Está en la página 1de 12

GAMBARAN IMT DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI (DYSMENORHOE, AMENORE,

OLIGOMENORE) PADA MAHASISWA TINGKAT 1


Eka Janita Sari email : jibriljenita@yahoo.com
Sugiarti

ABSTRAK
Menstruasi adalah perdarahan periodik
dan siklik dari uterus disertai dekuamasi
endometrium. Gangguan Menstruasi digolongkan
menjadi gangguan siklus Menstruasi (amenore
dan oligomenore) dan gangguan yang menyertai
Menstruasi
(dysmenorhoe).
Dari
survey
pendahuluan di Akademi Kebidanan Griya
Husada surabaya pada bulan April tahun
2013terdapat 93% mahasiswa mengalami
dysmenorhoe dan 73% mahasiswa mengalami
gangguan siklus Menstruasi(amenore dan
oligomenore), dimana angka kejadian tersebut
tidak sesuai dengan angka toleransi kejadian
dysmenorhoe diharapkan tidak melebihi 40%.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran
IMT dengan gangguan Menstruasi (dysmenorhoe,
amenore, oligomenore) pada mahasiswa tingkat 1
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif, populasinya adalah seluruh tingkat 1
sebanyak 63 orang, dan seluruh populasi
dijadikan sebagai sampel. Pengambilan sampel
dilakukan secara non probability sampling
dengan teknik total sampling. Pengumpulan data
memanfaatkan data sekunder dari absensi
mahasiswa dan data primer dari kuesioner. Data
diolah menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi
silang.
Dari
hasil
penelitian
mayoritas
mahasiswa dengan IMT normal sebanyak
76,19%, yang mengalami dysmenorhoe sebanyak
61,90%, yang mengalami amenore sebanyak
4,73%, dan yang mengalami oligomenore
sebanyak 30,16%. Hasil tabulasi silang
mahasiswa dengan IMT normal dan gemuk
mayoritas mengalami dysmenorhoe sebanyak
66,67%, IMT kurus mayoritas mengalami
amenore sebanyak 22,22%, dan IMT kurus
mayoritas mengalami oligomenore sebanyak
55,56%.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa


masih banyak mahasiswa yang mengalami
dysmenorhoe dengan IMT normal dan IMT
gemuk. Untuk mengurangi gangguan Menstruasi
pada remaja hendaknya melakukan olah raga
secara tertaur, menjaga gizi seimbang, dan
hindari stres.
Kata Kunci :IMT,Dysmenorhoe, Amenore,
Oligomenore

PENDAHULUAN
Wanita dalam kehidupannya tidak luput
dari adanya siklus Menstruasinormal yang terjadi
secara periodik. wanita akan merasa terganggu
bila hidupnya mengalami perubahan, terutama
bila Menstruasi menjadi lebih lama dan atau
banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak
Menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai
nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami
siklus menstruasi yang teratur, namun hampir
semua wanita pernah mengalami gangguan
Menstruasi selama masa hidupnya.Gangguan ini
dapat
berupa
kelainan
siklus
atau
perdarahan.Masalah ini dihadapi oleh wanita
remaja, reproduksidan klimakterium. (Manuaba,
dkk. 2010).
Menurut Bobak, (2004) masa remaja
disebut pula sebagai masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan
perubahan fisik, mental, emosional, termasuk
perubahan hormonal yang berpengaruh pada
proses terjadinya menarche (pertama kali
mendapat Menstruasi). Usia gadis remaja pada
saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 16
tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik
menunjukkan bahwa usiamenarche dipengaruhi
oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan
kesehatan umum. Dikatakan menacrhe dini
(menarche prekoks) apabila menarche terjadi
sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya
tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun.
Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang belum
diketahui memproduksi hormon gonadotropin
sebelum waktunya.Apabila menarche baru
datang antara umur 14 16 tahun disebut sebagai
menarche tarda.Biasanya tidak ada kelainan
yang mencolok, hal ini dapat disebabkan oleh
faktor keturunan, gangguan kesehatan, dan
kekurangan gizi.Apabila menarche belum datang
pada umur 18 tahun disebut amenore primer.
(Wiknjosastro, 2012).
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan
secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang
siklusMenstruasi ialah jarak antara tanggal
mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya
Menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan

dinamakan hari pertama siklus. Panjang


siklusMenstruasi yang normal atau dianggap
sebagai siklusMenstruasi yang klasik ialah 28
hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja
antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan
saudara kembar, siklusMenstruasi tidak terlalu
sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip
dari Wiknjosastro (2012), panjang siklus yang
biasa dijumpai ialah 25 32 hari.Lama
Menstruasi biasanya antara 3 5 hari, ada yang 1
2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian,
ada yang sampai 7 8 hari. Pada setiap wanita
biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah
yang keluar rata-rata 16 cc. Pada wanita yang
lebih tua biasanya darah yang keluar lebih
banyak. Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari
80 cc di anggap patologik.(Wiknjosastro, 2012).
Gangguan Menstruasi dan siklusnya
khususnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan
dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan
pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia
dan hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea,
oligomenorea, dan amenorea), perdarahan diluar
haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada
hubungan dengan haid (premenstrual tension,
mittelschmerz, Dismenorea).
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti
tentang
gangguan
Menstruasi
amenore,
oligomenore, dan dysmenorhoe. Amenorea
adalah keadaan tidak adanya Menstruasi untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Dianggap
Amenoreprimer bila wanita tidak pernah
mendapat daur Menstruasi dan Amenoresekunder
bila ia telah mengalami daur Menstruasi
sebelumnya tetapi tidak lama. Amenore primer
umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih
berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti
kelainan-kelainan kongenital dan kelainankelainan genetik. Adanya Amenoresekunder lebih
menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti
gangguan Gizi, gangguan metabolisme, tumortumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. (Corwin,
E. 2009).
Oligomenore adalah siklus Menstruasi
yang lebih panjang, lebih dari 35 hari.Apabila

panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu


sudah dinamakan amenore. Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan oligomenore yaitu ansietas
(kecemasan yang berlebihan) dan stres, penyakit
kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat
kerja dan lingkungan, status penyakit, nutrisi
yang buruk, olahraga berat, penurunan berat
badan yang signifikan, dan adanya gangguan
fungsi tiroid atau adrenalin. (Wiknjosastro,
2012).

Di Amerika Serikat diperkirakan hampir


90% wanita mengalami dysmenorrhoe, dan 1015% diantaranya mengalami dysmenorrhoe berat,
yang menyebabkan mereka tidak mampu
melakukan kegiatan apapun. Di Indonesia angka
kejadian dysmenorrhoesebesar 64,25%. Di
Surabaya didapatkan 1,07% hingga 1,31% dari
jumlah penderita yang datang ke Bagian
Kebidanan dengan keluhan nyeri haid
(www.indowep.com, akses tanggal 5 Juni 2013).

Kelainan
siklusMenstruasi
seperti
oligomenorea
dan
amenorea
merupakan
penyebab infertilitas.Disfungsi ovulasi berjumlah
10 25 % dari kasus infertilitas
wanita.Amenorea terjadi pada 0.1 2.5% wanita
usia reproduksi. Pada kasus oligomenoreaangka
kejadian
berkisar
antara
1

5%
(www.klikdokter.com) akses tanggal 25 April
2013).

Gangguan Menstruasi pada remaja dan


dewasa merupakan kenyataan yang banyak
dijumpai dalam praktek dokter spesialis Obstetri
Ginekologi bahkan dokter umum. Beberapa
waktu yang lampau masalah remaja dengan alat
reproduksinya, kurang mendapat perhatian
karena umur relatif muda, masih dalam status
pendidikan sehingga seolah-olah bebas dari
kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan
penyakit
yang
berkaitan
dengan
alat
reproduksinya,
padahal
pencegahan
dan
pengobatan haruslah dilakukan sedini mungkin.
(Manuaba, 2009).

Menstruasi yang tidak teratur pada masa 35 tahun setelah menarche dan pramenopause (3-5
tahun menjelang menopause) merupakan keadaan
yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa
reproduksi (umur 20-40 tahun), Menstruasi yang
tidak teratur bukan merupakan keadaan yang
lazim, karena selalu dihubungkan dengan
keadaan abnormal.
Dysmenorhoe adalah Menstruasi yang
sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut
bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa
seperti kram (Varney, 2006).
Dysmenorrhoe atau nyeri haid dibagi atas
dysmenorrhoe primer dan dysmenorrhoe
sekunder.
Dysmenorrhoe
primer
yaitu
dysmenorrhoe yang tidak terdapat hubungan
dengan kelainan ginekologik. Sedangkan
dysmenorrhoe sekunder disebabkan oleh adanya
kelainan
ginekologik
seperti
salpingitis,
endometriosis
dan
adenomiosis
uteri
(Wiknjosastro, H., 2009).
Angka toleransi kejadian dysmenorrhoe
diharapkan tidak melebihi 40%. Angka toleransi
yang akan dicapai pada kesehatan reproduksi
remaja, diharapkan prevalensi permasalahan
remaja secara umum dapat menurun (Depkes RI,
2005).

