Está en la página 1de 10

Askep Epilepsi

2 Desember 2014 suryathemagic


EPILEPSI

1. Definisi
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciriciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neronneron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.

2. Etiologi
a. Idiopatik : sebagian besar epilepsi pada anak adalah bersifat idiopatik
b. Faktor herediter : ada beberapa penyakit herediter yang disertai bangkitan
kejang seperti sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, angiomatosis
ensefalotrigeminal, hipoparatiroidisme, dll
c. Kelainan kongenital otak : atropi porensefali, agenesis korpus kalosum
d. Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia
e. Infeksi : radang yang disebabkan oleh bakteri atau virus pada otak dan
selaputnya, toksoplasmosis.
f. Trauma : kontusio cerebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural.
g. Neoplasma otak dan selaputnya
h. Kelainan pembuluh darah : malformasi, penyakit kolagen
i. Keracunan : timbal ( Pb ) kamper ( Kapur barus ), fenotiasin
j. Lain lain : gangguan keseimbangan hormon, degenerasi serebral,dll

3. Klasifikasi dan manifestasi Klinis

a. Grandmal

Grandmal adalah jenis epilepsi yang sering ditemukan pada anak. Karateristiknya :
umumnya ditandai dengan hilangnya kesadaran selama beberapa menit.
Gejala Klinik: Menjerit, hilang kesadaran, jatuh, gerakan tonis dan klonis,
inkontenen.
b. Petit mal
Biasanya terjadi pada anak dan remaja. Berkurang apabila anak sudah menginjak
dewasa.
Karakteristiknya: gangguan disertai sedikit atau tanpa gerakan tonis terjadi tanpa
isyarat, menghilang setelah beberapa jam setelah bangkit.
Gejala klinis: Mendadak, wajah diam disertai mata memandang lurus ke depan,
semua kegiatan motorik berhenti kecuali kedip-kedip mata, kemungkinan hilang
tonus otot, kesadaran kembali.

c. Psikomotor
Psikomotor muncul pada semua umur.
Karakteristiknya: mendadak hilang kesadaran, disertai kekacauan perasaan dan
pikiran dan sebagian aktivitas motor yang dikoordinasi lebih lama dari petitmal.
Gejala klinisnya: berperilaku seperti setengah sadar, nampak seperti yang
keracunan, dapat berbuat hal-hal anti sosial seperti: sombong berbuat keganasan,
mengutuk diri sendiri bisa terjadi, nyeri dada, gangguan respiratory, gangguan
gastrointestinal, inkontinen urine.
d. Focal Jackson
Focal Jacson terjadi pada semua pasien penyakit struktur otak.
Karakteristik: tergantung pada lokasi fokus, bisa progresif atau tidak.
Gejala klinisnya: Pada umumnya dimulai pada tangan, kaki dan muka, diakhiri
dengan seizure grandmal.
e. Myoklonic
Myoklonic didahului dengan grandmal beberapa bulan atau tahun.
Karakteristik: bisa sangat sedikit bisa mendadak gerakan cepat dan kuat.
Gejala klinis: Kontrkasi kelompok otot tidak sadar yang mendadak biasanya
ektermitas badan tidak hilang kesadaran.

f. Akinetis
Akinetis adalah serangan kejang mendadak, tonus postural menghilang sebentar
dan penderitanya merasa lemas sebelum menyadari atau pulih setelah tubuh atau
lutut menyentuh tanah.
Karakteristiknya: kehilangan seluruh tonus yang aneh.
Gejala Klinis: orang jatuh dalam keadaan lemah, tidak sadar dalam beberapa menit.

