. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS dari
sekolah, baik yang disampaikan secara offline maupun online;
7. Menegur dan memerintahkan sekolah yang belum membuat laporan;
8. Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi penggunaan
dana BOS dari sekolah untuk disampaikan ke Tim BOS Pusat sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
9. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan
memberdayakan pengawas sekolah sebagai tim monitoring provinsi;
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Provinsi
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan menggunakan dana BOS yang telah ditransfer
dari RKUN ke RKUD untuk kepentingan selain BOS;
2. Dilarang dengan sengaja melakukan penundaan pencairan dana BOS
ke sekolah, kecuali dalam rangka pemberian sanksi kepada sekolah
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan BOS;
3. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
terhadap Tim BOS Kabupaten/Kota/Sekolah;
4. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang
dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS;

- 17 -

5. Tidak

diperkenankan

mendorong

sekolah

untuk

melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;


6. Dilarang

bertindak

menjadi

distributor/pengecer

dalam

proses

pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Provinsi di atas dapat disesuaikan di daerah masingmasing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan
program BOS dan struktur kedinasan di provinsi.
ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur.

Tim BOS Provinsi

Sekretariat Tim BOS

Provinsi berada di kantor SKPD Pendidikan Provinsi.


E.

Tim BOS Kabupaten/Kota


1. Tim Pengarah
Bupati/Walikota.
2. Penanggung Jawab
Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota.
3. Tim Pelaksana (dari SKPD Pendidikan)
a. Ketua Tim Pelaksana;
b. Penanggung jawab data SD;
c. Penanggung jawab data SMP;
d. Tim Dapodikdas;
e. Unit monitoring dan evaluasi dan pelayanan dan penanganan
pengaduan masyarakat.

F.

Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Kabupaten/Kota


Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Kabupaten/Kota
adalah sebagai berikut:
1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah jenjang pendidikan
dasar untuk memasukkan data pokok pendidikan dalam sistem
pendataan yang telah disediakan oleh Kemdikbud;
2. Melakukan monitoring perkembangan pemasukan/updating data yang
dilakukan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara online;
3. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah siswa dan nomor rekening) di
sekolah jenjang pendidikan dasar yang diragukan tingkat akurasinya.

- 18 -

Selanjutnya meminta sekolah untuk melakukan perbaikan data


melalui sistem Dapodikdasmen;
4. Memverifikasi sekolah kecil yang memenuhi syarat/kriteria yang telah
ditetapkan untuk diusulkan ke Tim BOS Provinsi agar memperoleh
alokasi dana BOS minimal;
5. Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab
Tim BOS Kabupaten/Kota menandatangani Naskah Perjanjian Hibah
(NPH) mewakili sekolah jenjang pendidikan dasar;
6. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah jenjang pendidikan
dasar, Komite Sekolah

dan

masyarakat

tentang program

BOS

termasuk melalui pemberdayaan pengawas sekolah;


7. Mengupayakan penambahan dana dari APBD Kabupaten/Kota untuk
operasional sekolah jenjang pendidikan dasar dan untuk operasional
Tim BOS Kabupaten/Kota;
8. Melakukan pembinaan terhadap sekolah jenjang pendidikan dasar
dalam pengelolaan dan pelaporan dana BOS;
9. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS
yang disampaikan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara offline
maupun secara online;
10. Menegur dan memerintahkan sekolah jenjang pendidikan dasar yang
belum membuat laporan;
11. Mengumpulkan dan merekapitulasi

laporan realisasi penggunaan

dana BOS dari sekolah jenjang pendidikan dasar untuk disampaikan


kepada Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sesuai ketentuan yang
diatur pada bab selanjutnya;
12. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan
memberdayakan

pengawas

sekolah

sebagai

tim

monitoring

kabupaten/kota;
13. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Kabupaten/
Kota harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
terhadap sekolah;
2. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang
dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS;

- 19 -

3. Tidak

diperkenankan

mendorong

sekolah

untuk

melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;


4. Dilarang

bertindak

menjadi

distributor/pengecer

dalam

proses

pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Kabupaten/Kota di atas dapat disesuaikan di daerah
masing-masing,

dengan

mempertimbangkan

beban

kerja

dalam

pengelolaan program BOS dan struktur kedinasan di kabupaten/kota. Tim


BOS

Kabupaten/Kota

Walikota.

ditetapkan

dengan

Surat

Keputusan

Bupati/

Sekretariat Tim BOS Kabupaten/Kota berada di kantor SKPD

pendidikan kabupaten/kota.
G.

Tim BOS Sekolah


1. Penanggung Jawab
Kepala Sekolah
2. Anggota
a. Pemegang Kas Sekolah;
b. Satu orang dari unsur orang tua siswa di luar Komite Sekolah yang
dipilih

oleh

Kepala

Sekolah

dan

Komite

Sekolah

dengan

mempertimbangkan kredibilitasnya, serta menghindari terjadinya


konflik kepentingan;
c. Penanggung jawab pendataan.
H.

Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Sekolah


Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Mengisi, mengirim dan meng-update data pokok pendidikan secara
lengkap ke dalam sistem Dapodikdasmen sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan;
2. Memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sesuai dengan
kondisi riil di sekolah;
3. Memverifikasi kesesuaian jumlah dana yang diterima dengan data
siswa yang ada;
4. Menyelenggarakan pembukuan secara lengkap sesuai ketentuan yang
diatur pada bab selanjutnya;

- 20 -

5. Memenuhi ketentuan transparansi pengelolaan dan penggunaan dana


BOS sebagaimana diatur pada bab selanjutnya;
6. Menyusun

dan

menyampaikan

laporan

secara

lengkap

sesuai

ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;


7. Bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana
BOS yang diterima;
8. Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan
bahwa BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS;
9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
10. Untuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar, memasang spanduk di
sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan, menjelang dan
selama masa penerimaan siswa baru;
11. Perwakilan orang tua dalam Tim BOS Sekolah memiliki fungsi kontrol,
pengawasan, dan memberi masukan dalam pelaksanaan tanggung
jawab Tim BOS Sekolah.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Sekolah
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Bersedia diaudit oleh lembaga yang memiliki kewenangan melakukan
audit sesuai peraturan perundangan yang belaku terhadap seluruh
dana yang dikelola sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun
dari sumber lain;
2. Dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer pembelian buku
kepada siswa di sekolah yang bersangkutan.
Tim BOS Sekolah ditetapkan dengan Surat Keputusan dari Kepala Sekolah.

- 21 -

BAB IV
PENETAPAN ALOKASI
A.

Pendataan
Tahapan pendataan melalui sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dapodikdasmen) merupakan langkah awal dalam proses
pengalokasian

dan

penyaluran

dana

BOS.

Tahapan

pendataan

Dapodikdasmen adalah sebagai berikut:


1. Sekolah menggandakan (fotocopy) formulir data pokok pendidikan
sesuai dengan kebutuhan;
2. Sekolah melakukan sosialisasi ke seluruh siswa, pendidik dan tenaga
kependidikan tentang cara pengisian formulir pendataan;
3. Sekolah membagi formulir kepada individu yang bersangkutan untuk
diisi secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah diisi;
4. Sekolah memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/kewajaran data
profil sekolah, rombongan belajar, individu siswa, pendidik dan tenaga
kependidikan, serta sarana dan prasarana;
5. Sekolah

memasukkan/meng-update

data

ke

dalam

aplikasi

Dapodikdasmen secara offline yang telah disiapkan oleh Kemdikbud,


kemudian mengirim ke server Kemdikbud secara online;
6. Sekolah harus mem-backup seluruh data yang telah di-entry;
7. Formulir yang telah diisi secara manual oleh siswa/pendidik/tenaga
kependidikan/sekolah harus disimpan di sekolah masing-masing
untuk keperluan monitoring dan audit;
8. Melakukan update data secara reguler ketika ada perubahan data,
minimal satu kali dalam satu semester;
9. Sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat
mengenai penggunaan aplikasi pendataan dan memastikan data yang
di-input sudah masuk ke dalam server Kemdikbud;
10. Sekolah memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sudah
sesuai dengan kondisi riil di sekolah;

- 22 -

11. Tim

BOS

Kabupaten/Kota

bertanggung

jawab

terhadap

proses

pendataan bagi sekolah jenjang pendidikan dasar yang memiliki


keterbatasan untuk melakukan pendataan secara mandiri. Sementara
di jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa tanggung
jawab ini ada pada Tim BOS Provinsi.
B.

Penetapan Alokasi BOS Tiap Provinsi/Kabupaten/Kota


1. Sebagai langkah awal, pada setiap awal tahun pelajaran baru, Tim
BOS Kabupaten/Kota bersama Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Pusat
melakukan rekonsiliasi perkembangan update data jumlah siswa di
tiap sekolah yang ada pada Dapodikdasmen sebagai persiapan
pengambilan data untuk penetapan alokasi BOS tahun anggaran
mendatang;
2. Sebagai tindak lanjutnya Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/
Kota melakukan kontrol terhadap data jumlah siswa di tiap sekolah
sesuai jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan masing-masing;
3. Apabila terdapat perbedaan dengan data riil di sekolah, maka Tim BOS
Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan jenjang
pendidikan

yang

menjadi

kewenangan

masing-masing

meminta

kepada sekolah untuk memperbaiki data yang ada pada sistem


Dapodikdasmen;
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengambilan
data jumlah siswa pada Dapodikdasmen untuk membuat usulan
alokasi dana BOS tiap provinsi/kabupaten/kota yang akan dikirim ke
Kementerian Keuangan untuk dijadikan dasar penetapan alokasi dana
BOS tiap provinsi/kabupaten/kota pada tahun anggaran berikutnya;
5. Alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota tersebut dihitung sebagai
hasil rekapitulasi dari data jumlah siswa di tiap sekolah yang ada di
Dapodikdasmen pada tahun pelajaran yang sedang berjalan ditambah
dengan perkiraan pertambahan jumlah siswa tahun pelajaran baru;
6. Pemerintah

menetapkan alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota

melalui peraturan yang berlaku.

- 23 -

C.

Penetapan Alokasi BOS Tiap Sekolah


1. Provinsi

mengunduh

data

jumlah

siswa

di

tiap

sekolah

dari

Dapodikdasmen, yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan


alokasi dana BOS tiap sekolah. Data yang diunduh provinsi ini adalah
data dari Dapodikdasmen yang telah diambil (cut-off) oleh Tim
Dapodikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
2. Alokasi BOS untuk sekolah ditetapkan dengan ketentuan berikut:
a. Data yang dijadikan sebagai acuan adalah:
i.

Data hasil cut off sebelum triwulan/semester berjalan, yang


digunakan sebagai dasar penyaluran awal. Penggunaan data
ini dengan mempertimbangkan agar proses pencairan dana
BOS sudah dapat dilakukan sebelum masuk triwulan/semester
sehingga

sekolah

dapat

menerima

dana

BOS

di

awal

triwulan/semester;
ii. Data hasil cut off pada triwulan/semester berjalan, yang
digunakan untuk informasi pelengkap dalam perhitungan
kelebihan atau kekurangan penyaluran dana BOS di triwulan/
semester berjalan yang sudah dilakukan menggunakan data
sebelum triwulan/semester berjalan.
b. Cut off data dilaksanakan dalam rangka pengembilan data untuk
penetapan alokasi di sekolah adalah sebagai berikut:
i.

Cut-off tanggal 15 Desember. Data yang diambil adalah data


jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2016/2017;

ii. Cut-off tanggal 30 Januari.

Data yang diambil adalah data

jumlah siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Namun


apabila sekolah belum melakukan update data jumlah siswa
semester II Tahun Pelajaran 2016/2017, maka data jumlah
siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester I Tahun
Pelajaran 2016/2017;
iii. Cut-off tanggal 30 April. Data yang diambil adalah data jumlah
siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017;
iv. Cut-off tanggal 21 September. Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Namun
apabila sekolah belum melakukan update data jumlah siswa
semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, maka data jumlah

- 24 -

siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester II Tahun


Pelajaran 2016/2017;
v. Cut-off tanggal 30 Oktober.

Data yang diambil adalah data

jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.


c. Untuk penyaluran dana BOS triwulanan, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
i.

Triwulan I
1) Perhitungan

alokasi

sementara

tiap

sekolah

untuk

penyaluran dana BOS triwulan I menggunakan data jumlah


siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 15 Desember,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan I untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 15
Desember dan hasil cut off tanggal 30 Januari.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30
Januari,

maka

Tim

BOS

Provinsi

dapat

melakukan

verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan


dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).

Hasil verifikasi

tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk


menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di
atas yang akan digunakan dalam penetapan alokasi final
sekolah di triwulan I.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan I sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
ii. Triwulan II
1) Perhitungan

alokasi

sementara

tiap

sekolah

untuk

penyaluran dana BOS triwulan II menggunakan data


jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30
Januari, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

- 25 -

2) Perhitungan alokasi final triwulan II untuk tiap sekolah


dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30
Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April,
maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang
digunakan

dalam penetapan

alokasi final sekolah

di

triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan II sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
iii. Triwulan III
1) Perhitungan

alokasi

sementara

tiap

sekolah

untuk

penyaluran dana BOS triwulan III menggunakan data


jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan III untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April
dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober,
maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang
digunakan
triwulan III.

dalam penetapan

alokasi final sekolah

di

- 26 -

Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung


alokasi sekolah di triwulan III sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
iv. Triwulan IV
1) Perhitungan

alokasi

sementara

tiap

sekolah

untuk

penyaluran dana BOS triwulan IV menggunakan data


jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 21
September, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan IV untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 21
September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 21 September dengan hasil cut off tanggal 30
Oktober,

maka

Tim

BOS

Provinsi

dapat

melakukan

verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan


dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).

Hasil verifikasi

tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk


menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di
atas yang digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah
di triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan IV sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku.
d. Untuk penyaluran dana BOS semesteran, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
i.

Semester I
1) Perhitungan

alokasi

sementara

tiap

sekolah

untuk

penyaluran dana BOS semester I menggunakan data


jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 15
Desember, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

- 27 -

2) Perhitungan alokasi final semester I untuk tiap sekolah


tetap didasarkan pada alokasi final tiap triwulan, yaitu
dengan menggabungkan alokasi final triwulan I dan alokasi
final triwulan II. Alokasi final triwulan I dilakukan dengan
membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah
pada hasil cut off tanggal 15 Desember dan hasil cut off
tanggal 30 Januari.

Sedangkan alokasi final triwulan II

dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa


masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30
Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30
Januari untuk triwulan I, dan antara hasil cut off tanggal 30
Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April untuk triwulan
II, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off pada masingmasing triwulan di atas yang digunakan dalam penetapan
alokasi final sekolah di triwulan I dan triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan I dan triwulan II sesuai dengan
ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang
berlaku.

Adapun alokasi dana final semester I adalah

dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan I dan


triwulan II.
ii. Semester II
1) Perhitungan

alokasi

sementara

tiap

sekolah

untuk

penyaluran dana BOS semester II menggunakan data


jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final semester II untuk tiap sekolah
tetap didasarkan pada alokasi final tiap triwulan, yaitu

- 28 -

dengan menggabungkan alokasi final triwulan III dan


alokasi final triwulan IV.

Alokasi final triwulan III

dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa


masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April
dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.

Sedangkan alokasi

final triwulan IV dilakukan dengan membandingkan data


jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off
tanggal 21 September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober
untuk triwulan III, dan antara hasil cut off tanggal 21
September dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober untuk
triwulan IV, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan
verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).

Hasil verifikasi

tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk


menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off
pada masing-masing triwulan di atas yang digunakan
dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan III dan
triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan III dan triwulan IV sesuai
dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah
yang berlaku. Adapun alokasi dana final semester II adalah
dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan III dan
triwulan IV.
e. Pada

kasus-kasus

tertentu

dimana

terjadi

perbedaan

yang

signifikan antara data yang sudah diinput/disinkron sekolah


dengan data hasil cut off dari Dapodikdasmen, sekolah dapat
melakukan klarifikasi kepada pengelola Dapodikdasmen.
Apabila berdasarkan hasil klarifikasi tersebut ternyata perbedaan
data

terjadi

akibat

kesalahan

dalam

proses

pada

sistem

Dapodikdasmen, maka sekolah dapat meminta kepada pengelola


Dapodikdasmen untuk mengeluarkan surat keterangan resmi yang
menyatakan data jumlah siswa sebenarnya dari sekolah tersebut
yang seharusnya tertera dalam data hasil cut off.

- 29 -

Surat keterangan ini untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada


Tim BOS Provinsi untuk melakukan revisi terhadap data hasil cut
off Dapodikdasmen yang sudah diunduh oleh Tim BOS Provinsi.
Secara ringkas tahap pengambilan data Dapodikdasmen yang akan
dilakukan pada pelaksanaan BOS tahun 2016 dapat dilihat dalam
Gambar 1 di bawah.
Triwulan 1

Triwulan 2

Triwulan 3

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Jul

Triwulan 4

Ags Sep Okt Nop Des

15
Des

30
Jan

30
Apr

21
Sep

30
Okt

D-1

D-2

D-3

D-4

D-5

ST-2
+
BT-1

ST-1

ST-3
+
BT-2

BT-3
+
BT-4

ST-4

Gambar 1
Tahap Pendataan Untuk Pencairan Dana BOS
Keterangan:
D-1

: cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara


penyaluran triwulan I (tanggal 15 Desember);

D-2

: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang


penyaluran triwulan I dan untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan II (tanggal 30 Januari);

D-3

: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang


penyaluran

triwulan

II

dan

untuk

penetapan

alokasi

sementara penyaluran triwulan III (tanggal 30 April);


D-4

: cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara


penyaluran triwulan IV (tanggal 21 September);

D-5

: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang


penyaluran triwulan III dan triwulan IV (tanggal 30 Oktober);

ST-1 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan I;


ST-2 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan II;
ST-3 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan III;
ST-4 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan IV;
BT-1 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan I;

- 30 -

BT-2 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan II;


BT-3 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan III;
BT-4 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan IV.
Data

Dapodikdasmen

yang

digunakan

sebagai

acuan

dalam

perhitungan alokasi BOS tiap sekolah adalah data individu siswa yang
telah diinputkan ke dalam aplikasi Dapodikdasmen secara valid, yaitu
yang telah terisi lengkap variabel inputnya dan difinalkan oleh Tim
Dapodikdasmen Pusat dalam bentuk data hasil cut-off. Khusus untuk
SMA, data jumlah siswa yang diperhitungkan dalam alokasi BOS
bersumber dari isian data individu siswa yang telah dilengkapi dengan
Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan lolos proses verifikasi dan
validasi di basis data Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Untuk sekolah jenjang pendidikan dasar dan sekolah luar biasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai kebijakan
khusus terkait perhitungan alokasi BOS bagi sekolah-sekolah dengan
jumlah siswa kurang dari 60 siswa, yaitu kebijakan dana BOS untuk
sekolah

kecil

dengan

sebanyak 60 siswa.

memberikan

alokasi

dana

BOS

minimal

Kebijakan ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa beberapa komponen biaya tetap (fix cost) dari biaya operasi
sekolah tidak tergantung pada jumlah siswa saja.
Sekolah yang menerima kebijakan alokasi minimal 60 siswa adalah:
a. SMP Satap, SLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB;
b. SD/SMP reguler yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
i.

