Está en la página 1de 12

AMINOGLIKOSIDA

Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang
terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa. Dengan adanya gugusan-amino, zat-zat ini
bersifat basa lemah dan garam sulfanya yang digunakan dalam terapi mudah larut dalam air.
Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid pertama
yang
ditemukan
adalah
Streptomisin.
Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin, Netilmisin dan
Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan
oksigen)Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti
Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin,
Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin,
Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.
Penggolongan
Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya sebagai berikut :

Streptomisin yang mengandung satu molekul gula-amino dalam molekulnya

Kanamisin dengan turunan amikasin, dibekasin, gentamisin, dan turunannya


netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua molekul gula yang
dihubungkan oleh sikloheksan

Neomisin, framisetin dan paramomisin dengan tiga gula-amino.

Mekanisme
Kerja
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom (Partikel-partikel kecil dalam protoplasma sel yang kaya akan
RNA, tempat terjadinya sintesa protein) di dalam sel. Proses transalasi (RNA dan DNA)
diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan.
Penggunaan
Streptomisin (dan kanamisin) hanya digunakan parenteral pada tuberkulosa, dikombinasikan
dengan rifampicin, INH dan pirazinamid.
Gentamisin dan tobramisin sering digunakan bersamaan suatu penisilin atau sefalosporin
pada infeksi dengan pseudomonas. Amikasin terutama dicadangkan untuk kasus pada mana
terdapat resistensi bagi aminoglikosida lainnya.
Efek
samping
Semua aminoglikosida terutama pada penggunaan parentera dapat mengakibatkan kerusakan
pada organ pendengaran dan keseimbangan (ototoksik) terutama pada lansia, akibat
kerusakan pada saraf otak kedelapan. Gejalanya berupa vertigo, telinga berdenging (tinnitus),
bahkan ketulian yang tidak reversibel.
Pada penggunaan oral dapat terjadi nausea, muntah dan diare, khususnya pada dosis tinggi.

Resistensi
Resistensi dapat terjadi agak pesat akibat terbentuknya enzim yang merombak struktur
antibiotikum. Informasi genetis bagi enzim-enzim itu dapat ditulari melalui plasmid,
hingga
resistensi
dapat
menjalar
ke
kuman
lain.
Streptomisin dan kanamisin paling sering mengalami resistensi, amikasin paling jarang.
Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara
kronik; misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut. Resistensi
terhadap Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid
lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.
Sediaan
dari
Sediaan dari Aminoglikosid dapat dibagi dalam dua kelompok :

Aminoglikosid

Sediaan Aminoglikosid sistemik untuk pemberian IM atau IV yaitu Amikasin,


Gentamisin, Kanamisin dan Streptomisin

Sediaan Aminoglikosid topikal terdiri dari Aminosidin, Kanamisin, Neomisin,


Gentamisin dan Streptomisin. Dalam kelompok topikal termasuk juga semua
Aminoglikosid yang diberikan per oral untuk mendapatkan efek lokal dalam lumen
saluran cerna.

Sediaan Aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai garam sulfat.


Kehamilan
dan
Laktasi
Aminoglikosida dapat melewati plasenta dan merusak ginjal serta menimbulkan ketulian
pada bayi. Maka tidak dianjurkan selama kehamilan. Obat-obat ini mencapai air susu ibu
dalam jumlah kecil dan pada hakekatnya dapat diberikan selama laktasi.

GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA
Posted in uncategories by Dini
Antibiotika golongan aminoglikosida dihasilkan oleh berbagai jenis Streptomyces dan
Micromonospora.
Dari segi kimia senyawanya merupakan gula amino dengan ikatan glikosidik yang larut
dalam air
Garam sulfat dan HCl nya berupa kristal.
Yang termasuk antibiotika golongan aminoglikosida