4. Patofisiologi.
Pengetahuan tentang neroanatomi dan nerofisiologi sangat penting untuk mengerti
dasar gangguan pada epilepsi. Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls
sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik).
Permukaan otak dapat dibagi atas berbagai macam wawasan yang mempunyai
tugas khusus seperti wawasan motorik, sensorik, kata-kata, pengecap,
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengertian dan wawasan penghubung. Antara
wawasan sensorik, penglihatan, penghidu, pendengaran dan pengecapan terdapat
hubungan satu dengan yang lain. Kawasan kawasan tersebut terdapat pada kedua
belahan otak namun salah satu belahan akan lebih unggul dalam struktur dan
fungsi (dominasi). Pada umumnya belahan otak kiri yang dominan tetapi pada
orang kidal yang dominan belahan otak kanan. Konsep modern tentang impuls
mengatakan bahwa impuls itu adalah aktifitas listrik saraf yang dibangkitkan oleh
sebuah neuron. Konsep ini dicetuskan pertama kali oleh Jackson, yang kemudian
dibuktikan oleh Hans Berger (1929) yang berhasil merekam aktifitas listrik saraf
dengan alat yang dinamakan elektroensefalograf. Banyak penyelidikan yang telah
dilakukan untuk menerangkan tentang masalah kelistrikan epilepsi antara lain oleh
Herbert Jasper (Kanada), Lennox dan Gibbs (Amerika) antara tahun 1935
1945.Dari penyelidikan tersebut terungkap bahwa bangkitan epilepsi dicetuskan
oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus
epileptogen,yang biasanya diketahui lokasinya tetapi tak selalu diketahui
sifatnya.Epilepsi yang tak diketahui sifat pencetusnya dinamakan epilepsi idiopatik,
sedangkan yang dikenal sifat pencetusnya dinamakan epilepsi simtomatik. Setiap
jenis epilepsi dapat di ketahui fokus epileptogennya, umpama epilepsi grand
malidiopatik fokus terletak di daerah talamus (nuclei intralaminares atau inti
sentrensefalik), epilepsi petit mal di substansia retikularis, epilepsi parsial di salah
satu tempat di permukaan otak.Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan
dan mengolah aktivitas listrik sarafi. Otak ialah rangkaian berjuta-juta neron yang
berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.Dalam sinaps terdapat zat yang
dinamakan nerotransmiter.Acetylcholine dan norepinerprine ialah nerotranmiter
eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama amino butiric-acid) bersifat inhibitif
terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps.Pada epilepsi yang
simtomatik fokus epileptogennya dapat berupa jaringan parut bekas trauma kepala,

trauma lahir,pembedahan, infeksi selaput dan jaringan otak dan dapat pula
neoplasma jinak dan ganas. Pada fokus tersebut tertimbun acetylcholine cukup
banyak.DarI fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui dendrit dan sinaps ke
neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan
hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan
demikian akan terlihat umpamanya kejang yang mula-mula setempat selanjutnya
akan menyebar ke bagiantubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa
disertai hilangnya kesadaran.Dari belahan hemisfer yang mengalami
depolarisasi,aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada
talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang
lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai
penurunan kesadaran.Pada epilepsi idiopatik dengan fokus epileptogen pada
talamus (grand mal) atau substansia retikularis (petit mal) oleh suatu mekanisme
yang belum diketahui, fokus-fokus tersebut dapat mengalami lepas muatan listrik
berlebih. Bila lepas muatan listrik ini tak diteruskan ke korteks serebri tidak terjadi
kejang, hanya kehilangan kesadaran seperti pada petit mat.Sedangkan bila aktivitas
listrik ini dapat mencapai seluruh permukaan otak terlihat kejang umum dengan
gangguan kesadaran Pada orang tertentu dengan faktor keturunan didapatkan
gangguan metabolisme asam glutamat yang dalam tubuh diubah menjadi GABA,
sehingga GABA tak terbentuk atau terbentuk dalam jumlah sedikit sekali. Orang ini
cendrung untuk mendapat serangan epilepsi

5. Komplikasi
a. Status epileptikus
b. Sudden death (kematian)
c. Gangguan perilaku dan emosional
d. Gangguan fungsi/kerusakan otak

6. Pemeriksaan Penunjang.
a. EEG.: ini merupakan pemeriksaan penunjang yang informatif yang dapat
memastikan diagnosis epilepsi.Berikut beberapa gambaran hasil pemeriksaan EEG
pada penderita epilepsi :
b. CT-Scan. : pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi adanya infark, hematoma,
tumor, hidrosepalus,dll
b. Foto rontgen kepala. : bertujuan untuk mendeteksi adanya fraktur tulang
tengkorak , dll

c. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan sesuai indikasi untuk memastikan adanya


kelainan sistemik seperti hipoglikemia,hiponatremia, uremia , dll.