Pendiriannya telah didasarkan pada ketentuan dan syarat yang


ditetapkan oleh pemerintah, dan berada di daerah sangat
tertinggal dengan skala satuan daerah adalah desa. Klasifikasi
ketertinggalan setiap desa mengacu pada hasil klasifikasi yang
dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi;

ii. Sekolah di daerah kumuh atau daerah pinggiran yang siswanya


tidak dapat tertampung di sekolah lain di sekitarnya;
iii. Khusus untuk sekolah swasta, harus sudah memiliki izin
operasional minimal 3 (tiga) tahun, dan bersedia membebaskan
iuran bagi seluruh siswa.

- 31 -

Kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memunculkan sekolah kecil


yang baru. Kebijakan ini tidak berlaku bagi sekolah dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Sekolah swasta yang menetapkan standar iuran/pungutan mahal;
b. Sekolah swasta yang izin operasionalnya belum mencapai 3 tahun;
c. Sekolah yang tidak diminati oleh masyarakat sekitar karena tidak
berkembang, sehingga jumlah siswanya sedikit dan masih terdapat
alternatif sekolah lain di sekitarnya yang masih dapat menampung
siswa;
d. Sekolah yang terbukti dengan sengaja membatasi jumlah siswa
dengan tujuan untuk memperoleh dana BOS dengan kebijakan
khusus tersebut;
e. Sekolah swasta yang tidak bersedia menerima kebijakan alokasi
minimal.
Agar kebijakan khusus ini tidak salah sasaran, maka mekanisme
pemberian perlakuan khusus ini mengikuti langkah sebagai berikut:
a. SMP Satap, SLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB secara otomatis
mendapatkan alokasi minimal tanpa harus direkomendasikan oleh
Dinas Pendidikan daerah setempat;
b. Tim BOS Kabupaten/Kota memverifikasi SD/SMP yang akan
mendapatkan kebijakan khusus tersebut sesuai dengan kriteria
yang sudah disebutkan di atas;
c. Tim BOS Kabupaten/Kota merekomendasikan SD/SMP kecil
penerima kebijakan khusus dan mengusulkannya kepada Tim BOS
Provinsi dengan dilampiri daftar sekolah dan jumlah siswa
berdasarkan Dapodikdasmen;
d. Tim

BOS

Provinsi

menetapkan

alokasi

bagi

SD/SMP

kecil

berdasarkan surat rekomendasi dari Tim BOS Kabupaten/Kota.


Tim BOS Provinsi berhak menolak rekomendasi dari Tim BOS
Kabupaten/Kota

apabila

ditemukan

fakta/informasi

bahwa

rekomendasi tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang sudah


ditetapkan.
Sekolah yang memperoleh dana BOS dengan perlakuan khusus ini
harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

- 32 -

a. Harus menyampaikan informasi jumlah dana BOS yang diterima


sekolah secara tertulis kepada orang tua siswa dan di papan
pengumuman;
b. Mempertanggungjawabkan dana BOS sesuai jumlah yang diterima;
c. Membebaskan iuran/pungutan dari orang tua siswa.
4. Perhitungan jumlah dana BOS untuk sekolah dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Sekolah dengan jumlah siswa 60 atau lebih, dana BOS yang
diterima oleh sekolah dihitung sebagai berikut:
i.

SD/SDLB
Dana BOS = jumlah siswa x Rp 800.000,-

ii. SMP/SMPLB/SMP Satap


Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.000.000,iii. SMA/SMALB
Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,iv. SMK
Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,v. SLB
Dana BOS = (jumlah siswa tingkat SD x Rp 800.000,-) +
(jumlah siswa tingkat SMP x Rp 1.000.000,-) +
(jumlah siswa tingkat SMA x Rp 1.400.000,-)
Bila

hasil

perhitungan

jumlah

dana

kurang

dari

Rp

84.000.000,-, maka jumlah dana minimal yang diterima SLB


tersebut adalah sebesar Rp 84.000.000,b. Sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 60 (sekolah kecil), dana
BOS yang diterima oleh sekolah dihitung sebagai berikut:
i.

SD
Dana BOS = 60 x Rp 800.000,-

ii. SMP/SMP Satap


Dana BOS = 60 x Rp 1.000.000,iii. SMA/SMA Satap
Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,iv. SMK
Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/
SMALB)

- 33 -

Dana BOS = 60 x Rp 800.000,vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMALB)
Dana BOS = 60 x Rp 1.000.000,vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMPLB)
Dana BOS = 60 x Rp 1.400.000,viii. SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa
dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB,
dan/atau SMALB
Dana BOS = 60 x Rp 1.400.000,c. Jumlah dana BOS untuk Kelas Jauh, SMP Terbuka dan SMA
Terbuka tetap didasarkan pada jumlah siswa riil yang valid karena
pengelolaan

dan

sekolah induk.

pertanggungjawabannya

disatukan

dengan

- 34 -

BAB V
PENYALURAN DANA
A.

Persiapan Penyaluran Dana BOS di Daerah


Proses penyaluran dana BOS dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
sekolah dilakukan 2 (dua) tahap sebagai berikut:
1. Tahap 1 : Penyaluran dana dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN)
ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD).
penyaluran

dana

dan

pelaporannya

Mekanisme

diatur

dalam

peraturan dari Kementerian Keuangan.


2. Tahap 2 : Penyaluran dana dari RKUD

ke rekening sekolah.

Mekanisme penyaluran dan pelaporannya akan diatur


dalam peraturan dari Kementerian Dalam Negeri.
Untuk kelancaran penyaluran dana BOS, ada beberapa tahapan/langkah
persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Sekolah yang belum memiliki rekening, misalnya sekolah baru, harus
segera membuka rekening bank atas nama sekolah (bukan atas nama
pribadi) dan segera mengirim ke Tim BOS Kabupaten/Kota (sekolah
jenjang pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi (sekolah jenjang
pendidikan menengah dan sekolah luar biasa);
2. Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota memeriksa akurasi
nomor rekening sekolah sesuai dengan jenjang sekolah yang menjadi
kewenangannya.

Daftar rekening sekolah jenjang pendidikan dasar

yang sudah diverifikasi oleh Tim BOS Kabupaten/Kota dikirim ke Tim


BOS Provinsi;
3. SKPD pendidikan provinsi dan SKPD pendidikan kabupaten/kota
menandatangani naskah hibah, yang prosedurnya diatur dalam
peraturan dari Kementerian Dalam Negeri;
4. SKPD pendidikan provinsi menyerahkan data daftar sekolah penerima
dana BOS dan alokasi dananya kepada BPKD untuk keperluan
pencairan dana BOS dari BUD ke sekolah.

- 35 -

B.

Penyaluran Dana BOS


Dana BOS disalurkan dari RKUN ke RKUD setiap triwulan pada waktu
yang ditentukan melalui peraturan dari Kementerian Keuangan. Adapun
dana BOS untuk wilayah yang secara geografis sangat sulit (wilayah
terpencil) disalurkan dari RKUN ke RKUD 6 bulanan (semesteran) pada
waktu

yang

juga

ditentukan

melalui

peraturan

dari

Kementerian

Keuangan.
Proporsi penyaluran dana di tiap triwulan/semester dari RKUN ke RKUD
diatur dengan ketentuan persentase sebagai berikut, atau sesuai dengan
ketentuan yang diatur oleh peraturan dari Kementerian Keuangan:
1. Penyaluran triwulanan
a. Triwulan I

: 20% dari alokasi satu tahun;

b. Triwulan II

: 40% dari alokasi satu tahun;

c. Triwulan III : 20% dari alokasi satu tahun;


d. Triwulan IV : 20% dari alokasi satu tahun.
2. Penyaluran semesteran
a. Semester I

: 60% dari alokasi satu tahun;

b. Semester II

: 40% dari alokasi satu tahun.

Selanjutnya BUD harus menyalurkan dana BOS secara langsung ke


rekening

sekolah

menggunakan

mekanisme

hibah

sesuai

dengan

ketetentuan yang ditetapkan dalam peraturan dari Kementerian Keuangan


dan Kementerian Dalam Negeri.
Proporsi penyaluran dana di tiap triwulan/semester dari RKUD ke
rekening sekolah disesuaikan dengan persentase penyaluran dana BOS
dari RKUN ke RKUD sebagaimana yang telah dijelaskan di atas yaitu:
1. Penyaluran triwulanan
a. Triwulan I, III, dan IV (proporsi 20% dari alokasi satu tahun)
i.

SD
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 160.000,-

ii. SMP/SMP Satap


Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 200.000,iii. SMA/SMA Satap
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 280.000,-

- 36 -

iv. SMK
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 280.000,v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 160.000,vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 200.000,vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMPLB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 280.000,viii. SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa
dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB,
dan/atau SMALB
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 280.000,b. Triwulan II (proporsi 40% dari alokasi satu tahun)
i.

SD
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,-

ii. SMP/SMP Satap


Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,iii. SMA/SMA Satap
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,iv. SMK
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMPLB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

- 37 -

viii. SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa
dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB,
dan/atau SMALB
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya harus memastikan bahwa sekolah mencadangkan
separuh dari dana BOS triwulan II (20% dari alokasi satu tahun) di
rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus dibeli
sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan pada bab
selanjutnya. Dana BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan
apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks yang
diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku
sesuai ketentuan yang ditetapkan pada bab penggunaan dana.
Bila kebutuhan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20%

dana

BOS yang dicadangkan

tersebut, sekolah

dapat

menambahkan dana tersebut dari dana yang ada. Akan tetapi bila
dana kebutuhan dana pembelian buku teks lebih kecil dari 20%
dana BOS yang dicadangkan tersebut, sisa dana dapat digunakan
untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan lainnya
sebagaimana diatur pada bab selanjutnya.
2. Penyaluran semesteran
a. Semester I (proporsi 60% dari alokasi satu tahun)
i.

SD
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 480.000,-

ii. SMP/SMP Satap


Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 600.000,iii. SMA/SMA Satap
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,iv. SMK
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 480.000,-

- 38 -

vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 600.000,vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMPLB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,viii. SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa
dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB,
dan/atau SMALB
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya harus memastikan bahwa sekolah mencadangkan
sepertiga dari dana BOS semester I (20% dari alokasi satu tahun)
di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus dibeli
sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan pada bab
selanjutnya. Dana BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan
apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks yang
diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku
sesuai ketentuan yang ditetapkan pada bab penggunaan dana.
Bila kebutuhan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20%

dana

BOS yang dicadangkan

tersebut, sekolah

dapat

menambahkan dana tersebut dari dana yang ada. Akan tetapi bila
dana kebutuhan dana pembelian buku teks lebih kecil dari 20%
dana BOS yang dicadangkan tersebut, sisa dana dapat digunakan
untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan lainnya
sebagaimana diatur pada bab selanjutnya.
b. Semester II (proporsi 40% dari alokasi satu tahun)
i.

SD
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,-

ii. SMP/SMP Satap


Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,iii. SMA/SMA Satap
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

- 39 -

iv. SMK
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMALB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/
SMPLB)
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,viii. SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa
dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB,
dan/atau SMALB
Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,Beberapa ketentuan tambahan terkait dengan masalah penyaluran dana
BOS yang sering terjadi di daerah dan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Jika terdapat siswa pindah/mutasi dari sekolah tertentu ke sekolah
lain setelah pencairan dana di triwulan/semester berjalan, maka dana
BOS siswa tersebut pada triwulan/semester berjalan tetap menjadi
hak

sekolah

lama.

Revisi

jumlah

siswa

pada

sekolah

yang

ditinggalkan/menerima siswa pindahan tersebut baru diberlakukan


untuk

pencairan

triwulan/semester

berikutnya

dengan

terlebih

dahulu melakukan revisi/update data Dapodikdasmen sebelum batas


waktu cut off data penyaluran awal;
2. Jika terjadi kelebihan salur yang dilakukan oleh BUD ke sekolah
akibat

perubahan

data

antara

data

yang

digunakan

untuk

perhitungan alokasi sementara dengan data yang digunakan untuk


perhitungan alokasi final pada triwulan I s/d triwulan III atau di
semester I, maka sekolah harus melakukan revisi/update data pada
Dapodikdasmen agar sesuai dengan jumlah siswa riil di sekolah
sebelum batas waktu cut off data perhitungan lebih kurang salur.
Terhadap kelebihan yang tercatat dalam Dapodikdasmen, Tim BOS
Provinsi melakukan pengurangan dana BOS di sekolah tersebut pada

- 40 -

periode penyaluran berikutnya.

Sementara kelebihan yang tidak

tercatat dalam Dapodikdasmen harus dikembalikan oleh sekolah ke


rekening KUD;
3. Jika terjadi kelebihan salur pada triwulan IV atau semester II maka
sekolah harus mengembalikan kelebihan dana tersebut ke rekening
KUD Provinsi;
4. Jika terjadi kekurangan salur yang dilakukan oleh BUD ke sekolah,
maka

sekolah

harus

melakukan

revisi/update

data

pada

Dapodikdasmen agar sesuai dengan jumlah siswa riil di sekolah


sebelum batas waktu cut off data perhitungan lebih kurang salur.
Apabila dana BOS di BUD masih mencukupi, kekurangan salur di
sekolah dapat langsung diselesaikan. Namun apabila dana di BUD
tidak mencukupi, maka Tim BOS Provinsi mengajukan laporan
kekurangan kepada Tim BOS Pusat melalui laporan penyaluran untuk
disampaikan ke Kemenkeu sebagai dasar pencairan dana cadangan;
5. Bilamana terdapat sisa dana BOS di sekolah pada akhir tahun
anggaran, maka dana tersebut tetap milik sekolah dan harus
digunakan untuk kepentingan sekolah sesuai dengan RKAS dan
mengacu kepada juknis BOS tahun berjalan yang berlaku;
C.

Ketentuan Pemberian Dana


1. Dana BOS harus diterima secara utuh oleh sekolah melalui rekening
atas nama sekolah dan tidak diperkenankan adanya pemotongan atau
pungutan biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh pihak
manapun;
2. Pengambilan dana BOS dilakukan oleh Pemegang Kas Sekolah atas
persetujuan Kepala Sekolah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai

kebutuhan

dengan

peraturan yang berlaku.

menyisakan

saldo

minimum

sesuai

Saldo minimum ini bukan termasuk

pemotongan;
3. Dana BOS dalam suatu periode tidak harus habis dipergunakan pada
periode tersebut.

Besar penggunaan dana tiap bulan disesuaikan

dengan kebutuhan sekolah sebagaimana tertuang dalam Rencana


Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

- 41 -

BAB VI
PENGGUNAAN DANA
A.

Ketentuan Penggunaan Dana di Sekolah


1. Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan
dan keputusan bersama antara Tim BOS Sekolah, Dewan Guru dan
Komite Sekolah. Hasil kesepakatan di atas harus dituangkan secara
tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh
peserta rapat. Kesepakatan penggunaan dana BOS harus didasarkan
skala prioritas kebutuhan sekolah, khususnya untuk membantu
mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan/atau
Standar Nasional Pendidikan (SNP);
2. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan
operasional sekolah;
3. Bagi sekolah

yang telah

menerima

DAK,

tidak

diperkenankan

menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama. Sebaliknya


jika

dana

BOS

diperbolehkan,

tidak
maka

mencukupi

untuk

sekolah

dapat

pembelanjaan

yang

mempertimbangkan

penambahannya dari sumber pendapatan lain yang diterima oleh


sekolah dengan tetap memperhatikan peraturan terkait;
4. Biaya transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar
kewajiban jam mengajar harus mengikuti batas kewajaran yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah;
5. Bunga bank/jasa giro akibat adanya dana di rekening sekolah menjadi
milik sekolah dan digunakan untuk keperluan sekolah (SE Ditjen
Perbendaharaan Nomor: S-5965/PB/2010 tanggal 10 Agustus 2010
perihal Pemanfaatan Bunga Bank yang berasal dari Dana BOS di
rekening sekolah).
B.

Komponen Pembiayaan BOS Jenjang SD dan SMP


Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah wajib
menggunakan sebagian dana tersebut untuk membeli buku teks pelajaran
bagi siswa dan buku pegangan bagi guru sesuai dengan kurikulum yang
digunakan oleh sekolah.

- 42 -

Buku teks tersebut harus sudah dibeli oleh (tersedia di) sekolah sebelum
Tahun Pelajaran Baru dimulai.

Dengan demikian, sekolah dapat

menggunakan dana BOS triwulan II (bagi sekolah yang menerima


penyaluran triwulanan) atau semester I (bagi sekolah yang menerima
penyaluran semesteran) untuk membiayai pembelian buku teks.
Sekolah harus mencadangkan separuh dana BOS yang diterima di
triwulan II (untuk sekolah yang menerima penyaluran triwulanan) atau
sepertiga dari dana BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang
menerima penyaluran semesteran), atau 20% dari alokasi sekolah dalam
satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus
dibeli sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan di bawah. Dana
BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan
membayar pemesanan buku teks yang diperlukan, atau sudah memenuhi
kewajiban menyediakan buku sesuai ketentuan yang ditetapkan di bawah.
Apabila penggunaan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20% dana BOS yang telah dicadangkan, sekolah dapat menambahkan
dana tersebut dari dana yang ada.

Sebaliknya apabila dana yang

dicadangkan tersebut masih tersisa setelah sekolah memenuhi kebutuhan


buku teks yang telah ditentukan, maka sisa dana tersebut dapat
digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan
lainnya sebagaimana ditentukan pada ketentuan di bawah.
Ketentuan pembelian buku teks dijabarkan lebih rinci pada penjelasan
mengenai komponen pembiayaan di bawah.
1. Pengembangan Perpustakaan
a. Sekolah wajib membeli/menyediakan buku teks pelajaran untuk
siswa dan buku pegangan guru sesuai dengan kurikulum yang
digunakan oleh sekolah.

Buku teks pelajaran yang dibeli

mencakup pembelian buku teks pelajaran baru, mengganti buku


yang rusak, dan membeli kekurangan buku agar tercukupi rasio
satu siswa satu buku untuk tiap mata pelajaran atau tema.
Ketentuan pembelian/penyediaan buku dari dana BOS adalah
sebagai berikut:
i.

Jenjang Sekolah Dasar


1) Penyelenggara Kurikulum K-13

- 43 -

a) Sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013,


buku yang harus dibeli sekolah adalah buku untuk
setiap tema pada Kelas I dan Kelas IV semester II dan
Kelas II dan Kelas V semester I;
b) Sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013,
buku yang harus dibeli oleh sekolah adalah buku untuk
setiap tema pada Kelas I dan Kelas IV semester I;
c) Sekolah pelaksana sebagaimana tersebut pada butir a)
dan b) di atas, khusus Kelas IV harus membeli buku
untuk Mata Pelajaran Matematika dan Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) yang telah
ditetapkan oleh Kemdikbud;
d) Buku teks yang harus dibeli sekolah adalah buku teks
pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga
Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.
e) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh
siswa dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah.
Buku ini digunakan sebagai buku teks pelajaran
sepanjang tidak ada perubahan ketentuan buku teks
dari Kemdikbud.
2) Penyelenggara Kurikulum 2006
a) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah
buku untuk setiap mata pelajaran pada semua tingkat
kelas.