Sreptomisin dari Streptomyces griseus th 1943

Neomisin Streptomyces fradiae

Framisetin Streptomyces lavandulae 1953

Kanamisin Streptomyces kanamyceticus 1957

Paromomisin Streptomyces rimosus 1959

1949

Gentamisin Micromonospora purpurea 1963

Tobramisin Streptomyces tenebrarius 1968

Amikasin Asilasi kanamisin A 1972

Karakteristik aminoglikosida
1. Tidak satupun aminoglikosida diabsorpsi secara memadai pada pemberian oral.
2. Mekanisme kerjanya identik satu sama lain
3. Spektrum aktivitas terutama terhadap bakteri gram neg
4. Toksisitas utama adalah ototoksis pada saraf otak ke 8 dan nefrotoksik.
5. Resistensi terhadap aminoglikosida dapat terjadi melalui 3 mekanisme yaitu:
a. Mutasi protein pada ribosom bakteri
b. Kegagalan penetrasi aminoglikosida
c. Inaktivasi aminoglikosida oleh enzim bakteri.
Spektrum kerja aminoglikosida
Secara in vitro senyawa aminoglikosida aktif terhadap bakteri gram neg aerob.
Diantara bakteri Gram positif hanya Staphylococcus yang dapat diinhibisi oleh
aminoglikosida.
Tidak aktif terhadap bakteri anaerob seperti Clostridia, Rickettsia, jamur dan virus.
MEKANISME KERJA AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida berdaya kerja bakterisida.
Aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S dari ribosom maka sub unit 70 S nya tidak
terbentuk sehingga terjadi inhibisi sintesis protein karena salah baca kode genetik
- Asam amino yang salah yang disambungkan pada rantai polipeptida sehingga terbentuk
protein yang berbeda.
Mekanisme lain yaitu merusak membran sel bakteri sehingga bakteri mati.
AMINOGLIKOSIDA PARENTERAL

Garam sulfatnya diberikan secara intra muscular karena absorpsinya baik sekali.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 2 jam.
Streptomisin seluruhnya masuk ke dalam plasma,hanya sedikit yang masuk ke eritrosit
maupun makrofag, sukar masuk ke dalam sel.
Penetrasi pada sekret dan jaringan rendah.

Penetrasi pada saluran nafas buruk.


Ekskresinya melalui ginjal terutama dengan filtrasi glomerulus.
Gangguan fungsi ginjal menghambat ekskresi, mempercepat efek nefrotoksik.
Pada bayi neonatus atau prematur, usia lanjut juga cepat menimbulkan nefrotoksik.
Pada gangguan fungsi ginjal waktu paruh cepat meningkat dari 2-3 jam menjadi 50-100
jam.
AMINOGLIKOSIDA NON SISTEMIK
Neomisin, paromomisin dan framisetin tidak digunakan secara parenteral karena terlalu
toksik.
Neomisin yang diberikan 10 g secara oral selama 3 hari tidak mencapai kadar toksik
dalam darah..
Pada insufisiensi ginjal kadar neomisin dalam darah cepat meningkat sehingga
menimbulkan nefrotoksik.
Dosis harus dikurangi atau diganti kanamisin yang aktivitasnya sama tetapi kurang toksik.
Neomisin pada anak-anak harus dibatasi, dosis 100 mg/kg BB .
Jangan lebih dari 3 minggu.
Neomisin yang tidak diabsorpsi dalam usus akan keluar bersama feses dalam keadaan utuh.
EFEK SAMPING AMINOGLIKOSIDA
Alergi
Potensinya untuk menimbulkan alergi rendah.
Kadang-kadang dapat terjadi reaksi kulit memerah, eosinofilia, demam, kelainan darah,
dermatitis, angioudem, stomatitis dan syok anafilaksis.
Reaksi iritasi:
Reaksi iritasi berupa rasa nyeri di tempat penyuntikan.
Suntikan diikuti radang dan peningkatan suhu 0,5-1,5 derajat C.
Misal: pada penyuntikan sreptomisin i.m.
EFEK TOKSIK
Reaksi toksik dapat terjadi pada SSP berupa

Efek Ototoksik (gangguan pendengaran dan keseimbangan)

Efek Nefrotoksik (gangguan pada ginjal)

Gejala lain pada SSP adalah gangguan pernafasan.


