Está en la página 1de 16

Askep Bronkiektasis

Pengertian Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus (
Soeparman & Sarwono, 1990)

Bronkiektasis
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh
episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa ( mis.
Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang
bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).
Klasifikasi Bronkiektasis
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.

Bronkiektasis silindris

2.

Bronkiektasis fusiform

3.

Bronkiektasis kistik atau sakular.

Etiologi Bronkiektasis
1.

Infeksi

2.

Kelainan heriditer atau kelainan kongenital

3.

Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi

4.
Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan,
atau penyakit menular lainnya semasa kanak-kanak.
Patofiologi Bronkiektasis

Patofisiologi Bronkiektasis
Gambaran Klinis Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita
berumur kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita
gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi
ada atau tidaknya komplikasi.
Tanda dan Gejala

1.
Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran
dan berbaring.
2.
Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama
sekali ( Bronkiektasis ringan )
3.
Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 - 300 cc,
disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah
badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan
batuk darah.
4.

Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.

Pemeriksaan Diagnostik
1.

Pemerisaan Laboratorium.

Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung
lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora normal dari
nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus, klebsiela,
aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya leukositosis menunjukkan
adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.
Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang
disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang
bisa meningkat atau menurun.
Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi
korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal
tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit
atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat
mengakibatkan :

Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi


Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri

Hipoksemia
Hiperkapnia

Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan :

2.

Pemeriksaan imunologi
Pemeriksaan spermatozoa
Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
Pemeriksaan Radiologi.

Foto dada PA dan Lateral

Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan menjadi kabur,
mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta gambaran kistik dan batas-batas
permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter
yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan
lobus medius paru kanan.

Pemeriksaan bronkografi

Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita
yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan
berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif
atau penderita dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan setelah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural drainage
yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret.
Penatalaksanaan Bronkiektasis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :

Pemberian antibiotik dengan spekrum luas ( Ampisillin, Kotrimoksasol, atau amoksisilin


) selama 5- 7 hari pemberian
Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan, serta batuk yang efektif untuk
mengeluarkan sekret secara maksimal

Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan bronkodilator untuk mencegah bronkospasme dan
memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret
menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.

Asuhan Keperawatan Bronkiektasis

Pengkajian Data Dasar


1.

Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang

2.

Merokok produk tembakau sebagai faktor penyebab utama


Tinggal atau bekerja di daerah dengan polusi udara berat
Riwayat alergi pada keluarga
Ada riwayat asma pada masa anak-anak
Riwayat atau adanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :

3.

Allergen ( serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)


Sress emosional
Aktivitas fisik yang berlebihan
Polusi udara
Infeksi saluran nafas
Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan
Pemeriksaan fisik berdasarkan fokus pada system pernafasan yang meliputi :

Kaji frekuensi dan irama pernafasan


Inspeksi warna kulit dan warna menbran mukosa
Auskultasi bunyi nafas
Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :

Mengangkat bahu pada saat bernafas


Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
Pernafasan cuping hidung

Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris


Kaji bila nyeri dada pada pernafasan
Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.
Tentukan bila pasien mengalami dispneu atau orthopneu
Kaji tingkat kesadaran.
4.

Pemeriksaan diagnostik meliputi :

Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi

Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan


Klutur sputum positif bila ada infeksi
Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum
Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal
paru ( obstruksi atau restriksi).
Tes hemoglobolin.
EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.
5.

Kaji persepsi diri pasien

6.

Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.

Diagnosa Keperawatan Bronkiektasis


1.
Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau
sekresi kental
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan
alveoli
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,produksi
sputum, dispneu
4.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.

5.
Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi, kurang
pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan
6.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas

Intervensi Keperawatan Bronkiektasis


1.
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret, sekret kental.
Tujuan :
Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
Kriteria hasil :

Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang


mengeluarkan secret.

efektif, dan

Rencana Tindakan :
1.

Kaji /pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi

R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selam
stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding
inspirasi
2.

Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas

R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak dimanisfestasikan
adanya bunyi nafas.
3.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada
sandaran tempat tidur
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan
gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot
dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
4.

Bantu latihan nafas abdomen atau bibir

R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara


5.

Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk

R/ Mengetahui keefktifan batuk


6.
Tingkatan masukan cairan sampai 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat
dan masukan cairan antara sebagai penganti makan
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat
dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan antara makan dapat meningkatkan distensi gaster dan
tekana diafragma.
7.

Berikan obat sesuai indikasi

R/ Mempercepat proses penyembuhan.


2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan
kerusakan alveoli.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Kriteria :
GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12- 24x/mt, bunyi nafas bersih,
tidak ada batuk, frekuensi nadi 60-100x/mt, tidak dispneu.
Rencana Tindakan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori
R/ untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/ kronisnya suatu penyakit.
2. Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas
.Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
R/ Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas.
3. Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila ada indikasi
R/ Sputum menganggu proses pertukaran gas serta penghisapan dilakukan bila batuk tidak
efektif.
4. Awasi tingkat kesadaran / status mental
R/ Manisfestasi umum dari hipoksia
5. Awasi tanda vital dan status jantung
R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung
6. Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu intubasi
R/ Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan
untuk penyelamatan hidup.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah,produksi sputum, dispneu
Tujuan : Peningkatan dalam status nutrisi dan berta badan pasien
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.

Rencana tindakan :
1.
Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang
berta badan tiap minggu.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang diharapkan
2.
Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari bau selama waktu
makan
R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan anoreksia
3.

Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi

R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.
4.

Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jika tidak mendapat infus.

R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien


4.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis,
malnutrisi.
Tujuan : Tidak terjadi/ adanya gejala -gejala infeksi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-10000/mm.batuk
produktif tidak ada.
Rencana intervensi :
1.
Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum dan hasil pemeriksaan leokusit serta
warna dan konsistensi sputum
R/ Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dapat dicapai dan penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).
2.

Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan kultur.

R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan mengidentifikasi kuman
penyebabnya.
3.

Berikan nutrisi yang adekuat

R/ malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan terhadap infeksi.

4.

Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi keefektifannya

R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.


5.
Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,
kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan.
Tujuan : Hilangnya ansietas
Kriteria hasil : Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi nadi 60100x/mt.
Intervensi Keperawatan :
1.

Selama periode distress pernafasan akut :

Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung


Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2 ltr/mt
Demontrasikan untuk kontrol pernafasan
Ijinkan seseorang untuk menemani pasien
Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang

R/ Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya dengan meningkatkan relaksasi dan


meningkatkan jumlah udara yang masuk paru-paru
2.
Hindari pemberian informasi dan instruksi yang bertele-tele/sederhana mungkin ketika
pasien mengalami distress dan lakukan pendekatan dengan pasien secara tenang dan
menyakinkan.
R/ Pasien dapat menerima sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu banyak informasi
dapat meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang diharpkan makakan dapat membantu
penurunan ansietas.
3.

Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan.

R/ Obat penenang dapat mengontrol tingkat ansietasnya.


6.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas

Tujuan :Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas


Kriteria hasil :
Menurunnya keluhan tentang napas pendek dan lemah dalam melaksanakan aktivitas
Rencana Tindakan

1. Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktivitas


R/ Mengidentifikasi kembali penyimpangan tujuan yang diharapkan
2. Berikan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sesuai yang diperlukan dan dilakukan secara
bertahap
R/ Dapat mengurangi pengunaan energi yang berlebihan
3. Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang mudah dikunyah.
R/ Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan memerlukan banyak energi
Daftar Pustaka :
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume III, EGC, Jakarta
Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan,
Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung
Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN
VENTILASI MEKANIK)