Jumlah

buku

yang

dibeli

adalah

untuk

mencukupi kekurangan akibat adanya penambahan


jumlah siswa dan akibat adanya buku lama yang rusak.
b) Buku teks pelajaran yang dibeli adalah buku teks
pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga
Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.
c) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh
siswa dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah.
Buku ini digunakan sebagai buku teks pelajaran
sepanjang tidak ada perubahan ketentuan buku teks
dari Kemdikbud.
ii. Jenjang Sekolah Menengah Pertama
1) Penyelenggara Kurikulum K-13

- 44 -

a) Buku yang harus dibeli sekolah adalah buku teks


pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada kelas 8 dan
kelas 9 sejumlah siswa dan buku pegangan guru untuk
setiap mata pelajaran pada kelas 8 dan kelas 9 sejumlah
guru mata pelajaran. Untuk kelas 7, jumlah buku yang
dibeli adalah untuk mencukupi kekurangan akibat
adanya penambahan jumlah siswa dan akibat adanya
buku lama yang rusak.
b) Bagi sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013
di tahun ini, buku yang harus dibeli adalah buku teks
pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada kelas 7
sejumlah siswa dan buku pegangan guru untuk setiap
mata pelajaran pada kelas 7 sejumlah guru mata
pelajaran;
c) Buku yang harus dibeli sekolah adalah buku teks
pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga
Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.
d) Buku teks pelajaran yang dibeli ini harus dijadikan
pegangan

oleh

siswa

dan

guru

dalam

proses

pembelajaran di sekolah. Buku ini digunakan sebagai


buku teks pelajaran sepanjang tidak ada perubahan
ketentuan buku teks dari Kemdikbud.
2) Penyelenggara Kurikulum 2006
a) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah
buku untuk setiap mata pelajaran pada semua tingkat
kelas.

Jumlah

buku

yang

dibeli

adalah

untuk

mencukupi kekurangan akibat adanya penambahan


jumlah siswa dan akibat adanya buku lama yang rusak.
b) Buku teks pelajaran yang dibeli adalah buku teks
pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga
Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.
c) Buku teks pelajaran yang dibeli ini harus dijadikan
pegangan

oleh

siswa

dan

guru

dalam

proses

pembelajaran di sekolah. Buku ini digunakan sebagai


buku teks pelajaran sepanjang tidak ada perubahan
ketentuan buku teks dari Kemdikbud.

- 45 -

b. Membeli buku bacaan, buku pengayaan dan buku referensi untuk


memenuhi SPM pendidikan dasar sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013;
c. Langganan koran, majalah/publikasi berkala yang terkait dengan
pendidikan, baik offline maupun online;
d. Pemeliharaan buku/koleksi perpustakaan, atau membeli yang
baru

apabila

buku/koleksi

yang

lama

sudah

tidak

dapat

digunakan atau kurang jumlahnya;


e. Peningkatan kompetensi tenaga perpustakaan;
f.

Pengembangan database perpustakaan;

g. Pemeliharaan perabot perpustakaan, atau membeli yang baru


apabila perabot yang lama sudah tidak dapat digunakan atau
jumlahnya kurang;
h. Pemeliharaan dan pembelian AC perpustakaan;
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan,

maka

penggunaan

dana

operasional

untuk

pengembangan perpustakaan paling sedikit 5% dari anggaran belanja


operasi sekolah sampai terpenuhinya Standar Pelayanan Minimal.
2. Kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru
a. Semua jenis pengeluaran dalam rangka penerimaan siswa baru
(termasuk pendaftaran ulang untuk siswa lama);
b. Semua

jenis

pengeluaran

dalam

rangka

pendataan

Dapodikdasmen, yaitu:
i.

Penggandaan/fotocopy formulir Dapodikdasmen;

ii. Biaya pemasukan, validasi, update dan pengiriman data. Yang


dapat dibayarkan untuk kegiatan ini adalah:
1) Bahan habis pakai (ATK);
2) Sewa internet (warnet), upload data secara online tidak
dapat dilakukan di sekolah;
3) Biaya transportasi, apabila upload data secara online tidak
dapat dilakukan di sekolah;
4) Honor

petugas

pendataan

Dapodikdasmen.

Kebijakan

pembayaran honor untuk petugas pendataan di sekolah


adalah sebagai berikut:

- 46 -

a) Kegiatan pendataan Dapodikdasmen diusahakan untuk


dikerjakan oleh tenaga administrasi berkompeten yang
sudah tersedia di sekolah (termasuk tenaga administrasi
BOS yang ada di SD), baik yang merupakan pegawai
tetap maupun tenaga honorer, sehingga sekolah tidak
perlu

menganggarkan

biaya

tambahan

untuk

pembayaran honor bulanan;


b) Apabila

tidak

berkompeten,

tersedia
sekolah

tenaga
dapat

administrasi

menugaskan

yang

petugas

pendataan lepas (outsourcing) yang dibayar sesuai


dengan

waktu

pekerjaan

(tidak

dibayarkan

dalam

bentuk honor rutin bulanan);


c) Standar

honor

Dapodikdasmen

untuk
mengikuti

petugas
standar

pendataan
biaya,

atau

ketentuan, atau kewajaran yang berlaku di daerah


sesuai dengan beban kerja.
c. Pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan.
3. Kegiatan Pembelajaran dan Ekstrakurikuler
a. Membeli/mengganti alat peraga IPA yang diperlukan sekolah untuk
memenuhi SPM di tingkat SD;
b. Mendukung penyelenggaraan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan (PAKEM) pada SD;
c. Mendukung penyelenggaraan pembelajaran kontekstual pada SMP;
d. Pengembangan pendidikan karakter, penumbuhan budi pekerti
dan kegiatan program pelibatan keluarga di sekolah;
e. Pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan;
f.

Pemantapan persiapan ujian;

g. Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka dan palang


merah remaja, dan ekstrakurikuler yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah lainnya;
h. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), termasuk peralatan dan obatobatan;

- 47 -

i.

Pendidikan dan pengembangan sekolah sehat, aman, ramah anak


dan menyenangkan;

j.

Pembiayaan lomba yang tidak dibiayai dari dana pemerintah/


pemda, termasuk untuk biaya transportasi dan akomodasi siswa/
guru dalam rangka mengikuti lomba dan biaya pendaftaran
mengikuti lomba;

k. Honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran dan di luar


kewajiban jam mengajar, serta biaya transportasinya.
Keterangan:
Untuk pelaksanaan yang sifatnya kegiatan, maka biaya yang dapat
dibayarkan dari dana BOS adalah ATK atau penggadaan materi, biaya
penyiapan tempat kegiatan, honor nara sumber lokal sesuai standar
biaya umum setempat, transportasi/konsumsi panitia dan nara
sumber apabila diperlukan sesuai ketentuan.
4. Kegiatan Ulangan dan Ujian
Kegiatan yang dapat dibiayai adalah kegiatan ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas,
dan ujian sekolah/nasional.

Komponen pembiayaan dari kegiatan

yang dapat dibayarkan adalah:


a. Fotocopy/penggandaan soal;
b. Fotocopy laporan pelaksanaan hasil ujian untuk disampaikan oleh
guru kepada Kepala Sekolah, serta dari Kepala Sekolah ke dinas
pendidikan dan ke orang tua;
c. Biaya transport pengawas ujian yang ditugaskan di luar sekolah
tempat mengajar, yang tidak dibiayai oleh pemerintah/pemerintah
daerah.
5. Langganan Daya dan Jasa
a. Biaya langganan listrik, air, dan telepon. Termasuk pemasangan
instalasi baru dan tambah daya apabila sudah ada jaringan di
sekitar sekolah;
b. Biaya langganan internet dengan cara pasca bayar maupun
prabayar, baik dengan fixed modem maupun dengan mobile
modem.

Termasuk pula untuk pemasangan baru apabila sudah

- 48 -

ada jaringan di sekitar sekolah.

Khusus penggunaan internet

dengan mobile modem, batas maksimal pembelian paket/voucher


adalah sebesar Rp. 250.000/bulan.

Adapun biaya langganan

internet melalui fixed modem disesuaikan dengan kebutuhan


sekolah.
c. Membeli/sewa genset atau jenis lainnya yang lebih cocok di daerah
tertentu misalnya panel surya, jika di sekolah tidak ada jaringan
listrik, termasuk perlengkapan pendukungnya.
6. Perawatan Sekolah/Rehab Ringan dan Sanitasi Sekolah
a. Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela;
b. Perbaikan mebeler, termasuk pembelian mebeler di kelas untuk
siswa/guru jika mebeler yang ada di kelas sudah tidak berfungsi
atau jumlahnya kurang mencukupi kebutuhan;
c. Perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan jamban/WC) untuk
menjamin kamar mandi dan jamban/WC siswa berfungsi dengan
baik;
d. Perbaikan saluran pembuangan dan saluran air hujan;
e. Perbaikan lantai dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
7. Pembayaran Honorarium Bulanan
a. Guru honorer (hanya untuk memenuhi SPM);
b. Tenaga administrasi (tenaga yang melaksanakan administrasi
sekolah termasuk melakukan tugas sebagai petugas pendataan
Dapodikdasmen), termasuk tenaga administrasi BOS untuk SD;
c. Pegawai perpustakaan;
d. Penjaga sekolah;
e. Petugas satpam;
f.

Petugas kebersihan;

Keterangan:
a. Batas maksimum penggunaan dana BOS untuk membayar honor
bulanan guru/tenaga kependidikan dan non kependidikan honorer
di sekolah negeri adalah 15% (lima belas persen) dari total dana

- 49 -

BOS yang diterima, sementara di sekolah swasta maksimal 50%


(lima puluh persen) dari total dana BOS yang diterima.
b. Setiap

pengangkatan

baru

untuk

guru/tenaga

kependidikan

honorer yang dilakukan oleh sekolah harus dilaporkan ke dinas


pendidikan kabupaten/kota untuk mendapatkan pertimbangan
dan persetujuan terkait prinsip beban mengajar di sekolah, serta
pemerataan

penyebaran

guru

dan

tenaga

kependidikan

di

kabupaten/kota.
8. Pengembangan Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan
a. Kegiatan KKG/MGMP atau KKKS/MKKS. Bagi sekolah yang
memperoleh hibah/block grant pengembangan KKG/MGMP atau
sejenisnya pada tahun anggaran yang sama, hanya diperbolehkan
menggunakan dana BOS untuk biaya transport kegiatan apabila
tidak disediakan oleh hibah/block grant tersebut;
b. Menghadiri seminar yang terkait langsung dengan peningkatan
mutu guru dan tenaga kependidikan, apabila ditugaskan oleh
sekolah. Biaya yang dapat dibayarkan adalah biaya pendaftaran,
transportasi dan akomodasi apabila seminar diadakan di luar
sekolah;
c. Mengadakan

workshop/lokakarya

untuk

peningkatan

mutu,

seperti dalam rangka pemantapan penerapan kurikulum/silabus,


pemantapan kapasitas guru dalam rangka penerapan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pengembangan dan penerapan
program penilaian kepada siswa. Biaya yang dapat dibayarkan
adalah fotocopy, serta konsumsi guru peserta workshop/lokakarya
yang diadakan di sekolah dan biaya nara sumber dari luar sekolah
dengan mengikuti standar biaya umum (SBU) daerah;
Dana BOS tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang
sama yang telah dibiayai oleh pemerintah/pemda.
9. Pembiayaan Pengelolaan Sekolah
a. Pembelian buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan
praktikum, buku induk siswa, buku inventaris;
b. Pembelian alat tulis kantor (termasuk tinta printer, CD dan flash
disk);

- 50 -

c. Pembelian minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan


sehari-hari di sekolah;
d. Pengadaan suku cadang alat kantor;
e. Pembelian alat-alat kebersihan dan alat listrik.
f.

Penggandaan

laporan

dan

surat-menyurat

untuk

keperluan

sekolah;
g. Insentif bagi tim penyusun laporan BOS;
h. Biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di bank/
kantor pos;
i.

Transportasi dalam rangka koordinasi dan pelaporan ke Dinas


Pendidikan Kabupaten/Kota. Khusus untuk SDLB/SMPLB/SLB
dalam rangka koordinasi dan pelaporan ke Dinas Pendidikan
Provinsi;

j.

Biaya pertemuan dalam rangka penyusunan RPS/RKT/RKAS,


kecuali untuk pembayaran honor;

k. Biaya untuk mengembangkan dan pemeliharaan laman sekolah


dengan domain sch.id;
l.

Pembelian peralatan/perlengkapan yang menunjang operasional


rutin di sekolah, seperti bel, sound system dan speaker untuk
upacara, teralis jendela, dan perlengkapan sejenis lainnya

10. Pembelian dan Perawatan Perangkat Komputer


a. Membeli komputer desktop/work station berupa PC/All in One
Computer untuk digunakan dalam proses pembelajaran, dimana
jumlah maksimum bagi SD 5 unit/tahun dan bagi SMP 5
unit/tahun. Selain untuk membeli, dana BOS boleh digunakan
untuk perbaikan atau upgrade komputer desktop/work station
milik sekolah;
b. Membeli

printer

atau

printer

plus

scanner,

dimana

jumlah

maksimum yang dapat dibeli adalah 1 unit/tahun. Selain untuk


membeli, dana BOS boleh digunakan untuk perbaikan printer milik
sekolah;
c. Membeli laptop, dimana jumlah maksimum yang dapat dibeli
adalah 1 unit/tahun dengan harga maksimum Rp 10.000.000,-

- 51 -

(sepuluh juta rupiah).

Selain untuk membeli, dana BOS boleh

digunakan untuk perbaikan atau upgrade laptop milik sekolah;


d. Membeli proyektor, dimana jumlah maksimum yang dapat dibeli
adalah 5 unit/tahun dengan harga tiap unit maksimum Rp
7.000.000,- (tujuh juta rupiah). Selain untuk membeli, dana BOS
boleh digunakan untuk perbaikan proyektor milik sekolah;
Keterangan:
a. Komputer desktop/workstation, printer/printer scanner, laptop dan
proyektor harus dibeli di penyedia barang yang memberikan
garansi resmi;
b. Proses pengadaan barang oleh sekolah harus mengikuti peraturan
yang berlaku;
c. Peralatan di atas harus dicatat sebagai inventaris sekolah.
11. Biaya Lainnya
Apabila seluruh komponen 1-10 telah terpenuhi pembiayaannya,
maka dana BOS dapat digunakan untuk keperluan lainnya, dimana
penggunaan dana ini harus diputuskan melalui rapat dengan dewan
guru dan komite sekolah. Pembiayaan yang dapat dibiayai adalah:
a. Peralatan

pendidikan

yang

mendukung

kurikulum

yang

diberlakukan oleh Pemerintah;


b. Membangun jamban/WC beserta sanitasinya, dan kantin sehat,
bagi SD/SDLB yang belum memiliki prasarana tersebut;
c. Mesin ketik untuk kebutuhan kantor;
d. Penanggulangan dampak darurat bencana, khusus selama masa
tanggap darurat, misalnya pembelian masker.
Khusus untuk SMP Terbuka, dana BOS dapat digunakan juga untuk
kegiatan berikut:
1. Supervisi oleh Kepala Sekolah, maksimal sebesar Rp 150.000,-/bulan;
2. Supervisi oleh Wakil Kepala SMP Terbuka, maksimal sebesar Rp
150.000,-/bulan;

- 52 -

3. Kegiatan tatap muka di sekolah induk oleh Guru Bina, rata-rata


maksimal sebesar Rp 150.000,-/bulan tetapi secara proporsional
disesuaikan dengan beban mengajarnya;
4. Kegiatan pembimbingan di TKB oleh Guru Pamong, masing-masing
maksimal sebesar Rp 150.000,-/bulan;
5. Kegiatan administrasi ketatausahaan oleh petugas Tata Usaha (1
orang), maksimal sebesar Rp 100.000,-/bulan;
6. Pengelolaan kegiatan pembelajaran oleh Pengelola TKB Mandiri
maksimal sebesar Rp 150.000,-/bulan.
Penanggung jawab pengelolaan dan penggunaan dana BOS untuk SMPT/
TKB Mandiri adalah Kepala SMP induk.
C.

Komponen Pembiayaan BOS Jenjang SMA/SMALB


Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, kewajiban utama
penggunaan dana BOS adalah membeli/menyediakan buku teks pelajaran
bagi siswa dan buku pegangan bagi guru sesuai dengan kurikulum yang
digunakan oleh sekolah.

Buku teks tersebut harus sudah dibeli oleh

(tersedia di) sekolah sebelum Tahun Pelajaran baru dimulai.

Dengan

demikian, sekolah dapat menggunakan dana BOS triwulan II (bagi sekolah


yang menerima penyaluran triwulanan) atau semester I (bagi sekolah yang
menerima penyaluran semesteran) untuk membiayai pembelian buku
teks.
Sekolah harus mencadangkan separuh dana BOS yang diterima di
triwulan II (untuk sekolah yang menerima penyaluran triwulanan) atau
sepertiga dari dana BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang
menerima penyaluran semesteran), atau 20% dari alokasi sekolah dalam
satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus
dibeli sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan di bawah. Dana
BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan
membayar pemesanan buku teks yang diperlukan, atau sudah memenuhi
kewajiban menyediakan buku sesuai ketentuan yang ditetapkan di bawah.
Apabila penggunaan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20% dana BOS yang telah dicadangkan, sekolah dapat menambahkan
dana tersebut dari dana yang ada.

Sebaliknya apabila dana yang

- 53 -

dicadangkan tersebut masih tersisa setelah sekolah memenuhi kebutuhan


buku teks yang telah ditentukan, maka sisa dana tersebut dapat
digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan
lainnya sebagaimana ditentukan pada ketentuan di bawah.
1. Pembelian Buku
a. Sekolah wajib membeli/menyediakan buku teks pelajaran yang
terdiri dari buku teks pelajaran untuk siswa dan buku pegangan
guru sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Buku teks yang dibeli mencakup pembelian buku mata pelajaran
baru, mengganti buku yang rusak, dan membeli kekurangan buku
agar tercukupi rasio satu siswa satu buku untuk tiap mata
pelajaran.
Ketentuan pembelian/penyediaan buku teks pelajaran dari dana
BOS adalah sebagai berikut:
i.

Penyelenggara Kurikulum 2013


1) Buku yang harus dibeli sekolah adalah buku teks pelajaran
siswa untuk setiap mata pelajaran pada kelas 11 dan kelas
12 sejumlah siswa dan buku pegangan guru untuk setiap
mata pelajaran pada kelas 11 dan kelas 12 sejumlah guru
mata pelajaran tersebut.

Untuk kelas 10, jumlah buku

yang dibeli adalah untuk mencukupi kekurangan akibat


adanya penambahan jumlah siswa dan akibat adanya buku
lama yang rusak.
2) Bagi

sekolah

yang

baru

melaksanakan

pembelajaran

Kurikulum 2013 di tahun ini, buku yang harus dibeli


adalah buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran
pada kelas 10 sejumlah siswa dan buku pegangan guru
untuk setiap mata pelajaran pada kelas 10 sejumlah guru
mata pelajaran;
3) Buku yang dibeli sekolah adalah buku teks pelajaran yang
telah

dinilai

dan

telah

ditetapkan

Harga

Eceran

Tertingginya (HET) oleh Kemdikbud.