Dari survey pendahuluan yang dilakukan


pada tanggal 25 April 2013 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya sebanyak 15
mahasiswa didapatkan 10 (66%) mahasiswa
dengan berat badan normal, 3 (20%) mahasiswa
dengan badan kurus, dan 2 (13%) mahasiswa
dengan badan gemuk.Dari 10 (66%) mahasiswa
yang berat badannya normal didapatkan 1(6%)
mahasiswa yang tidak mengalami gangguan
Menstruasi dan 9 (60%) mahasiswa yang
mengalami gangguan Menstruasi, yaitu amenore
dan
dysmenorhoe3
(20%)
mahasiswa,
oligomenore dan dysmenorhoe 3 (20%)
mahasiswa
serta
dysmenorhoe
3(20%)
mahasiswa. Sedangkan yang kurus didapatkan 3
(20%) mahasiswa yang mengalami gangguan
Menstruasi (oligomenoredan dysmenorhoe).
Kemudian yang gemuk (obesitas) didapatkan 2
(13%) mahasiswa yang mengalami gangguan
Menstruasi
(amenoredan
dysmenorhoe).
Diharapkan semua wanita mengalami siklus
Menstruasi yang teratur serta angka toleransi
kejadian dysmenorrhoe diharapkan tidak
melebihi 40%. Tetapi pada kenyataannya
didapatkan sebesar 73% mahasiswa yang siklus

Menstruasinya tidak teratur serta 93% mahasiswa


yang mengalami gangguang dysmenorrhoe.
Faktorfaktor
yang
menyebabkan
gangguan Menstruasi yaitu (1) Faktor psikologis,
seperti tekanan hidup, stres, kecemasan,
kelelahan fisik maupun psikis. (2) Gangguan
yang bersifat hormonal yaitu ketidakseimbangan
hormon estrogen maupun hormon progesteron
dan prostaglandin. (3) Hormon Prolaktin
berlebih, meningkatnya hormon prolaktin secara
otomatis akan menurunkan hormon estrogen dan
progesteron. (4)Kenaikan atau berkurangnya
berat badan secara signifikan. (5) Status gizi
(kurus jika IMT < 17,0 dan obesitas jika IMT >
27,0) akan mempengaruhi kerja berupa
peningkatan, keseimbangan ataupun penurunan
hormon. (6) Kelainan organik seperti radang,
tumor, trauma dan sebagainya. (S, A ;
Wiknjosastro, 2012).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu.Indeks Masa Tubuh (IMT)
merupakan alat yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan.Penggunaan IMT hanya berlaku untuk
orang dewasa di atas 18 tahun.IMT tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, dan ibu
hamil.(Supariasa, 2001).
Pada perempuan yang obesitas (IMT >
27,0) tentunya akan meningkatkan kerja organorgan tubuh sebagai bentuk haemodialisa
(kemampuan tubuh untuk menetralisir pada
keadaan semula) dalam rangka pengeluaran
kelebihan tersebut. Hal ini tentunya akan
berdampak pada fungsi sistem hormonal pada
tubuh berupa peningkatan maupun penurunan
progesteron, estrogen, LH (Luetezing Hormon),
dan FSH (Foklikel Stimulating Hormon).
Kekurangan faktor nutrisi pada seseorang
akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi. Hal ini akan diketahui apabila
seseorang mengalami perubahan-perubahan
hormon tertentu yang ditandai dengan penurunan
berat badan yang mencolok (kurus IMT < 18,5).
Hal ini terjadi karena kadar gonadotropin dalam