7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada epilepsi adalah mencegah timbulnya sawan tanpa
menggagu kapasitas fisik dan intelektual pasien. Pengobatan epilepsi meliputi
pengobatan medikamentosa dan pengobatan psikososial

a. Pengobatan medikamentosa
Pada pengobatan epilepsi dipergunakan patokan berikut :
1. Pilihlah obat sesuai dengan jenis epilepsinya.
2. Selalu dimulai dengan satu macam obat dengan dosis yang berangsur-angsur
dinaikkan sampai serangan teratasi atau tercapai dosis toksis. Bila dengan dosis
optimal serangan belum teratasi maka dapat dimulai dengan dosis yang juga
berangsur-angsur dinaikkan.
3. Setelah kejang teratasi obat harus diberikan sampai 2 3 tahun bebas serangan.
4. Penghentian obat epilepsi harus secara perlahan-lahan.
5. Kalau fasilitas memungkinkan kadar obat dalam darah harus ditentukan.

Pilihan obat sesuai dengan jenis epilepsinya :

1. Grand mal : Phenobarbital, dlantin, mysolin, tegretol, mephenytoin (mesantoin),


mephobarbital, bromide, Na-valproat.
2. Petit mal : Ethosuximide, Na-valproat, clonazepam, trimethadione,
paramethadione, acetazolamide.
3. Lob. Temporalis : Tegretol, diantin, primidon, phenobarbital, mephobarbital,
phenacemid.
4. Minor motor : Clonazepam, diazepam, mysoline, Na-valproat, ketogenik diet.

5. Fokal : Dilantin, mysoline, luminal.


6. Spasme infantil : ACTH, mogadon, kotikosteroid

b. Aspek Psiko Sosial

Pengobatan epilepsi berlangsung lama dan terus menerus sehingga tak jarang
orang tua lalai dan bosan kemudian menghentikan pengobatan mengakibatkan
anak mendapat serangan kembali. Disamping itu efek samping obat baik yang
berhubungan dengan dosis maupun pemakaian yang lama sering menghawatirkan
orang tua. Pada pemakaian luminal misalnya tak jarang terlihat anak hiperaktip dan
nakal.Enam puluh persen dari semua kasus epilepsi bermanifestasi pada masa
kanak-kanak, sehingga anak selain mendapat serangan epilepsi juga menderita
gangguan pertumbuhan dan mental. Kadang-kadang orang tua memberikan
perlindungan berlebihan pada anak, dilarang bermain dengan kawannya karena
takut mendapat kecelakaan atau cemohan. Hal ini menyebabkan anak terpencil dari
lingkungannya. Untuk dapat berhasilnya pengobatan epilepsi perlu kerjasama yang
baik dari orang tua dan masyarakat.

8. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subyektif :
Pasien mengeluh punya riwayat kejang kejang baik hanya sebagian atau
seluruh tubuh yang bersifat kambuh kambuhan
Sakitnya kambuh bila banyak fikiran, bila kepanasan
Saat kejang mulut keluar buih berwarna keputihan
Keluarga mengatakan bahwa salah satu anggotanya tersebut bahkan sampai
tidak sadarkan diri bila penyakitnya kambuh
Badan lemas, sakit dan terasa kesemutan setelah serangan
Sakit kepala setelah serangan
Kepala pusing
Bosan minum obat, merasa diri tidak berharga
b. Data Obyektif