4) Khusus untuk buku teks pelajaran peminatan SMA, buku
yang dapat dibeli sekolah terdiri dari buku siswa dan buku

- 54 -

panduan guru yang telah dinilai dan atau ditetapkan oleh


Kemdikbud.
5) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh siswa
dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku ini
digunakan sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak ada
perubahan ketentuan buku teks pelajaran dari Kemdikbud.
ii. Penyelenggara Kurikulum 2006
1) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah buku
untuk setiap mata pelajaran pada semua tingkat kelas.
Jumlah

buku

yang

dibeli

adalah

untuk

mencukupi

kekurangan akibat adanya penambahan jumlah siswa dan


akibat adanya buku lama yang rusak.
2) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah
buku-buku yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga
Eceran Tertingginya (HET) oleh Kemdikbud.
3) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh siswa
dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku ini
digunakan sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak ada
perubahan ketentuan buku teks dari Kemdikbud.
b. Sekolah dapat membeli/menyediakan buku non teks pelajaran
untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.

Buku non

teks pelajaran yang dibeli harus mengacu kepada aturan yang


ditetapkan oleh Kemdikbud.
Selanjutnya setelah kebutuhan buku teks pelajaran terpenuhi, sekolah
dapat

menggunakan

dana

BOS

yang

diterima

untuk

membiayai

komponen kegiatan operasional non personalia lainnya dengan urutan


prioritas sebagaimana berikut:
2. Pengadaan Alat Habis Pakai Praktikum Pembelajaran SMA/SMALB
a. Pembelian

alat-alat

habis

pakai

praktikum

dalam

materi

pembelajaran SMA/SMALB, antara lain praktikum IPA, IPS,


bahasa, komputer, olahraga, kesenian, dan keterampilan;
b. Pembelian peralatan praktikum IPA, antara lain preparat, sendok,
baterai, dan alat lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktikum IPA;

- 55 -

c. Pembelian peralatan

praktikum IPS, antara lain batuan, bola

dunia, peta, dan alat lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan


praktikum IPS;
d. Pembelian peralatan praktikum Bahasa, antara lain CD, kaset,
headset, dan alat lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktikum bahasa;
e. Pembelian suku cadang alat praktikum komputer, antara lain CD,
mouse, keyboard, dan suku cadang lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan praktikum komputer;
f.

Pembelian peralatan praktek olahraga, antara lain raket, bat, net,


dan alat lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktek
olahraga;

g. Pembelian peralatan praktek kesenian, antara lain gitar, seruling,


dan alat musik lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktek kesenian;
h. Pembelian peralatan praktek keterampilan, antara lain pahat, palu,
transistor, dan alat lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktek keterampilan;
i.

Biaya konsumsi dan transportasi dalam pembelian alat habis pakai


praktikum pembelajaran SMA/SMALB.

3. Pengadaan Bahan Habis Pakai Praktikum Pembelajaran SMA/SMALB


a. Pembelian bahan-bahan habis pakai praktikum dalam materi
pembelajaran antara lain: praktikum IPA, IPS, bahasa, komputer,
olahraga, kesenian, dan keterampilan;
b. Pembelian bahan praktikum IPA, antara lain HCl, formalin,
aquadest, dan bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktikum IPA;
c. Pembelian bahan praktikum IPS, antara lain format chart, dan
bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum IPS;
d. Pembelian bahan praktikum Bahasa, antara lain headcleaner, dan
bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum
bahasa;

- 56 -

e. Pembelian bahan praktikum komputer, antara lain tinta/toner, dan


bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum
komputer;
f.

Pembelian bahan praktikum olahraga, antara lain bola, shuttlecock,


dan bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktek
olahraga;

g. Pembelian bahan praktikum kesenian, antara lain cat air, kuas,


dan bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum
kesenian;
h. Pembelian bahan praktikum keterampilan dan kewirausahaan,
antara lain bahan makanan khas daerah, benih-benih pertanian,
bahan tenun dan lainnya, dan bahan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum keterampilan dan kewirausahaan;
i.

Biaya konsumsi dan transportasi dalam pembelian bahan habis


pakai praktikum pembelajaran SMA/SMALB.

4. Pembiayaan Pengelolaan Sekolah


a. Pembelian alat dan atau bahan habis pakai yang dibutuhkan
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan administrasi kantor,
antara lain buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, CD,
flashdisk, tinta printer, buku induk siswa, buku inventaris, buku
rapor, buku induk guru, dan alat bahan sejenisnya;
b. Pembelian peralatan kebersihan sekolah;
c. Pembelian peralatan kesehatan dan keselamatan antara lain obatobatan, tandu, stetoskop, tabung oksigen, tabung pemadam
kebakaran, dan alat sejenisnya.
menimbulkan aset, maka

Jika peralatan yang dibeli

selanjutnya harus dicatatkan sebagai

inventaris sekolah;
d. Pembiayaan pengelolaan Program BOS SMA/SMALB, yang terdiri
dari:
i.

Pembiayaan rapat di sekolah dalam rangka penyusunan


RKT/RKAS, evaluasi pelaksanaan program BOS serta kegiatan
rapat lain yang relevan dengan pelaksanaan program BOS.
Pembiayaan rapat meliputi pembelian alat dan atau bahan
habis pakai, konsumsi dan transportasi;

- 57 -

ii. Transportasi

dalam

rangka

pengambilan

dana

BOS

di

Bank/Kantor Pos;
iii. Transportasi dalam rangka koordinasi dan pelaporan program
BOS ke Dinas Pendidikan Provinsi;
iv. Biaya penyusunan dan pengiriman laporan BOS kepada Dinas
Pendidikan Provinsi;
e. Pembiayaan surat-menyurat untuk keperluan sekolah;
f.

Pembiayaan untuk membangun dan atau mengembangkan serta


pemeliharaan

website

sekolah

dengan

domain

sch.id.

Pembiayaan meliputi pembelian domain, konsumsi, transportasi,


dan jasa profesi pengembang website.
g. Pendataan SMA/SMALB melalui aplikasi Dapodikdasmen, dengan
ketentuan sebagai berikut:
i.

Biaya yang dikeluarkan dalam rangka keseluruhan rangkaian


tahapan

kegiatan

pendataan

Dapodikdasmen,

meliputi

pemasukan data; validasi; updating; dan sinkronisasi data


individual SMA ke dalam aplikasi Dapodikdasmen.

Data

individual SMA yang dimaksud meliputi data profil sekolah;


data siswa; data sarana dan prasarana, serta data pendidik dan
tenaga kependidikan.
ii. Pembiayaan kegiatan pada butir i) di atas meliputi:
1) Penggandaan formulir Dapodikdasmen;
2) Alat dan atau bahan habis pakai pendukung kegiatan;
3) Konsumsi dan transportasi kegiatan pemasukan data,
validasi, updating, dan sinkronisasi;
4) Sewa internet (warnet) dan biaya transportasi menuju
warnet, apabila tahapan kegiatan pendataan tidak dapat
dilakukan

di

sekolah

karena

permasalahan

jaringan

internet;
5) Honor petugas pendataan Dapodikdasmen.

Kebijakan

pembayaran honor untuk petugas pendataan di sekolah


mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) Kegiatan pendataan Dapodikdasmen diupayakan untuk
dikerjakan oleh tenaga administrasi berkompeten yang
sudah tersedia

di sekolah, baik yang merupakan

- 58 -

pegawai

tetap

maupun

tenaga

honorer,

sehingga

sekolah tidak perlu menganggarkan biaya tambahan


untuk pembayaran honor bulanan;
b) Apabila

tidak

berkompeten,

tersedia
sekolah

tenaga
dapat

administrasi

menugaskan

yang

petugas

pendataan lepas (outsourcing) yang dibayar sesuai


dengan waktu pekerjaan atau per kegiatan (tidak
dibayarkan dalam bentuk honor rutin bulanan).
h. Khusus untuk SMA/SMALB yang berada di daerah terpencil dan
belum ada jaringan listrik dapat menyewa atau membeli genset
atau panel surya termasuk peralatan pendukungnya, tergantung
mana yang dirasakan lebih cocok di daerah tersebut.

Jika

peralatan dimaksud dibeli oleh sekolah, maka selanjutnya harus


dicatatkan sebagai inventaris sekolah.
i.

Khusus untuk SMA/SMALB yang berada di daerah yang terjadi


bencana alam, dana BOS dapat digunakan untuk membiayai
penanggulangan dampak darurat bencana khususnya selama
masa tanggap darurat, misalnya pembelian masker.

5. Langganan Daya dan Jasa


a. Biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang mendukung
kegiatan pembelajaran di sekolah, antara lain listrik, telepon, air,
langganan koran, majalah/publikasi berkala yang terkait dengan
pendidikan, baik offline maupun online, dan iuran kebersihan/
sampah;
b. Biaya pemasangan instalasi listrik baru apabila sudah ada
jaringan di sekitar sekolah serta penambahan daya listrik;
c. Biaya langganan internet dengan cara berlangganan maupun
prabayar, baik dengan fixed modem maupun dengan mobile
modem.

Termasuk pula untuk pemasangan baru apabila sudah

ada jaringan di sekitar sekolah.

Khusus untuk penggunaan

internet

batas

dengan

mobile

modem,

maksimal

pembelian

paket/voucher adalah sebesar Rp. 250.000/bulan. Adapun biaya


langganan internet melalui fixed modem disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah.

- 59 -

6. Penyelenggaraan Evaluasi Pembelajaran


a. Kegiatan

evaluasi

pembelajaran

yang

dapat

dibiayai

adalah

kegiatan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir


semester, ulangan kenaikan kelas, dan ujian nasional (paper based
dan atau berbasis komputer) serta ujian sekolah berstandar
nasional;
b. Komponen pembiayaan dari kegiatan pada butir a di atas meliputi:
i.

Fotokopi/penggandaan naskah soal dan lembar jawaban;

ii. Fotokopi laporan pelaksanaan hasil ujian untuk disampaikan


oleh guru kepada Kepala Sekolah, serta dari Kepala Sekolah ke
Dinas Pendidikan Provinsi dan atau ke orang tua;
iii. Biaya

konsumsi

penyelenggaran

kegiatan

evaluasi

pembelajaran dan pemeriksaan hasil ujian di sekolah;


iv. Biaya transportasi dalam rangka penyampaian hasil ujian ke
Dinas Pendidikan Provinsi;
v. Biaya transportasi pengawas ujian yang ditugaskan di luar
sekolah tempat mengajar, yang tidak dibiayai oleh pemerintah/
pemerintah daerah;
7. Kegiatan Penerimaan Siswa Baru
Biaya dalam rangka penerimaan siswa baru (termasuk pendaftaran
ulang untuk siswa lama), antara lain:
a. Penggandaan formulir pendaftaran;
b. Administrasi pendaftaran;
c. Penentuan peminatan/psikotest;
d. Publikasi (pembuatan spanduk, brosur, dan lainnya);
e. Layanan online Penerimaan Siswa Baru;
f.

Biaya masa orientasi siswa baru;

g. Konsumsi penyelenggaraan kegiatan dan transportasi


8. Kegiatan Pembelajaran/Intra Kurikuler dan Ekstra Kurikuler
a. Pembiayaan kegiatan pembelajaran/intra kurikuler seperti:
i.

Pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan;

- 60 -

ii. Pemantapan persiapan ujian;


iii. Pelaksanaan try out dan lainnya;
b. Pembiayaan kegiatan pembinaan siswa melalui ekstra kurikuler
seperti:
i.

Ekstra kurikuler kesiswaan, antara lain OSIS, Pramuka, PMR,


UKS, KIR, Kegiatan Kepemimpinan dan Bela Negara dan
lainnya;

ii. Ekstra kurikuler olahraga dan kesenian, antara lain voli,


pencak silat, karate, seni tari, marching band dan lainnya.
c. Pembiayaan

kegiatan

pengembangan

pendidikan

karakter/

penumbuhan budi pekerti;


d. Pembiayaan kegiatan pengembangan sekolah sehat, aman, ramah
anak dan menyenangkan;
e. Cakupan pembiayaan untuk kegiatan pada butir a sampai d
meliputi pembelian alat dan atau bahan habis pakai, sewa fasilitas
bilamana

sekolah

tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan,

konsumsi, transportasi, honor guru pembimbing dan jasa profesi


bagi nara sumber dari luar sekolah. (jika diperlukan).
f.

Pembiayaan kegiatan program pelibatan keluarga di sekolah, yang


meliputi alat dan atau bahan habis pakai pendukung kegiatan
serta konsumsi/transportasi panitia dan jasa profesi bagi nara
sumber dari luar sekolah (jika diperlukan);

9. Pemeliharaan dan Perawatan Sarana/Prasarana Sekolah


Biaya

untuk

memelihara

dan

merawat

sarana

dan

prasarana

SMA/SMALB agar tetap berfungsi dan layak digunakan, meliputi:


a. Perbaikan pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan
jendela, perbaikan mebeler ruang belajar, perbaikan perabot
laboratorium,

perabot

perpustakaan,

perbaikan

lantai

ubin/

keramik, perbaikan plafond, penggantian lampu/bohlam dan


perbaikan lainnya yang sifatnya agar sarana dan prasarana
sekolah agar tetap berfungsi dan layak digunakan untuk kegiatan
pembelajaran;
b. Perawatan dan perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi, WC dan
saluran air kotor) agar tetap dapat berfungsi dengan baik;

- 61 -

c. Perawatan dan perbaikan instalasi listrik sekolah;


d. Perawatan dan perbaikan saluran pembuangan dan saluran air
hujan;
e. Perawatan dan perbaikan komputer, printer, laptop sekolah, LCD,
dan AC;
f.

Perawatan dan perbaikan peralatan praktikum agar tetap berfungsi


dan layak digunakan untuk kegiatan pembelajaran;

g. Pemeliharaan dan perbaikan taman sekolah dan fasilitas sekolah


lainnya;
Untuk seluruh pembiayaan di atas dapat dikeluarkan pembayaran
upah tukang dan bahan, transportasi dan konsumsi.
10. Pembiayaan

Kegiatan

Peningkatan

Kualitas

Pembelajaran

dan

Manajemen Sekolah
a. Pembiayaan untuk penyelenggaraan kegiatan MGMP dan MKKS di
sekolah.

Bagi

sekolah

yang

memperoleh

hibah/blockgrant

pengembangan MGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang


sama, hanya diperbolehkan menggunakan dana BOS untuk biaya
transportasi

kegiatan

apabila

tidak

disediakan

oleh

hibah/

blockgrant tersebut;
b. Pembiayaan untuk mengadakan kegiatan di sekolah semacam In
House Training

(IHT)/workshop/lokakarya

untuk peningkatan

mutu, seperti dalam rangka pemantapan penerapan kurikulum/


silabus, pemantapan kapasitas guru dalam rangka penerapan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pengembangan dan
penerapan program penilaian kepada siswa;
c. Pembiayaan pada butir a dan b di atas, meliputi fotokopi bahan/
materi, pembelian alat dan atau bahan habis pakai, konsumsi,
transportasi dan jasa profesi bagi nara sumber dari luar sekolah
(jika diperlukan).
11. Pembelian Peralatan Komputer Pembelajaran
a. Membeli komputer desktop/work station berupa PC/All in One
Computer untuk digunakan dalam proses pembelajaran, dengan
jumlah maksimal yang dapat dibeli adalah 5 (lima) unit/tahun;

- 62 -

b. Membeli printer atau printer plus scanner, dengan jumlah maksimal


yang dapat dibeli adalah 1 (satu) unit/tahun;
c. Membeli laptop untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
dengan jumlah maksimal yang dapat dibeli adalah 1 (satu) unit/
tahun dan harga maksimal Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);
d. Membeli

proyektor/LCD

untuk

digunakan

dalam

proses

pembelajaran, dengan jumlah maksimal yang dapat dibeli adalah 5


(lima) unit/tahun dengan harga maksimum Rp 7.000.000,- (tujuh
juta rupiah);
e. Keterangan:
i.

Komputer desktop/workstation, printer/printer scanner, laptop


dan

proyektor

harus

dibeli

di

penyedia

barang

yang

memberikan garansi resmi;


ii. Proses pengadaan barang oleh sekolah harus mengikuti
peraturan yang berlaku;
iii. Peralatan di atas harus dicatat sebagai aset/inventaris sekolah.
Ketentuan tambahan mengenai pembiayaan BOS SMA/SMALB:
1. Dana BOS tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang
sama yang telah dibiayai oleh pemerintah/pemerintah daerah/
partisipasi masyarakat;
2. Ketentuan terkait penggunaan konsumsi, transportasi, dan honor
mengikuti ketentuan daerah setempat yang ditetapkan;
3. Ketentuan terkait jasa profesi hanya diberikan kepada narasumber
yang mewakili instansi resmi di luar sekolah, misalnya Kwarda, KONI
daerah, BNN, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, unsur keagamaan,
dan lainnya berdasar atas surat tugas yang dikeluarkan oleh instansi
yang diwakilinya;
4. Standar biaya untuk konsumsi, transportasi, jasa profesi dan upah
tukang sesuai dengan standar biaya setempat yang ditetapkan;
5. Standar biaya untuk honor petugas pendataan Dapodikdasmen dan
guru pembimbing sesuai dengan standar biaya, atau ketentuan, atau
kewajaran yang berlaku di daerah sesuai dengan beban kerja yang
ditetapkan.

- 63 -

D.

Komponen Pembiayaan BOS Jenjang SMK


Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, kewajiban utama
penggunaan dana BOS adalah membeli/menyediakan buku teks pelajaran
bagi siswa dan buku pegangan bagi guru sesuai dengan kurikulum yang
digunakan oleh sekolah.

Buku teks tersebut harus sudah dibeli oleh

(tersedia di) sekolah sebelum Tahun Pelajaran baru dimulai.

Dengan

demikian, sekolah dapat menggunakan dana BOS triwulan II (bagi sekolah


yang menerima penyaluran triwulanan) atau semester I (bagi sekolah yang
menerima penyaluran semesteran) untuk membiayai pembelian buku
teks.
Sekolah harus mencadangkan separuh dana BOS yang diterima di
triwulan II (untuk sekolah yang menerima penyaluran triwulanan) atau
sepertiga dari dana BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang
menerima penyaluran semesteran), atau 20% dari alokasi sekolah dalam
satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus
dibeli sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan di bawah. Dana
BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan
membayar pemesanan buku teks yang diperlukan, atau sudah memenuhi
kewajiban menyediakan buku sesuai ketentuan penggunaan BOS yang
ditetapkan di bawah.
Apabila penggunaan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20% dana BOS yang telah dicadangkan, sekolah dapat menambahkan
dana tersebut dari dana yang ada.

Sebaliknya apabila dana yang

dicadangkan tersebut masih tersisa setelah sekolah memenuhi kebutuhan


buku teks yang telah ditentukan, maka sisa dana tersebut dapat
digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan
lainnya sebagaimana ditentukan pada ketentuan penggunaan BOS di
bawah.
Ketentuan penggunaan BOS Jenjang SMK adalah sebagai berikut:
1. Pembelian Buku
a. Sekolah wajib membeli/menyediakan buku teks pelajaran yang
terdiri dari buku teks pelajaran untuk siswa dan buku pegangan
guru sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Buku teks yang dibeli mencakup pembelian buku mata pelajaran

- 64 -

baru, mengganti buku yang rusak, dan membeli kekurangan buku


agar tercukupi rasio satu siswa satu buku untuk tiap mata
pelajaran. Ketentuan pembelian/penyediaan buku dari dana BOS
SMK adalah sebagai berikut:
i.