Kadar plasma yang menimbulkan efek toksik tidak jauh dari kadar yang dibutuhkan untuk
efek terapi.
Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan memperpanjang interval pemberian atau
mengurangi dosis, atau keduanya.

Efek Ototoksik:
Efek ototoksik terjadi pada saraf otak ke 8 (nervus auditorius) yang mengenai komponen
vestibular dan akustik.
Setiap aminoglikosida berpotensi menyebabkan dua efek toksik dalam derajat yang
berbeda.
Streptomisin dan gentamisin lebih mempengaruhi vestibular.
Neomisin, kanamisin, amikasin dan dihidrostreptomisin lebih mempengaruhi akustik.
Tobramisin mempengaruhi akustik dan vestibular.
Gangguan vestibular:
Gejala:- sakit kepala
pusing
mual
muntah
gangguan keseimbangan
Pemulihan : 12-18 bulan ada yang menetap, dapat meluas ke ujung serabut saraf kohlea.
Dosis toksik: 2 g sehari selama 60-120 hari
kejadian toksik sampai 75%
1 g sehari selama 60-120 hari
kejadian toksik sampai 25 %
Gangguan akustik:
Gangguan tidak langsung di kedua telinga sekaligus ttp bertahap.
Dapat berkembang jadi tuli saraf.
Kerusakan berupa degenarasi sel rambut organ corti.
Gangguan akustik terjadi pada anak-anak.
Gejala awal : tinnitu
Frekuensi kejadian:

Streptomisin 4-15%

Gentamisin, amikasin, tobramisin 25 %

Kanamisin 30%

Neomisin paling sering menimbulkan tuli saraf.


Neomisin topikal 5% juga dapat menimbulkan tuli saraf.

Efek nefrotoksik:
Gejala:

Kemampuan ginjal menurun

Protein uria ringan

Filtrasi glomerulus menurun

Nekrosis tubuli berat ditandai dengan kenaikan

kreatinin, hipokalemia, hipokalsemia.

Gangguan terjasi reversibel

Nefrotoksik
Terkuat : Neomisin
Terlemah : Streptomisin
Efek neurotoksik lain:

Streptomisin i.p menyebabkan gangguan pernafasan.

Perubahan biologi:
Gangguan mikroflora tubuh dan absorpsi usus.
Dapat menyebabkan superinfeksi pseudomonas: kanamisin
Kandidiasis: Penggunaan oral gentamisin
Kombinasi

