Está en la página 1de 28

LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO / LUKA BAKAR

I.

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Combustio / Luka Bakar


Luka bakar merupakan luka yg terjadi karena terbakar api bisa secara
langsung maupun tidak langsung, juga bisa disebabkan oleh pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik, ataupun bahan kimia. Luka bakar disebabkan oleh api atau
akibat tidak langsung dari api, misalnya karena tersiram air panas banyak dan
biasanya terjadi pada kecelakaan dari rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)
Luka bakar ialah luka yg disebabkan oleh suhu tinggi, & disebabkan banyak
factor, yakni fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yg mengelupas,
petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar merupakan sebuah trauma yg disebabkan oleh panas, arus listrik
bahan kimia & petir yg mengenai bagian kulit, mukosa & jaringan yg lebih dalam
(Kusumaningrum, 2008)
Luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya dari api,
matahari, uap, listrik, bahan kimia, & cairan atau benda panas. Luka bakar bisa
saja hanya berupa luka ringan yg dapat diobati sendiri atau kondisi berat yg
mengancam nyawa yg membutuhkan perawatan medis yg intensif (PRECISE,
2011)
B. Klasifikasi Combustio
1.

Berdasarkan dari penyebab :


a. Luka bakar dikarenakan api
b. Luka bakar dikarenakan air panas
c. Luka bakar dikarenakan bahan kimia
d. Luka bakar dikarenakan listrik
e. Luka bakar dikarenakan radiasi
f.

2.

Luka bakar dikarenakan suhu rendah (frost bite)

Berdasarkan dari kedalaman luka bakar :

a.

Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat I


Luka bakar derajat I ialah setiap luka bakar yg di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka
bakar derajat I tampak sebagai suatu daerah yg memiliki warna
kemerahan, terdapat sebuah gelembung gelembung yg ditutupi
oleh daerah putih, epidermis yg tidak mengandung pembuluh darah
& dibatasi oleh kulit yg berwarna merah serta hiperemis. Luka
bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis & umumnya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak
sebagai eritema dengan adanya keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat. Luka derajat I dapat sembuh tanpa
adanya bekas.
b. Luka bakar derajat II

Luka bakar derajat II

Kerusakan yg terjadi pada epidermis & sebagian dermis,


berupa reaksi inflamasi akut disertai dengan proses eksudasi,
melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih
tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujung saraf
teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua :
1)

Derajat II dangkal (superficial)


Kerusakan yg mengenai pada bagian superficial dari

lapisan dermis, apendises kulit seperti folikel rambut,


kelenjar keringat, kelenjar sebasea tetap utuh. Luka sembuh
dalam waktu 10-14 hari.
2)

Derajat II dalam (deep)


Kerusakan hampir semua bagian dermis. Apendises

kulit seperti folikel pada rambut, kelenjar keringat, kelenjar


sebasea sebagian tetap utuh. Penyembuhan berlangsung
dalam kondisi lebih lama, tergantung apendises kulit yg
tersisa. umumnya penyembuhan berlangsung dalam jangka
waktu lebih dari satu bulan.
c.

Luka bakar derajat III

Luka bakar derajat III


Kerusakan meliputi seluruhnya ketebalan dermis & lapisan
yg lebih dalam, apendises kulit seperti folikel pada rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak terdapat pelepuhan,
kulit berwarna abu-abu atau bewarna coklat, kering, letaknya lebih

rendah di bandingkan kulit sekitar karena adanya koagulasi protein


pada lapisan epidermis & dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama lantaran tidak ada proses epitelisasi spontan.
3.

Berdasarkan dari tingkat keseriusan luka


a.

Luka bakar ringann(minor)


1) Luka bakar dengan luas sekitar < 15 % pada orang dewasa
2) Luka bakar dengan luas sekitar < 10 % pada anak dan usia
lanjut
3) Luka bakar dengan luas sekitar < 2 % pada semua usia (tidak
mengenai wajah, tangan, kaki, dan perineum.

b.

Luka bakar sedang (moderate burn)


1) Luka bakar dengan luas sekitar 1525 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III < 10 %
2) Luka bakar dengan luas sekitar 10 20 % pada anak dengan
usia < 10 tahun atau dewasa pada usia > 40 tahun, dengan
luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III sekitar < 10 % pada anak
maupun dewasa yg tidak mengenai muka, tangan, kaki, &
perineum.

c.

Luka bakar berat (major burn)


1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia <10 tahun atau > 50
tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan
pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, & perineum
4) Adanya sebuah cedera pada saluran jalan nafas (cedera
inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
5) Luka bakar akibat listrik dengan tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

C. Etiologi Combustio
Luka bakar (Combustio) dapat terjadi akibat paparan api, baik dengan
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya akibat terkena siraman air
panas yg banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu

tinggi dari sinar matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan
terjadinya luka bakar. Secara garis besar, Timbulnya luka bakar dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :
1.