Penyelenggara Kurikulum K-13


1) Buku yang harus dibeli sekolah adalah buku teks pelajaran
siswa untuk setiap mata pelajaran pada kelas 11 dan kelas
12 sejumlah siswa dan buku pegangan guru untuk setiap
mata pelajaran pada kelas 11 dan kelas 12 sejumlah guru
mata pelajaran tersebu Untuk kelas 10, jumlah buku yang
dibeli adalah untuk mencukupi kekurangan akibat adanya
penambahan jumlah siswa dan akibat adanya buku lama
yang rusak.
2) Bagi

sekolah

yang

baru

melaksanakan

pembelajaran

Kurikulum 2013 di tahun ini, buku yang harus dibeli


adalah buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran
pada kelas 10 sejumlah siswa dan buku pegangan guru
untuk setiap mata pelajaran pada kelas 10 sejumlah guru
mata pelajaran;
3) Buku yang dibeli sekolah adalah buku teks pelajaran yang
telah

dinilai

dan

telah

ditetapkan

Harga

Eceran

Tertingginya (HET) oleh Kemdikbud.


4) Khusus untuk buku kejuruan, buku yang dapat dibeli
sekolah terdiri dari buku siswa dan buku panduan guru.
5) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh siswa
dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku ini
digunakan sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak ada
perubahan ketentuan buku teks pelajaran dari Kemdikbud.
ii. Penyelenggara Kurikulum 2006
1) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah buku
untuk setiap mata pelajaran pada semua tingkat kelas.
Jumlah

buku

yang

dibeli

adalah

untuk

mencukupi

kekurangan akibat adanya penambahan jumlah siswa dan


akibat adanya buku lama yang rusak.

- 65 -

2) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah


buku-buku yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga
Eceran Tertingginya (HET) oleh Kemdikbud.
3) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh siswa
dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku ini
digunakan sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak ada
perubahan ketentuan buku teks dari Kemdikbud.
4) Khusus untuk buku kejuruan, buku yang dapat dibeli
sekolah terdiri dari buku siswa dan buku panduan guru
b. Sekolah dapat membeli/menyediakan buku non teks pelajaran
untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.

Buku non

teks pelajaran yang dibeli harus mengacu kepada aturan yang


ditetapkan oleh Kemdikbud.
2. Pengadaan Alat Habis Pakai Praktikum Pembelajaran SMK
a. Pembelian alat habis pakai yang ditujukan untuk mendukung
proses pembelajaran teori dan praktikum kejuruan;
b. Pembelian alat habis pakai praktikum kejuruan/teaching factory;
c. Pembelian peralatan ringan/handtools, antara lain obeng, tang,
dan alat ringan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktikum;
d. Pembelian peralatan praktikum IPA, antara lain preparat, sendok,
baterai, dan alat lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktikum IPA;
e. Pembelian peralatan praktikum bahasa, antara lain CD, kaset,
headset, dan alat lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktikum bahasa;
f.

Pembelian suku cadang alat praktikum komputer, antara lain CD,


mouse, keyboard, dan suku cadang lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan praktikum komputer;

g. Pembelian alat praktek olahraga, antara lain raket, bat, net, dan
alat olahraga lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktek
olahraga;

- 66 -

h. Pembelian alat praktek kesenian, antara lain gitar, seruling, dan


alat musik lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktek
kesenian;
i.

Biaya transportasi dan konsumsi dalam pembelian alat habis pakai


praktikum pembelajaran SMK.

3. Pengadaan Bahan Habis Pakai Praktikum Pembelajaran SMK


a. Pembelian bahan habis pakai ditujukan untuk pembelian bahanbahan praktikum dalam materi kejuruan, yaitu bahan praktikum
kejuruan;
b. Pembelian

bahan

praktikum

teaching

factory/kewirausahaan,

antara lain bahan las, bahan perakitan, dan bahan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan praktikum kewirausahaan;
c. Pembelian bahan praktikum IPA, antara lain HCl, formalin,
aquadest, dan bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
praktikum IPA;
d. Pembelian bahan praktikum bahasa, antara lain headcleaner, CD,
dan bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum
bahasa;
e. Pembelian bahan praktikum komputer, antara lain tinta/toner, CD,
dan bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum
komputer;
f.

Pembelian bahan praktik olah raga, antara lain bola, shuttlecock,


dan bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktek
olahraga;

g. Pembelian bahan praktik kesenian, antara lain cat air, kuas, dan
bahan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktek
kesenian;
h. Biaya konsumsi dan transportasi dalam pembelian bahan dengan
ketentuan standar biayanya mengikuti ketentuan daerah setempat
yang ditetapkan habis pakai praktikum pembelajaran SMK.
4. Pembiayaan Pengelolaan Sekolah
a. Pembelian alat tulis kantor yang dibutuhkan dalam mendukung (i)
kegiatan pembelajaran, (ii) administrasi kantor (iii) administrasi

- 67 -

bursa kerja khusus, (iv) penyiapan lembaga sertifikasi profesi


pihak pertama (LSP-P1) antara lain buku tulis, kapur tulis, pensil,
spidol, kertas, CD, flashdisk, toner, buku induk siswa, buku
inventaris, buku raport, buku induk guru, dan alat bahan
sejenisnya;
b. Pembelian peralatan kebersihan sekolah, antara lain sapu, alat pel,
tempat sampah, cairan pembersih lantai, dan lainnya;
c. Pembelian peralatan kesehatan dan keselamatan antara lain:
tandu, stetoskop, tabung oksigen, tabung pemadam kebakaran,
dan alat sejesnisnya. Jika peralatan yang dibeli menimbulkan aset,
maka selanjutnya harus dicatatkan sebagai inventaris sekolah;
d. Pengembangan Perpustakaan, antara lain pemeliharaan buku/
koleksi

perpustakaan;

perpustakaan;

peningkatan

pengembangan

kompetensi

database

tenaga

perpustakaan;

pemeliharaan dan pembelian perabot perpustakaan; pemeliharaan


dan pembelian AC perpustakaan;
e. Pembiayaan Pengelolaan BOS SMK, terdiri dari:
i.

Pembiayaan rapat di sekolah dalam rangka penyusunan


RKT/RKAS, evaluasi pelaksanaan program BOS serta kegiatan
rapat lain yang relevan dengan pelaksanaan program BOS.
Pembiayaan rapat meliputi pembelian alat dan atau bahan
habis pakai, konsumsi dan transportasi;

ii. Biaya transportasi dalam rangka pengambilan dana BOS di


Bank/Kantor Pos;
iii. Biaya transportasi dalam rangka koordinasi dan pelaporan
program BOS ke Dinas Pendidikan Provinsi;
iv. Biaya penyusunan dan pengiriman laporan BOS kepada Dinas
Pendidikan

Provinsi,

yang

meliputi

biaya

fotokopi

dan

penjilidan, konsumsi dan transportasi penyusunan laporan;


v. Ketentuan terkait penggunaan konsumsi dan transportasi serta
standar biayanya mengikuti ketentuan daerah setempat yang
ditetapkan.
f.

Pembiayaan surat-menyurat untuk keperluan sekolah;

- 68 -

g. Biaya

untuk

pemeliharaan

membangun
website

dan/atau

sekolah

mengembangkan

dengan

domain

serta

sch.id.

Pembiayaan meliputi pembelian domain, konsumsi, transportasi,


dan jasa profesi pengembang website;
h. Biaya

untuk

pembelian

server

lokal/server

Ujian

Berbasis

Komputer (UBK) untuk mendukung pengembangan ICT Based


School Management dan ICT Based Learning serta Ujian Berbasis
Komputer. Peralatan harus dicatat sebagai inventaris sekolah.
i.

Pendataan

SMK

melalui

aplikasi

Dapodikdasmen,

dengan

ketentuan sebagai berikut:


i.

Biaya yang dikeluarkan dalam rangka keseluruhan rangkaian


tahapan

kegiatan

pendataan

Dapodikdasmen,

meliputi:

pemasukan data; validasi; updating; dan sinkronisasi data


individual SMK ke dalam aplikasi Dapodikdasmen.

Data

individual SMK yang dimaksud meliputi data profil sekolah;


data siswa; data sarana dan prasarana, serta data pendidik dan
tenaga kependidikan;
ii. Pembiayaan kegiatan pada butir 1) di atas meliputi:
1) Penggandaan formulir Dapodikdasmen;
2) Alat dan atau bahan habis pakai pendukung kegiatan;
3) Konsumsi dan transportasi kegiatan pemasukan data,
validasi, updating, dan sinkronisasi;
4) Sewa internet (warnet) dan biaya transportasi menuju
warnet, apabila tahapan kegiatan pendataan tidak dapat
dilakukan di sekolah karena masalah jaringan internet;
5) Honor petugas pendataan Dapodikdasmen.

Kebijakan

pembayaran honor untuk petugas pendataan di sekolah


mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) Kegiatan pendataan Dapodikdasmen diupayakan untuk
dikerjakan oleh tenaga administrasi berkompeten yang
sudah tersedia

di sekolah, baik yang merupakan

pegawai

maupun

tetap

tenaga

honorer,

sehingga

sekolah tidak perlu menganggarkan biaya tambahan


untuk pembayaran honor bulanan;
b) Apabila

tidak

tersedia

tenaga

administrasi

yang

berkompeten, sekolah dapat menugaskan tenaga lepas

- 69 -

(outsourcing)

yang

dibayar

sesuai

dengan

waktu

pekerjaan atau per kegiatan (tidak dibayarkan dalam


bentuk honor rutin bulanan).
j.

Khusus untuk sekolah yang berada di daerah terpencil dan belum


ada jaringan listrik dapat menyewa/membeli genset atau panel
surya termasuk peraltan pendukungnya, tergantung mana yang
dirasakan lebih cocok di daerah tersebut. Jika peralatan dimaksud
dibeli oleh sekolah, maka

selanjutnya harus dicatatkan sebagai

inventaris sekolah;
k. Khusus untuk sekolah

yang berada di daerah yang terjadi

bencana alam, dana BOS dapat digunakan untuk membiayai


penanggulangan dampak darurat bencana khususnya selama
masa

tanggap

darurat,

misalnya

pembelian

masker,

dan

sebagainya.
5. Langganan Daya dan Jasa
a. Biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang mendukung
kegiatan pembelajaran di sekolah, antara lain listrik, telepon, air,
langganan koran, majalah/publikasi berkala yang terkait dengan
pendidikan,

baik

offline

maupun

online,

dan

iuran

kebersihan/sampah;
b. Biaya pemasangan instalasi baru apabila sudah ada jaringan di
sekitar sekolah serta penambahan daya listrik;
c. Biaya langganan internet dengan cara berlangganan maupun
prabayar, baik dengan fixed modem maupun dengan mobile
modem.

Termasuk pula untuk pemasangan baru apabila sudah

ada jaringan di sekitar sekolah.

Khusus untuk penggunaan

internet

batas

dengan

mobile

modem,

maksimal

pembelian

paket/voucher adalah sebesar Rp. 250.000/bulan. Adapun biaya


langganan internet melalui fixed modem disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah;
6. Penyelenggaraan Evaluasi Pembelajaran
a. Kegiatan yang dapat dibiayai adalah kegiatan ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester atau ulangan

- 70 -

kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, ujian sekolah dan Ujian


Nasional;
b. Komponen pembiayaan dari kegiatan di atas meliputi:
i.

Fotocopy/penggandaan naskah soal dan lembar jawaban;

ii. Fotocopy laporan pelaksanaan hasil ujian untuk disampaikan


oleh guru kepada Kepala Sekolah, serta dari Kepala Sekolah ke
Dinas Pendidikan dan ke orang tua;
iii. Biaya

konsumsi

penyelenggaran

kegiatan

evaluasi

pembelajaran dan pemeriksaan serta pengolahan hasil ujian di


sekolah;
iv. Biaya transportasi dalam rangka penyampaian hasil ujian ke
Dinas Pendidikan Provinsi;
v. Biaya untuk transportasi pengawas ujian di luar satuan
pendidikan

tempat

mengajar

yang

tidak

dibiayai

oleh

Pemerintah/Pemerintah Daerah;
vi. Biaya simulasi persiapan pelaksanaan UBK;
vii. Biaya pembelian alat/bahan jaringan komputer UBK seperti
kabel, konektor, crimping tool, kabel tester, dan lainnya;
viii. Biaya

jasa

instalasi

jaringan,

server

dan

client

untuk

pelaksanaan UBK;
ix. Biaya penulisan dan pencetakan halaman belakang blanko
ijazah SMK.
7. Kegiatan Penerimaan Siswa Baru
Biaya dalam rangka penerimaan siswa baru (termasuk pendaftaran
ulang untuk siswa lama), antara lain:
a. Penggandaan formulir pendaftaran;
b. Administrasi pendaftaran;
c.

Penentuan peminatan/psikotest;

d. Publikasi (pembuatan spanduk, brosur, dan lainnya);


e.

Layanan online Penerimaan Siswa Baru;

f.

Biaya masa orientasi siswa baru;

g.

Konsumsi penyelenggaraan kegiatan dan transportasi.

- 71 -

8. Kegiatan Pembelajaran/Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler


a. Pembiayaan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran/intra
kurikuler seperti:
i.

Kegiatan pembelajaran remedial dan/atau pengayaan materi;

ii. Pemantapan persiapan ujian;


iii. Pelaksanaan try out dan lainnya;
b. Pembiayaan untuk menyelenggarakan kegiatan pembinaan siswa
melalui ekstra kurikuler seperti:
i.

Ekstra kurikuler kesiswaan, seperti OSIS, Pramuka, PMR, UKS,


Pembinaan

Olimpiade

Sains,

Seni,

Olahraga,

Lomba

Kompetensi Siswa (LKS), Kegiatan Kepemimpinan dan Bela


Negara, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan lainnya;
ii. Ekstra kurikuler olahraga dan kesenian, antara lain renang,
voli, pencak silat, karate, seni tari, marching band dan lainnya.
c. Pembiayaan

untuk

pengembangan

pendidikan

karakter,

penumbuhan budi pekerti;


d. Pembiayaan untuk pengembangan sekolah sehat, aman, ramah
anak dan menyenangkan;
e. Cakupan pembiayaan untuk kegiatan pada butir a sampai d
meliputi pembelian alat dan atau bahan habis pakai, sewa fasilitas
bilamana

sekolah

tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan,

konsumsi, transportasi, honor guru pembimbing dan jasa profesi


bagi nara sumber dari luar sekolah (jika diperlukan);
f.

Pembiayaan kegiatan program pelibatan keluarga di sekolah, yang


meliputi alat dan atau bahan habis pakai pendukung kegiatan
serta konsumsi/transportasi panitia dan jasa profesi bagi nara
sumber dari luar sekolah (jika diperlukan);

9. Pemeliharaan dan Perawatan Sarana/Prasarana Sekolah


Biaya untuk memelihara dan merawat sarana dan prasarana sekolah
agar tetap berfungsi dan layak digunakan, meliputi:
a. Pengecatan, perawatan dan perbaikan atap bocor, pintu dan
jendela, mebeler, lantai, plafond, lampu/bohlam dan lainnya;

- 72 -

b. Perbaikan mebeler, termasuk pembelian meja dan kursi siswa/


guru jika meja dan kursi yang ada sudah tidak berfungsi atau
jumlahnya kurang mencukupi kebutuhan;
c. Perawatan dan perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan WC);
d. Perawatan dan perbaikan instalasi listrik sekolah;
e. Perawatan dan perbaikan saluran pembuangan air hujan;
f.

Perawatan

dan

perbaikan

komputer praktek,

printer, laptop

sekolah, LCD, AC, dan lainnya;


g. Perawatan dan perbaikan peralatan praktek utama kejuruan
sehingga dapat berfungsi;
h. Pemeliharaan taman dan fasilitas sekolah lainnya;
Seluruh pembiayaan di atas dapat dikeluarkan pembayaran upah
tukang, transportasi dan konsumsi.
10. Penyelenggaraan Kegiatan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Kejuruan
Biaya

untuk

penyelenggaraan

kegiatan

ujian

kompetensi

dan

sertifikasi siswa SMK. Pembiayaan tersebut meliputi biaya pendaftaran


uji

kompetensi;

pembelian

bahan

ujian

kompetensi;

fotocopy,

konsumsi, pengadaan sertifikat, transportasi, akomodasi dan jasa


profesi bagi nara sumber/assesor dari luar sekolah dengan mengikuti
standar biaya wajar di daerah.
11. Penyelenggaraan Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK, Praktek Kerja
Industri (Prakerin)/Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dalam Negeri dan
Pemagangan
a. Biaya untuk penyelenggaraan Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK,
diantaranya penggandaan bahan, konsumsi, belanja bahan habis
pakai (ATK), dan perjalanan dinas pengelola BKK SMK untuk
pengembangan kerjasama, verifikasi, pendampingan ke industri
atapun evaluasi;
b. Biaya untuk penyelenggaraan praktek kerja industri/lapangan bagi
siswa SMK, diantaranya perjalanan dinas pembimbing dalam
mencari tempat praktek/bimbingan/pemantauan siswa praktek;

- 73 -

c. Biaya untuk pemantauan kebekerjaan lulusan SMK (tracer study),


diantaranya perjalanan dinas. Hasil pemantauan kebekerjaan
siswa SMK setiap tahunnya disampaikan ke Direktorat Pembinaan
SMK, Kemdikbud;
d. Biaya untuk pemagangan guru di industri sebanyak 5 (lima) kali
dalam setahun, diantaranya biaya akomodasi, transportasi dan
uang saku.
12. Pengembangan Sekolah Rujukan
a. Biaya untuk penyelenggaraan perjalanan dinas koordinasi mutu
minimal 2 (dua) kali dalam setahun ke Jakarta yang diadakan oleh
Kemdikbud dan atau pembahasan pengembangan sekolah rujukan
di wilayahnya dan/atau konsumsi rapat pembahasan program
sekolah aliansinya.
b. Biaya untuk penyelenggaraan SMK rujukan sebagai LSP Pihak
Pertama (LSP-P1) diantaranya belanja bahan habis pakai (ATK),
perjalanan dinas;
c. Biaya praktek bagi guru dan siswa SMK di industri/institusi luar
negeri dengan ketentuan sebagai berikut:
i.

SMK yang memiliki jumlah siswa di atas 1.500 atau SMK


Rujukan yang memiliki program keahlian dengan jumlah siswa
di atas 600;

ii. Ada akta kerjasama dengan industri/institusi luar negeri; dan


iii. Ada

izin

persetujuan

dari

Direktorat

Pembinaan

SMK,

Kemdikbud;
d. Biaya pelaksanaan Job Macthing lulusan SMK rujukan dan
aliansinya, diantaranya perjalanan dinas;
13. Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran Kejuruan
a. Biaya untuk pembelian bahan/komponen material untuk praktek
perakitan dan atau pengembangan e-book;
b. Biaya untuk pengembangan pembelajaran kejuruan berbasis TIK;
c. Biaya untuk mendatangkan guru/pengajar tamu produktif yang
profesional;

- 74 -

d. Biaya untuk menambah dan meningkatkan praktek kejuruan


berulang kali (lebih dari satu kali praktek);
e. Biaya

untuk

mengikuti

diklat

menjadi

assesor

kompetensi

kejuruan bagi guru.