serum dan urine menurun serta penurunan pola


sekresinya dan kejadian tersebut berhubungan
dengan gangguan fungsi hipotalamus. Apabila
kadar gonadotropin menurun maka sekresi FSH
(Foklikel Stimulating Hormon) serta hormon
estrogen dan progesteron juga mengalami
penurunan, sehingga tidak menghasilkan sel telur
yang matang yang akan berdampak pada
gangguan siklus Menstruasi yang terlalu lama
atau disebut Oligomenore bahkan bisa terjadi
Amenore.
Selain itu ketidak seimbangan status gizi
menyebabkan
ketidak-seimbangan
hormon,
dimana sekresi hormon prostaglandin dapat
meningkat sehingga meningkatkan amplitudo
dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan
vasospasme
arteriol
uterus,
sehingga
mengakibatkan iskemi dan kram abdomen bawah
yang bersifat siklik (dysmenorhoe).
Dampak dari gangguan Menstruasi
(Oligomenorea dan amenorea), yaitu perempuan
dapat memiliki potensi sulit hamil karena tidak
terjadi ovulasi.
Selain itu juga akan
mempengaruhi kecemasan orang tua karena
dikhawatirkan terjadi kehamilan pada putrinya.
Dampak kejadian dysmenorrhoe mempengaruhi
lebih dari 50% wanita dan menyebabkan
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
harian selama 1-3 hari setiap bulannya pada
sekitar 10% wanita. Ketidakhadiran remaja di
sekolah akibat dysmenorrhoe mencapai kurang
lebih 25%. (Manuaba, 2009 ; Reeder,2011).
Adapun upaya untuk mengatasi terjadinya
gangguan menstruasi tersebut antara lain :
memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk
perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan
yang sehat dan tenang, serta pemberian estrogen
dan progesteron.. (Wiknjosastro, 2012).
Metode penelitian deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau
mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara
objektif (Notoatmodjo, 2005).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian deskriptif dalam


penelitian ini untuk menggambarkan IMT dengan
gangguan menstruasi (dysmenorhoe, amenore,
dan oligomenore) pada mahasiswa tingkat 1 di
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
Tahun Ajaran 2013.
Waktu penelitian yaitu dimulai pada waktu
perencanaan dan pelaksanaan pembuatan
proposal penelitian hingga menuliskan laporan
penelitian
dan
ujian
Karya
Tulis
Ilmiah.(Notoatmodjo, 2005)
Waktu penelitian dimulai padasaat pengumpulan
data bulan April 2013.
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya.Adapun
alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :
Pada studi pendahuluan di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun
2013 ditemukan 73% mahassiswa yang
mengalami siklus menstruasi tidak teratur
dan 93% mahasiswa yang mengalami
gangguan dysmenorhoe.
Populasi adalah obyek yang akan diteliti atau
yang diselidiki. Obyek tersebut dapat berupa
manusia. (Notoatmodjo, 2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya tahun ajaran 2013
sebanyak 63 mahasiswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebesar
63 mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun
ajaran 2013.
Teknik sampling adalah teknik yang
digunakan untuk mengambil sample.
(Notoatmodjo, 2002).
Teknik sampling yang dipakai dalam
penelitian ini adalah nonprobability sampling
dimana metode ini hanya berdasarkan kepada
segi-segi kepraktisan belaka, dengan teknik total
sampling yaitu mengambil seluruh jumlah
populasi untuk dijadikan sample.
Dalam penelitian ini sebagai variabel
adalah IMT dengan gangguan menstruasi
(dysmenorhoe, oligomenore, amenore).

Untuk pengumpulan data, selalu diperlukan


alat
pengumpulan
data
yang
bisa
disebutinstrument pengumpulan data. (Budijanto,
2005).
Instrumentyang digunakan dalam penelitian ini
untukmengambil data primer yaitu kuisoner,
timbangan injak, pengukur tinggi badan, tabel
IMT dan data sekunder didapatkan dari absensi
mahasiswa tingkat 1.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
didapatkan melalui data sekunder dari absensi
mahasiswa Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya dan data primer dari kuesioner yang
diberikan oleh peneliti.Kemudian data diolah
secara manual dengan cara sebagai berikut :
1. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh
atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu
disunting (editt) terlebih dahulu. Kalau
ternyata masih ada data atau informasi yang
tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan
wawancara ulang, maka kuesioner tersebut
dikeluarkan (drop out).
2. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode
numeric (angka) terhadap data yang terdiri
dari beberapa kategori
3. Data entry
Data entry adalah kegiatan mengisi kolomkolom atau kotak-kotak lembar kode atau
kartu kode sesuai dengan jawaban masingmasing pertanyaan.

Analisis Data
Data didapatkan dari data sekunder yaitu
absensi mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun 2013
dan data primer yaitu pengisian kuisoner,
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan, dan mengukur status gizi menggunakan
tabel IMT. Data tersebut di atas dimasukkan ke
dalam master tabel , Tabel frekwensi dan tabulasi
silang kemudian disimpulkan.