Paparan api
a. Flame
Akibat adanya kontak langsung antara jaringan dengan api
terbuka, & menyebabkan timbulnya cedera langsung ke jaringan tersebut.
Api akan membakar pakaian terlebih dulu baru setelah itu mengenai
tubuh. Serat alami pada pakaian memiliki kecenderungan untuk dapat
terbakar,

sedangkan

serat

sintetik

pada

pakaian

cenderung

meleleh/menyala & menimbulkan terjadinya cedera tambahan.


b. Benda panas (kontak):
Terjadi akibat adanya kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yg dihasilkan terbatas pada lokasi tubuh yg mengalami sebuah
kontak. Misalnya ialah luka bakar yang di akibat oleh rokok & alat-alat
seperti solder besi atau beberapa peralatan masak.
2.

Scalds (air panas)


Terjadi akibat adanya kontak dengan air panas. Semakin kental
cairan & semakin lama durasi waktu kontaknya, semakin besar risiko
kerusakan yg akan ditimbulkan. Luka yg disengaja/ akibat kecelakaan
dapat dibedakan berdasarkan atas pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan. Sedangkan pada
kasus yg disengaja, luka biasanya melibatkan seluruh ekstremitas dalam
pola sirkumferensial dengan garis yg menandai permukaan cairan.

3.

Uap panas
Biasanya ditemukan di daerah industri/akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas dapat menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas
yg berlebih/tinggi dari uap yang bertekanan tinggi. Apabila terjadi sebuah
inhalasi, uap panas bisa menyebabkan timbulnya cedera hingga ke
saluran napas distal di paru.

4.

Gas panas

Inhalasi dapat menyebabkan adanya cedera thermal lokasi pada


saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat adanya edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yg lewat menembus jaringan
tubuh. Biasanya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik dapat
menyebabkan percikan api & membakar pakaian dapat menyebabkan
adanya luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. sinar matahari, terapi radiasi.
D. Anatomi fisiologi Combustio / Luka Bakar
Kulit merupakan suatu organ tubuh terluas yg menutupi otot & memiliki
fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma ataupun masuknya suatu
bakteri, kulit juga memiliki fungsi utama reseptor yakni untuk mengindera suhu,
rasa nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum
mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan begitu dapat mencegah
kehilangan air serta elektrolit yg terlalu berlebihan & mempertahankan kadar
kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan sebuah energi panas
sebagai hasil dari metabolisme makanan yg memproduksi energi, panas ini akan
hilang melalui kulit, selain itu kulit yg terpapar sinar ultraviolet akan mengubah
substansi yg diperlukan untuk dapat mensintesis vitamin D. kulit tersusun dari 3
lapisan utama yakni lapisan epidermis, dermis & sebuah jaringan subkutan.
1.

Lapisan epidermis, terdiri atas:


a. Stratum korneum, selnya telah mati, tidak memiliki inti sel, inti
selnya sudah mati & didalamnya mengandung keratin, suatu protein
fibrosa tidak larut yg membentuk barier terluar dari kulit & memiliki
kapasitas untuk dapat mengusir patogen & mencegah hilangannya
cairan yg berlebihan dari dalam tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini biasanya hanya terdapat
pada daerah telapak tangan & telapak kaki.

c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari beberapa sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut umumnya hanya 2-3 lapis yg sejajar
dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini adalah lapisan yg
paling tebal & biasanya terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri
dari sel yg bentuknya poligonal (banyak sudut & memiliki tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut sebagai stratum basal lantaran
sel-sel tersebut terletak pada bagian basal/basis.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua lapisan yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini posisinya berada langsung tepat di bawah epidermis &
tersusun dari beberapa sel fibroblas yg menghasilkan salah satu
bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini tepat terletak di bawah lapisan papilaris & jjuga
berfungsi memproduksi kolagen.
Pada lapisan dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe,
serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea & akar rambut.
3.

Jaringan subkutan atau hipodermis


Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini
terutamanya ialah jaringan adipose yg memberikan bantalan antara lapisan
kulit & struktur internal seperti otot serta pada terdapat tulang. Jaringan
subkutan & jumlah deposit lemak merupakan facor penting dalam
pengaturan kondisi suhu tubuh.

Kelenjar Pada Kulit

Anatomi Kulit
Kelenjar keringat dapat ditemukan pada kulit pada sebagian besar
permukaan tubuh. Umumnya kelenjar ini terdapat tepat pada telapak
tangan & kaki. Kelenjar keringat dapat dibagi menjadi 2, yaitu kelenjar
ekrin & apokrin. Kelenjar ekrin biasanya ditemukan pada semua daerah
kulit. Kelenjar apokrin umumnya berukuran lebih besar & pada kelenjar
ini terdapat aksila, anus, skrotum & labia mayora.
E. Patofisiologi Combustio
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh adanya pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat adanya hantaran
atau sebuah radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein/ionisasi isi sel. Kulit & mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yg dalam termasuk organ visceral akan
mengalami kerusakan dikarenakan luka bakar elektrik/kontak yg cukup lama
dengan

burning

agent.

Nekrosis

&

keganasan

organ

dapat

terjadi.

Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar &
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sekitar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yg serupa.
Perubahan patofisiologik yg disebabkan oleh luka bakar yg berat selama awal
periode syok luka bakar dapat mencakup hipoperfusi jaringan & hipofungsi organ
yg terjadi sekunder akibat adanya penurunan curah jantung dengan diikuti oleh

adanya fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah


luka bakar yg berat ialah ketidakstabilan hemodinamika akibat dari hilangnya
integritas kapiler & kemudian terjadi perpindahan suatu cairan, natrium serta
protein dari sebuah ruang intravaskuler kedalam ruang interstisial.
Curah jantung dapat menurun sebelum perubahan yg signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan &
berkurangnya sebuah volume vaskuler, sehingga curah jantung akan terus turun &
terjadi sebuah penurunan tekanan darah. Sebagai respon, sebuah sistem syaraf
simpatik nantinya akan melepaskan ketokelamin yg meningkatkan vasokontriksi 7
frekuensi denyut nadi. Kemudian vasokontriksi pembuluh darah perifer dapat
menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yg tersebar terjadi dalam waktu 24
hingga 36 jam pertama setelah luka bakar & mencapai puncaknya dalam jangka
waktu 6-8 jam. Dengan terjadinya sebuah pemulihan integritas kapiler, syok luka
bakar dapat menghilang & cairan dapat mengalir kembali kedalam kompartemen
vasculer, dan volume darah dapat saja meningkat. Lantaran edema akan
bertambah berat pada luka bakar yg melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah
kecil & syaraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi sebuah iskemia. Komplikasi ini umumnya dinamakan syndrom
kompartemen.
Volume darah yg beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
sebuah syok luka bakar. Kehilangan cairan akan mencapai 3-5 liter dalam per 24
jam sebelum luka bakar telah ditutup. Selama terjadinya syok luka bakar, respon
luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan memiliki variasi.
Umumnya hipnatremia terjadi secara cepat setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan ditemukan sebagai akibat adanya destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terjadi selanjutnya dengan berpeindahnya cairan & tidak
memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat adanya
kerusakan sel darah merah menyebabkan nilai hematokrit meninggi disebabkan
kehilangan

plasma.

Abnormalitas

koagulasi

yg

mencakup

adanya

trombositopenia & sebuah masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang


juga ditemui pada kasus luka bakar.

Kasus luka bakar dapat dijumpai adanya hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat adanya
hipermetabolisme & respon lokal. Fungsi dari renal dapat berubah sebagai akibat
dari kurangnya volume darah. Destruksi beberapa sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah disaat
melewati tubulus renal tidak memadai, hemoglobin & mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga menimbulkan adanya nekrosis akut tubuler & gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan adanya pelepasan factor-factor
inflamasi yg abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar memiliki risiko tinggi untuk menglami sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatur suhunya. Beberapa jam pertama
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh dalam kondisi rendah, namun pada
beberapa jam berikutnya menyebabkan hipertermi yg diakibatkan oleh
hipermetabolisme

F. Manifestasi Klinis Luka bakar

G. Proses Penyembuhan Luka Combustio / Luka Bakar


Proses yg selanjutnya pada jaringan rusak ini ialah penyembuhan luka yg
dapat dibagi dalam 3 fase:
1.

Fase inflamasi
Fase yang berlangsung setelah terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari
pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi sebuah perubahan vaskuler &
proliferasi seluler. Daerah luka mengalami sebuah agregasi trombosit &
mengeluarkan serotonin, mulai timbul epitelisasi.

2.

Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut juga sebagai fase fibroplasia lantaran yang
terjadi ialah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai
dengan minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka dipenuhi oleh sel radang,
fibroplasia & kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan
permukaannya berbenjol halus yg disebut granulasi. Epitel tepi luka yg
terdiri dari sel basal yang terlepas dari dasar & mengisi sebuah permukaan

luka, tempatnya diisi oleh sel baru dari proses mitosis, proses migrasi
terjadi kearah yg lebih rendah/datar. Selanjutnya proses fibroplasia ini
akan berhenti & mulailah proses pematangan.
3.

Fase maturasi
Pada fase maturasi terjadi proses pematangan kolagen dan terjadi pula
penurunan aktivitas seluler serta vaskuler, berlangsung hingga waktu 8
bulan sampai >1 tahun & mulai berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda
radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan adanya parut yg
berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau adanya rasa gatal.

H. Luas Luka Bakar


Berat luka bakar (Combustio) tergantung pada kedalaman, luas, dan letak
dari luka tersebut. Usia & kesehatan pasien sebelumnya akan amat sangat
mempengaruhi prognosis. Adanya sebuah trauma inhalasi juga akan dapat
mempengaruhi berat dari luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar oleh suhu di atas 46oC.
Luasnya kerusakan amat sangat ditentukan oleh suhu permukaan & lamanya
sebuah kontak. Luka bakar dapat menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring
dengan adanya peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga akan
meningkat, serta terjadi kehilangan cairan, & viskositas plasma meningkat dengan
resultan

pembentukan

mikrotrombus.

Hilangnya

sebuah

cairan

dapat

menyebabkan hipovolemi serta syok, tergantung banyaknya cairan yg hilang &


respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga dapat menyebabkan peningkatan laju
metabolik & sebuah energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yg terkena, morbiditas & mortalitasnya
akan meningkat, &penanganannya juga akan lebih kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam % terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa cara cepat untuk
dapat menentukan luas luka bakar, yakni

1.

Estimasi luas luka bakar menggunakan dengan luas permukaan


palmar pasien.
Luas telapak tangan individu mewakili 1% dari luas
permukaan tubuh. Luas luka bakar (combostio) ini hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.

2.