14. Pembelian Peralatan Komputer Pembelajaran
a. Membeli komputer desktop/work station untuk digunakan dalam
proses pembelajaran, dengan jumlah maksimal yang dapat dibeli
adalah 5 (lima) unit/tahun;
b. Membeli printer atau printer plus scanner, dengan jumlah maksimal
yang dapat dibeli adalah 1 (satu) unit/tahun;
c. Membeli laptop untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
dengan jumlah maksimal yang dapat dibeli adalah 1 (satu)
unit/tahun dan harga maksimal Rp 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah);
d. Membeli proyektor untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
dengan jumlah maksimal yang dapat dibeli adalah 5 (lima)
unit/tahun dengan harga maksimum Rp 7.000.000,- (tujuh juta
rupiah);
e. keterangan:
i.

Komputer desktop/workstation, printer/printer scanner, laptop


dan

proyektor

harus

dibeli

di

penyedia

barang

yang

memberikan garansi resmi;


ii. Proses pengadaan barang oleh sekolah harus mengikuti
peraturan yang berlaku;
iii. Peralatan di atas harus dicatat sebagai aset/inventaris sekolah.
Ketentuan tambahan mengenai pembiayaan BOS SMK:
1. Dana BOS tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang
sama yang telah dibiayai oleh pemerintah/pemerintah daerah/
partisipasi masyarakat;
2. Ketentuan terkait penggunaan konsumsi, transportasi, dan honor
mengikuti ketentuan daerah setempat yang ditetapkan;
3. Ketentuan terkait jasa profesi hanya diberikan kepada narasumber
yang mewakili instansi resmi di luar sekolah, misalnya Kwarda, KONI

- 75 -

daerah, BNN, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, unsur keagamaan,


dan lainnya berdasar atas surat tugas yang dikeluarkan oleh instansi
yang diwakilinya;
4. Ketentuan

terkait

pembiayaan

perjalanan

dinas

yaitu

biaya

transportasi, akomodasi dan uang harian sesuai dengan standar biaya


setempat yang ditetapkan;
5. Standar biaya untuk konsumsi, transportasi, jasa profesi dan upah
tukang sesuai dengan standar biaya setempat yang ditetapkan;
Standar biaya untuk honor petugas pendataan Dapodikdasmen dan guru
pembimbing

sesuai

dengan

standar

biaya,

atau

ketentuan,

atau

kewajaran yang berlaku di daerah sesuai dengan beban kerja yang


ditetapkan.
E.

Larangan Penggunaan Dana BOS


Dana BOS yang diterima oleh sekolah tidak boleh digunakan untuk halhal berikut:
1. Disimpan dengan maksud dibungakan;
2. Dipinjamkan kepada pihak lain;
3. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BOS
atau software sejenis;
4. Membiayai

kegiatan

yang tidak menjadi

prioritas

sekolah

dan

memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, tur studi (karya


wisata) dan sejenisnya;
5. Membayar

iuran

kegiatan

yang

diselenggarakan

kecamatan/kabupaten/kota/provinsi/pusat,

atau

oleh

pihak

UPTD
lainnya,

kecuali untuk biaya transportasi dan konsumsi siswa/pendidik/


tenaga kependidikan yang mengikuti kegiatan tersebut;
6. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru;
7. Membiayai akomodasi kegiatan seperti sewa hotel, sewa ruang sidang,
dan lainnya;
8. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/siswa untuk kepentingan
pribadi (bukan inventaris sekolah);
9. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat;

- 76 -

10. Membangun gedung/ruangan baru, kecuali pada SD/SDLB yang


belum memiliki prasarana jamban/WC dan kantin sehat;
11. Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan/peralatan yang tidak
mendukung proses pembelajaran;
12. Menanamkan saham;
13. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah
pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar;
14. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan
operasional sekolah, misalnya membiayai iuran dalam rangka upacara
peringatan hari besar nasional, dan upacara/acara keagamaan;
15. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/
pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang
diselenggarakan

lembaga

di

luar

SKPD

pendidikan

provinsi/

kabupaten/kota dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;


16. Membayar honorarium kepada guru dan tenaga kependidikan atas
tugas/kegiatan yang sudah merupakan tugas pokok dan fungsi yang
telah diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.
17. Khusus untuk sekolah jenjang pendidikan menengah, tidak boleh
digunakan untuk membayar honor rutin bulanan guru dan tenaga
kependidikan/non kependidikan honorer.

- 77 -

BAB VII
MEKANISME BELANJA
A.

Mekanisme Pembelian/Pengadaan Barang/Jasa


1. Pengelola sekolah harus memastikan bahwa barang/jasa yang akan
dibeli adalah kebutuhan sekolah yang sudah sesuai dengan skala
prioritas pengelolaan/pengembangan sekolah;
2. Pembelian/pengadaan barang/jasa harus mengedepankan prinsip
keterbukaan dan efisiensi anggaran dalam menentukan barang/jasa
dan tempat pembeliannya;
3. Mekanisme

pembelian/pengadaan

barang/jasa

harus

mengikuti

ketentuan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;


4. Ketentuan untuk pembelian/pengadaan barang/jasa yang dapat
dilakukan tanpa mekanisme lelang/pengadaan:
a. Apabila barang/jasa sudah tersedia dalam

e-catalogue yang

diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah dan sekolah dapat mengaksesnya, maka sekolah harus
melakukan pembelian/pengadaan secara online;
b. Apabila barang/jasa belum tersedia dalam

e-catalogue yang

diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah atau sudah tersedia dalam e-catalogue namun sekolah
tidak dapat mengaksesnya, maka sekolah dapat melakukan
pembelian/pengadaan dengan cara belanja biasa, yaitu melakukan
perbandingan

harga

penawaran

dari

penyedia

barang/jasa

terhadap harga pasar dan melakukan negosiasi;


5. Ketentuan untuk pembelian/pengadaan barang/jasa yang harus
dilakukan dengan mekanisme lelang/pengadaan:
a. Apabila barang/jasa sudah tersedia dalam

e-catalogue yang

diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah dan sekolah dapat mengaksesnya, maka sekolah harus
melakukan pembelian/pengadaan secara online;
b. Apabila barang/jasa belum tersedia dalam

e-catalogue yang

diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

- 78 -

Pemerintah atau sudah tersedia dalam e-catalogue namun sekolah


tidak dapat mengaksesnya, maka Dinas Pendidikan Provinsi/
Kabupaten/Kota (sesuai dengan kewenangan pengelolaan sekolah)
harus

membantu

pengadaan

sekolah

barang/jasa.

untuk
Dalam

melakukan

pembelian/

pelaksanaan

pembelian/

pengadaan barang/jasa, provinsi/kabupaten/kota/sekolah harus


mengedepankan

mekanisme

pembelian/pengadaan

secara

e-

procurement sesuai dengan kesiapan infrastruktur dan SDM


setempat;
6. Dalam setiap pembelian/pengadaan barang/jasa, sekolah harus
memperhatikan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan kewajaran
harga;
7. Setiap pembelian/pengadaan barang/jasa harus ketahui oleh Komite
Sekolah;
8. Sekolah harus membuat laporan tertulis singkat tentang proses
pembelian/pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan;
9. Khusus untuk pekerjaan rehabilitasi ringan/pemeliharaan bangunan
sekolah, Tim BOS Sekolah harus:
a. Membuat rencana kerja;
b. Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan standar upah yang berlaku di daerah setempat.
B.

Mekanisme Pembayaran
Nawacita ketujuh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tahun
2014, menyebutkan tekad untuk mewujudkan kedaulatan keuangan
melalui kebijakan inklusi keuangan mencapai 50% penduduk. Kebijakan
ini kemudian diperkuat dengan arahan presiden agar pemerintah pusat,
pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan
berkomitmen untuk pengembangan transaksi pembayaran non tunai.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah merintis implementasi pembayaran non tunai, salah satunya dalam
pelaksanaan belanja program BOS yang mendorong pembayaran non
tunai dan belanja melalui mekanisme belanja/pengadaan e-purchasing.

- 79 -

Sebagai perwujudan atas komitmen yang lebih besar, Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan mekanisme pembayaran
secara non tunai lebih jauh, khususnya di belanja BOS.

Kebijakan

pembayaran

kebijakan

non

tunai

BOS

ini

sejalan

dengan

arah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam penguatan tata kelola


keuangan

pendidikan,

yaitu

meningkatkan

transparansi

dan

akuntabilitas belanja pendidikan, sehingga mendorong perbaikan kualitas


belanja pendidikan.
Tujuan jangka panjang dari kebijakan belanja BOS secara non tunai ini
adalah:
1. Mendorong transparansi belanja pendidikan, dengan penyediaan dan
keterbukaan informasi atas rincian transaksi belanja pendidikan yang
bisa diakses pihak-pihak pemangku kepentingan.
2. Meningkatkan

pertangungjawaban

belanja

pendidikan,

dengan

pencatatan data transaksi pembayaran dalam sistem perbankan.


3. Melindungi

dan

memberikan

rasa

aman

bagi

pelaksana

dan

penangung jawab atas transaksi pembayaran.


4. Memperbaiki kualitas belanja pendidikan, dengan peyediaan data yang
valid untuk keperluan perencanaan, pengangaran, dan pengendalian
realisasi aggaran.
5. Mengurangi

potensi

dan

ruang

untuk

kecurangan

dan

penyalahgunaan kewenagan atas belanja pendidikan.


6. Mempermudah dan menyederhanakan kewajiban pelaporan oleh
satuan pendidikan, sehingga beban administrasi satuan pendidikan
bisa dikurangi.
Syarat mutlak dari keberhasilan penerapan kebijakan ini adalah adanya
kesiapan dari setiap unsur pendukung, yaitu:
1. Kesiapan infrastruktur/sistem perbankan untuk mendukung sekolah
dalam pelaksanaan mekanisme pembayaran non tunai yang akan
diterapkan;
2. Kesiapan infrastruktur pada penyedia barang/jasa untuk melayani
transaksi non tunai yang akan dilakukan oleh sekolah;
3. Kesiapan SDM di sekolah dalam menjalankan mekanisme belanja
dengan pembayaran non tunai.

- 80 -

Untuk memastikan keberhasilan dan kelancaran implementasi kebijakan


pembayaran BOS secara non tunai, implementasi dilakukan secara
bertahap. Oleh karena itu kebijakan pembayaran belanja BOS secara non
tunai dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tidak diberlakukan di seluruh sekolah;
2. Tidak diberlakukan pada seluruh belanja BOS di sekolah.
Dalam pelaksanaan belanja BOS secara terdapat dua prinsip umum, yaitu
prinsip kebijakan dan prinsip implementasi transaksi.
Prinsip kebijakan adalah asas atau kaidah umum yang menjadi dasar
dalam pemgembangan kebijakan transaksi pembayaran non tunai BOS,
yaitu:
1. Kebijakan transaksi pembayaran non tunai merupakan kebijakan
terkait dengan model atau cara pembayaran, bukan kebijakan terkait
ketentuan pengadaan barang dan jasa pendidikan ataupun ketentuan
terkait bentuk pertangungjawaban;
2. Kebijakan transaksi pembayaran non tunai masih tetap membuka
adanya

sebagian

transaksi

pembayaran

tunai

sehingga

tidak

mempersulit satuan pendidikan;


3. Kebijakan

transaksi

pembayaran

non

tunai

ditujukan

untuk

mendorong akses dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan, melalui


kebijakan inklusi keuangan keuangan.
Prinsip implementasi adalah asas atau kaidah umum dalam implementasi
kebijakan pembayaran non tunai BOS, sehingga dapat memastikan
keberhasilan dan kelancaran implementasi pembayaran non tunai, yaitu:
1. Implementasi dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan
kesiapan

infrastruktur,

baik

infrastruktur

perbankan

maupun

infrastruktur sosial. Sasaran tahapan implementasi akan diatur secara


terpisah.
2. Pengembangan

sistem

pembayran

dibuka

untuk

semua

model

pembayaran non tunai sehingga membuka kesempatan yang sama


bagi lembaga keuangan perbankan, dimulai dengan pengembangan
sistem pembayaran untuk lembaga keuangan yang saat ini sudah
ditunjuk sebagai lembaga penyalur dana BOS.

- 81 -

3. Pencatatan dan pelaporan atas transaksi pembayaran non tunai BOS


dilakukan secara otomatis, melaui sistem perbankan, dan dapat
diakses secara penuh oleh pihak-pihak pemangku kepentingan.
4. Implementasi transaksi pembayaran non tunai melibatkan pihakpihak utama pemangku kepentingan, termasuk dan tidak terbatas,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri,
Otoritas Jasa

Keuangan, Bank Indonesia, pemerintah

provinsi,

pemerintah kota/kabupaten, lembaga keuangan penyalur dana BOS,


Asosiasi Perbankan Daerah, dan satuan pendidikan.
C.

Pencatatan Inventaris dan Aset


Terhadap setiap hasil pembelian barang yang menjadi inventaris, sekolah
wajib

melakukan

pencatatan,

yang

kemudian

dilaporkan

untuk

dicatatkan sebagai aset Pemerintah Daerah.


Ketentuan mengenai mekanisme pencatatan dan pelaporan belanja
barang yang akan dicatatkan sebagai aset Pemerintah Daerah diatur
dengan peraturan dari Kementerian Dalam Negeri

- 82 -

BAB VIII
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
A.

Pembukuan, Laporan, dan Transparansi di Sekolah


1. Pembukuan
Sesuai

dengan

perundangan

standar

tentang

pengelolaan

pendidikan

penatausahaan

dan

dan

peraturan

pertanggungjawaban

lembaga pengelola keuangan, dalam pengelolaan program dan dana


BOS sekolah harus menyusun pembukuan secara lengkap. Adapun
pembukuan dan dokumen pendukung yang harus disusun oleh
sekolah adalah sebagaimana penjelasan berikut.
a. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
RKAS ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan
khusus untuk sekolah swasta ditambah ketua yayasan, dan dibuat
setahun sekali pada awal Tahun Pelajaran, namun demikian perlu
dilakukan revisi pada semester kedua.

Oleh karena itu sekolah

dapat membuat RKAS tahunan yang dirinci tiap semester.


RKAS harus dilengkapi dengan rencana penggunaan dana secara
rinci, yang dibuat tahunan dan tiga bulanan untuk setiap sumber
dana yang diterima sekolah.
b. Buku Kas Umum
Buku Kas Umum ini disusun untuk masing-masing rekening bank
yang dimiliki oleh sekolah. Pembukuan dalam Buku Kas Umum
meliputi semua transaksi eksternal, yaitu yang berhubungan
dengan pihak ketiga:
i.

Kolom penerimaan dari penyalur dana (BOS atau sumber dana


lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa
giro dari bank;

ii. Kolom pengeluaran adalah pembelian barang dan jasa, biaya


administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran
pajak.
Buku kas umum harus diisi tiap transaksi (segera setelah
transaksi tersebut terjadi dan tidak menunggu terkumpul satu

- 83 -

minggu/bulan) dan transaksi yang dicatat di dalam buku kas


umum juga harus dicatat dalam buku pembantu, yaitu buku
pembantu kas, buku pembantu bank, dan buku pembantu pajak.
Formulir yang telah diisi ditandatangani oleh Pemegang Kas
Sekolah dan Kepala Sekolah.
c. Buku Pembantu Kas
Buku ini harus mencatat tiap transaksi tunai dan ditandatangani
oleh Pemegang Kas Sekolah dan Kepala Sekolah.
d. Buku Pembantu Bank
Buku ini harus mencatat tiap transaksi melalui bank (baik cek,
giro maupun tunai) dan ditandatangani oleh Pemegang Kas
Sekolah dan Kepala Sekolah.
e. Buku Pembantu Pajak
Buku pembantu pajak berfungsi mencatat semua transaksi yang
harus dipungut pajak serta memonitor pungutan dan penyetoran
pajak yang dipungut selaku wajib pungut pajak.
f.

Opname Kas dan Berita Acara Pemeriksaan Kas


Setiap

akhir

bulan

Buku

Kas

Umum

(BKU)

ditutup

dan

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Pemegang Kas Sekolah.


Sebelum penutupan BKU, Kepala Sekolah melakukan opname kas
dengan menghitung jumlah kas baik yang ada di sekolah (kas
tunai) maupun kas yang ada di bank (buku tabungan sekolah).
Hasil dari opname kas kemudian dibandingkan dengan saldo akhir
BKU pada bulan bersangkutan. Apabila terjadi perbedaan, maka
harus dijelaskan penyebab perbedaannya.
Setelah pelaksanaan opname kas, maka Kepala Sekolah dan
Pemegang Kas Sekolah menandatangani Berita Acara Pemeriksaan
Kas.
g. Bukti pengeluaran
i.

Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti


kuitansi yang sah;

- 84 -

ii. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi


materai yang cukup sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku mengenai bea materai;
iii. Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci
sesuai dengan peruntukannya;
iv. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah
dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi;
v. Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala Sekolah dan
lunas dibayar oleh Pemegang Kas Sekolah;
vi. Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh Pemegang
Kas Sekolah sebagai bahan bukti dan bahan laporan.
Terkait dengan pembukuan dana yang diperoleh sekolah untuk
program BOS, sekolah perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat
dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan komputer.
Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, Pemegang Kas
Sekolah wajib mencetak Buku Kas Umum dan buku-buku
pembantu sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan dan
menatausahakan hasil cetakan Buku Kas Umum dan buku-buku
pembantu bulanan yang telah ditandatangani Kepala Sekolah dan
Pemegang Kas Sekolah.
b. Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku
Kas Umum dan Buku Pembantu yang relevan sesuai dengan
urutan tanggal kejadiannya.
c. Uang tunai yang ada di kas tunai tidak lebih dari ketentuan
peraturan/perundangan yang berlaku.
d. Apabila

Pemegang

Kas

Sekolah

meninggalkan

tempat

kedudukannya atau berhenti dari jabatannya, Buku Kas Umum


dan buku pembantunya serta bukti-bukti pengeluaran harus
diserahterimakan kepada pejabat yang baru dengan Berita Acara
Serah Terima.
e. Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank,
Buku Pembantu Pajak, serta bukti pengeluaran dan dokumen
pendukung bukti pengeluaran dana BOS (kuitansi/faktur/nota/

- 85 -

bon dari vendor/toko/supplier) wajib diarsipkan oleh sekolah


sebagai bahan audit. Setelah diaudit, maka data tersebut dapat
diakses oleh publik.
f.

Seluruh arsip data keuangan, disimpan dan ditata dengan rapi


dalam urutan nomor dan tanggal kejadiannya, serta disimpan di
suatu tempat yang aman dan mudah untuk ditemukan setiap saat.
Seluruh dokumen pembukuan ini harus disimpan di sekolah dan
diperlihatkan kepada pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota
(sekolah jenjang pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi (sekolah
jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa), dan
pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

2. Pelaporan
a. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Sumber Dana
Laporan ini disusun berdasarkan Buku Kas Umum dari semua
sumber dana yang dikelola sekolah pada periode yang sama.
Laporan ini dibuat setiap triwulan dan ditandatangani oleh
Pemegang Kas Sekolah, Kepala Sekolah dan Komite Sekolah.
Laporan ini harus dilengkapi dengan surat pernyataan tanggung
jawab yang menyatakan bahwa dana BOS yang diterima telah
digunakan sesuai NPH BOS.