Interaksi

Aminoglikosida dg as. etakrinat

Ototoksik meningkat

Aminoglikosida dg furosemid

Ototoksik meningkat

Aminiglikosida/antikoagulan

Produksi vit K di usus berkurang

Neomisin/Penisilin V

Absorpsi penisilin berkurang

Aminoglikosida/relaksan otot rangka

Efek relaksan meningkat

Aminoglikosida/aminoglikosid

Ototoksik dan nefrotoksik aditif

Gentamisin/Karbenisilin

Inaktivasi gantamisin

Tobramisin/Heparin

Aritmia jantung

Aminoglikodida/karbenisilin

Nefrotoksik meningkat

Aminoglikosida/sefalodporin

Nefrotoksik meningkat

https://dininatanegara99.wordpress.com/2011/11/10/golongan-aminoglikosida/
EKANISME KERJA
Aminoglikosida bekerja dengan tiga cara, yaitu (1) penghambatan sintesis protein dari
bakteri. Setelah memasuki sel aminoglikosida akan mengikatkan diri dengan reseptor pada
30s ribosom bakteri, kemudian menghambat pengikatan dari aminoasil-tRNA dan
mengakibatkan kesalahan pembacaan mRNA, sehingga protein yang tidak berfungsi yang
disintesis; (2) mengganggu kompleks awal pembentukan peptida; dan (3) menyebabkan suatu
pemecahan polisom menjadi monosom yang tidak berfungsi (Katzung, 1998).
Antibiotik aminoglikosida merupakan bakterisid yang kerjanya cepat. Pembunuhan
bakteri tergantung pada konsentrasi, tetapi aktivitas bakterisid residual masih ada walaupun
konsentrasi serum telah menurun di bawah konsentrasi penghambatan minimum (Brunton,
et.al., 2008).
Diatur oleh potensial elektrik membran, aminoglikosida berdifusi melalui saluransaluran encer yang dibentuk oleh protein porin pada membran terluar dari bakteri gram
negatif dan memasuki ruang periplasma. Proses yang kecepatannya terbatas ini dapat diblok
atau dihambat dengan penurunan pada pH atau kondisi anaerobik, seperti pada bisul. Sekali
berada di dalam sel, aminoglikosida mengikat polysome dan mengganggu sintesis protein
dengan menyebabkan kesalahan pembacaan dan terminasi prematur dari translasi mRNA.
Protein abnormal yang dihasilkan mungkin dimasukkan ke dalam membran sel, mengubah
permeabilitas dan kemudian menstimulasi transpor aminoglikosida (Brunton, et.al., 2008).
http://pharmacystudents09.blogspot.com/2013/01/interaksi-aminoglikosida.html
V.

TABEL INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT


No
1.

Nama Obat A
Aminoglikosida

Nama Obat B
Antijamur

Mekanisme Obat A
Menembus dinding

Mekanisme Obat B
Berikatan dengan

Ef
Keduanya memi

(Amikasin,

(Amphoterisin B,

sel bakteri dan

ergosterol pada

nefrotoksik sehi

mengikatkan diri
Gentamisin,
Tobramisin)

Imipenem)

pada ribosom

membrane sel yang

terjadi adisi efek

bakteri sehingga

mempunyai gugus

Amphoterisin B

sintesis protein

sterol.

klirens aminogli

terganggu

Ototoksisitas - d

Menembus dinding
Aminoglikosida
(Kanamisin,
2.

Streptomisin,
Gentamisin,
Neomisin)

Diuretik
(Asam etakrinat,
Bumetanid,
Furosemid)

sel bakteri dan


mengikatkan diri
pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein

menyebabkan ke
Menghambat

telinga dan gang

reabsorpsi ion Na, K pendengaran, ta


dan Cl serta air di

aminoglikosida

lengkung henle

sel rambut pada

memudahkan pe

terganggu

pada jaringan co

Menembus dinding
sel bakteri dan
3.

Aminoglikosida
(Gentamisin)

Preeclampsia

mengikatkan diri

(Magnesium

pada ribosom

sulfat)

bakteri sehingga
sintesis protein
terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan

4.

Aminoglikosida

Imunosupresan
(Siklosporin)

mengikatkan diri
pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein
terganggu
Menembus dinding

Menekan

Memblok otot p

pengeluaran

aminoglikosida

asetilkolin pada

magnesium pun

motor endplate

pemblok neurom

Menekan secara
langsung sel T
helper subsets dan
menekan secara

Nefrotoksik

umum produksi
limfokin-limfokin

sel bakteri dan


mengikatkan diri
5.

Aminoglikosida

Gallium

pada ribosom

Nefrotoksik

bakteri sehingga
sintesis protein
6.

Aminoglikosida

Malathion

terganggu
Menembus dinding

Kemungkinan d

sel bakteri dan


mengikatkan diri
pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein

Menghambat kerja
kolinesterase

pernafasan

terhadap asetilkolin

terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
7.

Aminoglikosida

Agen pemblok
neuromuskular

mengikatkan diri
pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein

Menghambat
pengikatan dan efek

Peningkatan pem

dari ACh ke

neuromuskular

reseptor

terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
mengikatkan diri
8.

Aminoglikosida

Polimiksin

pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein

9.

Gentamisin

Pancuronium

terganggu
Aktivitas pemblok
neuromuskular
Menembus dinding
sel bakteri dan
mengikatkan diri

10.

Gentamisin

Cephalothin

pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein
terganggu

11.

Kanamisin

Cidofovir

Merusak membran
dalam dan membran

Nefrotoksisitas;

luar dari bakteri

pemblok neurom

gram negatif

Relaksan otot

Depresi pernafa

Menghambat sintesa
dinding sel bakteri
dengan
mengganggu cross-

Nefrotoksik- me

linking akhir

dapat dipastikan

peptidoglikan dan
mengaktifkan enzim

Menembus dinding

otolitik dinding sel.


