Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun oleh:
Ade
22020111200002
Asri Indriyani
22020111200011
22020111200013
Dina Restiana
22020111200019
Leile Majid
22020111200039
Leni Matussifa
22020111200040
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama di masyarakat.
Stroke menjadi semakin populer dikarenakan angka kejadian penyakit ini
terus mengalami peningkatan, khususnya penyakit stroke hemoragik. Angka
kejadian stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap
pertambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun akan meningkatkan risiko 2
kali lipat. Kenaikan usia dari 60 tahun hingga 80 tahun menjadikan angka
kejadian stroke meningkat hampir 8 kali lipat dan pada orang dengan faktor
risiko stroke, 5-20% akan terkena stroke (Maulana, 2010).
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus
ditangani secara cepat, tepat dan cermat. Stroke adalah suatu gangguan fungsi
saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak
dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam
beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di
otak yang terganggu (Pertiwi, 2010).
Stroke hemoragik dapat disebabkan oleh aneurysm (melemah dan
menipisnya jaringan pembuluh darah, pembuluh darah mengembung kearah
luar). Aneurysm jika dibiarkan akan terus mengembang dan melemah,
meningkatkan resiko sobeknya jaringan. Stroke hemoragik juga dapat terjadi
karena arteriovenous malformation (AVM), sekumpulan jaringan darah yang
lemah yang terjadi saat proses melahirkan atau bayi masih didalam rahim.
Jaringan darah yang bermasalah ini diperkirakan terjadi karena tekanan aliran
darah.
Efek spesifik sangat tergantung bagian mana dari otak yang mengalami
kekurangan oksigen. Aliran darah yang terputus adalah yang menuju bagian
otak yang mengatur saraf bicara, stroke akan menyebabkan penderita tidak
bisa berbicara atau pengucapan yang tidak jelas. Kesulitan dalam
dan
bisa
mengimplementasikan
pemberian
asuhan
hemoragik
di
Unit
Gawat
Darurat
RS
Roemani
merumuskan
masalah
Muhammadiyah Semarang.
b. Menganalisa
hasil
pengkajian
dan
hemoragik
di
Unit
Gawat
Darurat
RS
Roemani
Muhammadiyah Semarang.
c. Menentukan perencanaan dan tujuan yang rasional dari diagnosa
keperawatan sesuai dengan prioritas ABCDE pada klien dengan
gangguan sistem saraf khususnya pada Tn. M dengan masalah utama
stroke
hemoragik
di
Unit
Gawat
Darurat
RS
Roemani
Muhammadiyah Semarang.
faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Tanggal masuk
Tanggal pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. M
Usia
: 70 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
:-
Alamat
: Wonodri, Semarang
Diagnosa medis
Nomor register
: 320985
PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Ny. S
Usia
: 29 tahun
Alamat
: Semarang
: Anak
B. KELUHAN UTAMA
Penurunan kesadaran
C. PENGKAJIAN SAMPLE
1. Symptom
Keluarga mengatakan klien ditemukan terjatuh di kamar mandi dengan
posisi telungkup sekitar pukul 06.30 WIB. Pada saat ditemukan klien
sudah tidak sadarkan diri. Malam sebelumnya, menurut anaknya klien
mengeluh kepala pusing dan nggliyeng.
2. Allergy
Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi apapun.
6
3. Medication
Keluarga mengatakan klien sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi,
klien sudah mengkonsumsi obat tersebut sejak usia 40 tahun.
4. Past Illness
Keluarga mengatakan klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan
diabetes mellitus.
5. Last Meal
Keluarga mengatakan klien terakhir tadi malam tanggal 15 Maret 2012
pukul 20.00 WIB (nasi, sayur, dan lauk).
6. Event
Saat kejadian klien dibawa ke UGD RS Roemani Muhammadiyah, klien
dalam kondisi tidak sadarkan diri namun masih terdapat nafas spontan.
D. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Look
Listen
Feel
2. Breathing
Inspeksi : RR 19 kali/menit, regular, I:E=1:2, tidak terdapat ada
retraksi dinding dada saat klien bernapas, pengembangan
Palpasi
kesadaran.
Perkusi
: terdengar bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : terdengar bunyi napas ronkhi basah dan halus pada kedua
apeks paru dan vesikuler pada lapang paru bagian basal.