Bukti pengeluaran yang sah

disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek


pemeriksaan.
Dokumen ini harus disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada
pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota (sekolah jenjang
pendidikan dasar) atau

Tim

BOS Provinsi (sekolah jenjang

pendidikan menengah dan sekolah luar biasa), dan pemeriksa


lainnya apabila diperlukan.
b. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana BOS
Laporan ini merupakan rekapitulasi penggunaan dana BOS
berdasarkan

standar

pembiayaan BOS.

pengembangan

sekolah

dan

komponen

Belanja/penggunaan dana yang dilaporkan

adalah seluruh belanja/penggunaan dana yang bersumber dari


dana BOS yang diterima sekolah pada tahun berjalan. Sisa dana
BOS tahun sebelumnya tidak dilaporkan pada laporan BOS tahun

- 86 -

ini, akan tetapi tetap tercatat sebagai penerimaan sekolah dari


sumber

lain-lain

dan

tetap

tercatat

penggunaannya

pada

pembukuan anggaran sekolah.


Format dari laporan rekapitulasi penggunaan dana BOS adalah
sebagaimana dicantumkan pada bagian akhir dari bab ini.
Laporan

ini

dibuat

tiap

triwulan

dan

ditandatangani

oleh

Pemegang Kas Sekolah, Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, serta


disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas sekolah,
Tim BOS Kabupaten/Kota (sekolah jenjang pendidikan dasar) atau
Tim BOS Provinsi (sekolah jenjang pendidikan menengah dan
sekolah luar biasa), dan pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
c. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dokumen ini harus disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada
pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota (sekolah jenjang
pendidikan dasar) atau

Tim

BOS Provinsi (sekolah jenjang

pendidikan menengah dan sekolah luar biasa), dan pemeriksa


lainnya apabila diperlukan.
Dokumen laporan ini terdiri atas:
i.

Lembar pencatatan pengaduan masyarakat;

ii. Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran.


d. Laporan Aset
Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan daerah, setiap
sekolah negeri yang menerima dana BOS wajib melaporkan
seluruh belanja yang telah dilakukan, termasuk hasil pembelian
barang yang menjadi aset pemerintah daerah.

Hasil pembelian

barang yang dilaporkan adalah pembelian barang yang dilakukan


oleh sekolah menggunakan dana yang berasal dari dana BOS yang
diterima pada tahun berjalan.
Mekanisme pelaporan belanja dari dana BOS dan penerimaan
barang aset kepada pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah
dari Kementerian Dalam Negeri.

- 87 -

e. Laporan ke Dinas Pendidikan


Selain

laporan

pemeriksaan

yang

dan

disimpan

audit,

Tim

di

sekolah

BOS

sebagai

Sekolah

juga

bahan
harus

menyampaikan dokumen laporan kepada Tim BOS Kabupaten/


Kota (sekolah jenjang pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi
(sekolah jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa).
Dokumen laporan yang harus disampaikan tersebut adalah
kompilasi tahunan dari laporan rekapitulasi penggunaan dana
BOS tiap triwulan.
Kompilasi laporan ini diserahkan paling lambat tanggal 5 Januari
tahun berikutnya.
Selain laporan di atas, sekolah negeri juga harus menyampaikan
laporan hasil belanja dari dana BOS dan penerimaan barang aset
pemerintah daerah dengan tata cara sesuai ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan dari Kementerian Dalam Negeri.
f.

Laporan Online ke Laman BOS


Selain laporan berupa dokumen cetak yang disampaikan ke Dinas
Pendidikan, Tim BOS Sekolah harus menyampaikan pula laporan
penggunaan dana secara online ke laman BOS.

Informasi

penggunaan dana yang disampaikan sebagai laporan online adalah


informasi yang didapat dari laporan rekapitulasi penggunaan dana
BOS tiap triwulan.
Laporan ini harus diunggah ke laman BOS setiap triwulan pada
awal triwulan berikutnya.
3. Transparansi
Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dalam pengelolaan
program dan penggunaan dana BOS, sekolah harus menyusun dan
mempublikasikan dokumen pendukung transparansi informasi secara
lengkap.

Dokumen pendukung yang harus dipublikasikan oleh

sekolah sebagai upaya transparansi adalah:


a. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Sumber Dana
Dokumen yang digunakan adalah laporan realisasi penggunaan
dana tiap sumber dana seperti dijelaskan pada butir 2.a di atas.

- 88 -

Laporan ini harus dipublikasikan setiap triwulan mengikuti


periode

pembuatan

laporan

tersebut.

Publikasi

laporan

dilaksanakan melalui pemasangan pada papan informasi sekolah


atau tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.
b. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana
Dokumen yang digunakan adalah laporan rekapitulasi penggunaan
dana berdasarkan komponen pembiayaan BOS seperti dijelaskan
pada butir 2.b di atas.

Laporan ini harus dipublikasikan setiap

triwulan mengikuti periode pembuatan laporan tersebut. Publikasi


laporan dilaksanakan melalui pemasangan pada papan informasi
sekolah atau tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.
B.

Laporan Tingkat Kabupaten/Kota


1. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana BOS
Laporan

ini

berdasarkan

merupakan
standar

rekapitulasi

pengembangan

penggunaan
sekolah

dan

dana

BOS

komponen

pembiayaan BOS. Belanja/penggunaan dana yang dilaporkan adalah


seluruh belanja/penggunaan dana yang bersumber dari dana BOS
yang diterima sekolah pada tahun berjalan.
Laporan ini merupakan rekapitulasi atas kompilasi tahunan dari
laporan rekapitulasi penggunaan dana BOS tiap triwulan yang telah
disampaikan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar.

Laporan ini

dibuat tiap akhir tahun dan ditandatangani oleh Ketua Tim BOS
Kabupaten/Kota, serta disimpan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dan diperlihatkan kepada Tim BOS Provinsi dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.
Format dari laporan rekapitulasi penggunaan dana BOS adalah
sebagaimana dicantumkan pada bagian akhir dari bab ini.
2. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dokumen ini harus disimpan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dan diperlihatkan kepada Tim BOS Provinsi dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.

- 89 -

Dokumen laporan ini terdiri atas:


a. Lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
b. Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran;
c. Informasi tentang jenis kasus, kemajuan penanganan, dan status
penyelesaian.
3. Laporan Hasil Belanja BOS Sekolah Negeri
SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota melalui Tim BOS Kabupaten/Kota
harus membuat rekapitulasi atas laporan belanja dari dana BOS yang
disampaikan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar negeri, termasuk
data barang yang menjadi aset pemerintah daerah.

Laporan yang

direkapitulasi adalah laporan atas seluruh belanja yang dilakukan


oleh sekolah menggunakan dana yang berasal dari dana BOS yang
diterima oleh sekolah pada tahun berjalan.
Laporan ini disusun mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan dari Kementerian Dalam Negeri.
4. Laporan ke Dinas Pendidikan Provinsi
Selain laporan yang disimpan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS Kabupaten/Kota juga
harus menyampaikan dokumen laporan kepada Tim BOS Provinsi.
Dokumen

laporan

rekapitulasi

yang

tahunan

atas

harus

disampaikan

kompilasi

dari

tersebut

rekapitulasi

adalah
tahunan

penggunaan dana BOS yang telah disampaikan oleh sekolah jenjang


pendidikan dasar.
Kompilasi laporan ini diserahkan paling lambat tanggal 10 Januari
tahun berikutnya.
5. Laporan ke Pemda Kabupaten/Kota
Selain laporan yang disimpan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS Kabupaten/Kota juga
harus menyampaikan dokumen laporan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Dokumen laporan yang harus disampaikan tersebut
adalah rekapitulasi belanja dana BOS di sekolah jenjang pendidikan
dasar negeri.

- 90 -

Laporan ini disusun mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam


peraturan dari Kementerian Dalam Negeri.
C.

Laporan Tingkat Provinsi


1. Laporan Realisasi Penyerapan Dana
Laporan ini untuk melihat kesesuaian jumlah dana yang diterima oleh
Kas Umum Daerah (KUD) dari Kas Umum Negara (KUN) dengan
kebutuhan riil.
terpencil

dan

Laporan ini dibuat tiap triwulan untuk daerah non


tiap

semester

untuk

daerah

terpencil,

dan

ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, serta disimpan


di Dinas Pendidikan Provinsi untuk diperlihatkan kepada Tim BOS
Pusat dan pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
2. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana BOS
Laporan ini merupakan gabungan dari 2 jenis laporan, yaitu:
a. Rekapitulasi yang dilakukan oleh Tim BOS Provinsi terhadap
kompilasi tahunan dari laporan rekapitulasi penggunaan dana
BOS tiap triwulan yang disampaikan oleh Tim BOS Sekolah jenjang
pendidikan menengah dan sekolah luar biasa;
b. Rekapitulasi yang dilakukan oleh Tim BOS Provinsi terhadap
laporan tahunan rekapitulasi penggunaan dana BOS di tiap
kabupaten/kota yang disampaikan oleh Tim BOS Kabupaten/Kota;
Laporan

ini

berdasarkan

merupakan
standar

rekapitulasi

pengembangan

penggunaan
sekolah

dan

dana

BOS

komponen

pembiayaan BOS. Belanja/penggunaan dana yang dilaporkan adalah


seluruh belanja/penggunaan dana yang bersumber dari dana BOS
yang diterima sekolah pada tahun berjalan.
Format dari laporan rekapitulasi penggunaan dana BOS adalah
sebagaimana dicantumkan pada bagian akhir dari bab ini.
Laporan ini dibuat tiap akhir tahun dan ditandatangani oleh Ketua
Tim BOS Provinsi, serta disimpan di Dinas Pendidikan Provinsi untuk
diperlihatkan kepada Tim BOS Pusat dan pemeriksa lainnya apabila
diperlukan.

- 91 -

3. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat


Dokumen ini harus disimpan di Dinas Pendidikan Provinsi dan
diperlihatkan kepada Tim BOS Pusat dan pemeriksa lainnya apabila
diperlukan.
Dokumen laporan ini terdiri atas:
a. Lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
b. Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran;
c. Informasi tentang jenis kasus, kemajuan penanganan, dan status
penyelesaian.
4. Laporan Kegiatan
Laporan ini adalah laporan kegiatan pendukung Program BOS yang
telah dilaksanakan di provinsi yang meliputi kegiatan sosialisasi,
pelatihan, pengadaan, monitoring dan evaluasi, serta kegiatan lainnya.
Kegiatan pendukung Program BOS yang dilaksanakan di provinsi
tergantung kepada ketersediaan dana kegiatan dari pusat atau dari
APBD Provinsi, dan atau sumber dana lain yang tersedia.
Laporan ini dibuat di tiap akhir pelaksanaan dan ditandatangani oleh
Ketua Tim BOS Provinsi, serta disimpan di Dinas Pendidikan Provinsi
untuk diperlihatkan kepada Tim BOS Pusat dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.
5. Laporan Hasil Belanja BOS Sekolah Negeri
SKPD Pendidikan Provinsi melalui Tim BOS Provinsi harus membuat
rekapitulasi atas laporan belanja dari dana BOS yang disampaikan
oleh sekolah jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa
negeri, termasuk data barang yang menjadi aset pemerintah daerah.
Laporan yang direkapitulasi adalah laporan atas seluruh belanja yang
dilakukan oleh sekolah menggunakan dana yang berasal dari dana
BOS yang diterima oleh sekolah pada tahun berjalan.
Laporan ini disusun mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan dari Kementerian Dalam Negeri.

- 92 -

6. Laporan ke Tim BOS Pusat


Selain laporan yang disimpan di Dinas Pendidikan Provinsi sebagai
bahan pemeriksaan

dan audit, Tim BOS

Provinsi juga harus

menyampaikan dokumen laporan kepada Tim BOS Pusat. Dokumen


laporan yang harus disampaikan tersebut adalah:
a. Menyampaikan laporan pencairan tiap triwulan kepada Tim BOS
Pusat yang terdiri atas:
i.

Dokumen SP2D pencairan dalam bentuk soft copy;

ii. Rincian

pencairan

dana

masing-masing

jenjang

di

tiap

kabupaten dalam bentuk soft copy;


iii. Data pencairan/penyaluran dana di tiap sekolah dari lembaga
penyalur dalam bentuk soft copy.
b. Laporan realisasi penyerapan dana BOS tiap triwulan untuk
daerah non terpencil. Laporan ini diserahkan paling lambat pada
minggu kedua bulan kedua tiap triwulan berjalan;
c. Laporan realisasi penyerapan dana BOS tiap semester untuk
daerah terpencil.

Laporan ini diserahkan paling lambat pada

minggu kedua bulan kelima tiap semester berjalan;


d. Rekapitulasi tahunan penggunaan dana BOS.

Laporan ini

diserahkan paling lambat tanggal 20 Januari tahun berikutnya.


7. Laporan ke Pemda Provinsi
Selain laporan yang disimpan di Dinas Pendidikan Provinsi sebagai
bahan pemeriksaan

dan audit, Tim BOS

Provinsi juga harus

menyampaikan dokumen laporan kepada Pemerintah Daerah Provinsi.


Dokumen
rekapitulasi

laporan
belanja

yang
dana

harus
BOS

disampaikan
di

sekolah

tersebut

jenjang

adalah

pendidikan

menengah dan sekolah luar biasa negeri.


Laporan ini disusun mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan dari Kementerian Dalam Negeri.
D.

Laporan Tingkat Pusat


1. Laporan Realisasi Penyerapan Dana
Laporan ini merupakan rekapitulasi dari laporan penyerapan dana
yang dikirim oleh setiap Tim BOS Provinsi yang dilakukan oleh Tim

- 93 -

BOS Pusat menjadi rekapitulasi nasional. Laporan ini dibuat untuk


menghitung kelebihan dan kekurangan dana BOS yang telah diterima
di Kas Umum Daerah (KUD) dari Kas Umum Negara (KUN) setiap
triwulan dan setiap semester.
Rekapitulasi penyerapan dana BOS secara nasional ini dibuat tiap
triwulan untuk daerah non terpencil dan tiap semester untuk daerah
terpencil, dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah atas nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta
disimpan

di

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan

untuk

diperlihatkan kepada pemeriksa apabila diperlukan.


Laporan ini dibuat paling lambat pada minggu keempat bulan kedua
dari setiap triwulan untuk daerah non terpencil, dan minggu keempat
bulan kelima setiap semester untuk daerah terpencil sebagai bahan
untuk penyaluran dana cadangan dan dana triwulan/semester
berikutnya dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah Provinsi.
2. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana BOS
Laporan ini merupakan kompilasi tahunan dari laporan rekapitulasi
penggunaan dana BOS tiap triwulan yang telah disampaikan oleh Tim
BOS Provinsi. Laporan ini dibuat tiap akhir tahun dan ditandatangani
oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah atas nama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta disimpan di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk diperlihatkan kepada pemeriksa
apabila diperlukan.
3. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dokumen

ini harus disimpan

di

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan dan diperlihatkan kepada pemeriksa apabila diperlukan.


Dokumen laporan ini terdiri atas:
a. Lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
b. Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran;
c. Informasi tentang jenis kasus, kemajuan penanganan, dan status
penyelesaian.

- 94 -

4. Laporan Kegiatan
Laporan ini adalah laporan kegiatan pendukung Program BOS yang
telah dilaksanakan di tingkat pusat yang meliputi kegiatan sosialisasi,
pelatihan, pengadaan, monitoring dan evaluasi, serta kegiatan lainnya.
Kegiatan pendukung Program BOS yang dilaksanakan di pusat
tergantung

kepada

ketersediaan

dana

kegiatan

pada

DIPA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bersumber dari APBN,


dan atau sumber dana lain yang tersedia.
Laporan ini dibuat di tiap akhir pelaksanaan, serta disimpan di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk diperlihatkan kepada
pemeriksa apabila diperlukan.
5. Laporan Tim BOS Pusat
Selain laporan yang disimpan di Kementerian Pendidikan

dan

Kebudayaan sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS Pusat


juga

harus

menyampaikan

dokumen

laporan

kepada

beberapa

pemangku kepentingan. Dokumen laporan yang harus disampaikan


tersebut adalah:
a. Laporan realisasi penyerapan dana BOS tiap triwulan untuk
daerah non terpencil.

Laporan ini diserahkan ke Kementerian

Keuangan paling lambat pada minggu keempat bulan kedua tiap


triwulan berjalan;
b. Laporan realisasi penyerapan dana BOS tiap semester untuk
daerah

terpencil.

Laporan

ini

diserahkan

ke

Kementerian

Keuangan paling lambat pada minggu keempat bulan kelima tiap


semester berjalan;
c. Rekapitulasi tahunan penggunaan dana BOS.

Laporan ini

diserahkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan paling


lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya.
E.

Ketentuan Pajak
Ketentuan pajak terkait penggunaan dana BOS di sekolah harus
mengikuti peraturan dan ketentuan pajak nasional dan peraturan dan
ketentuan pajak daerah.

: ..............................................................................................

: ..............................................................................................

Kab/Kota

Provinsi

Pengembangan standar proses

Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan

Pengembangan sarana dan prasarana sekolah

Pengembangan standar pengelolaan

Pengembangan standar pembiayaan

Pengembangan dan implementasi sistem penilaian

1.3

1.4

1.5

1.6

1.7

1.8

Perawatan
Sekolah

Pembayaran
Honorarium
Bulanan

Penggunaan Dana BOS


Pengembangan
Profesi GTK

Pembiayaan
Pengelolaan
Sekolah

Pembelian dan
Perawatan
Perangkat
Komputer

Biaya
Lainnya

Jumlah

Keterangan:
1) Diisi periode triwulan/semester ke ...........;
2) Diisi nama sekolah, atau Tim BOS Kab/Kota ..........., atau Tim BOS Provinsi ..........., atau Tim BOS Pusat;
3) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Provinsi atau Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
4) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
5) Saldo yang diisi hanya pada laporan triwulan II-IV dan semester II, sementara saldo triwulan I dan semester I diisi kosong/nol.

NIP. ......................................................................................................

Langganan
Daya
dan Jasa

NIP. ......................................................................................................

Kegiatan
Ulangan dan
Ujian

................................................................................................................

Kegiatan
Pembelajaran
dan
Ekstrakurikuler

................................................................................................................

Kegiatan
Penerimaan
Siswa Baru

Pemegang Kas Sekolah

Pengembangan
Perpustakaan

4)

3)

2)

1)

Kepala sekolah

Menyetujui,

Pengembangan standar isi

1.2

Total

Pengembangan Kompetensi Lulusan

1.1

Saldo awal (saldo periode sebelumnya) 5)

Program/Kegiatan

: ..............................................................................................

Alamat

No

: ..............................................................................................

Lembaga

PERIODE : ...
Tahun ............

F.

REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOS SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMP Satap

- 95 -

Format Laporan Rekapitulasi Penggunaan Dana

: ..............................................................................................

: ..............................................................................................