Etika Penelitian
Informed Consent
Lembar persetujuan ini merupakan bukti bahwa
kita diizinkan untuk mendapatkan data ditempat
yang ditentukan.
1. Anonymity/Tanpa Nama
Nama subyek tidak dicantumkan pada
lembar pengumpulan data.
2. Confidentiality/kerahasiaan
Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN
1. IMT (Indeks Masa Tubuh)
IMT (Indeks Masa Tubuh) di kategorikan
menjadi tiga kategori, yaitu kurus, normal,
dan gemuk. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Table 1.FrekuensiIMT pada Mahasiswa Tingkat
1 di Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya tahun 2013.
Persentase
IMT Frekuensi
(%)
Kurus

14,29

Normal

48

76,19

Gemuk

9,52

Jumlah
63
100
Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti
Dari
tabel
1
dapat
disimpulkan
bahwamahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
IMT normalsebanyak 48 orang (76,19%).
2. Dysmenorhoe
Dysmenorhoe di kategorikan menjadi dua
kategori, yaitu dysmenorhoe dan tidak
dysmenorhoe. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 2dibawah ini.

Tabel 2. Frekuensi Dysmenorhoe Mahasiswa


Tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya tahun 2013.
Dysmenorhoe Frekuensi

Persentase
(%)

Dysmenorhoe

39

61,90

Tidak
dysmenorhoe

24

38,10

Jumlah
63
100
Sumber Data: Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas
mengalami
dysmenorhoe
sebanyak 39 orang (61,90%).
3. Amenore
Amenore di kategorikan menjadi dua
kategori, yaitu amenore dan tidak amenore.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3dibawah ini.
Tabel 3.

FrekuensiAmenore
Mahasiswa
Tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya tahun 2013.

Gangguan
Persentase
Frekuensi
Amenore
(%)
Amenore

4,76

Tidak
amenore

60

95,24

Jumlah
63
100
Sumber Data: Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas tidak mengalami amenore
sebanyak 60 orang (95,24%).
4. Oligomenore
Oligomenore di kategorikan menjadi dua
kategori, yaitu oligomenore dan tidak
oligomenore. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4dibawah ini.

Tabel 4.

FrekuensiOligomenore Mahasiswa
Tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya tahun 2013.

Gangguan
Oligomenore

Frekuensi

Persentase
(%)

Oligomenore

19

30,16

Tidak
oligomenore

44

69,84

mengalami dysmenorhoe sebanyak 66,67%


dibandingkan dengan IMT kurus yang
mengalami
dysmenorhoe
sebanyak
33,33%.
6. IMT dengan Amenore
Tabulasi silang antara IMT denganamenore
dibagi dalam kategori IMT kurus, normal,
dan gemukdengan amenore dantidak
amenore. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 6 dibawah ini.

Jumlah
63
100
Sumber Data: Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya mayoritas tidak
mengalami oligomenore sebanyak 44 orang
(69,84%).

Tabel

6.

Amenore
IMT

Analisa Data
5. IMT dengan Dysmenorhoe
Tabulasi silang antara IMT dengan
dysmenorhoe dibagi dalam kategori kurus,
normal, dan gemukdengan dysmenorhoe
dantidak dysmenorhoe. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 dibawah
ini.
Tabel 5.

Tabulasi Silang antara IMT dengan


Dysmenorhoepada
Mahasiswa
Tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya tahun 2013.
Dysmenorhoe

IMT

Total

Tidak
Dysmenorhoe
Dysmenorhoe
%
%

Kurus

33,33

66,67

Normal

32

66,67

16

33,33 48 100

Gemuk

66,67

33,33

100

100

Jumlah 39 61,90 24 38,10 63 100


Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 5 di atas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas IMT normal dan gemuk

Tabulasi Silang antara IMT


denganamenore pada Mahasiswa
Tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya tahun 2013.

Amenore

Total

Tidak
Amenore

2 22,22

77,78

Normal

48

100

Gemuk

1 16,67

83,33

Kurus

100

48 100
6

100

Jumlah 3 4,76 60 95,24 63 100


Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 6 di atas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas IMT normal tidak mengalami
amenore sebanyak 100% dibandingkan
dengan IMT gemuk yang tidak mengalami
amenore sebanyak 83,33%.
7. IMT dengan Oligomenore
Tabulasi
silang
antara
IMT
denganoligomenore dibagi dalam kategoriIMT
kurus, normal, dan gemuk denganoligomenore
dantidak oligomenore. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Tabulasi Silang antara IMT dengan
Oligomenorepada
Mahasiswa
Tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya tahun 2013.