3. Circulation
Frekuensi nadi klien 90 kali/menit, regular dan kuat, capillary refill < 2
detik pada ekstremitas atas dan 3 detik pada ekstremitas bawah, akral
teraba hangat, SpO2 99% (dengan bantuan O2 nasal kanul 4 lpm), tidak
: kepala
mesochepal,
kulit
kepala
bersih,
tidak
b. Mata
Inspeksi
Palpasi
: tidak ada benjolan pada area mata dan nyeri tekan tidak
terkaji.
c. Telinga
Inspeksi
: telinga bersih, tidak ada lesi pada kulit area telinga, tidak
ada pembengkakan pada area telinga, pendengaran tidak
terkaji.
Palpasi
d. Hidung
Inspeksi
: tidak ada lesi pada kulit area hidung, warna kulit hidung
sawo matang, tidak ada pembengkakan pada area hidung,
tidak ada sekret yang keluar dari nares, nares simetris,
tidak terdapat napas cuping hidung.
Palpasi
e. Mulut
Inspeksi
Palpasi
f. Leher
Inspeksi
Palpasi
g. Dada
Pulmo
Inspeksi
dinding
dada
saat
klien
bernapas,
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: perut datar, tidak ada jaringan parut dan lesi pada kulit
perut, tidak ada spider nevi.
Palpasi
i. Ekstremitas
Kekuatan otot
1111
2222
/
1111
2222
2
5
Ekstremitas atas
Tidak ada lesi/fraktur, capillary refill kurang dari 2 detik, turgor
kulit kering.
Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak terdapat lesi pada kulit ekstremitas bawah.
Palpasi : tidak terdapat benjolan, nyeri tekan saat tidak terkaji,
capillary refill 3 detik, tidak ada sianosis, akral teraba
hangat.
10
j. Genitalia
Tidak terdapat perdarahan pada OUE, tidak terdapat hematom pada
area genetalia.
2. Cairan dan Nutrisi
Keluarga mengatakan klien tadi malam (17/3/12) minum dan makan
terakhir (nasi, sayur, dan lauk).
3. Eliminasi
Keluarga mengatakan tidak mengetahui kapan terakhir kali klien BAB
dan BAK. Namun jika dilihat dari pengeluaran urin pada urine bag,
haluaran urin klien yaitu sebanyak 900 ml selama dipasang 2 jam.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan Kepala Tanpa Kontras
Interpretasi singkat: perdarahan luas pada daerah pons sinistra.
G. TERAPI OBAT : Tidak ada.
11
ANALISA DATA
No
Tgl/Jam
116/3/12
07.10
216/3/12
07.10
Data Fokus
DS: DO:
Terdapat sekret warna kuning
kecoklatan.
SpO2 99 % (terpasang O2 nasal
kanul 4 lpm), RR 19 x/menit
regular.
Terdengar suara napas
tambahan: snoring dan gurgling.
Terdengar ronkhi basah halus di
kedua apeks paru.
GCS 5 (E1M3V1)
Tingkat kesadaran = koma.
DS:
Keluarga mengatakan
menemukan klien tidak sadarkan
diri di kamar mandi dengan
posisi telungkup jam 6.30
kemudian dibawa ke rumah sakit
jam 7.00.
Keluarga mengatakan klien
mempunyai riwayat hipertensi
dan tadi malam mengeluh
kepalanya pusing.
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
berhubungan dengan
mukus dalam jumlah
berlebihan.
Resiko
ketidakefektifan
perfusi otak
berhubungan dengan
aneurisma serebri.
Ttd
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
DO:
SpO2 99 % (terpasang O2 nasal
kanul 4 lpm).
TD 230/100 mmHg.
HR 90 kali/menit.
GCS 5 (E1M3V1).
Tingkat kesadaran koma.
Terdengar suara napas
tambahan: snoring dan gurgling.
Terdengar ronkhi basah halus di
kedua apeks paru.
Tampak jejas pada kepala bagian
oksipital sinistra dengan
diameter 3 cm.
Capilary refill ekstremitas
bawah 3 detik, ekstremitas atas
< 2 detik.
12
Dx
Keperawatan
Ketidakefektifa
n bersihan jalan
napas
berhubungan
dengan mukus
dalam jumlah
berlebihan.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 jam,
bersihan jalan napas klien
menjadi efektif dengan
kriteria hasil:
1. Tidak terdengar gurgling
(skala 3).
2. Tidak terdengar bunyi
snoring (skala 3).
3. Suara ronkhi basah pada
kedua apeks paru
berkurang (skala 3).