Kab/Kota

Provinsi

Pengembangan standar proses

Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan

Pengembangan sarana dan prasarana sekolah

Pengembangan standar pengelolaan

Pengembangan standar pembiayaan

Pengembangan dan implementasi sistem penilaian

1.3

1.4

1.5

1.6

1.7

1.8

Penyelenggaraan
Evaluasi
Pembelajaran

Kegiatan
Penerimaan
Siswa Baru

Pemeliharaan
Kegiatan
dan Perawatan
Pembelajaran
Sarana dan
dan
Prasarana
Ekstrakurikuler
Sekolah

Peningkatan
Kualitas
Pembelajaran
dan Manajemen
Sekolah

Pembelian dan
Perawatan
Perangkat
Komputer

Jumlah

Keterangan:
1) Diisi periode triwulan/semester ke ...........;
2) Diisi nama sekolah, atau Tim BOS Kab/Kota ..........., atau Tim BOS Provinsi ..........., atau Tim BOS Pusat;
3) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Provinsi atau Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
4) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
5) Saldo yang diisi hanya pada laporan triwulan II-IV dan semester II, sementara saldo triwulan I dan semester I diisi kosong/nol.

NIP. ......................................................................................................

Langganan Daya
dan Jasa

................................................................................................................

Pembiayaan
Pengelolaan
Sekolah

NIP. ......................................................................................................

Pengadaan Alat
Habis Pakai
Praktikum
Pembelajaran

Penggunaan Dana BOS

................................................................................................................

Pembelian
Buku

Pengadaan
Bahan Habis
Pakai
Praktikum
Pembelajaran

Pemegang Kas Sekolah

4)

3)

2)

1)

Kepala sekolah

Menyetujui,

Pengembangan standar isi

1.2

Total

Pengembangan Kompetensi Lulusan

1.1

Saldo awal (saldo periode sebelumnya) 5)

Program/Kegiatan

: ..............................................................................................

Alamat

No

: ..............................................................................................

Lembaga

PERIODE : ...
Tahun ............

REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOS SMA/SMALB

- 96 -

: ..............................................................................................

: ..............................................................................................

Kab/Kota

Provinsi

Pengembangan standar proses

Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan

Pengembangan sarana dan prasarana sekolah

Pengembangan standar pengelolaan

Pengembangan standar pembiayaan

Pengembangan dan implementasi sistem penilaian

1.3

1.4

1.5

1.6

1.7

1.8

Kegiatan
Penerimaan
Siswa Baru

Pemeliharaan
Kegiatan
Kegiatan Uji Penyelenggaraan
dan Perawatan
Pengembangan
Pembelajaran
Kempetensi dan
Bursa Kerja
Sarana dan
Sekolah
dan
Sertifikasi
Khusus, Prakerin,
Prasarana
Rujukan
Ekstrakurikuler
Kejuruan
dan Magang
Sekolah

Peningkatan
Mutu Proses
Pembelajaran
Kejuruan

Pembelian dan
Perawatan
Perangkat
Komputer

Jumlah

Keterangan:
1) Diisi periode triwulan/semester ke ...........;
2) Diisi nama sekolah, atau Tim BOS Kab/Kota ..........., atau Tim BOS Provinsi ..........., atau Tim BOS Pusat;
3) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Provinsi atau Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
4) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
5) Saldo yang diisi hanya pada laporan triwulan II-IV dan semester II, sementara saldo triwulan I dan semester I diisi kosong/nol.

NIP. ......................................................................................................

Penyelenggaraan
Evaluasi
Pembelajaran

................................................................................................................

Langganan
Daya
dan Jasa

NIP. ......................................................................................................

Pembiayaan
Pengelolaan
Sekolah

Penggunaan Dana BOS

................................................................................................................

Pengadaan Alat
Habis Pakai
Praktikum
Pembelajaran

Pengadaan
Bahan Habis
Pakai
Praktikum
Pembelajaran

Pemegang Kas Sekolah

Pembelian
Buku

4)

3)

2)

1)

Kepala sekolah

Menyetujui,

Pengembangan standar isi

1.2

Total

Pengembangan Kompetensi Lulusan

1.1

Saldo awal (saldo periode sebelumnya) 5)

Program/Kegiatan

: ..............................................................................................

Alamat

No

: ..............................................................................................

Lembaga

PERIODE : ...
Tahun ............

REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOS SMK

- 97 -

- 98 -

BAB IX
MONITORING
A.

Monitoring oleh Tim BOS Pusat


1. Monitoring yang dilaksanakan Tim BOS Pusat dapat ditujukan untuk
memantau pencairan dan penyaluran dana, atau kinerja Tim BOS
Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota, atau pengelolaan dan
penggunaan dana di sekolah, atau tindak lanjut penanganan dan
pelayanan pengaduan masyarakat;
2. Dalam setiap pelaksanaan monitoring, sasaran responden yang
dilibatkan adalah pemangku kepentingan yang terkait dengan tujuan
monitoring. Responden tersebut dapat terdiri dari Tim BOS Provinsi,
atau pengelola keuangan daerah, atau lembaga penyalur, atau Tim
BOS Kabupaten/Kota, atau pengelola sekolah, atau warga sekolah;
3. Disesuaikan dengan tujuan, pelaksanaan monitoring dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Monitoring dapat dilakukan melalui kunjungan
lapangan,

atau

koordinasi

melalui

media

komunikasi

(telepon,

faksimil, email, dll), atau melalui mekanisme monitoring terhadap


laporan online;
4. Disesuaikan

dengan

tujuan

dan

mekanisme,

monitoring

dapat

dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, atau pada saat


penyaluran dana, atau pasca penyaluran dana, atau sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan;
5. Kegiatan monitoring yang dilaksanakan di oleh Tim BOS Pusat
menggunakan anggaran pada DIPA Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang bersumber dari APBN, dan atau sumber dana lain
yang tersedia;
6. Frekuensi pelaksanaan, sasaran dan jumlah sasaran yang dilibatkan,
responden dan jumlah responden yang dilibatkan, mekanisme dan
waktu

pelaksanaan

monitoring

disesuaikan

dengan

tujuan,

kebutuhan, serta ketersediaan anggaran dan SDM. Monitoring BOS


juga dapat disinergikan pelaksanaannya dengan monitoring program
lainnya;

- 99 -

B.

Monitoring oleh Tim BOS Provinsi


1. Monitoring yang dilaksanakan Tim BOS Provinsi dapat ditujukan
untuk memantau pencairan dan penyaluran dana, atau kinerja Tim
BOS Kabupaten/Kota, atau pengelolaan dan penggunaan dana di
sekolah, atau tindak lanjut penanganan dan pelayanan pengaduan
masyarakat;
2. Dalam setiap pelaksanaan monitoring, sasaran responden yang
dilibatkan adalah pemangku kepentingan yang terkait dengan tujuan
monitoring. Responden tersebut dapat terdiri dari pengelola keuangan
daerah, atau lembaga penyalur, atau Tim BOS Kabupaten/Kota, atau
pengelola sekolah, atau warga sekolah;
3. Disesuaikan dengan tujuan, pelaksanaan monitoring dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Monitoring dapat dilakukan melalui kunjungan
lapangan,

atau

koordinasi

melalui

media

komunikasi

(telepon,

faksimil, email, dll), atau melalui mekanisme monitoring terhadap


laporan online;
4. Disesuaikan

dengan

tujuan

dan

mekanisme,

monitoring

dapat

dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, atau pada saat


penyaluran dana, atau pasca penyaluran dana, atau sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan;
5. Kegiatan monitoring yang dilaksanakan di oleh Tim BOS Provinsi
menggunakan anggaran pada DIPA Dinas Pendidikan Provinsi yang
bersumber dari APBN atau APBD, dan atau sumber dana lain yang
tersedia;
6. Frekuensi pelaksanaan, sasaran dan jumlah sasaran yang dilibatkan,
responden dan jumlah responden yang dilibatkan, mekanisme dan
waktu

pelaksanaan

monitoring

disesuaikan

dengan

tujuan,

kebutuhan, serta ketersediaan anggaran dan SDM. Monitoring BOS


juga dapat disinergikan pelaksanaannya dengan monitoring program
lainnya.
pengawas

Untuk itu pelaksanaan monitoring juga dapat melibatkan


sekolah

yang

kredibel

dan

bertanggungjawab

secara

terintegrasi dengan kegiatan pengawasan lainnya yang dilakukan oleh


pengawas sekolah;

- 100 -

C.

Monitoring oleh Tim BOS Kabupaten/Kota


1. Monitoring yang dilaksanakan Tim BOS Kabupaten/Kota dapat
ditujukan untuk memantau pencairan dan penyaluran dana, atau
pengelolaan dan penggunaan dana di sekolah, atau tindak lanjut
penanganan dan pelayanan pengaduan masyarakat;
2. Dalam setiap pelaksanaan monitoring, sasaran responden yang
dilibatkan adalah pemangku kepentingan yang terkait dengan tujuan
monitoring. Responden tersebut dapat terdiri dari lembaga penyalur,
atau pengelola sekolah, atau warga sekolah;
3. Disesuaikan dengan tujuan, pelaksanaan monitoring dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Monitoring dapat dilakukan melalui kunjungan
lapangan,

atau

koordinasi

melalui

media

komunikasi

(telepon,

faksimil, email, dll), atau melalui mekanisme monitoring terhadap


laporan online;
4. Disesuaikan

dengan

tujuan

dan

mekanisme,

monitoring

dapat

dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, atau pada saat


penyaluran dana, atau pasca penyaluran dana, atau sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan;
5. Kegiatan monitoring yang dilaksanakan di oleh Tim BOS Kabupaten/
Kota menggunakan anggaran pada DPA Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota yang bersumber dari APBD, dan atau sumber dana lain yang
tersedia;
6. Frekuensi pelaksanaan, sasaran dan jumlah sasaran yang dilibatkan,
responden dan jumlah responden yang dilibatkan, mekanisme dan
waktu

pelaksanaan

monitoring

disesuaikan

dengan

tujuan,

kebutuhan, serta ketersediaan anggaran dan SDM. Monitoring BOS


juga dapat disinergikan pelaksanaannya dengan monitoring program
lainnya.
pengawas

Untuk itu pelaksanaan monitoring juga dapat melibatkan


sekolah

yang

kredibel

dan

bertanggungjawab

secara

terintegrasi dengan kegiatan pengawasan lainnya yang dilakukan oleh


pengawas sekolah;

- 101 -

BAB X
PENGAWASAN DAN SANKSI
A.

Pengawasan
Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat, pengawasan
fungsional, dan pengawasan masyarakat.
1. Pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing
instansi

kepada

bawahannya

baik

di

tingkat

pusat,

provinsi,

kabupaten/kota maupun sekolah. Prioritas utama dalam program


BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh SKPD pendidikan
kabupaten/kota kepada sekolah.
2. Pengawasan fungsional internal oleh Inspektorat Jenderal Kemdikbud
serta

inpektorat

daerah

provinsi

dan

kabupaten/kota

dengan

melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau


permintaan instansi yang akan diaudit, serta sesuai dengan wilayah
kewenangan masing-masing.
3. Pengawasan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dengan melakukan audit atas permintaan instansi yang akan
diaudit.
4. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan
kewenangan.
5. Pengawasan masyarakat dalam rangka transparansi pelaksanaan
program BOS oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan
masyarakat yang terdapat di sekolah, kabupaten/kota, provinsi dan
pusat mengacu pada kaedah keterbukaan informasi publik, yaitu
semua dokumen BOS dapat diakses oleh publik kecuali yang
dirahasiakan.

Apabila

terdapat

indikasi

penyimpangan

dalam

pengelolaan BOS, agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas


fungsional atau lembaga berwenang lainnya.
B.

Sanksi
Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan
negara

dan/atau

sekolah

dan/atau

siswa

akan

dijatuhkan

oleh

- 102 -

aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan


pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya seperti
berikut:
1. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undangundang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi
kerja);
2. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu dana BOS
yang terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada sekolah;
3. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan
dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan
penyimpangan dana BOS;
4. Apabila berdasarkan hasil monitoring atau audit sekolah terbukti
melakukan

penyimpangan,

atau

tidak

menyusun

laporan

pertanggungjawaban penggunaan dana BOS (termasuk laporan online


ke laman BOS di www.bos.kemdikbud.go.id), Tim BOS Kabupaten/
Kota dapat meminta secara tertulis kapada bank (dengan tembusan ke
sekolah) untuk menunda pengambilan dana BOS dari rekening
sekolah;
5. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan
pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada
provinsi/kabupaten/kota, bilamana terbukti pelanggaran tersebut
dilakukan

secara

sengaja

dan

tersistem

untuk

memperoleh

keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan;


6. Bentuk sanksi lainnya sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

- 103 -

BAB XI
PELAYANAN DAN PENANGANAN
PENGADUAN MASYARAKAT
A.

Tujuan
Program yang baik akan memastikan bahwa setiap pertanyaan, usulan
dan

keluhan

mendapatkan

respon.

Pengelolaan

Pelayanan

dan

Penanganan Pengaduan Masyarakat (P3M) dalam program BOS ditujukan


untuk:
1. Mengatur alur informasi pengaduan/temuan masalah agar dapat
diterima oleh pihak yang tepat;
2. Memastikan bahwa pengelola program akan menindaklanjuti setiap
pengaduan yang masuk;
3. Memastikan setiap progres penanganan akan didokumentasikan
secara jelas;
4. Menyediakan bentuk informasi dan data base yang harus disajikan
dan dapat diakses publik.
B.

Media
Informasi, pertanyaan, atau

pengaduan

dapat

disampaikan

secara

langsung, atau melalui SMS, telepon, surat atau email. Berikut adalah
media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi terhadap
program

baik

yang

bersifat

masukan/saran,

pertanyaan,

maupun

keluhan.
1. Online Dikdasmen : bos.kemdikbud.go.id
SD : http://ditpsd.kemdikbud.go.id
SMP : http://ditpsmp.kemdikbud.go.id
SMA : http://psma.kemdikbud.go.id
SMK : http://psmk.kemdikbud.go.id
2. Telepon

PIH : 177
SD : 0-800-140-1276 (bebas pulsa) ; 021-5725632
SMP : 0-800-140-1299 (bebas pulsa) ; 021-5725980 ;
021-5725651
SMA : 081210805805 ; 081574805805
SMK : 021-5725467

3. Faksimil

SD : 021-5725637

- 104 -

SMP : 021-5731070 ; 021-5725645 ; 021-5725635 ;


021-5725651
SMA : 021-75912221
SMK : 021-5725049
4. Email

Dikdasmen : bos@kemdikbud.go.id
SMP : pengaduan.ditpsmp@kemdikbud.go.id
SMA : bos.sma@kemdikbud.go.id
SMK : helpdesk.psmk@kemdikbud.go.id

5. SMS

PIH : 1771
SMP : 081222449964
SMA : 081210805805 ; 081574805805

C.

Tugas dan Fungsi Layanan


Tim BOS melaksanakan fungsi-fungsi untuk melakukan tindak lanjut
terhadap informasi/pengaduan yang diterima.

Pembagian tugas dan

fungsi layanan pada program BOS adalah sebagai berikut.


1. Tim BOS Pusat
a. Menetapkan petugas unit P3M;
b. Menerima dan mencatat semua informasi, termasuk hasil temuan
audit BPK/BPKP/Itjen ke dalam sistem pengaduan BOS di laman
www.bos.kemdikbud.go.id/pengaduan;
c. Menjawab pertanyaan dan menindaklanjuti usul/saran/masukan;
d. Memonitor progres penanganan pengaduan yang ada di provinsi
maupun kabupaten/kota;
e. Menganalisa informasi sebagai bahan masukan bagi kebijakan
manajemen BOS;
f.

Menyampaikan informasi kepada Inspektorat Jenderal dalam hal


diperlukan tindak lanjut;

g. Membuat laporan perkembangan penanganan pengaduan secara


regular sesuai dengan periode laporan program BOS.

Laporan

tersebut bersumber dari sistem pengaduan di laman BOS yang


merupakan rekapitulasi status provinsi;

- 105 -

h. Menyelenggarakan rapat koordinasi secara berkala dengan agenda


menyampaikan status pengaduan untuk mendorong penyelesaian
yang melibatkan pihak-pihak terkait;
i.

Menginformasikan status penanganan pengaduan BOS secara


berkala kepada provinsi/kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti;

j.

Melakukan koordinasi dengan Bagian Hukum, Tata Laksana dan


Kerjasama

pada

Direktorat

Jenderal

Pendidikan

Dasar

dan

Menengah terkait dengan publikasi informasi.


2. Tim BOS Provinsi
a. Menetapkan petugas unit P3M;
b. Menerima dan mencatat semua informasi (saran, pertanyaan, dan
pengaduan) dari masyarakat baik yang disampaikan melalui
telepon, email, surat, faks, termasuk hasil temuan audit ke dalam
sistem pengaduan BOS di laman

www.bos.kemdikbud.go.id/

pengaduan;
c. Menjawab pertanyaan dan menindaklanjuti usul/saran/masukan
dari masyarakat, termasuk

yang disampaikan melalui sistem

pengaduan online dan sms di laman BOS;


d. Monitoring kabupaten/kota untuk memastikan tugas dan fungsi
layanan masyarakat dan pengaduan BOS dilaksanakan sesuai
petunjuk teknis yang ada;
e. Berkoordinasi dengan kabupaten/kota jika diperlukan untuk
melakukan penanganan secara langsung dalam kasus-kasus yang
dianggap mendesak dan penting;
f.

Membuat laporan perkembangan status pengaduan secara regular


sesuai dengan periode laporan program BOS. Laporan tersebut
bersumber dari sistem pengaduan di laman BOS yang merupakan
rekapitulasi status kabupaten/kota;

g. Menyelenggarakan rapat koordinasi secara berkala dengan agenda


menyampaikan rekapitulasi status kemajuan dan hasil tindak
lanjut

pengaduan

yang

dilakukan

mendorong penyelesaian yang diperlukan;

kabupaten/kota

guna

- 106 -

h. Melakukan koordinasi dengan Pejabat Pengelola Informasi dan


Dokumentasi (PPID) Provinsi terkait dengan publikasi informasi.
3. Tim BOS Kabupaten/Kota
a. Menetapkan petugas unit P3M;
b. Menerima dan mencatat semua informasi (saran, pertanyaan, dan
pengaduan) dari masyarakat baik yang disampaikan melalui
telepon, email, surat, faks, termasuk hasil temuan audit ke dalam
sistem pengaduan BOS di laman bos.kemdikbud.go.id/pengaduan;
c. Menjawab pertanyaan dan menindaklanjuti usul/saran/masukan
dari masyarakat, termasuk

yang disampaikan melalui sistem

pengaduan online dan sms di laman BOS;


d. Melakukan penanganan yang diperlukan dan memonitor kemajuan
dan hasil penanganan pengaduan;
e. Memperbarui status kemajuan dan hasil tindak lanjut pengaduan
BOS secara online di laman BOS;
f.

Membuat laporan perkembangan status pengaduan secara reguler


sesuai dengan periode laporan program BOS.

Laporan tersebut

bersumber dari sistem pengaduan di laman BOS;


g. Menyelenggarakan rapat koordinasi secara berkala dengan agenda
menyampaikan

status

kemajuan

dan

hasil

tindak

lanjut

pengaduan untuk mendorong penyelesaiannya;


h. Melakukan koordinasi dengan Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) Kabupaten/Kota terkait dengan publikasi
informasi.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

MUHADJIR EFFENDY

También podría gustarte