Rumus 9 atau rule of nine biasanya untuk orang dewasa


Pada orang dewasa digunakan rumus 9, yakni luas kepala &
leher, dada, punggung, pinggang serta bokong, ekstremitas atas kiri,
ekstremitas atas kanan, paha kanan, paha kiri, tungkai & kaki kanan,
serta tungkai & kaki kiri masing-masing nilainya 9%. Sisanya 1%
ialah pada daerah genitalia. Rumus ini dapat membantu menaksir
luasnya permukaan tubuh yg mengalami luka bakar pada orang
dewasa.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yg terkenal
dengan nama rule of nine atau dengan sebutan rule of wallace yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Kepala & leher dihitung


: 9%
Lengan masing-masing dihitung 9%
: 18%
Badan depan 18%, badan belakang dihitung 18% : 36%
Tungkai maisng-masing dihitung 18%
: 36%
Genetalia/perineum dihitung
: 1%
Total
: 100%
Pada anak & bayi digunakan rumus lain karena luas relatif

permukaan kepala anak jauh lebih besar serta luas relatif permukaan
kaki lebih kecil. lantaran perbandingan luas permukaan bagian tubuh
anak lebih kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk seorang bayi, &
rumus 10-15-20 untuk seorang anak.
3. Metode Lund dan Browder
Metode yg diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi
massa tubuh dikepala pada anak. Metode ini biasanya sering
digunakan untuk mengetahui estimasi besarnya luas permukaan pada
anak. Jika tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan untuk mengetahui
luas permukaan tubuh pada anak dapat dengan menggunakan Rumus
9 dan disesuaikan dengan usia:

a. Pada anak dengan dibawah usia 1 tahun: kepala dihitung 18%


& setiap tungkai dihitung 14%. Torso & lengan persentasenya
sama dengan orang dewasa.
b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, ditambahkan 0.5% untuk
setiap tungkai & turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga
tercapai nilai dewasa.
I. Komplikasi Luka Bakar
1.
2.

Gagal

jantung

kongestif

&

edema

pulmonal

Sindrom kompartemen

Sindrom ini ialah sebuah proses terjadinya sebuah pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan dapat menghilang & cairan mengalir kembali kedalam
kompartemen vasculer, selanjutnnya volume darah akan dapat meningkat.
Lantaran edema dan akan bertambah berat pada luka bakar yg melingkar. Tekanan
terhadap pembuluh darah kecil & syaraf pada ekstremitas distal menyebabkan
terjadinya obstruksi aliran darah sehingga terjadi sebuah iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat adanya kegagalan respirasi terjadi apabila derajat gangguan ventilasi &
pertukaran gas telah mengancam jiwa pasien.
4.

Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

Berkurangnya peristaltic usus & bising usus merupakan beberapa tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung & nausea dapat mengakibatkan
nause. Perdarahan lambung yg terjadi sekunder akibat stress fisiologik yg massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh adanya darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan/vomitus yg berdarh, ini merupakan beberapa tanda ulkus
curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat adanya kelebihan muatan cairan/bahkan
hipovolemik yg terjadi sekunder
akibat adanya resusitasi cairan yang adekuat. Beberapa tandanya biasanya pasien
menunjukkan perubahan mental, perubahan status respirasi, perubahan pada
tekanan darah, curah janutng, penurunan haluaran urine, dan adanya peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut

Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan adanya resusiratsi cairan
yg tidak adekuat khususnya hemoglobin/mioglobin terdektis dalam urine.
J. Pemeriksaan Penunjang
1.

Hitung darah lengkap

Hb (Hemoglobin) jika turun menunjukkan adanya sebuah pengeluaran darah yg


banyak sedangkan jika mengalami peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya sebuah cedera, pada Ht (Hematokrit) yg meningkat menunjukkan adanya
sebuah kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi berhubungan dengan
kerusakan yg diakibatkan oleh suhu panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi perubahan sehubungan dengan adanya sebuah infeksi
atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Untuk mengetahui sebuah kecurigaaan adanya cedera inhalasi. Penurunan tekanan
oksigen (PaO2) atau adanya peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin dapat terlihat pada adanya retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum
Kalium dapat saja meningkat pada awal sehubungan dengan adanya sebuah
cedera jaringan & penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin akan
menurun lantaran kehilangan suatu cairan, hipertermi dapat terjadi saat proses
konservasi ginjal & hipokalemi pula dapat terjadi bila mulai adanya diuresis.
5. Natrium Urin
Lebih >20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , <10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat berhubungan dengan adanya perpindahan cairan
interstisial atau sebuah gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum
Peninggian nilai kadar Glukosa Serum menunjukkan adanya respon stress.
8. Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan suatu protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin

Peninggian menunjukkan adanya penurunan perfusi atau fungsi ginjal, namun


kreatinin dapat saja meningkat karena adanya cedera jaringan.
10. Loop aliran volume
Memberikan suatu pengkajian non-invasif terhadap suatu efek atau luasnya
cedera.
11. EKG
Untuk mengetahui adanya tanda sebuah iskemia miokardial/distritmia.
12. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk proses penyembuhan luka bakar.
K. Penatalaksanaan Luka Bakar
Pasien luka bakar harus segera dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama
penatalaksanaan ialah mempertahankan saluran jalan nafas tetap paten, ventilasi
yg efektif & mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea bisanya dilakukan
pada pasien yg mengalami luka bakar berat atau adanya kecurigaan jejas inhalasi
atau adanya luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan apabila
sudah terjadi edema luka bakar atau adanya pemberian cairan resusitasi yg terlalu
banyak. Pada pasien dengan luka bakar, intubasi orotrakea & nasotrakea lebih
dipilih

dari

pada

tindakan

trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar biasanya terjadi hipertensi. Adanya hipotensi awal yg
tidak dapat dijelaskan atau adanya beberapa tanda hipovolemia sistemik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya sebuah jejas tersembunyi .
Oleh sebab itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya ialah dapat
mendiagnosis & menatalaksanakan jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yg
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk dapat mencari
trauma terkait & kemungkinan adanya sebuah jejas inhalasi. Informasi riwayat
penyakit dahulu, penggunaan obat, & alergi juga sangat penting dalam evaluasi
awal.
Pakaian pasien dibuka keseluruhannya, semua luas permukaan tubuh dinilai.
Dengan adanya pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, torak dan
pelvis, dapat membantu untuk mengevaluasi adanya kemungkinan terjadi sebuah
cidera

trauma

tumpul.

Setelah mengevaluasi adanya jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.

Tatalaksana

resusitasi

luka

bakar

1. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:


a.

Intubasi

Tindakan intubasi dilakukan sebelum adanya edema mukosa menimbulkan


manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan aliran jalan nafas dan
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
b.

Krikotiroidotomi

Bertujuan sama seperti intubasi hanya saja dianggap terlalu sangat agresif &
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding dengan intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan
bilasan bronkoalveolar & pasien dapat berbicara apabila dibanding dengan
intubasi.
c.

Pemberian oksigen 100%

Bertujuan agar dapat menyediakan kebutuhan oksigen apabila terdapat patologi


jalan nafas yg menghalangi suplai oksigen. Berhati-hatilah dalam melakukan
pemberian oksigen dosis besar lantaran dapat menimbulkan adanya stress
oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yg bersifat vasodilator &
modulator sepsis.
d.

Melaksanakan Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan untuk mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen
saluran jalan nafas & mencairkan secret yg kental sehingga mudah untuk
dikeluarkan. Terapi inhalasi biasanya menggunakan cairan dasar natrium klorida
sekitar 0,9% ditambahkan dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu biasanya
ditambahkan beberapa zat dengan memiliki khasiat tertentu misalnya atropin
sulfat (menurunkan adanya produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi
terjadinya asidosis seluler) & steroid (masih kontroversial)
e.

Melakukan Perawatan jalan nafas

f.

Melakukan Penghisapan sekret (secara berkala)

g.

Bilasan bronkoalveolar

h.

Perawatan rehabilitatif untuk membantu melakukan respirasi

i.

Eskarotomi pada dinding torak yg bertujuan untuk dapat memperbaiki

kompliansi paru

2. Tatalaksana resusitasi cairan


Umumnya resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yg adekuat
& seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga gangguan
iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan juga
diberikan agar dapat meminimalisasi & eliminasi cairan bebas yg tidak
diperlukan, optimalisasi status volume & komposisi intravaskular agar dapat
menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons
inflamasi & hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari
berbagai macam cairan seperti kristaloid, koloid, hipertonik, dan sebagainya pada
waktu yang lebih tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yg tepat, kita dapat lebih
mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali pada

kondisi

fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.


Resusitasi cairan biasanya dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada
beberapa cara yang biasa digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan :
a.

Cara Evans

1)

Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

2)

Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3)

2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam waktu 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam waktu 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
dari jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah dari jumlah
cairan pada hari kedua.
b.

Cara Baxter

Luas

luka

bakar

(%)

BB

(kg)

mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam waktu 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam waktu 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
dari jumlah cairan pada hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah dari
jumlah cairan pada hari kedua.
3.

Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya harus
dilakukan sejak dini & pasien tidak perlu mesti dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar atau mengalami penurunan kesadaran, maka pemberian nutrisi dapat

dilakukan melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya


mesti mengandung 10-15 % protein, 50-60 % karbohidrat & 25-30% lemak.
Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi dari kekebalan tubuh
& mencegah terjadinya atrofi vili usus.
Perawatan luka bakar
Umumnya untuk dapat menghilangkan rasa nyeri pada luka bakar (Combustio)
digunakan morfin dengan dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2
mg/kg & maintenance 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis untuk anakanak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Namun ada juga yg menyatakan pemberian
methadone (5-10 mg dosis pada orang dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi
sebagai penghilang rasa nyeri kronik yg bagus untuk semua pasien luka bakar
dewasa. Apabila pasien masih merasakan rasa nyeri setelah pemberian morfin atau
methadone, serta dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai terapi tambahan.
Terapi
1.

pembedahan

pada

luka

bakar

Eksisi dini

Eksisi dini ialah sebuah tindakan pembuangan jaringan nekrosis & debris
(debridement) yg dilakukan dalam waktu <7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca
cedera termis. Dasar dari dilakukan tindakan ini ialah:
a.

Mengupayakan agar proses penyembuhan bisa berlangsung lebih cepat.