4. Tidak ada sekret (skala
3).
Intervensi
Positioning
1.
Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan posisi jaw
thrust/head tilt chin lift.
Respiratory Management
2.
Lakukan
pemasangan
oropharingeal airway.
3.
Monitor frekuensi,
kedalaman pernapasan
dan saturasi oksigen.
4.
Auskultasi bunyi
napas tambahan.
5.
Lakukan
penghisapan/suction bila
ada indikasi.
Resiko
Setelah dilakukan tindakan
Cerebral Perfusion
ketidakefektifan keperawatan selama 2 jam
Promotion
perfusi otak
tidak terjadi ketidakefektifan 1.
Identifikasi faktor
berhubungan
perfusi jaringan otak,
penyebab penurunan
dengan
dengan kriteria hasil:
kesadaran.
aneurisma
1.
Tanda-tanda vital:
2.
Monitor status
serebri.
neurologis.
Peningkatan tekanan
3.
Pantau adanya
darah [sistol < 230
tanda-tanda penurunan
mmHg, diastol < 100
perfusi serebral: GCS,
mmHg] (skala 2).
memori, bahasa, respon
HR 60-150 x/menit
13
2.
3.
4.
5.
6.
(skala 3).
RR 18-24 x/menit
(skala 5).
T 36,0-37,5oC (skala
5).
Tidak terjadi
penurunan GCS (skala
5).
Tidak terjadi sianosis
(skala 5).
Tidak terjadi
diaforesis (skala 5).
Tidak terjadi
penurunan kesadaran
(skala 5).
Tidak terjadi tandatanda peningkatan TIK
(skala 3).
pupil dll.
Evaluasi pupil,
batasan dan proporsinya
terhadap cahaya.
5.
Monitor TTV, MAP,
dan saturasi oksigen
klien.
6.
Monitor input dan
output klien.
4.
Oxygen Therapy
7.
Berikan oksigen
sesuai keperluan.
8.
Monitor adanya
oxygen inducedhypoventilation.
9.
Monitor adanya
toksisitas oksigen dan
atelektasis.
Intracranial Pressure
Monitoring
10.
Pertahankan posisi
tirah baring pada posisi
kepala 15-30o.
11.
Pantau adanya
tanda-tanda peningkatan
TIK.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/Jam
16/3/12
07.10
No.
Implementasi
Respon
Dx
1 Membuka jalan napas dengan
S: jaw thrust dan kontrol servikal. O:
Jalan napas klien
terbuka, area servikal
terfiksasi
1 Memasang OPA
S: (oropharingeal airway).
O:
Terdapat reflek batuk,
OPA telah terpasang
untuk mempertahankan
lidah, tidak terdengar
snoring
Ttd
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
14
1,2
07.15
2
07.20
07.23
07.30
S: O:
Terdapat reflek batuk
Sekret yang keluar
berwarna kuning
kecoklatan
Bunyi gurgling
berkurang
S: O:
O2 nasal kanul 4 lpm
terpasang, saturasi O2
klien 99%
S: O:
Akral hangat, saturasi O2
99%, TD 230/100
mmHg, HR 110 x/menit,
t 36,6o C, RR 18 x/menit,
MAP 143
S: O:
RR klien 18 x/menit
Aus: ronkhi basah halus
pada kedua apeks paru
S: O:
GDS klien 367 mg/dl
S: O:
- Terdapat reflek batuk
- Sekret yang keluar
berwarna kuning
kecoklatan
- Bunyi gurgling
berkurang
Memasang infus Infumal 20
S: tpm.
O:
Infus terpasang, satu kali
tusukan tanpa terjadi
flebitis dan hematom
Memonitor reflek pupil, status S:
GCS, kekuatan otot, dan status O:
neurologis klien.
Pupil anisokhor 5/3,
reflek cahaya (-),
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
15
kekuatan otot
2
07.40
07.50
2
08.05
2
1
2 / 1
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
16
Melakukan pemeriksaan CT
Scan kepala tanpa kontras.
08.20
08.45
Mengobservasi status
kesadaran, TTV, pernapasan,
dan saturasi oksigen klien.