Sebagian atau seluruh badan klien tampak kaku saat serangan


Dari mulut tampak keluar buih yang berwarna keputihan
Klien tampak sadar / tidak sadar
Klien tampak lemas
Klien berbicara tidak jelas
Klien tampak berkeringat
Terjadi peningkatan Nadi dan frekensi nafas
Aktivitas klien tampak terhenti mendadak

9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien epilepsi adalah :
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d paralisis akibat hipoksia, iskemia jaringan otak
akibat kejang yang lama dan berulang d.d. hemiparesis spastik dan rigid
2. Defisit perawatan diri b.d. imobilisasi fisik akibat paralisis d.d. segala aktivitas
sehari-harinya dibantu.
3. Kerusakan integritas jaringan b.d. iskemia jaringan akibat imobilisasi fisik,
tekanan, gesekan dan kelembaban berlebih pada area di bawah tulang dan
gangguan perfusi jaringan kulit d.d. adanya ulkus dekubitus.
4. Manajemen rejimen terapiutik tidak efektif b.d kelemahan, ketidakberdayaan,
defisit pengetahuan d/d
5. Risti infeksi b.d. ulkus dekubitus dan nekrosis jaringan.

10. Rencana Perawatan

1. Dx 1

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


mobilitas fisik tidak terganggu dengan kriteria hasil : tidak terdapat hemiparesis
spastik dan rigid

Intervensi dan rasional


Bantu pasien untuk melakukan rentang gerak
Rasional : mempertahankan mobilitas dan fungsi sendi
Ubah posisi pasien secara teratur
Rasional : untuk menghindari kerusakan karena tekanan
Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab
Rasional : meningkatkan sirkulaasi dan elastisitas kulit

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi secara aktif


Rasional : program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang
terjadi
2. Dx 2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan perawatan diri terpenuhi dengan kriteria hasil klien dapat melakukan
perawatan diri sesuai kemampuannya, mendapatkan bantuan minimal
Intervensi dan rasional
Kaji kemampuan dalam melakukan kebutuhan sehari hari
Rasional : membantu dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan yanag tidak bisa dilakukan pasien
Berikan umpan balik positif untuk usaha yang dilakukan
Rasional : meningkatkan perasaan makna diri, meningkatkan kemandirian
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Rasional : memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana
terapi

3. Dx 3

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


terjadi peningkatan integritas kulit dengan kriteria hasil penyembuhan luka terjadi
tepat waktu
Intervensi dan Rasional
Kaji ukuran, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi disekitar
luka
Membeikan informasi dasar tentang kebutuhan penampilan kulit
Berikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi
Rasional : menyiapkan perbaikan jaringan dan menurunkan risiko infeksi
Masase kulit, pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
Rasional : menurunkan tekanan pada area yang peka dan mencegah perluasan luka
Ubah posisi sesering mungkin
Rasional ; Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit
Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi

4. Dx 4
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 30 mnt diharapkan
penatalaksanaan th/ efektif, dengan kriteri hasil : pasien / klg mengatakan tahu
tentang perlunya pengobatan ,tempat, serta mau melakukannya. Pasien dapat
mengidentifikasi faktor faktor pencetus serangan dan mampu menghindarinya.
Intervensi dan rasional
Kaji faktor penyebabnya
Rasional : Untuk bisa menetukan jenis bantuan yang perlu diberikan
Beri H.E tentang faktor- faktor pedisposisi / presipitasi serangan pada epilepsi,
perlunya pengobatan yang teraur pada epilepsi
Rasional : agar pasien tahu tentang faktor faktor yang dapat memicu timbulnya
serangan pada penyakit epilepsi
Bersama sama pasien dan klg menggali faktor yang menjadi pencetus
serangannya

Rasional : agar pasien tahu tentang faktor faktor yang dapat memicu timbulnya
serangan pada dirinya sendiri
Menyarankan pada pasien sedapat mungkin menghindari faktor faktor pencetus
serangannya itu.
Rasional : agar dapat meminimalkan frekwensi serangan

También podría gustarte