Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Di Susun Oleh :
Gita Paradisma
( P27820714002 )
Adeng Hidayatullah
( P27820714007 )
( P27820714024 )
Asrti Rejeki
( P27820714028 )
kapas lidi hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom
ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi.
c. Blefaritis Skumosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai adanya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama
yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada
orang yang berambut minyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolik
ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa
gatal dan panas. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halushalus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah
dikupas dari dasarnya mengakibatkan pendarahan. Pengobatan blefaritis
skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampo
bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien.
d. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat
keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat
ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada
blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras,
yang bila diangkat akan terjadi luka dngan disertai pendarahan.
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada
blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
e. Blefaritis Angularis
Merupakan infeksi staphlococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak
mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan
oleh Staphylococcus aureus. Kelainan ini biasanya bersifat rekuren.
Befaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat.
Penyulit pada punctum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan
menyumbat duktus lakrimal.
f. Blefaritis Meibomianitis
Merupakan
infeksi
pada
kelenjar
meibom
yang
akan
2. Blefaritis Virus
a. Herpes Zoster
Virus ini dapat memberikan infeksi pada ganglion saraftrigeminus
Biasanya virus ini akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yag
terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan
melampaui garis medin kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada
mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea
bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus
superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster
mata.
b. Herpes Simplex
3. Blefaritis Jamur
1. Infeksi superfisial
2. Infeksi jamur dalam
3. Blefaritis pedikulosis : kadang-kadang pada penderita dengan higiene
yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di
daerah margo palpebra.
Ada 2 macam blefaritis :
a. Infeksi yang terjadi pada kelopak mata
Pada kasus ini bulu mata rontok dan tidak diganti oleh yang baru
karena ada destriksi folikel rambut. Pada pangkal rambut terdapat sisik
kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata. Palpebra merah
(matabertepi merah)
b. Blefaritis seborrheik
Inflamasi kelenjar kulit didalam bulu mata/kelenjar bulu mata.
Pada kasus ini bulu mata cepat jatuh tetapi dapat diganti yang baru
karena tidak ada destruksi folikel rambut. Didapatkan skuama (sisik
berminyak) tepian palpebra tidak begitu merah.
C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya blefaritis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Blefaritis Ulseratif
Penyebabnya adalah staphylococcus aureus (stafilikokus epidermis).
2. Blefaritis Non-Ulseratif
Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusponem
ovale.
Secara umum :
a. Infeksi/alergi yang biasanya berjalan kronik/akibat disfungsi kelenjar
meibom.
Contoh : Debu, asap, bahan kimia, iritatif/bahan kosmetik.
b. Infeksi bakteri stafilokok, streptococcus alpha/beta hemolyticus,
pnemokok, psedomonas, demodex folliculorum, hingga pityrosporum
ovale.
c. Infeksi oleh virus disebabkan herpes zoster, herpes simplex, vaksinia
dan sebagainya.
d. Jamur dapat menyebabkan superfisial (sistemik).
Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphlococcus, dermatitis
seboroik, gangguan kelenjar meibom, atau gangguan dari ketiganya.
Blefaritis anterior biasanya disebabkan karena infeksi staphylococcus
aureus, didapatkan pada 50% pada pasien yang menderita blefaritis, tapi
hanya 10% orang yang tidak memberikan gejala blefaritis namun
ditemukan bakteri staphylococcus. Infeksi staphylococcus epidermis
didapatkan sekitar 95% pasien. Blefaritis seboroik serupa dengan
dermatitis seboroik, dan posterior blefaritis (meibomian blefaritis)
disebabkan gangguan kerja kelenjar meibom. Kelenjar meibom yang ada
sepanjang batas kelopak mata, dibelakang batas bulu mata, kelenjar ini
menghasilkan minyak ke kornea dan konjungtiva. Kelenjar ini
disekresikan dari lapisan luar air mata yang bisa menghambat penguapan
air mata, dan membuat permukaan mata menjadi tetap halus, serta
membantu menjaga struktur dan keadaan mata. Sekresi protein pada
Tanda :
1. Skuama pada tepi kelopak
2. Jumlah bulu mata berkurang
3. Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
4. Sekresi Meibom keruh
5. Infeksi pada tepi kelopak
6. Abnormalitas film air mata.
G. Komplikasi
Komplikasi yang berat karena lefaritis jarang terjadi. Komplikasi
yang paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak.
Mungkin sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat
bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis hilang.
1. Syndrome mata kering
Adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada blefaritis.
Syndrome mata kering (keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana
mata pasien tidak bisa memproduksi air mata yang cukup, atau air mata
menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air dan
menjadi meradang. Syndrome ini dapat terjadi karena dipengaruhi
gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat
juga disebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik.
Gejalanya ditandai dengan nyeri atau kering, sekitar mata, dan ada
yang mengganjal di dalam mata dengan penglihatan yang buram.
Semua gejala tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan obat
tetes mata yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa
menggantikan air mata.
2. Konjungtivitis
Adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika ada bakteri
didalam kelopak mata. Kondisi ini menyebabkan efek buruk pada
penglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis akan hilang setelah dua
atau tiga minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat tetes
mata disarankan untuk mengurangi gejala, atau untuk menghindari
H. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:
a. Uji Laboratorium
b. Radiografi
Fluorescein Angiografi
Computed Tomografi
Pemeriksaan dengan slit lamp
I. Pengobatan
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari
semua jenis blefaritis adalah menjaga kebersihan kelopak mata dan
menghindarkan dari kerak. Sangat dianjurkan untuk mengurangi dan
DAFTAR PUSTAKA
Pasien mengeluh ada rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata yang
mengalami iritasi
Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu mata rotok
dan tidak terganti)
Data objektif
-
Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning atau
terdapat skuama
Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola
mata (trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea.