09.00
-
S: O:
Interpretasi singkat:
perdarahan luas pada
daerah pons sinistra
S: O:
Terdapat reflek batuk
Sekret yang keluar
berwarna kuning
kecoklatan
Bunyi gurgling hilang
S: O:
Status kesadaran klien
koma dengan GCS
E1M3V1
Saturasi oksigen 99%
TD 220/100 mmHg, HR
112 x/menit, t 36,6o C,
RR 18 x/menit, MAP
140
Ronkhi basah halus pada
kedua apeks paru
berkurang, tidak
terdapat bunyi snoring
dan gurgling
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
IGD
Tea
m
EVALUASI
Tgl/Jam
16/3/12
09.30
No.
Evaluasi
Dx
1 S: O:
Saturasi oksigen 99%, RR 18 x/menit
Ronkhi basah halus pada kedua apeks paru
berkurang, tidak terdapat bunyi snoring dan gurgling
Terdapat reflek batuk
Sekret yang keluar berwarna kuning kecoklatan.
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan pemasangan OPA
Pertahankan pemberian oksigen
Monitor frekuensi, kedalaman pernapasan dan
saturasi oksigen.
Lakukan penghisapan/suction sesuai indikasi.
Ttd
IGD
Tea
m
17
16/3/12
09.30
S: O:
Status kesadaran klien koma dengan GCS E1M3V1
Saturasi oksigen 99%
TD 230/100 mmHg, HR 112 x/menit, t 36,6o C, RR
18 x/menit, MAP 140
Ronkhi basah halus pada kedua apeks paru
berkurang, tidak terdapat bunyi snoring dan gurgling
Terdapat reflek batuk
Sekret yang keluar berwarna kuning kecoklatan
Pupil anisokhor 5/3, reflek cahaya (-), kekuatan otot
1111
2222
1111 / 2222
IGD
Tea
m
A:
Masalah teratasi
P:
Motivasi keluarga untuk perawatan non ICU atau
rawat inap.
Monitor status neurologis.
Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi
serebral: GCS, memori, bahasa, respon pupil dll.
Evaluasi pupil, batasan dan proporsinya terhadap
cahaya.
Monitor TTV, MAP, dan saturasi oksigen klien.
Monitor intake dan output klien.
Pertahankan pemberian oksigen sesuai keperluan.
Monitor adanya oxygen induced-hypoventilation.
Monitor adanya toksisitas oksigen dan atelektasis.
Pertahankan posisi tirah baring pada posisi kepala
15-30o.
Pantau adanya tanda-tanda peningkatan TIK.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Pengkajian
Initial assessment dilakukan dalam suatu protokol khusus, yaitu terdiri
dari survei primer, survei sekunder, dan penanganan definitif. Survei dalam
kegawatdaruratan dibedakan menjadi dua, yaitu pengkajian primer dan
pengkajian sekunder. (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2011)
Survei primer berkembang menjadi pengkajian terfokus pada beberapa poin
penting yang sangat berpengaruh pada jiwa klien yang biasa dilakukan
dengan melakukan pengkajian ABC (airway, breathing, dan circulation). Saat
ini pengkajian ABC berkembang menjadi ABCDE (airway, breathing,
circulation, disability, dan exposure) plus FGH (foley chateter, gastric tube,
dan heart monitor). Survei sekunder terdiri dari anamnesis yang mengacu
pada sistem SAMPLE (simptom, alergy, medication, past illness, last meal,
dan event), dan pemeriksaan fisik head to toe.
Survei atau pengkajian, intervensi, implementasi pada kegawatdaruratan
dilakukan secara simultan dan tidak terputus. (Diklat Yayasan Ambulans
Gawat Darurat 118, 2011) Penjelasan dari kalimat tersebut adalah pada saat
survei primer poin airway, bila ditemukan masalah, makan akan langsung
dilakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa klien, sebelum pada akhirnya
melangkah pada pengkajian selanjutnya.
1. Pengkajian Primer
Survei primer yang kami lakukan menurut pada penjelasan diatas,
kami melakukan pengkajian secara terstruktur, dan runut sesuai dengan
prinsip pengkajian ABCDEFGH, dan pelaksanaan pengkajian sekunder
kami lakukan setelah keadaan klien lebih stabil bila dibandingkan dari
awal kedatangan pasien.
Airway, pada survei airway secara teori, kami harus melakukan
pengkajian pada kelancaran jalan nafas klien, dapat dilakukan dengan
mengajak klien berbicara, bila klien dapat berbicara dengan kalimat yang
cukup panjang, klien tidak mengalami gangguan jalan nafas. (Diklat
Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2011), (Potter, 2005) Pada klien
19
20
22
memasang OPA dan melakukan suction. Hal ini kami lakukan untuk
membebaskan jalan nafas dari sekret.