KLIEN

DENGAN

GAGAL

NAFAS

(BANTUAN

PENGERTIAN
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis. Ventilator adalah
suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempetahankan oksigenasi
PENYEBAB
1. Penyebab sentral
a. Trauma kepala : contusio cerebri
b. Radang otak : encephalitis
c. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler: GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxan
b. Kelainan jalan nafas: obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru: edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
PATOFISIOLOGI
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi,
rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru,
sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan
ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra
thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.
PEMERIKSAAN FISIK
Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes
1. Sirkulasi
o Tanda : Takikardia, irama irreguler
o S3-S4/Irama gallop
o Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
o Hammans sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan
udara di mediastinum)
o TD : hipertensi/hipotensi
2. Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke
leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
o Tanda: Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
3. Pernapasan
o Gejala: riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru, keganasan,
lapar udara, batuk
o Tanda: takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot assesori,
penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas
area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi
: pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat,
krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
4. Keamanan
o Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
5. Penyuluhan/pembelajaran
o Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik meliputi biasanya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hb : dibawah 12 gr %
pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
pa O2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
pCO2 di bawah 35 atau di atau 45 mmHg
BE di bawah -2 atau di atas +2
Analisa gas darah :
o Saturasi O2 kurang dari 90%
7. Ro : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat terlihat perpindahan letak
mediastinum
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator mekanik
adalah :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakit
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang
tidak tepat, obstruksi selang ETT
4. Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT
6. Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang
ETT
7. Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, selang ETT,
ansietas, stress
8. Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang ETT

RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan yang dibuat antara lain:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
o Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan
mempertahankan keefektifan jalan nafas
o Kriteria hasil :
a. Bunyi nafas bersih
b. Ronchi (-)
c. Tracheal tube bebas sumbatan
o Intervensi
a. Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan
b. Mengevaluasi keefektifan bersihan jalan nafas
Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara :
a. Jelaskan pada klien tentang tujuan dari tindakan
penghisapan
Meningkatkan pengertian sehingga memudahkan
klien berpartisipasi
b. Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan
penghisapan, minimal 4 5 x pernafasan
Memberi cadangan oksigen untuk menghindari
hypoxia
c. Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril,
kateter penghisap steril
Mencegah infeksi nosokomial
d. Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan
tidak menghisap, lama penghisapan tidak lebih 10 detik
Aspirasi lama dapat menyebabkan hypoksiakarena
tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret
dan oksigen
e. Atur tekana penghisap tidak lebih 100-120 mmHg
ekana negatif yang berlebihan dapat merusak
mukosa jalan nafas
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum
melakukan penghisapan berikutnya
Memberikan cadangan oksigen dalam par
Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih
a. Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 37,8 C)
Membantu mengencerkan sekret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan,proses penyakit,
pengesetan ventilator yang tidak tepat
o Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang kembali
normal
o Kriteria hasil

1.
o

Hasil analisa gas darah normal :


o

PH (7,35 7,45)
PO2 (80 100 mmHg)
PCO2 ( 35 45 mmHg)
BE ( -2 +2)

Intervensi
a. Cek analisa gas darah setiap 10 30 mnt setelah perubahan setting ventilator
Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan
b. Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode penyapihan
Evaluasi kemampuan bernafas klien
c. Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi
Sekresi menghambat kelancaran udara nafas
d. Monitor tanda dan gejala hipoksia
Deteksi dini adanya kelainan

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak
tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT

Tujuan : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif


Kriteria hasil :
a. Nafas sesuai dengan irama ventilator
b. Volume nafas adekuat
c. Alarm tidak berbunyi
Intervensi
a. Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam
Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi ventilator
b. Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya
Bunyi alarm menunjukkan adanya gangguan fungsi ventilator
c. Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi tempat tidur
sepanjang waktu
Mempermudah melakukan pertolongan bila sewaktu-waktu ada gangguan
fungsi ventilator
d. Monitor slang/cubbing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau tersumbat
Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
e. Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff
Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
f. Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT lewat oral)
Mencegah tergigitnya slang ETT
g. Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik
Mencegah terlepasnya.tercabutnya slang ETT
h. Monitor suara nafas dan pergerakan ada secara teratu
Evaluasi keefektifan pola nafa

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
2. Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC,
Jakarta
3. Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis,
Philadelphia
4. Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan
I.Universitas Surabaya

También podría gustarte