Oligomenore
IMT

Oligomenore

Total

Tidak
Oligomenore

Kurus

55,56

44,44

100

Normal

13

27,08

35

72,92

48

100

Gemuk

16,67

83,33

100

Jumlah 19 30,16 44 69,84 63 100


Sumber Data : Data primer diolah oleh peneliti
Dari tabel 7 di atas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa tingkat 1 Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas IMT gemuk tidak mengalami
oligomenore
sebanyak
83,33%
dibandingkan dengan IMT normal yang
tidak mengalami oligomenore sebanyak
72,92%.
Kelainan
siklus
(polimenorrhea,
oligomenorhea dan amenorea), Perdarahan
di luar menstruasi (metroragia), dan
gangguan lain yang ada hubungan dengan
menstruasi
(premenstrual
tension,
mastalgia,
mittelschmerz,
dan
dysmenorhoe).Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan gangguan mestruasi yaitu :
psiokologis, gangguan hormon / ketidak
seimbangan hormon, hormon prolaktin
berlebih, perubahan berat badan, status gizi
(IMT),
dan
kelainan
organik
(Winkjosastro, 2012).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu.Indeks Masa
Tubuh (IMT) merupakan alat yang
sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan (Supariasa, 2001).
PEMBAHASAN
Dari Hasil Tabulasi silang IMT dengan
dysmenorhoe
dapat
disimpulkan
bahwa
mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya
Husada Surabaya mayoritas IMT normal dan

gemuk mengalami dysmenorhoe sebanyak


66,67% dibandingkan dengan IMT kurus yang
mengalami dysmenorhoe sebanyak 33,33%. Dari
analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja
dengan IMT gemuk lebih berpotensi mengalami
dysmenorhoe, Hal ini dikarenakan ketidak
seimbangan status gizi (IMT lebih) dapat
menyebabkan
ketidak-seimbangan
hormon,
dimana
estrogen
yang
berlebih
dapat
meningkatkan sekresi hormon prostaglandin
sehingga meningkatkan amplitudo dan frekuensi
kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme
arteriol uterus, kemudian mengakibatkan iskemi
dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
Namun pada remaja dengan IMT normal juga
tidak menutup kemungkinan untuk mengalami
dysmenorhoe, karena selain ketidak-seimbangan
status gizi (IMT kurang/lebih) banyak faktor lain
yang memegang peranan sebagai penyebab
dysmenorhoe, antara lain : faktor kejiwaan, faktor
endokrin, faktor alergi, faktor organik, kurangnya
aktivitas atau olah raga dan ketidak seimbangan
asupan gizi, dimana pada umumnya remaja lebih
suka makan makanan jajanan yang kurang
bergizi seperti makanan instan, goreng-gorengan,
coklat, permen, dll. Remaja sering makan di luar
rumah bersama teman-teman sehingga waktu
makan tidak teratur.Selain itu remaja sering tidak
makan pagi karena tergesa-gesa beraktivitas
sehingga mengalami lapar dan lemas, keluar
keringat dingin, kesadaran menurun sampai
pingsan. Adapun tips untuk mengurangi keluhan
dysmenorhoe menurut Apriel M, (2012) antara
lain : Mengonsumsi makanan tinggi kalsium,
lakukan pengompresan dengan handuk panas
atau botol air panas pada perut atau punggung
bawah, mandi dengan air hangat, olahraga,
beberapa
posisi
senam
yang
dapat
menghilangkan kram (posisi merangkak,
mengangkat punggung ke atas setinggi-tingginya,
berabaring dengan lutut ditekuk kemudian angkat
panggul dan bokong, dan posisi janin yaitu
menarik lutut ke arah dada sambil memeluk
bantal atau botol berisi air hangat di perut),
melakukan aktivitas sehari-hari yang ringan juga
membantu melupakan rasa sakit, Cukup tidur
karena kurang tidur menyebabkan kelelahan
sehingga lebih sensitif terhadap sakit.