Diagnosa yang kami prioritaskan pada diagnosa kedua adalah risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, maslaah keperawatan ini kami
angkat sebagai masalah keperawatan kedua, bukan karena masalah ini dapat
dikesampingkan, namun penatalaksanaan pada bersihan jalan nafas adalah
sangat penting dan dapat mengancam jiwa klien bila tidak segera teratasi.
C. Analisa Penentuan Rencana Intervensi
Pada diagnosa pertama, ketidakefektifan bersihan jalan napas, kami
menentukan beberapa intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi
permasalahan klien, diantaranya yaitu:
1. Positioning, yaitu dengan melakukan head tilt chin lift/jaw thrust untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas klien. Positioning head tilt chin
lift/jaw thrust dilakukan karena klien mengalami penurunan kesadaran
kesadaran dan sangat berisiko lidah jatuh dan menutup jalan napas.
2. Respiratory management, yaitu dengan lakukan pemasangan
oropharingeal airway, auskultasi bunyi napas tambahan, lakukan
penghisapan/suction bila ada indikasi, monitor frekuensi, kedalaman
pernapasan dan saturasi oksigen. Respiratory management bertujuan
untuk membebaskan jalan napas dari produksi mukus yang berlebih pada
klien karena klien mengalami penurunan kesadaran sehingga kemampuan
untuk batuk dan membersihkan mukus pun tidak ada.
Dengan intervensi di atas diharapkan setelah 2 jam bersihan jalan napas
efektif yaitu dengan tidak terdengar gurgling, snoring, ronkhi basah dan tidak
tampak sekret.
Pada diagnosa kedua, resiko ketidakefektifan perfusi otak, kami
menentukan beberapa intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi
permasalahan klien, diantaranya yaitu:
1. Cerebral Perfusion Promotion, yaitu dengan identifikasi faktor penyebab
penurunan kesadaran, monitor status neurologis; pantau adanya tandatanda penurunan perfusi serebral: GCS, memori, bahasa, respon pupil dll;
evaluasi pupil, batasan dan proporsinya terhadap cahaya, monitor TTV,
MAP, dan saturasi oksigen klien; monitor input dan output klien.
Intervensi tersebut diberikan untuk memantau perfusi pada jaringan
23
dan
atelektasis.
Penurunan
kesadaran
sebagai
tanda
memasang
folley
catheter,
memasang
NGT, melakukan
kekuatan otot
1111
2222
/
1111
2222 . Rencana tindak lanjut yang
telah kami lakukan adalah memotivasi keluarga untuk perawatan non ICU
atau rawat inap, memonitor status neurologis, memantau adanya tanda-tanda
penurunan perfusi serebral: GCS, memori, bahasa, respon pupil dll,
25
26
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan primer
substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis,
namun disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Serangan otak ini
merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat
dan cermat.
Penatalaksanaan
klien
stroke
di
area
kegawatdaruratan
harus
yaitu
ketidakefektifan
bersihan
jalan
napas
dan
resiko
27
mikroorganisme.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa keperawatan diharapkan berpacu pada Evidance Base
Practis perkembangan ilmu-ilmu keperawatan terutama pada klien
dengan kegawatan stroke hemoragik sehingga mampu memberikan
asuhan keperawatan yang optimal pada klien.
28
KEPUSTAKAAN
Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118. (2011). Basic Trauma and Cardiac
Life Support. jakarta: Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118.
Gofir, Abdul, 2007, Manajemen Komprehensif Stroke, Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press Yogyakarta bekerja sama dengan Panitia Workshop Stroke
KONAS PERDOSSI KE-6
NANDA International. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
EGC, 2011.
Pertiwi, Nurul, 2010, Stroke Hemoragik dengan Faktor Resiko Hipertensi.
Diakses
27
November
2010,
Dari
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=STROKE+HEMORAGIK+DENGAN+FAKTOR+RESIKO+HIPERTE
NSI
Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC, 2005.
Smeltzer, Suzanne C and Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC, 2002.
Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke,
Suatu Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan, Diakses 5 Desember 2010,
Dari www.asuhankeperawatan.com
Taufik, Maulana, 2010, Stroke Hemoragik, Diakses 5 Desember 2010, Dari
http://kumpulanmakalahkedokteran.com/2010/04/strokehemorhagik.html.
29