Dengan dibuangnya jaringannekrosis, debris & eskar, proses inflamasi tidak akan
berlangsung lebih lama & segera dilanjutkan dengan proses fibroplasia. Pada
daerah sekitar luka bakar biasanya terjadi sebuah edema, hal ini dapat
menghambat aliran darah dari arteri yg dapat menyebabkan terjadinya sebuah
iskemi

pada

jaringan

tersebut

ataupun

menghambat

terjadinya

proses

penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin lamanya waktu terlepasnya


eskar, semakin lama juga waktu yg diperlukan untuk proses penyembuhan.
b.

Memutus rantai proses inflamasi yg dapat berlanjut menjadi sebuah

komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini berdasarkan jaringan nekrosis yg
melepaskan burn toxic (lipid protein complex) yg menginduksi dilepasnya
beberapa

mediator

inflamasi.

c. Semakin lama proses penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya suatu


proses angiogenesis yg terjadi & vasodilatasi pada sekitar luka. Hal ini

menyebabkan banyaknya darah keluar disaat dilakukan tindakan operasi. Selain


itu, penundaan eksisi dapat meningkatkan risiko kolonisasi mikro organisme
patogen yg akan menghambat proses pemulihan graft & juga eskar yg melembut
membuat

tindakan

eksisi

semakin

sulit.

Tindakan ini disertai proses anestesi baik lokal ataupun general & pemberian
cairan melalui infus. Tindakan ini biasanya digunakan untuk dapat mengatasi
kasus luka bakar derajat II dalam & derajat III. Tindakan ini diikuti dengan
tindakan hemostasis & juga skin grafting. Tindakan ini pula tidak akan
mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang cukup luas. Kriteria dalam
penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa factor penting, yaitu:
1) Kasus luka bakar dalam yg diperkirakan membutuhkan penyembuhan lebih
dari

minggu.

2)

Kondisi fisik yg memungkinkan untuk dapat menjalani operasi besar.

3)

Tidak

ada

suatu

masalah

dengan

proses

pembekuan

darah.

4) Tersedia donor yg cukup untuk dapat menutupi permukaan terbuka yg akan


timbul.
Eksisi dini lebih diutamakan dilakukan pada daerah luka yang terdapat disekitar
batang tubuh posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial & eksisi fasial.
1)

Eksisi tangensial

Eksisi tangensial ialah sebuah teknik dengan mengeksisi jaringan yg terluka lapis
demi lapis sampai ditemukan permukaan yg mengeluarkan darah (endpoint).
Adapun alat-alat yg umumnya digunakan dapat bermacam-macam, yaitu seperti
pisau Goulian atau Humbly yg umumnya digunakan pada luka bakar dengan luas
permukaan luka yg cukup kecil, sedangkan pisau Watson ataupun mesin yg dapat
memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka bakar yg luas.
Permukaan kulit yg dilakukan tindakan ini tak boleh melebihi 25% dari luas
seluruh permukaan tubuh. Untuk dapat memperkecil perdarahan dapat dilakukan
hemostasis, yakni dengan menggunakan tourniquet sebelum dilakukan sebuah
eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yg akan dieksisi.
Selanjutnya dilakukan beberapa hal tersebut, baru bisa dilakukan skin graft.
Keuntungan dari dilakukan teknik ini ialah didapatnya fungsi optimal dari kulit &
keuntungan dari segi kosmetik. Namun kerugian yg biasanya terjadi dari teknik

ialah perdarahan dengan jumlah yg banyak & endpoint bedah yg sangat sulit
ditentukan.
2)

Eksisi tangensial

Eksisi fasial ialah suatu teknik yg mengeksisi jaringan yg terluka hingga mencapai
lapisan fascia. Teknik ini umumnya digunakan pada beberapa kasus luka bakar
dengan ketebalan penuh ( full thickness ) yg sangat luas atau pada luka bakar yg
sangat dalam. Alat yg sering digunakan dalam melakukan teknik ini ialah sebuah
pisau scalpel, mesin pemotong electrocautery. Adapun suatu keuntungan &
kerugian yg dilakukan dari teknik ini ialah:
a)

Keuntungan

Lebih mudah untuk dikerjakan, lebih cepat, perdarahan tidak terlalu banyak,
endpoint yg lebih mudah untuk ditentukan
b)

Kerugian

Kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko adanya cedera pada beberapa saraf
superfisial & tendon sekitar, adanya edema pada bagian distal dari eksisi
2.

Skin grafting

Skin grafting ialah sebuah metode penutupan luka secara sederhana. Tujuan dari
digunakan
a.

metode
Menghentikan

terjadinya

ini
evaporate

ialah:
heat

loss

b.

Mengupayakan agar proses penyembuhan dapat terjadi sesuai dengan waktu

c.