Dari hasil penelitian mengenai amenore


pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya mayoritas
tidak
mengalami amenore sebanyak 60 orang
(95,24%). Menurut Manuaba (2009), Amenorea
adalah keterlambatan menstruasi lebih dari 3
bulan berturut-turut. Amenore primer umumnya
mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan
kongenital dan kelainan-kelainan genetik.
Adanya Amenore sekunder lebih menunjuk
kepada sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme,
tumor, penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah,
atau tempat kerja), latihan fisik yang melelahkan,
dan gangguan gizi dimana berat badan rendah
untuk tinggi badan (IMT kurang).Setelah
dilakukan tabulasi silang antara IMT dengan
amenore di dapatkan data mahasiswa tingkat 1
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas IMT normal
tidak mengalami
amenore sebanyak 100% dibandingkan dengan
IMT gemuk yang tidak mengalami amenore
sebanyak 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa
remaja dengan IMT kurus dan gemuk lebih
berpotensi mengalami amenore. Sesuai dengan
pendapat Hupitoyo (2011), pada remaja dengan
IMT kurus sekresi estrogen menurun sehingga
FSH (Follicle Stimulating Hormon) tidak mampu
membentuk folikel yang matang kemudian tidak
terjadi menstruasi. Sedangkan pada remaja
dengan IMT gemuk jumlah estrogen dalam darah
meningkat akibat meningkatnya jumlah lemak
tubuh.Kadar estrogen yang tinggi memberikan
umpan balik negatif terhadap hormon FSH
(follicle stimulating hormone) melalui sekresi
protein inhibin yang menghambat hipofisis
anterior untuk menyekresikan FSH (follicle
stimulating hormone). Adanya hambatan sekresi
pada FSH (follicle stimulating hormone)
menyebabkan terganggunya proliferasi folikel
sehingga tidak terbentuk folikel yang matang.
Hal inilah yang menjadi dasar mekanisme
panjangnya siklus menstruasi atau ketidakhadiran
menstruasi. Terapi umum yang dapat dilakukan
untuk menangani amenore yaitu dengan
dilakukan tindakan memperbaiki keadaan
kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan
dalam lingkungan yang sehat dan tenang, dan
pengurangan berat badan pada wanita dengan
obesitas (Wiknjosastro, 2012).

Dari
hasil
penelitian
mengenai
oligomenore pada mahasiswa tingkat 1 di
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
mayoritas
tidak mengalami oligomenore
sebanyak 44 orang (69,84%). Oligomenore
adalah menstruasi yang jarang atau siklusnya
panjang yakni siklus lebih dari 35 hari (Manuaba,
2009). Oligomenore dapat terjadi akibat dari
perpanjangan stadiumfollikuler, perpanjangan
stadium luteal, kedua stadium tersebut menjadi
panjang. Penyebab yang sering terjadi pada
remaja ialah anovulasi, adapun faktor lain yang
dapat menyebabkan oligomenore yaitu ansietas
(kecemasan yang berlebihan) dan stres, penyakit
kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat
kerja dan lingkungan, status penyakit, nutrisi
yang buruk, olahraga berat, penurunan berat
badan yang signifikan, dan adanya gangguan
fungsi tiroid atau adrenalin.
Setelah dilakukan tabulasi silang antara
IMT dengan oligomenore didapatkan data
mahasiswa tingkat 1 Akademi Kebidanan Griya
Husada Surabaya mayoritas IMT gemuk tidak
mengalami oligomenore sebanyak 83,33%
dibandingkan dengan IMT normal yang tidak
mengalami oligomenore sebanyak 72,92%.
Namun dari data tersebut juga ditemukan
mahasiswa dengan IMT kurus mayoritas
mengalami oligomenore sebanyak 55,56%
dibandingkan dengan yang tidak mengalami
oligomenore sebanyak 44,44%. Dari analisa data
tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja dengan
IMT kurus lebih berpotensi mengalami
oligomenore. Hal ini dikarenakan remaja dengan
IMT kurus berpotensi mengalami penurunan
kadar gonadotropin sehingga sekresi FSH
(Follicle Stimulating Hormon) serta hormon
estrogen dan progesteron juga mengalami
penurunan yang akan berdampak pada gangguan
siklus menstruasi yang terlalu lama atau disebut
Oligomenore.
Pilihan untuk memelihara kesehatan jangka
panjang perlu mendapat peninjauan, dengan
diskusi yang jujur tentang gaya hidup, diet, dan
kemungkinan terapi sulih hormon dapat
membantu mengatasi oligomenore.