Menghambat

sel bakteri dan

sintesis DNA virus

mengikatkan diri

dengan

pada ribosom

memperlambat

bakteri sehingga

kemudian

Nefrotoksik

sintesis protein

menghentikan

terganggu
Menembus dinding

perpanjangan rantai

sel bakteri dan


12.

Kanamisin

Atracurium

mengikatkan diri

Menghambat

pada ribosom

transmisi

bakteri sehingga

neuromuskular

Depolarisasi dan

depolarisasi rela

sintesis protein
terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
13.

Mesalamine/

Kanamisin

apriso

mengikatkan diri

Mencegah sintesis

pada ribosom

histamine seperti

bakteri sehingga

prostaglandin dll

Nefrotoksik

sintesis protein
terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
14.

Aminoglikosida

NSAID

mengikatkan diri

Menghambat enzim

(Amikasin,

(Indometasin,

pada ribosom

cyclooxygenase

Gentamisin)

Ibuprofen)

bakteri sehingga

(COXs)

Peningkatan kad
aminoglikosida

menghambat filt

aminoglikosida.

sintesis protein
terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
mengikatkan diri
15.

Aminoglikosida

Vankomisin

pada ribosom
bakteri sehingga

Menghambat

Kemungkinan n

sintesis dinding sel

dan ototoksisitas

sintesis protein
terganggu
VI.

INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT HERBAL

No

Obat A

Herbal

Aminoglikosi
da (amikasin,
gentamisin,

Ginkgo Biloba

Mekanisme obat
A
Menembus
dinding sel bakteri
dan mengikatkan

Mekanisme
herbal
Meningkatkan
sirkulasi darah

Efek

Kateg

Meningkatkan
ototoksisitas

Aditi

tobramisin)

Vancomisin

Calophillum moonii

Gentamisin,
vancomisin

Garcinia mangostana

VII.

diri pada ribosom


bakteri sehingga
sintesis protein
terganggu.
Menyebabkan
ototoksisitas
dengan merusak
bagian telinga
dalam.
Menembus
dinding sel bakteri
dan mengikatkan
diri pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein
terganggu.
Menembus
dinding sel bakteri
dan mengikatkan
diri pada ribosom
bakteri sehingga
sintesis protein
terganggu.

Mengandung
Calozeyloxanton
yang bersifat
antibakteri

Meningkatkan
efek antibakteri
vancomisin

Siner

Mengandung mangostin yang


bersifat
antibakteri

Meningkatkan
efek antibakteri
gnetamisin dan
vancomisin

Siner

INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN


No.

Nama Obat

Makanan

1.

Aminoglikosida

Yogurt

Mekanisme

Mekanisme

Obat A
Menembus
dinding sel
bakteri dan
mengikatkan
diri pada
ribosom
bakteri
sehingga
sintesis
protein
terganggu.

Makanan
Mengandung
Lisin,
meningkatkan
terbentuknya
karnitin,
dengan
demikian
lemak tubuh
yang
mengalami oksidasi
semakin

Efek
Meningkatkan
ototoksisitas

2.

Aminoglikosida

Keju
Parmesan

Menembus
dinding sel
bakteri dan
mengikatkan
diri pada
ribosom
bakteri
sehingga
sintesis
protein
terganggu.

meningkat
Mengandung
Lisin,
meningkatkan
terbentuknya
karnitin,
dengan
demikian
lemak tubuh
yang
mengalami oksidasi
semakin

3.

Aminoglikosida

Susu

Menembus
dinding sel
bakteri dan
mengikatkan
diri pada
ribosom
bakteri
sehingga
sintesis
protein
terganggu.

meningkat
Mengandung
Lisin,
meningkatkan
terbentuknya
karnitin,
dengan
demikian
lemak tubuh
yang
mengalami oksidasi
semakin
meningkat

Meningkatkan
ototoksisitas

También podría gustarte