Melindungi jaringan yang terbuka

Skin grafting harus dilakukan secara cepat setelah dilakukannya eksisi pada luka
bakar pasien. Kulit yg digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia
yg berasal dari tubuh manusia lain yg telah diproses ataupun bisa berasal dari
permukaan tubuh lain dari tubuh pasien (autograft). Daerah tubuh yg biasa
digunakan untuk daerah donor autograft ialah bagian paha, bokong & perut.
Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan dengan cara
split thickness skin graft / full thickness skin graft. Bedanya dari beberapa teknik
tersebut ialah lapisan-lapisan kulit yg diambil sebagai donor. Untuk dapat
memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat beberapa lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring
dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan menggunakan

mesin. Metode ini biasa disebut mess grafting. Ketebalan dari kulit donor
tergantung dari lokasi luka yg akan dilakukan proses grafting, usia pasien,
keparahan luka & telah dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya.
Pengambilan kulit donor ini biasa dilakukan dengan mesin dermatome maupun
dengan cara manual dengan menggunakan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum
dilakukan tindakan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan
epinefrin)

&

juga

terapi

anestesi.

Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yg dihasilkan dari eksisi
luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan & hematom setelah dilakukan
eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya,
pengendalian perdarahan itu sangat diperlukan. Adabeberapa factor yg
mempengaruhi keberhasilan dalam penyatuan kulit donor dengan jaringan yg mau
dilakukan grafting ialah:
1)

Kulit

donor

setipis

mungkin

2) Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yg akan dilakukan
grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a)

Drainase

yang

baik

b) Cegah melakukan gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan)
c) Menggunakan kasa adsorben
L. Pengkajian Keperawatan
1.

Biodata

Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
MRS, dan lain-lain
2. Keluhan utama
Keluhan utama yg dirasakan oleh klien dengan luka bakar ialah rasa nyeri, sesak
nafas. Nyeri bisa disebabakna kerena adanya iritasi terhadap syaraf. Dalam
melakukan suatu pengkajian nyeri harus diperhatikan dari aspek paliatif, severe,
time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yg timbul beberapa jam / hari kemudian
setelah mengalami luka bakar & disebabkan karena adanya pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul adanya penyumbatan saluran nafas bagian atas, apabila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang

Gambaran kondisi klien di mulai dengan awal terjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yg dilakuakan serta keluhan klien selama
menjalan semua perawatan ketika dilakukan pengkajian. Jika dirawat meliputi
beberapa fase : Pada fase emergency (48 jam pertama terjadi perubahan pola
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien akan pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit sebelumnya yg pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami sebuah luka bakar. Risiko kematian dapat meningkat bila klien
mememiliki riwayat penyakit kardiovaskuler, DM, paru, neurologis, atau
penyalagunaan obat & alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan sebuah gambaran mengenai keadaan kesehatan keluarga & penyakit
yg berhubungan dengan kesehatan klien, yg meliputi : jumlah dari anggota
keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan suatu keluarga
mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan adanya penyakit turunan
6. Pola ADL
Meliputi pola kebiasaan klien dalam kehidupan sehari-hari dirumah dan di RS dan
jika terjadi suatu perubahan pola menimbulkan suatu masalah bagi klien. Pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan masalah gangguan
anoreksia, mual, & muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami
suatu penurunan lantaran klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Pola
pemenuhan istirahat tidur juga mengalami suatu gangguan. Hal ini umumnya
disebabkan karena adanya rasa nyeri .
7.

Riwayat psiko sosial

Pada umumnya dari kasus klien dengan luka bakar sering muncul beberapa
masalahyg salah satunya konsep diri body image yg disebabkan karena dari
fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami sebuah gangguan perubahan. Selain itu,
luka bakar juga membutuhkan perawatan yang cukup lama sehingga mengganggu
klien dalam melakukan sebuah aktifitas. Hal ini menumbuhkan gangguan stress,
rasa cemas, & rasa takut.
8. Aktifitas/istirahat

Tanda: Adanya penurunan kekuatan, Ketahanan, keterbatasan bergerak pada


lokasi tubuh yang sakit; gangguan massa otot, serta adanya perubahan tonus.
9. Sirkulasi
Tanda (dengan adanya cedera luka bakar >20 % APTT): hipotensi (syok),
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yg mengalami cedera,vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih & dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia ( syok listrik ), pembentukan oedema
jaringan.
10. Integritas ego
Gejala: masalah mengenai keluarga, mencangkup pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
11. Eliminasi
Tanda: pengeluaran urine mengalami penurunan selama fase darurat; warna
mungkin sedikit hitam kemerahan apabila terjadi mioglobin, menunjukan adanya
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler & mobilisasi cairan
kedalam sirkulasi).
12. Makanan Atau Cairan
Tanda: Terjadi oedema pada jaringan umum, mengalami anoreksia, merasa
mual/muntah.
13. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Merasakan berbagai nyeri; misalnya luka bakar derajat I secara eksteren
sensitif apabila disentuh, ditekan, & mengalami perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat II sangat amat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua sangat tergantung pada keutuhan dari ujung syaraf; luka
bakar derajat III tidak merasakan nyeri.
14. Pernafasan
Gejala: jika terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
mengalami

cedera

inhalasi).

Tanda: mengalami serak, batuk dan bisa mengii, ketidakmampuan dalam menelan
sekresi oral & sianosis, indikasi cedera inhalasi.
15. Pemeriksaan fisik

a.

keadaan umum

Biasanya penderita datang dalam kondisi kotor mengeluh panas,rasa nyeri &
merasa gelisah dan bisa mengalami penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah mengalami penurunan, nadi cepat, suhu tubuh dingin.
c.