Lakrimasi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d agen injuri biologis (iritasi dan fotofobia
sekunder akibat peradangan di margo papebra ) ditandai dengan rasa
terbakar dan gatal pada palpebra, sensitive terhadap cahaya.
2. Kerusakan integritas kulit b.d proses inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu
mata ditandai dengan pelepasan lapisan tanduk di kulit dan di daerah bulu
mata, ulkus kecil di tepian palpebra.
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kondisi fisik : bulu mata rontok dan
tidak diganti dengan yang baru, adanya krusta berwarna kuning , adanya
skuama pada palpebra ditandai dengan klien malu tidak percaya diri
4. Ansietas b.d penyakit yang diderita ditandai dengan klien tampak cemas dan
selalu bertanya tentang penyakitnya
5. Kurang pengetahuan (tentang penyakit dan penatalaksanaannya) yang b.d
kurang paparan informasi ditandai dengan pasien tidak mengerti
kondisinya, menggosok-gosok mata.
6. Resiko tinggi injury b.d defisif pengetahuan.
7. Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif.
c. Intervensi Keperawatan
Dx 1 :Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d agen injuri biologis (iritasi dan
fotofobia sekunder akibat peradangan di margo papebra )
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
dapat ditoleransi
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
Intervesi Keperawatan :
1. Bersihkan daerah palpebra secara teratur dan setiap hari
Rasional : Pembersihan secara cermat setiap hari akan menjaga kebersihan
palpebra sehingga luka cepat sembuh
2. Gunakan teknik aseptic, pasien atau perawat mengangkat krusta, skuama
Rasional : Teknik aseptic akan mencegah iritasi yang lebih berat/ kontak
dengan bakteri.
3. Kompres tepi kelopak mata dengan air hangat 3 kali atau sesuai kebutuhan
Rasional : Kompres membersihkan tepi kelopak mata dari krusta /skuama
4. Kolaborasi pemberian antibiotika dan steroid topical untuk kasus yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Dx 3
rontok dan tidak diganti dengan yang baru, adanya krusta berwarna
kuning , adanya skuama pada palpebra
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien
tidak merasa malu dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya
Kriteria Hasil :
-
Intervensi Keperawatan :
1. Jalin hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien
Rasional : Dengan hubungan terapiutik, pasien akan merasa dihargai dan
lebih terbuka
2.
4. Dorong pasien untuk mengargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat
dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sebagai diri sendiri
saat ini.
Rasional : Untuk mengetahui permasalahan klien.
Dx 4 : Ansietas b.d penyakit yang diderita
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan ansietas
klien berkurang dan dapat beradaptasi terhadap penyakitnya.
Kriteria Hasil :
-
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan
insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat
menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan untuk berbicara dan
bergerak.
2. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui
atau menjawab kekhawatirannya
Rasional : Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun
perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya tetap aman
3. Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang penyakitnya dan beri tahu
bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah gangguan penglihatan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas
4. Dorong klien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Dengan bercerita dan mengekspresikan perasaanya klien akan
merasa lebih tenang
Intervensi Keperawatan :
1. Bantu klien dalam melakukan aktivitas
Rasional : mencegah injuri.
2. Beri pencahayaan yang cukup.
Rasional : mempermudah klien melakukan aktivitas.
3. Jauhkan penyebab terjadinya injuri.
Rasional : menjaga keselamatan klien.
4. Berikan informasi seputar blepharitis.
Rasional : menambah pengetahuan tentang penyakit blepharitis.
5. Dorong pasien untuk mengakui dan mengekspresikan perasaan.
Rasional : mengurangi tingkat ansietas.
Dx 7 : Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan dapat
meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu,bebas drainase purulen, eritema,
dan demam.
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi.
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi tanda terjadinya infeksi
Rasional : Infeksi mata terjadi 2 3 hari setelah proseddur dan memerlukan
upaya intervensi.
2. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/ mengobati
mata.
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan.
3. Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah untuk tiap usapan.
Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebab bakteri.
4. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
5. Kolaborasi dalam pemberian obat steroid sesuai indikasi.
Rasional : Digunakan untuk menurunkan inflamasi.
d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap yang menggunakan rencana keperawatan dalam
melakukan tindakan keperawatan. definisi secara umum, implementasi
mencakup tindakan penyerahan tindakan dan pencatatan. perawat harus
memperhatikan atau tertuju pada pengembangan dari langkah rencana
keperawatan yang telah dibuat, kemudian selanjutnya melakukan tindakan
yang dicatat dalam aktivitas perawat dan memperhatikan respon klien (Kozier,
et. all, 2000).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
tindakan yang terus menerus, bertujuan untuk menentukan kemampuan klien
dan keperawatan kesehatan profesional yaitu menunjukkan peningkatan kearah
tujuan yang hendak dicapai pada klien dan keefektifan rencana keperawatan.
Evaluasi merupakan aspek yang penting karena memberikan kesimpulan
proses akhir apakah intervensi dihentikan, diteruskan, atau perlu rencana /
intervensi baru (Kozier, et. all, 2000).