Melihat masih tingginya gangguan


menstruasi pada remaja, maka sebagai bidan
hendaknya melakukan penyuluhan mengenai cara
atau tips untuk mengurangi keluhan tersebut pada
remaja, dengan berperilaku hidup sehat,
memperbaiki
keadaan
kesehatan
seperti
perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan
yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan
pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan
konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu
khususnya sebagai remaja juga harus dapat
menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga
kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai
tonggak kehidupan yang akan melahirkan
generasi kehidupan.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang
sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya
Husada
Surabaya
mayoritas
mempunyai IMT normal sebanyak 76,19%.
2. Mahasiswa tingkat 1 di Akademi Kebidanan
Griya Husada Surabaya yang mengalami
dysmenorhoe sebanyak 39 orang (61,90%),
mengalami amenore sebanyak 3 orang
(4,76%), dan mengalami oligomenore
sebanyak 19 orang (30,16%).
3. Pada mahasiswa tingkat 1 di Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya mayoritas
IMT normal dan gemuk mengalami
dysmenorhoe sebanyak 66,67%, IMT normal
tidak mengalami amenore sebanyak 100%,
dan IMT gemuk tidak mengalami
oligomenore sebanyak 83,33%.

SARAN
1. Bagi peneliti
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
dijadikan
acuan
atau
pedoman
dalam
memberikan informasi tentang kesehatan
reproduksi pada remaja khususnya tentang
gangguan menstruasi.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
menjadi pedoman dan pertimbangan untuk
meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan

asuhan kebidanan, sehingga dapat mengatasi


masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anoname,
2011.http://indowapblog.blogspot.com/2
012/05/hubungan-pengetahuan-remajaputri.html. Diakses 5 Juni 2013.
Anonem.2012.
http://www.idsehat.com/2012/07/penyeb
ab-faktor-yang-menyebabkan.html
diakses tgl 14-05-13
Anoname, 2013.
http://artikelkesehatanwanita.com/penyeb
ab-haid-tidak-teratur.html diakses tgl 1405-13
Anoname.2013.
http://www.klikdokter.com/kesehatanke
wanitaan/read/2010/07/05/4/amenorea di
akses tanggal 25 april 2013
Antonia,Sundrani.2012,
http://sehatareawanita.blogspot.com/201
3/02/pengaruh-pola-makan-terhadaphaid.html diakses tanggal 14-05-13
Arisman, MB. 2004. Gizi dalam daur kehidupan.
Jakarta. EGC
Bobak, Irine. M. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas edisi 4.Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta : EGC
Depkes RI, 2005. Kebijakan dan Strategi
Nasional Kesehatan Reproduksi di
Indonesia. [pdf] Jakarta : Depkes RI.
Tersedia di
http://indonesia.unfpa.org/application/ass
ets/publications/Kebijakan_Strategi_Nasi
onal_Kesehatan_Reproduksi_di_Indones
ia.pdf . Diakses 9 Juni 2013.
Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologis
Kedokteran.Jakarta: EGC
Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita
Mengenal Gadis Remaja dan Wanita
Dewasa.Bandung: Mandar Maju

Mansjoer, Arif. et al., 2001. Kapital Selekta


Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta: Media
Aesculapius
Manuaba, IBG. 2001. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB.Jakarta: EGC
Manuaba, IBG. 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Manuaba, Chandranita, dkk. (2010). Buku Ajar
Penuntun Kuliah
Ginekologi.http://wsukarni.blogspot.com/
2012/02/gangguan-dan-masalah-dalamsistem.html?m=1 diakses tanggal 25 april
2013
Mentari, A. 2012.
http://sinarnyamentari.blogspot.com/201
2/01/tips-sederhana-mengurangidismenore.html?m=1 diakses tanggal 1305-13
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Papalia, D.E et. al. 2008.Psikologi
Perkembangan edisi 9. Jakarta: Kencana
Potter, P.A., Perry, A.G., 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan edisi
4.Jakarta: EGC
Proverawati, A. 2009.Buku Ajar Gizi untuk
Kebidanan.Jakarta: Nuha Medika
Reeder, S.J., 2011.Keperawatan Maternitas
Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga.Jakarta: EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman.2001. Penilaian
Status Gizi.Jakarta. EGC
Varney, H., Kriebs, J.M., Carolyn L.G., 2006.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Volume 1.Jakarta: EGC

Widyastuti, Yani. 2009. Kesehatan Reproduksi.


Yogyakarta: Fitramaya
Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kandungan.
Jakarta: YBP Sarwono Prawirohardjo

También podría gustarte