Pemeriksaan kepala dan leher

1)

Kepala dan rambut

lihat kesimetrisan bentuk kepala, penyebaran rambut, adanya perubahan warna


rambut setalah terjadi luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas
permukaan luka bakar
2) Mata
lihat kesimetrisan kedua mata dan kelengkapan, kelopak mata, apakah ada lesi
serta adanya benda asing yg menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan serta
bulu mata yg rontok akibat luka bakar
3)

Hidung

lihat kesimetrisan apakah adanya perdarahan, mukosa biasanya kering, sekret,


sumbatan dan bulu hidung yang rontok akibat luka bakar.
4) Mulut
Umumnya terjadi sianosis lantaran kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
lantaran intake cairan kurang
5) Telinga
Lihat Kesimetrisan bentuk kedua telinga, apakah mengalami gangguan
pendengaran lantaran adanya benda asing, perdarahan & serumen
6) Leher
raba

posisi

trakea,

denyut

nadi

karotis

terjadi

peningkatan

sebagai

kompensasi/respon untuk mengataasi masalah kekurangan cairan


d.

Pemeriksaan Thorak Atau Dada

Lihat bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yg masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, apakah ada suara nafas tambahan ronchi
e.

Abdomen

Lihat bentuk perut apakah membuncit lantaran kembung, palpasi adanya nyeri
tekan pada area epigastrium yg mengidentifikasi adanya gastritis.
g.

Muskuloskletal

Lihat jika adanya atropi, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, apakah
terjadi penurunan kekuatan otot karena nyeri
h.

Pemeriksaan neurologi

Kaji tingkat kesadaran dengan menghitung GCS. Nilai GCS dapat menurun bila
supplay darah ke otak kurang dari kebutuhan (syok hipovolemik) dan nyeri yang
hebat (syok neurogenik)
i.

Pemeriksaan kulit

Merupakan sebuah pemeriksaan pada darah yg mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas permukaan luka bakar
menurut kaidah rumus 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan Luka Bakar


Lihat Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Intevensi & Implementasi
Luka Bakar
Daftar Pustaka

También podría gustarte

  • Rencana Harian
    Rencana Harian
    Documento2 páginas
    Rencana Harian
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Blanko Resuma Kasus
    Blanko Resuma Kasus
    Documento3 páginas
    Blanko Resuma Kasus
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Documento19 páginas
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Rama Dewa
    Aún no hay calificaciones
  • Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Documento19 páginas
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Rama Dewa
    Aún no hay calificaciones
  • ICCU
    ICCU
    Documento10 páginas
    ICCU
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • LP BBL
    LP BBL
    Documento31 páginas
    LP BBL
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Makalah PK
    Makalah PK
    Documento15 páginas
    Makalah PK
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Biodata
    Biodata
    Documento1 página
    Biodata
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • LP RBD
    LP RBD
    Documento7 páginas
    LP RBD
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • LP Inc
    LP Inc
    Documento24 páginas
    LP Inc
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Post SC Peb
    Post SC Peb
    Documento7 páginas
    Post SC Peb
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Bab II Tinjauan Teoritis
    Bab II Tinjauan Teoritis
    Documento21 páginas
    Bab II Tinjauan Teoritis
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Waham
    Waham
    Documento14 páginas
    Waham
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Seminar Adhf
    Seminar Adhf
    Documento10 páginas
    Seminar Adhf
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • LP Inc
    LP Inc
    Documento24 páginas
    LP Inc
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Format Evaluasi Sikap
    Format Evaluasi Sikap
    Documento5 páginas
    Format Evaluasi Sikap
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Infark Miokard Akut
    Infark Miokard Akut
    Documento26 páginas
    Infark Miokard Akut
    rudi-audia-1968
    Aún no hay calificaciones
  • Seminar Peb
    Seminar Peb
    Documento5 páginas
    Seminar Peb
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Lansia Kardiovaskuler
    Askep Lansia Kardiovaskuler
    Documento28 páginas
    Askep Lansia Kardiovaskuler
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Materi Perawatan Kateter
    Materi Perawatan Kateter
    Documento2 páginas
    Materi Perawatan Kateter
    ixanz
    Aún no hay calificaciones
  • LP Adhf 3
    LP Adhf 3
    Documento20 páginas
    LP Adhf 3
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Obat Digestan
    Obat Digestan
    Documento20 páginas
    Obat Digestan
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Hernia Inguinalis
    Askep Hernia Inguinalis
    Documento5 páginas
    Askep Hernia Inguinalis
    Julian_Cristy
    Aún no hay calificaciones
  • ASKEP Amputasi
    ASKEP Amputasi
    Documento13 páginas
    ASKEP Amputasi
    Rahmatul Fajra
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Isk
    Askep Isk
    Documento12 páginas
    Askep Isk
    Dwi Abdul Rohman
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Cedera Otak Berat
    Askep Cedera Otak Berat
    Documento14 páginas
    Askep Cedera Otak Berat
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • ASKEP CA Colon
    ASKEP CA Colon
    Documento17 páginas
    ASKEP CA Colon
    mitra dwi
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Batu Ginjal
    Askep Batu Ginjal
    Documento9 páginas
    Askep Batu Ginjal
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Aún no hay calificaciones
  • BPH-TIPS
    BPH-TIPS
    Documento14 páginas
    BPH-TIPS
    Ayu Zibolobolo
    Aún no hay calificaciones