Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai penyakit paru kini merupakan masalah kesehatan. Penyakit infeksi,
tuberkulosis maupun nontuberkulosis, asma dan
kanker paru dan juga penyakit paru akibat kerja merupakan contoh penyakit-penyakit
yang punya dampak luas di masyarakat.
Kedokteran Respirasi (Respiratory Medicine) saat ini agaknya merupakan istilah
yang lebih tepat dan lebih banyak dikemukakan oleh karena cakupan yang luas serta
mempunyai pengaruh sosial ekonomi dan budaya. Hal ini tidak mengherankan karena
paru merupakan organ di dalam tubuh yang berhubungan langsung dengan udara luar
(lingkungan), hingga perubahan
kesehatan paru, contohnya ialah Smoking Related Diseases, penyakit paru kerja, Tb,
Asma dan lain-lain. Hal-hal tersebut berarti bila ingin menanggulangi penyakit paru dan
meningkatkan kesehatan paru secara menyeluruh, aspek kuratif menjadi sebagian saja
dari pendekatan yang harus dilakukan. Upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif sudah
waktunya diperluas cakupan kegiatannya.
Khusus untuk Indonesia, penyakit-penyakit infeksi paru masih merupakan
penyebab kematian yang amat penting dan masih sering pula dijumpai dalam pola
morbiditas yang ada, demikian pula dengan asma bronkial dan penyakit paru obstruktif.
Hasil survai kesehatan rumah tangga 1980 menunjuk hampir sepertiga (28,4%) kematian
di Indonesia disebabkan oleh penyakit paru. Pada survai berikutnya di tahun 1986 angka
ini ternyata meningkat menjadi 30,5%, sehingga berdasarkan Survai Kesehatan Rumah
Tangga Nasional terbaru ini tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa 1 di antara 3
kematian di negara kita disebabkan oleh penyakit paru.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumussan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan bronkiektasis
2. Bagaimana anatomi dari pernapasan
3. Bagaimana patofisiologi dari bronkiektasis
4. Bagaimana manisfestasi klinisnya
5. Bagaimana diagnosis penunjang dari pernapasan
6. Bagaimana penatalaksanaan bronkiektasis dipandang dari segi medis dan askep
BAB II
A. Pengertian
Bronkiektasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari
saluran pernafasan yang besar. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal,
dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang
mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu
sistem pertahanannya.
Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua
tempat. Secara khusus, Bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang
berukuran sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering
membentuk jaringan parut dan menyempit.
Kadang-kadang Bronkiektasis terjadi pada bronkus yang lebih besar, seperti
yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan yang
disebabkan oleh adanya respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang
ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan.
Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel
yang melindungi saluran pernafasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Selsel ini terdiri dari:
-
sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikelpartikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernafasan
sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh,
melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan
Klasifikasi
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3
yaitu :
1.
Bronkiektasis silindris
2.
Bronkiektasis fusiform
3.
Etiologi
1.
Infeksi
2.
3.
4.
B. Anatomi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx
trachea, bronkus, dan bronkiolus.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh.jenis sel yang sama. Bronkusbronkus itu berjalan ke bawah dan
kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan
lebih lebar, dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan
sebuah
cabang
C. Patofisiologi
Bronkiektasis
Kekurangan Mekanisme
Pertahanan yang didapat/
Konginetal (Ig gama
Antitripin alfa 1 )
Pnemoni berulang
Kerusakan permanen
pada dinding bronkus
Terkumpulnya secret
Obstruksi sal.nafas
Bronkus dilatasi
pengumpulan secret,infeksi
sekunder dan terjadi sirkulus.
Kemampuan mengeluarkan
sektrek menurun
D. Gambaran Klinis
Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda,
69 % penderita berumur kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanakkanak, 60 % dari penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun.
Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi. Gejala
tersering adalah batuk kronik dengan sputum yang banyak. Batuk dan pengeluaran
sputum dialami paling sering pada pagi hari, setelah tiduran atau berbaring pada
posisi yang berlawanan dengan sisi yang mengandung kelainan bronkiektasis.
Pada bronkiektasis ringan atau yang hanya mengenai satu lobus saja, mungkin
tidak terdapat gejala. Kalau pun ada, biasanya batuk bersputum yang menyertai batuk
pilek selama 1-2 minggu. Komplikasi pneumonia jarang dan progresivitasnya lambat.
Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk terus menerus dengan sputum yang
banyak (200-300 ml) yang bertambah berat bila terjadi infeksi saluran nafas atas.
Biasanya dapat diikuti dengan demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat
badan, anemia, nyeri pluera dan lemah badan. Sesak nafas dan sianosis timbul pada
kelainan yang luas. Hemoptisis mungkin merupakan satu-satunya gejala, sebab itu
bronkiektasis harus dipikirkan bila terdapat hemoptisis yang tidak jelas sebabnya.
Pada pemeriksaan fisik yang terpenting adalah terdapat ronki basah sedang
sampai kasar pada daerah yang terkena dan menetap pada pemeriksaan yang
berulang. Kadang-kadang dapat ditemukan ronki kering dan bising mengi. Ditemukan
perkusi yang redup dan suara nafas yang melemah bila terdapat komplikasi empiema.
Jari tabuh didapatkan pada 30-50% kasus. Pada kasus yang berat mungkin terdapat
sianosis dan tanda kor pulmonal (Arief Mansjoer dkk, 1999).
Tanda dan Gejala
1.
2.
Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 12 minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3.
200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan
berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas
E. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemerisaan Laboratorium.
Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, selsel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen
dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat
menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae,
hemofilus
influenza,
pseudomonas
stapilokokus
aeroginosa. Apabila
aereus,klebsiela,
ditemukan
aerobakter,proteus,
sputum
berbau
busuk
ditemukan adanya
Pemeriksaan urin
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang
bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum
biasanya dalam batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.
Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada
komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada
kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi
dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas
vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :
Hipoksemia
Hiperkapnia
Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi
dilakukan pemerisaan :
2.
Pemeriksaan imunologi
Pemeriksaan spermatozoa
dan batas-batas
Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk
mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan
pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak
menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif atau
penderita dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik
dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret..
F. Penatalaksanaan
1.
Medis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :
Pemberian
antibiotik
dengan
spekrum
luas
Deteksi
dini
dan
terapi
komprehensif
multidispliner
meningkatkan
Bronkodilator inhaler seperti albutero (dibutuhkan dua puff tiap empat jam)
perlu diperhatikan pada pasien yang menunjukkan peningkatan 10% FEV1
setelah menghirup bronkodilator. Vaksinasi pneomococcal dan influenza
disarankan. Selain itu juga dianjurkan skrining anggota keluarga untuk
konseling genetik pada pasien fibrosis kistik.
2.
Askep
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan bronkiektasis
(Doenges, 2000) ialah sebagai berikut :
Riwayat PerjalananPenyakit
Keluhan utama
: Sesak napas
: Keletihan,
kelelahan,
malaise,
ketidak
mampuan
: Keletihan,
gelisah,
insomnia,
kelemahan
umum,
Objektif
3) Respirasi
Subjektif
: Riwayat
allergi atau
sensitif
terhadap zat/faktor
Objektif
6) Sirkulasi
Subjektif
Objektif
berat,
distritmia,
distensi
vena
tabuh
dan
sianosis
perifer,
pucat
dapat
menunjukkan anemia.
7) Higiene
Subjektif
: penurunan
kemampuan/peningkatan
kebutuhan
8) Seksualitas
Subjektif
: penurunan libido.
9) Interkasi sosial
Subjektif
: Hubungan
pendukung,
ketergantungan,
kegagalan
pasangan/orang
terdekat,
kurangnya
dukungan
penyakit
sistem
dari/terhadap
lama
atau
ketidakmampuan membaik
Objektif
karena
distres
pernapasan,
keterbatasan
10) Penyuluhan/Pembelajaran
Subjektif
: Penggunaan/penyalahgunaan
obat
pernapasan,
c)
d)
e)
PaO2 menurun.
7) Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada
inspirasi.
8) Sputum : kultur untuk menntukan infeksi, mengidentifikasi patogen ;
pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui kegananasan dan gangguan
alergi.
9) EKG : deviasi aksis kanan.
10) EKG latihan (tes stres) : membantu dalam mengkaji derajat disfungsi
paru,
mengevaluasi
kefektifan
terapi
bronkodilator,
Masalah kolaboratif
c. Rencana Keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis
keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut:
-
Intervensi
1) Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan
a) Dapat diberikan peroral, intravena, rektal, atau dengan inhalasi.
b) Berikan bronkodilator oral atau intravena pada waktu yang
berselingan dengan tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau
IPPB untuk memperpanjang keefektifan obat.
c) Observasi efek samping : takikardia, distritmia, eksitasi sistem
saraf pusat, mual dan muntah.
Rasional : Bronkodilator
medikasi
nebulisasi
dengan
biasanya
aerosolized
digunakan
untuk
tidak
Aerolisasi
tepat
akan
memudahkan
mengurangi
klirens
keefektifannya.
bronkial,
membantu
akan
memperbaiki
hipoksemia.
Diperlukan
retensi
CO2
kronis,
maka
hipoksia
dorongan
hipoksik
dan
dapat
terjadi
4) Lakukan drainase postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari
dan malam hari sesuai yang diharuskan.
Rasional
bronkial
meningkatkan
menyebabkan
pembentukan
bronkokonstriksi
lendir,
yang
dan
kemudian
pernapasan
minor
yang
tidak
memberikan
Intervensi
1) Ajarkan klien pernapasan diafragmatik dan pernapasan bibir
dirapatkan.
Rasional : membantu klien memperpanjang waktu ekspirasi,
dengan tekhnik ini klien akan bernapas lebih efektif dan
lebih efesien.
2) Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat,
biarkan klien membuat beberapa keputusan (mandi, bercukur) tentang
Rasional :
Intervensi
1) Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat
yang ditujukan pada klien.
Rasional :
disonea
sejalan
dengan
klien
menjadi
terkondisi.
3) Ajarkan tekhnik relaksasi atau berikan rekaman untuk relasasi bagi
klien.
Rasional :
Relaksasi
mengurangi
stress
dan
ansietas
dan
latihan serta
mengurangi hospitalisasi .
5) Sarankan konseling vokasional untuk menggali kesempatan alternatif
pekerjaan (jika memungkinkan)
Rasional :
Kepatuhan
rumah.
Intervensi
1) Bantu klien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek.
Rasional :
d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1) Menunjukkan
perbaikan
pertukaran
gas
dengan
menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan..EGC: Jakarta.
Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. EGC: Jakarta.
Hadiarto M. Pengembangan IPTEK Kedokteran Bidang Respirasi PJPT II. Jakarta, 1993;
Hadiarto M. Penyakit Paru di Indonesia dan Penanggulangannya dalam Pulmonologi
Klinik. Ed. Faisal Yunus dkk Bagian Pulrnonologi FKUI. Jakarta, 1992; 38.
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke tiga. Media Aesculapius:
Jakarta.
Ratna Budiarso dkk. Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Pusat. Penclitian Ekologi Kesehatan. Jakarta.